You are on page 1of 28

PRINSIP PEMUPUKAN

PADA
PRODUKSI SAYURAN
SECARA KOMERSIAL
Anas D. Susila

Kuliah Budidaya Sayuran


Jurusan Budi daya Pertanian
Faperta-Institut Pertanian Bogor
Prinsip pemupukan pada
produksi sayuran secara
komersial
Program pepupukan sayuran secara modern
dipengaruhi berbagai faktor yang sangat
kompleks.
Kompleksitas program pemupukan disebabkan
karena: bervariasinya jenis pupuk, formulasi,
metode dan saat aplikasi. Juga tergantung dari
jenis tanaman dan tanah.
Perkembangan teknologi metode aplikasi:
fertigasi, drip irigasi, dan ijnection wheel.
Berkembangnya berbagai varietas baru
memerlukan kebutuhan hara yang berbeda.
Perlu analisis tanah sebelum penanaman.
Terminologi pemupukan-1
Band - A narrow strip of fertilizer placed along
the row of plants or seeds on or below the soil
surface.
Blend - A mixture of several fertilizer sources to
be applied to the crop. Blends may be dry, or in
suspensions or solutions.
Broadcast - to spread fertilizer evenly over the
entire soil surface and, usually, thoroughly
incorporate it. The broadcast method involves
broadcasting the fertilizer in a 3- to 4-foot swath
in the bed area only.
Terminologi pemupukan-2
Controlled (slow)-release fertilizer - A
fertilizer where granules are formulated in such a
manner to provide nutrient release over a period
of time, depending on temperature and moisture,
i.E., Not rapidly soluble. Controlled release is
achieved by special coatings such as sulfur or
polymers.
Crop nutrient requirement - the total amount
of plant nutrients needed by a crop for maximum
productivity in most situations. This amount is
supplied by native soil fertility, which is
supplemented as needed by fertilizers.
Terminologi pemupukan-3
Fertilizer grade - the minimum guarantee of
available plant nutrients expressed in terms of total
nitrogen (N), available phosphorus (P), and soluble
potassium (K). For example, a grade of 5-16-8 contains
5 percent N, 16 percent available P (expressed as
P2O5), and 8 percent soluble K (expressed as K 2O).
Fertigation - application of fertilizer to crops by
injecting nutrients through the irrigation system,
specifically drip irrigation.
Filler - A substance added to fertilizer materials to
provide weight and prevent caking. Common fillers
are dolomite and sand.
Terminologi pemupukan - 4
Granular fertilizer - fertilizer present in small, solid
particles.
Liquid fertilizer - fertilizer nutrients supplied in true
solution.
Micronutrients - essential plant nutrients required
in small quantities. The micronutrients are iron (Fe),
boron (B), chlorine (Cl), copper (cu), manganese (Mn),
zinc (Zn), and molybdenum (mo). In most cases there
is a fine line between sufficient amounts and toxic
amounts of these nutrients.
Placement - location of the fertilizer in the soil
relative to the plant or seed.
Terminologi pemupukan-5
Primary nutrients - the term used by the
fertilizer trade for N, P, and K.
Secondary nutrients - the term used by the
fertilizer trade for ca, mg, and sulfur (S).
Sidedress - application, usually by banding, of
fertilizer after the crop is planted.
Soil reaction or pH - A measure of the acidity
or alkalinity of the soil. The ph is defined as the
negative logarithm of the hydrogen ion
concentration. A ph of 7 is neutral; Above 7 is
basic and below 7 is acidic.
Terminologi pemupukan-6
Source - The kind or origin of the fertilizer
nutrients. For example, sources of N include urea,
ammonium nitrate, ammonium sulfate, potassium
nitrate, chicken manure, and sludge. The source is
sometimes important when deciding how to supply
plant nutrients to a vegetable crop. Sometimes a
certain N source, for example, might be chosen
over another because the former also supplies a
second needed nutrient that the latter does not.
Also, cost per unit of nutrient might be important.
Split application - The required fertilizer amount
applied in two or more portions during the growth
cycle.
Terminologi pemupukan-7
Supplemental application - fertilizer (in addition to
the fertilizer portion of the crop nutrient requirements)
applied to a crop during the growing season. The
uses and number of supplemental applications
depend largely on the intensity and duration of
rainfall and the length of the cropping season.
Suspension fertilizer - A fluid mixture containing
dissolved and undissolved nutrient materials and
inert materials often requiring continuous mechanical
agitation.
Timing - coordination of the time periods during the
crop growth cycle when the fertilizer is to be applied;
For example, pre-plant, at-planting, etc.
Jenis Tanah
Sayuran dapat di budidayakan di berbagai jenis
tanah. Untuk menyederhakan rekomendasi
pemupukan jenis tanah untuk produksi syuran
dapat dikategorikan ke dalam:
Tanah mineral : sand, sandy loam, loamy sand.
Irrigasi dan pemupukan memerlukan management
yang baik. Sebab N dan K mudah tercuci.
 Tanah berkapur (calcareous): ph 7.5-8.5,
memfiksasi nutrisi tanaman memnjadi bentuk
yang tidak tersedia bagi tanaman.
Tanah Organik : tinggi kandungan N, tidak perlu
pemupukan N, fiksasi P.
Analisis Tanah-1
 16 unsur essensial: (C, H, O, P, K, N, S, Ca, Fe, Mg, B,
Mn, Cu, Zn, Mo, Cl).
 Analisis tanah digunakan untuk mengetahui unsur
mana dan dalam jumlah berapa yang dapat di suplai
oleh tanah.
 Dengan soil analisis jumlah pupuk yang harus
ditambahkan juga dapat diketahui.
 Sampel tanah harus dianalisis di lab yang kompeten,
sebab lab yang berbeda menggunakan metodologi
yang berbeda pula
 Lab tanah dapat memberikan rekomendasi
pemupukan berdasarkan Uji kalibrasi untuk jenis
tanah, tanaman dan sistem produksi tertentu.
Analisis Tanah-2
 Uji kalibrasi dilakukan untuk mempelajari
hubingan antara konsentratsi nutrisi didalam
tanah dengan jumlah pupuk tambahan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimum

pH Tanah-1
 Pada umumnya sayuran optimum tumbuh pda
kisaran pH tanah 6.0 –6.5, Akan tetapi beberapa
jenis sayuran mempunyai ketahanan terhadap
ptingkat kemasaman tanah (Tabel 1)
 Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan
mengurangi toksisitas Al dan Mn .
pH Tanah-2

Pengapuran biasanya dilakukan dengan target pH


sekitar 6.0 – 6.5 dimana pada kisaran pH ini
ketersedianan hampir semua nutrisi cukup tinggi,
juga aktivitas mikro organisme meningkat.
Pengapuran yang berlebihan akan menyebabkan
deficiensi unsur tertentu, terutama unsur mikro.
Pengapuran biasanya dapat dilakukan dengan
pemberian kalsit (CaCO3) dan dolomit (Ca CO3Mg
CO3), dolomit lebih menguntungkan karena juga
mengandung magnesium
pH Tanah-3

Unsur Ca biasanya dihubungkan dengan pH


tinggi, padahal tidak selalu demikian. pH tinggi
berkaitan dengan karbonat (CO3-2) yang dibawa
oleh bahan kapur. Jadi calsium sulfate, dan
calsium nitrat tidak mempunyai effek
pengapuran, sebaliknya mgnesium karbonat dan
kalium karbonat malah bisa menaikkan pH tanah.
Penurunan pH tanah dapat dilakukan dengan
elemental Sulfur (S).
Pupuk-1

Kebutuhan nutrisi tanaman (CNR=Crop Nutrient


Requirement) biasanya ditentukan dari percobaan
lapang.
Rekomendasi pemupukan sayuran biasanya
didasarkan bukan hanya pada hasil saja
(biomass) akan tetapi juga pada kualitas produk
Terdapat berbagai macam jenis pupuk yang
diperlukan oleh tanaman. Beberapa lebih
ekonomis dibanding yang lain, beberapa juga
mengandung lebih dari satu element.
Beberapa jenis pupuk dapat dilihat di Tabel 3.
Pupuk-2
Bahan organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pemupukan bagi sayuran disamping
kandungan nutrisinya juga kemampuan nenahan
air yang cukup baik.
Beberapa kekurangan bahan organik adalah biaya
transportasi, dan kandungan unsur yang sangat
rendah sehingga tidak dapat langsung mensuplai
seluruh kebutuhan unsur hara bagi tanaman.
 Nitrates, Chlorides dan Sulfates mudah terbawa
aliran air tanah, sehingga mudah terkonsentrasi
dipermukaan tanah bila evaporasi tinggi, atau
akan tercuci bila curah hujan cukup tinggi.
Ditanah berpasir K, Mg, dan B juga demikian,
kecuali unsur P yang terbatas pergerakannya di
dalam tanah.
Aplikasi pupuk-1
DOSIS
Dosis pemupukan adalah jumalh pupuk yang
diaplikasikan per satuan luas. Ex: 150 kg/ha N
Ukuran bedeng bagi petani sayur biasanya
bervariasi. Bila dosis pemupukan sudah
direkommendasikan dalam jumlah tertentu (misal
150 kg/ha N). Maka bila populasi tanaman
berubah, maka jumlah pupuk yang harus
diberikan tetap sama.
PENEMPATAN (Umum)
Dosis pupuk dan penempatan merupakan dua hal
yang saling berkaitan. Dosis rendah yang
diaplikasikan dekat perakaran akan sama
dampaknya negativ-nya dengan dosis tinggi
yang diaplikasikan di seluruh bedeng.
Aplikasi pupuk-2
 P dan unsur mikro pergerakan sangat terbatas,
sehingga aplikasi di dalam ‘Bend’ yang dekat
dengan perakaran akan membantu serapan bagi
tanaman.
 Dalam kondisi pH tinggi unsur mikro tertentu Fe,
Mn, B lebih efektif bila diaplikasikan lewat
penyemprotan pada daun.
 Karena unsur N dan K cukup mobil dalam tanah
maka aplikasi bisa di’split’ (30-50%) saat tanam
dan sisanya bisa diaplikasikan sekali atau dua
kali diawal pertumbuhan tanaman. Hal ini juga
dapat mengurangi salt effect pada tanaman.
 Pemupukan tambahan dilakukan untuk N,K bila
terjadi hujan deras setelah aplikasi.
Aplikasi pupuk-3
PENEMPATAN (Mulsa plastik)
Palikasi pemupukan pada tanaman dibawah
mulsa plastik tergantung pada sistem irigasi yang
digunakan (Sunsurface, sprinkler, drip) atau
dengan penggunaan ‘injection whee’l.
 Bila menggunakan springkler, pupuk bisa
diaplikasikan (mix) sebelum pemasangan mulsa.
Bila dosis terlalu tinggi bisa di ‘band).
 Dengan subsurface irigasi, semua P dan mikro
diaplikasikan (mix), juga 10-20 % N dan K, sedang
sisa KN dan K di ‘bend’ di pinggir bedeng
sebelum aplikasi mulsa plastik.
Aplikasi pupuk-4
FERTIGATION
Fertigation = aplikasi pupuk bersamaan dengan
irigasi.
Kombinasi antara penggunaan mulsa plastik dan
fertigation (drip) memberikan hasil maskimum
untuk produksi sayuran.
Aplikasi pupuk dengan fertigation pada budidaya
sayuran dengan mulsa plastik dilalukan:
100 % P dan mikro, 40 % N dan K diaplikasikan
sebelum tanam secara ditebar
60% N dan K diaplikasikan 10 kali dengan drip
Research on Crop Management

Fertilizer application
Research on Crop Management

Installed drip system


Research on Crop
Management

1 line No mulched + no irrigation


Research on Crop Management

No mulched + no irrigation
Research on Crop
Management

1 line drip irrigation


Pengelolaan Air
 Pengelolaan air dan pemupukan merupakan dua
hal yang sangat terkait, dimana keberhasilan
yang satu sangat ditentukan oleh yang lain.
 OVERHEAD irigasi (Sprinkler): aplikasi yang
berlebiah dapat menyebabkan tercucinya N dan K
 SUB SURFACE (SEEP) irigasi: permukaan air
harus dijaga 18-24 inchi dibawah permukaan
bedeng.
 DRIP irigasi: metode paling efisien untuk aplikasi
air dan pupuk. Sistem irigasi ini dapat
menghemat air sampai 50% dibanding
overhead/sprinkler atupun subsurface irigai.
Gejala Defisiensi

 Gejala defisiensi nutri kadangkala sulit di


indentifikasi. Analysis jaringan tanaman
biasanya dapat membantu menjelaskan
penyebab defisiensi.
 Sample dari daun normal dan abnormal
(MRML=more recent mature leaves) disertai
dengan sample tanah dapat dianalisis untuk
membantu indentifikasi defisiensi.
 Petiole sap testing untuk N dan K, merupakan
cara yang cepat di lapang untuk mengetahui
status hara N dan K.

You might also like