You are on page 1of 53

..

Disampaikan
Dalam Rangka Pelaksanaan Bimbingan Teknis APIP-APH
Provinsi Jawa Timur Tahun 2022
Lombok 16-18 Nopember 2022

Oleh :
Koordinator Pada Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

2
Pembahasan

1. Landasan Hukum
2. Maksud dan Tujuan
3. Selayang Pandang Peran APIP dalam PBJ Pemerintah
4. Akhir sebuah Tujuan

3
1
Landasan Hukum
(reminder)

4
Pemahaman
1. UU RI No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah ditambah dan diubah dengan UU RI
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor.
2. UU RI No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
3. UU RI No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua UU RI No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
4. PP RI No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
5. PP RI No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
6. PP RI No. 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
7. PP RI No. 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
8. Inpres No. 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

5
 UU RI No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Ketentuan Pasal 20 :
(1)Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dan Pasal 18 dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
(2) Hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa :
a. tidak terdapat kesalahan;
b. terdapat kesalahan administratif; atau
c. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara.
(3) Jika hasil pengawasan aparat intern pemerintah berupa terdapat kesalahan
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan tindak lanjut dalam
bentuk penyempurnaan administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Jika hasil pengawasan aparat intern pemerintah berupa terdapat kesalahan
administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, dilakukan pengembalian kerugian keuangan negara paling lama
10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan.
(5) ...dst
6
 UU RI No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Ketentuan Pasal 384 :
(1)Penyidik memberitahukan kepada kepala daerah sebelum melakukan penyidikan
terhadap aparatur sipil negara di Instansi Daerah yang disangka melakukan pelanggaran
hukum dalam pelaksanaan tugas.
[tdk mutlak, tdk ada kewajiban bagi APH. Asas lex specialis derogat legi generalis].
(2) Ketentuan pemberitahuan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku apabila :
a. tertangkap tangan melakukan sesuatu tindak pidana;
b. disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih; dan/ atau
c. disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada kepala daerah
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam.

7
Ketentuan Pasal 385 :
(1) Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan atas dugaan penyimpangan yang
dilakukan oleh aparatur sipil negara di Instansi Daerah kepada Aparat Pengawas Internal
Pemerintah dan/ atau aparat penegak hukum.
(2) Aparat Pengawasan Internal Pemerintah wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan
penyimpangan yang diadukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)Aparat penegak hukum melakukan pemeriksaan atas pengaduan yang disampaikan oleh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah terlebih dahulu berkoodinasi
dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah atau lembaga pemerintah non kementerian
yang membidangi pengawasan.
[tdk mutlak, tdk ada kewajiban bagi APH. Asas lex specialis derogat legi generalis].
(4) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan
bukti adanya penyimpangan yang bersifat administratif, proses lebih lanjut diserahkan
kepada aparat pengawas internal pemerintah.
(5) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan
bukti adanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses lebih lanjut diserahkan kepada
aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

8
 PP RI No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Ketentuan Pasal 4 :
...dst.
g. perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang efektif ; dan
h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
Ketentuan Pasal 11 :
Perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang efektif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf g sekurang-kurangnya harus :
a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efesiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko dalam
penyelenggaraan tugas...dst;
c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas...dst.
Ketentuan Pasal 12 :
Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait sebagaimana dimaksud Pasal
4 huruf h diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah
terkait.

9
Ketentuan Pasal 47 :
(1)...
(2)Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan :
a.pengawsan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara; dan
b....
Ketentuan Pasal 48 :
(1)...
(2)Aparat pengawasan intern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pengawasan intern melalui :
a.audit;
b.reviu;
c.evaluasi;
d.pemantauan; dan
e.kegiatan pengawasan lainnya.

10
 PP RI No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
Ketentuan Pasal 11 :
...
(5) Inspektorat Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) menyelenggarakan fungsi :
a. ...
b. pelaksanaaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. ...
Ketentuan Pasal 33 :
...
(5) Inspektorat Daerah kabupaten/ kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) menyelenggarakan fungsi :
a. ...
b. pelaksanaaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. ...

11
 PP RI No. 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Ketentuan Pasal 25 :
(1) APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan yang dilaporkan atau
diadukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
(2)Dalam melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) APIP melakukukan koordinasi dengan aparat penegak hukum.
(3) Aparat penegak hukum melakukan pemeriksaan atas laporan atau pengaduan
yang disampaikan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22...dst.
...dst.
(6) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) , dan ayat (5) dilakukan
dalam bentuk :
a. pemberian informasi;
b. verifikasi;
c. pengumpulan data dan keterangan;
d. pemaparan hasil pemeriksaan penanganan laporan...; dan/atau
e. bentuk koordinasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) ...dst.
12
 PP RI No. 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
Ketentuan Pasal 11 :
...dst.
(5) Inspektorat Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) menyelenggarakan fungsi :
a. ...
b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari gubernur dan/ atau
Menteri;
d. ...
e. pelaksanaan koordinasi pencegahan tindak pidana korupsi;

13
Ketentuan Pasal 11 B :
Dalam hal terdapat potensi penyalahgunaan wewenang dan/ atau kerugian keuangan
negara/ Daerah, inspektorat Daerah provinsi melaksanakan fungsi sebagaimana Pasal
11 ayat (5) huruf c tanpa menunggu penugasan dari gubernur dan/ atau Menteri.
Ketentuan Pasal 33 :
(5) Inspektorat Daerah kabupaten/ kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) menyelenggarakan fungsi :
a....
b.pelaksanaaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c.pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari bupati/ wali kota
dan/ atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat;
d....
Ketentuan Pasal 33 A :
Dalam hal terdapat potensi penyalahgunaan wewenang dan/ atau kerugian keuangan
negara/ Daerah, inspektorat Daerah kabupaten/ kota melaksanakan fungsi sebagaimana
Pasal 33 ayat (5) huruf c tanpa menunggu penugasan dari dari bupati/ wali kota dan/
atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
14
 Inpres No. 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional
Ketentuan Diktum Kelima : Kepala BPKP untuk :
...
4. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang dilakukan oleh APIP
pada kementerian/ lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian keuangan negara.
...dst.
Ketentuan Diktum Keenam : JaksaAgung RI dan Kapolri untuk :
1. Mendahulukan proses administrasi...dst. yang menyangkut penyalahgunaan wewenang
dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2. Meneruskan/ menyampaikan laporan masyarakat...dst., termasuk dalam hal diperlukan
adanya pemeriksaan oleh APIP.
3. Melakukan pemeriksaan atas hasil audit APIP mengenai temuan tindak pidana yang
bukan bersifat administratif...dst.

15
2
Maksud dan Tujuan

16
Sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan
17
Sekilas Koordinasi

Dalam KBBI, definisi koordinasi/ ko·or·di·na·si/ adalah :


perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang
akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.
Manfaat koordinasi antar Instansi Pemerintah, guna terwujudnya :
a.Pengejawantahan atas fungsi dasar manajemen, yang mana Inspektorat Daerah
mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi
pelaksanaan.
b.Pencapaian visi misi dan program-program pemerintah, Inspektorat Daerah
merupakan garda terdepan “front line” yang bertugas dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan dan urusan pemerintahan
kabupaten/ kota berdasarkan asas sistem desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan.

18
Dasar Perjanjian Kerjasama
[3 (tiga) pilar utama]

Tahap 1
Nota Kesepahaman antara Kementerian Dalam Negeri RI (PIHAK PERTAMA) dengan
Kejaksaan RI (PIHAK KEDUA) dan Kepolisian RI (PIHAK KETIGA), yang tertuang di
surat :
Nomor : 700/ 8929/ SJ
Nomor : KEP-694/A/ JA/ 11/ 2017
Nomor : B/ 108/ XI/ 2017
Tanggal 30 November 2017, tentang Koordinasi APIP Dengan APH Terkait Penanganan
Pelaporan Atau Pengaduan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(bersifat umum)

19
Tahap 2
Sebagai penegasan dan tindak lanjut, dilakukan kembali :
Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Dalam Negeri RI Dengan Kejaksaan Agung
RI Dan Kepolisian RI Tentang Koordinasi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Dengan Aparat Penegak Hukum (APH) Dalam Penanganan Laporan Atau Pengaduan
Masyarakat Yang Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Pada Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
Nomor : 119-49 TAHUN 2018
Nomor : B-369/F/Fjp/02/2018
Nomor : B/9/II/2018
Tanggal 28 Februari 2018
(lebih spesifik)

20
Inti Perjanjian Kerjasama
1. Tata cara menukar data dan/atau informasi
Pasal 4 ayat (3) :
Tukar menukar dan/ atau informasi sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
:
a. tahap setelah terbitnya laporan hasil pemeriksaan oleh PIHAK PERTAMA, kepada PIHAK
KEDUA dan/ atau PIHAK KETIGA;
b. tahap penyelidikan oleh PIHAK KEDUA dan/ atau PIHAK KETIGA kepada PIHAK
PERTAMA
2. Mekanisme penanganan laporan atau pengaduan:
Pasal 7 ayat (1) :
PARA PIHAK menindaklanjuti laporan atau pengaduan masyarakat sesuai kewenanganya.
Pasal 7 ayat (2) :
PIHAK PERTAMA menindaklanjui laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima secara
langsung melalui pemeriksaan investigatif untuk menentukan laporan atau pengaduan tersebut
berindikasi kesalahan administrasi atau pidana.
Pasal 7 ayat (6) :
Koordinasi tidak berlaku dalam hal tertangkap tangan.

21
3. Mempelajari secara cermat isi Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama antara
Kementrian Dalam RI dengan Kejaksaan RI dan Kepolisian RI terkait koordinasi APIP
dengan APH dalam penanganan laporan atau pengaduan masyarakat yang berindikasi
tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan pemerintah daerah, kemudian
mempedomani dalam pelaksanaan penanganan laporan atau pengaduan masyarakat
yang disampaikan kepada Kejaksaan RI.

22
Maksud
Sebagai pedoman operasional bagi para pihak dalam melakukan koordinasi penanganan
laporan atau pengaduan masyarakat (lapdumas) yang berindikasi tindak pidana korupsi
pada penyelenggaraan pemerintah daerah sekaligus sebagai pencegahan dini.
Tujuan
Memperkuat sinergitas kerjasama antara para pihak dalam melakukan koordinasi
penanganan laporan atau pengaduan masyarakat (lapdumas) yang berindikasi tindak
pidana korupsi pada penyelenggaraan pemerintah daerah guna terwujudnya
penyelenggara pemerintahan daerah yang good ‘n clean governance mencakup semua
proses dan tindakan dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
mempertanggungjawabkan tindakannya sesuai dengan kewenangan, fungsi dan tugas
pokok yang ditetapkan pada peraturan perundang-undangan serta untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

23
Inti Perjanjian Kerjasama
(sebagai tindak lanjut dimaksud)

 Ketentuan Umum (ketentuan Pasal 1) :


...dst.
9. Laporan atau pengaduan masyarakat adalah bentuk penerapan dari pengawasan
masyarakat dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
yang disampaikan secara lisan, tertulis, maupun secara daring (online).
...dst.
 Ruang Lingkup (ketentuan Pasal 3) :
Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi :
a. Tukar menukar data dan/atau informasi;
b. Mekanisme penanganan laporan atau pengaduan; dan
c. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
 Tukar Menukar Data dan/ atau Informasi (ketentuan Pasal 4) :
1) PARA PIHAK sepakat saling tukar menukar data dan/ atau informasi atas laporan
atau pengaduan masyarakat berindikasi tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
2) ...dst.
24
 Subyek yang dilaporkan atau diadukan (ketentuan Pasal 6) :
Subyek yang dilaporkan atau diadukan masyarakat meliputi penyelenggara pemerintahan
daerah yang masih aktif, yaitu :
a. kepala daerah dan wakil kepala daerah;
b. pimpinan dan anggota DPRD;
c. ASN pemerintah daerah;
d. kepala desa; dan
e. perangkat desa.
 Pemeriksaan investigatif atau penyelidikan (ketentuan Pasal 7) :
(1)PARA PIHAK menindaklanjuti laporan atau pengaduan masyarakat sesuai
kewenangannya.
(2)PIHAK PERTAMA menindaklanjut laporan atau pengaduan masyarakat yang diterima
secara langsung melalui pemeriksaan investigatif untuk menentukan laporan...dst.
administrasi atau pidana.
(3)PIHAK PERTAMA dalam pemeriksaan investigatif menemukan adanya dugaan tindak
pidana korupsi, PIHAK PERTAMA meyerahkan kepada PIHAK KEDUA atau PIHAK
KETIGA untuk dilakukan Penyelidikan.

25
(4) PIHAK KEDUA atau PIHAK KETIGA dalam hal menemukan kesalahan
administrasi dalam penanganan laporan atau pengaduan masyarakat menyerahkan
kepada PIHAK PERTAMA.
(5) Kesalahan administrasi yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) mempunyai
kriteria sebagai berikut :
a. tidak terdapat kerugian keuangan negara/ daerah;
b. terdapat kerugian keuangan/ daerah dan telah diproses melalui tuntutan ganti rugi
atau tuntutan perbendaharaan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak laporan
hasil pemeriksaan APIP atau BPK diterima oleh pejabat atau telah ditindaklanjuti
dan dinyatakan selesai oleh APIP atau BPK
c. merupakan bagian dari diskresi, sepanjang terpenuhi tujuan dan syarat-syarat
digunakannya diskresi; atau
d. merupakan penyelenggaraan administrasi pemerintahan sepanjang sesuai dengan
asas umum pemerintahan yang baik.
(6) Koordinasi tidak berlaku dalam hal tertangkap tangan.

26
Landasan
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara oleh APIP

SEMA Nomor : 4 Tahun 2016.


Instansi yang berwenang menyatakan ada tidaknya kerugian keuangan negara adalah
Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional, sedangkan
instansi lainnya seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan/ Inspektorat/
Satuan Kerja Perangkat Daerah tetap berwenang melakukan pemeriksaan dan audit
pengelolaan keuangan negara. Namun, tidak berwenang menyatakan atau men-declare
adanya kerugian keuangan negara. Dalam hal tertentu, hakim berdasarkan fakta
persidangan dapat menilai adanya kerugian negara dan besarnya kerugian negara.

27
Pertimbangan Majelis MK dalam Putusan Nomor : 31/PUU-X/2012.
“...kewenangan BPKP dan BPK masing-masing telah diatur secara jelas dalam peraturan
perundang-undangan. Terlebih, KPK bukan hanya dapat berkoordinasi dengan BPKP dan
BPK dalam rangka pembuktian tindak pidana korupsi. Akan tetapi, KPK dapat pula
berkoordinasi dengan instansi lain, serta bisa membuktikan sendiri di luar temuan BPKP
dan BPK. Misalnya, dengan mengundang ahli, meminta bahan dari Inspektorat Jenderal,
atau badan yang mempunyai fungsi yang sama dengan itu dari masing-masing instansi
pemerintah. Bahkan, dari pihak-pihak lain (termasuk dari perusahaan) yang dapat
menunjukan kebenaran materiil dalam penghitungan kerugian keuangan negara dan/ atau
dapat membuktikan perkara yang sedang ditanganinya”.
Pasal 120 ayat (1) KUHAP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.

28
Koordinasi APIP dengan APH
(dalam rangka permintaan audit penghitungan kerugian KN)

1.Permintaan data/ bukti oleh auditor dilakukan melalui surat permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh pimpinan unit kerja atau pejabat lain yang berwenang dan ditujukan
kepada pimpinan instansi penyidik atau kepada penyidik terkait;
2.Dalam hal auditor memerlukan klarifikasi dan konfirmasi langsung kepada
pihak-pihak yang terkait, permintaan klarifikasi atau konfirmasi disampaikan oleh
auditor melalui penyidik dan pelaksanaan klarifikasi atau konfirmasi didampingi oleh
penyidik;
3.Dalam hal pengumpulan dan evaluasi memerlukan bantuan teknis yang dimiliki ahli
lain, maka auditor dapat meminta penyidik untuk menyediakan tenaga ahli dimaksud;
4.Hasil audit untuk memastikan bahwa seluruh bukti yang digunakan auditor merupakan
bukti yang lengkap sehingga dapat digunakan oleh penyidik sebagai bukti dalam berkas
perkara terkait jumlah kerugian keuangan negara.

29
Ilustrasi Koordinasi APIP dengan APH

30
31
Alur Lapdumas
(UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)
Kesalahan
administrasi
Investigatif
po ran
La Kesalahan
Pidana
Lapdumas
APIP

La Kesalahan
po
ra n administrasi

Penyelidikan
Kesalahan
Pidana

APH
32
Alur Lapdumas sesuai Hukum Acara Pidana
(UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP)

Psl. 184 KUHAP


Lanjut Menentukan tsk/
Lapdumas keyakinan unsur
Penyidikan
pasal

Lid
APH Tidak
memenuhi
KUHAP Psl.
184
Tidak Dapat Namun
Dilanjutkan Perbuatan
Penyidikan pelaku masuk
ranah
administrasi

Tugas dan
wewenang
APIP
33
Tujuan Sinergitas APIP dengan APH

1. Guna peningkatan kualitas dan kuantitas prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan


keuangan negara/ daerah yang dikelola oleh para pejabat publik;
2. Meminimalisir adanya kecenderungan meningkatnya resiko penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan atau anggaran yang bersumber pada APBD/ APBN
yang berakibat menurunya public trust terhadap para pejabat publik;
3. Mencegah munculnya berbagai modus penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dan aset negara yang melibatkan para pejabat publik;
4. Optimalisasi peran APIP sebagai garda terdepan “front line” dalam menjaga
pengelolaan keuangan/ aset pemerintahan daerah yang dapat menjadi mitra/ partner
APH dalam pencegahan dan pemberantasan TPK;
5. Guna membentuk pola tata kerja yang baku antara APIP dengan APH, sehingga
terjalin komunikasi dan koordinasi yang permanen dan terstruktur.

34
3
Selayang Pandang
Peran APIP dalam PBJ Pemerintah
(reminder)

35
Peraturan terkait Peran APIP dalam PBJ Pemerintah

UU No. 9 Tahun 2015 perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Ketentuan Pasal 1 angka 46.
Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah inspektorat jenderal kementerian, unit
pengawasan lembaga pemerintah non kementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat
kabupaten/ kota.
Ketentuan Pasal 385 :
Ayat (1) : Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan atas dugaan penyimpangan yang
dilakukan oleh aparatur sipil negara di instansi Daerah kepada APIP dan/ atau APH.
Ayat (2) : APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan yang diadukan
oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

36
Ayat (3) : APH melakukan pemeriksaan atas pengaduan yang disampaikan oleh
masyarakat sebagaimana yang dimaksud ayat (1), setelah terlebih dahulu
berkoordinasi dengan APIP atau lembaga pemerintah non kementerian yang
membidangi pengawasan.
[tdk mutlak, tdk ada kewajiban bagi APH. Asas lex specialis derogat legi generalis].
Ayat (4) : Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditemukan bukti adanya penyimpangan yang bersifat administratif, proses
lebih lanjut diserahkan kepada APIP.
Ayat (5) : Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditemukan bukti adanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses lebih
lanjut diserahkan kepada APH sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

37
 PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Ketentuan Pasal 48.
Ayat (1) : Pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf a
dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah.
Ayat (2) : Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pengawasan intern melalui :
a. Audit
b. Reviu
c. Evaluasi
d. Pemantauan
e. Kegiatan pengawasan lainnya.

38
Ketentuan Pasal 49.
Ayat (1) : Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (1) terdiri atas :
a. BPKP;
(bertanggung jawab langsung kepada Presiden)
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
umum;
(bertanggung jawab langsung kepada menteri/ pimpinan lembaga)
c. Inspektorat Provinsi;
(bertanggung jawab langsung kepada gubernur)
d. Inspektorat Kabupaten/ Kota.
(bertanggung jawab langsung kepada bupati/ walikota)

39
 Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah
Ketentuan Pasal 1 angka 22 Perpres No. 16 Tahun 2018, menentukan bahwa :
Aparat Pengawas Internal Pemerintah selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.
Ketentuan Pasal 77 Perpres No. 16 Tahun 2018, bahwa :
1. Masyarakat menyampaikan pengaduan kepada APIP disertai bukti yang faktual,
kredibel, dan autentik.
2. Aparat Penegak Hukum meneruskan pengaduan masyarakat kepada APIP untuk
ditindaklanjuti.
3. APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menindaklanjuti pengaduan
sesuai kewenangannya.
4. APIP melaporkan hasil tindak lanjut pengaduan kepada menteri/ kepala lembaga/
kepala daerah .
5. Menteri/ kepala lembaga/ kepala daerah, melaporkan kepada instansi yang berwenang
dalam hal diyakini adanya indikasi KKN yang merugikan keuangan negara.
6. ... dst.

40
Karakteristik PMH Berkaitan PBJ Pemerintah

4 (empat) kategorri sifat kesalahan dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah :


1. Kesalahan administrasi murni
Terjadi apabila melakukan prosedur administrasi karena khilaf (culpa) terhadap ketentuan
prosedural/ tata laksana maupun akibatnya namun keuangan negara tidak rugi.
Pertanggungjawaban yang timbul adalah pertanggungjawaban administrasi murni
(bukan korupsi).
2. Kekhilafan (culpa) murni
Pelaku khilaf (culpa) dalam melaksanakan pekerjaanya sehingga negara rugi. Perbuatan
dimaksud masuk dalam PMH (onrechtsmatige daad) keperdataan Pasal 1365 BW namun
bukan korupsi.
Pertanggungjawabannya adalah perdata dengan wajib mengganti sejumlah nilai kerugian
yang ditimbulkan.

41
3. Sengaja membuat kesalahan
Pelaku sengaja mengelirukan pekerjaan berupa administrasi tertentu namun tidak ada
kerugian negara. Hal ini masuk dalam kesalahan administrasi yang
pertanggungjawabannya adalah secara administrasi pula.
Sanksi bagi pelaku adalah administrasi bukan sanksi pidana.
4. Sengaja melawan hukum
Pelaku dalam kedudukan administrasi tertentu, namun sadar dan sengaja bahwa
pekerjaannya menyalahi aturan/ prosedur dengan melawan hukum tetapi tetap
dilakukan dan membawa dampak kerugian keuangan negara.
Perbuatan pelaku masuk ranah tindak pidana korupsi (Pasal 2 atau 3).

42
Dasar
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945
Ketetapan MPR :
Ketetapan MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan

Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.


Ketetapan MPR RI Nomor : VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

Mengamanatkan perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,


demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan
negara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya.
•Ketetapan MPR RI Nomor : VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan

Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.


Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 tentang Tipikor

43
 PP No. 71 Tahun 2000, tanggal 21 Agustus 2000, yang telah diperbaharui dengan
PP Nomor 43 Tahun 2018, tanggal 17 September 2018 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Yang intinya :
Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data atau
informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat
secara bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.

44
4
Akhir sebuah Tujuan

45
Good ‘n Clean Governance

Good ‘n clean governance mencakup semua proses dan tindakan suatu K/ L/ D/ I/


BUMN/ BUMD/ Swasta/ Sektor Publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)/ organisasi
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
mempertanggungjawabkan tindakannya sesuai dengan kewenangan, fungsi dan tugas
pokok yang ditetapkan pada peraturan perundang-undangan serta untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Mengacu pada ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU RI No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, yakni :
a.Adanya kepastian/ jaminan hukum
b.Adanya kemanfaatan semua piihak
c.Adanya ketidakberpihakan/ adil
d.Adanya kecermatan dalam bekerja
e.Tidak menyalahgunakan kewenangan
f.Prinsip keterbukaan berimbang
g.Komitmen melayani kepentingan umum
h.Melakukan pelayanan yang baik

46
Kendala yang Dihadapi
(bukan sebuah kesulitan)

1. APIP satu atap dengan obyek terperiksa/ terlapor, sehingga menyebabkan penanganan
lapdumas tidak optimal dan dimungkinkan terjadi intervensi pihak tertentu;
2. Temuan APIP/ inspektorat provinsi/ kabupaten/ kota terkait dugaan TPK jarang
disampaikan kepada APH;
3. Tembusan temuan lapdumas terkait dugaan TPK hanya disampaikan kepada atasan
langsung;
4. Adanya pemahaman apabila temuan APIP terkait dugaan TPK disampaikan kepada APH, hal
tersebut dikhawatirkan menjadi stigma negatif terhadap kredibilitas pemerintah setempat;
5. Masih adanya pesimisme masyarakat terhadap laporan dugaan TPK yang sering tidak
tertangani oleh APIP, apabila yang dilaporkan memiliki jabatan tertentu maka pelapor
langsung melaporkan kepada APH;
6. Belum dilaksanakannya secara optimal berbagai peraturan terkait tugas dan kewenangan
APIP;
7. Belum dilaksanakannya secara optimal Nota Kerjasama (3 pilar institusi);
8. Belum dilaksanakannya komunikasi dan koordinasi yang optimal antara APIP dengan APH
dalam pencegahan dan pemberantasan TPK diwilayah kerja setempat.

47
Kikis rasa ewuh
pakewuh

Pasal 10 ayat (1)


APIP, Kejaksaan
UU RI No. 30 Tahun
RI, Kepolisian RI :
2014 tentang
Kekuasaan
Administrasi
Kewenangan
Pemerintahan

48
49
Simpulan
1. Pentingya sinergitas antara APIP dengan APH yang dapat dikembangkan
dalam rangka penerapan good ‘n clean governance pada pemerintah pusat/ kabupaten/
kota sebagai upaya pencegahan terjadinya abuse or fraud;
2. Pelaksanaan komunikasi dan koordinasi APIP dengan APH secara periodik,
dapat meningkatkan kinerja antar instansi bersangkutan sebagai langkah
antisipasi terhadap pencegahan TPK;
3. Pencegahan dan pemberantasan TPK antara APIP dengan APH bertujuan
mewujudkan penerapan good ‘n clean governance di pemerintah pusat/ kabupaten/
kota;
4. Peran APIP sebagai garda terdepan “front line” sangat penting dalam
pencegahan berbagai penyimpangan administrasi maupun pidana guna mewujudkan
optimalisasi kinerja sebagai pelayan masyarakat dan demi kesejahteraan masyarakat
secara luas.

50
Saran
1.Mohon pedomani makna ketentuan Pasal 56 PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah yang menentukan “Aparat pengawasan intern
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus independen dan obyektif”;
2.Mohon pedomani makna Diktum “Menimbang huruf b” pada PP No. 72 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah yang menentukan “...untuk memperkuat peran dan kapabilitas inpektorat daerah
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme serta meningkatkan
efektivitas, profesionalisme, dan...”;
3. Kikis rasa ewuh pakewuh dalam melakukan pemeriksaan maupun audit
investigatif yang terkait dugaan penyimpangan administrasi maupun dugaan pidana apalagi
terkait kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh pejabat publik pada pemerintahan
provinsi/ kabupaten/ kota;
4. Perkuat sinergitas dan komunikasi serta koordinasi peran APIP dengan APH
dalam setiap kesempatan pertama terutama pembahasan terkait law enforcement di daerah
provinsi/ kabupaten/ kota;
6. Mengadakan simulasi penanganan perkara dengan pihak APH.

51
Kata Bijak

“Kalau Anda menginginkan


perubahan kecil, ubahlah perilaku
Anda.
Tetapi bila Anda menginginkan
perubahan besar dan mendasar,
ubahlah pola pikir Anda”


♦♦ ♦♦

Stephen Covey
Terima Kasih Semoga Bermanfaat

53

You might also like