You are on page 1of 20

INTERVENSI KEBIDANAN HIV & AIDS DAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA
KELOMPOK 3:
19. WULAN SARI
1. Siti Hamidah
20. WIJANNATIN
2. Lenni Ana
21. SHAILA RAFIKA
3. Rusmini

4. Nur Higma S. R 22. DIENNITA R

5. Novia Mariani 23. NURUL H. A

6. Lili
24. IIS YULYANTI

7. Milah
25. DEA SARISTA R
8. Devi A
26. SITI NURYATI
9. Hany
27. HERMAWATI
LATAR BELAKANG

◦Epidemi HIV di Indonesia saat ini terkonsentrasi pada populasi


kunci (key affected population). Terdapat 2 (dua) jalur penularan
terpenting (1) hubungan seks heteroseksual tanpa pelindung,
utamanya dikalangan mereka yang memiliki banyak pasangan seks,
dan (2) prilaku penggunaan jarum suntik dikalangan pecandu
narkotika.
LANJUTAN
◦ Bisa jadi penasun juga sangat boleh berkontribusi pada tingginya penularan
dikelompok heteroseksual dan perinatal. Ada dua hal yang patut dicermati ; Pertama,
belum semua kasus teridentifikasi apalagi mendapatkan akses pengobatan ARV. Kedua,
meski diklaim ada penurunan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama oleh
penasun, kita harus secara kritis melihat bagaimana capaian program pengurangan
dampak buruk untuk penasun secara keseluruhan. (Sumber Informasi: Kemenkes RI dan
Buku HIV dan Narkoba cetakan 2019 (Zubairi Djoerban, Riza Sarasvita, dan Samsuridjal
Djauzi).
Saat ini, kesehatan reproduksi di Indonesia yang
diprioritaskan baru mencakup empat komponen atau
program, yaitu:
◦ Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
◦ Keluarga Berencana,
◦ Kesehatan Reproduksi Remaja,
◦ Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.
◦Prinsip umum pengendalian HIV dan AIDS tujuan utamanya adalah memutuskan rantai
penularan infeksi HIV dan AIDS, mencegah berkembangnya HIV dan AIDS dan
komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui (Media Litbangkes):

a. Mengurangi pajanan HIV dan AIDS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan
masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi.

b. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku risiko tinggi.

c. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjuran untuk mencari


pengobatan yang tepat.

d. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik untuk yang
simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan seksualnya.
◦Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM &
PL) Departemen Kesehatan RI, Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti
(Abdnego; Depkes RI, 1998):

a. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang sehat, pentingnya menunda usia
aktivitas hubungan seksual, perkawinan monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.

b. Melindungi masyarakat dari HIV dan AIDS dengan mencegah dan mengendalikan HIV dan AIDS pada
para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan penyuluhan mengenai bahaya
HIV dan AIDS, menghindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan
terutama mengajarkan cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.

c. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini terhadap HIV dan
AIDS.
◦ada beberapa cara pencegahan lain yang secara langsung maupun tidak langsung ikut
mencegah penularan atau penyebaran HIV dan AIDS. Kegiatan tersebut berupa kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dalam implementasinya berupa: konseling AIDS
dan upaya mempromosikan kondomisasi, yang ditujukan kepada keluarga dan seluruh masyarakat
yang potensial tertular HIV dan AIDS melalui hubungan seksual yang dilakukannya.

◦Dengan cara ini keluarga dan masyarakat secara terus menerus akan mendapat informasi yang
baru (up to date) tentang HIV dan AIDS sehingga keluarga akan lebih waspada dan mampu
mengembangkan langkah–langkah praktis untuk melindungi anggota keluarganya dari penularan
HIV serta untuk mengurangi tumbuhnya sikap yang menganggap bahwa keluarganya sendiri tidak
mungkin akan terinfeksi oleh virus AIDS ini (Unesco & Unaids, 2002).
◦karena HIV masih belum memiliki pengobatan definitif hingga kini, edukasi dan promosi
kesehatan akan penting untuk meningkatkan kesadaran terkait pencegahan dan deteksi dini.

◦ 1. Edukasi Pasien

◦ Setelah terkonfirmasi HIV positif, pasien diberikan konseling pasca diagnosis mengenai
pencegahan, pengobatan dan pelayanan infeksi HIV, yang mempengaruhi transmisi HIV dan
status kesehatan pasien.

◦ 2. Promosi Kesehatan

◦Promosi kesehatan melibatkan berbagai sektor dan dukungan dari pemerintah. Promosi
kesehatan mengenai infeksi HIV/AIDS dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, kampanye
penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko, promosi kesehatan bagi remaja dan
dewasa muda, serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan tenaga non-kesehatan terlatih
dalam promosi pencegahan penyalahgunaan zat dan penularan HIV.
◦ 3. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

◦Pencegahan dan penanggulangan infeksi HIV meliputi pencegahan transmisi seksual, pencegahan transmisi
nonseksual, pencegahan transmisi vertikal (ibu ke anak), serta pencegahan pra dan pasca pajanan.

◦4. Pencegahan transmisi seksual dilakukan dengan ABCDE :


◦ 5. Pencegahan Transmisi Nonseksual

◦ Pencegahan transmisi nonseksual antara lain:

◦ a. Uji saring darah pendonor

◦ b. Pencegahan Transmisi Vertikal


◦ c. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke janin

◦ d. Pencegahan Transmisi HIV Pra-Pajanan

◦ e. Pencegahan Transmisi HIV Pasca-Pajanan

◦ 6. Vaksinasi
◦ Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit infeksi HIV/AIDS
◦Penyalahgunaan NAPZA yang tidak dihentikan dapat menyebabkan kecanduan. Seseorang dianggap kecanduan jika
menunjukkan perilaku berikut:

1. Menggunakan NAPZA terus-menerus, setiap hari atau bahkan beberapa kali dalam sehari.

2. Menggunakan NAPZA guna mengalihkan pikiran yang mengganggu,

3. Meningkatkan dosis NAPZA seiring berjalannya waktu, karena dosis yang digunakan lambat laun akan terasa kurang.

4. Memastikan bahwa NAPZA selalu tersedia

5. Melakukan apa pun guna mendapatkan atau membeli NAPZA, seperti menjual barang pribadi hingga mencuri

6. Melalaikan tanggung jawab dalam bekerja dan cenderung mengurangi aktivitas sosial

7. Tetap menggunakan NAPZA meski sadar bahwa perilaku tersebut memberikan dampak buruk pada aspek sosial dan
psikologis

8. Melakukan aktivitas yang berbahaya atau merugikan orang lain ketika di bawah pengaruh NAPZA

9. Menghabiskan banyak waktu untuk membeli, menggunakan, atau memulihkan diri dari efek NAPZA
◦ Selain itu, penyalahgunaan NAPZA secara umum dapat menimbulkan
kondisi lain, yaitu:

a. HIV/AIDS atau hepatitis C, terutama bagi pengguna NAPZA suntik

b. Kerusakan otak permanen

c. Kecelakaan akibat berkendara dalam pengaruh NAPZA


d. Perilaku agresif yang membahayakan orang di sekitarnya
lanjutan
◦ e. Keinginan untuk bunuh diri
◦ f. Hambatan dalam pendidikan dan pekerjaan
◦ g. Gangguan dalam ekonomi, serta hubungan dengan keluarga
dan masyarakat
◦ h. Terkena jeratan hukum
◦Cara terbaik untuk mencegah kecanduan NAPZA
adalah dengan tidak mencoba NAPZA. Hal ini karena
sekali mulai menggunakan NAPZA, maka akan sulit untuk
menghentikan perilaku tersebut.

◦Kenali, amati, jauhi


◦Indonesia memiliki sistem rehabilitasi yang dilaksanakan oleh
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). IPWL adalah lembaga
yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan proses rehabilitasi.
IPWL bisa berupa puskesmas, rumah sakit, atau lembaga lain yang
ditetapkan pemerintah.
◦Di Indonesia, rehabilitasi untuk pasien penyalahgunaan NAPZA terbagi dalam tiga tahap,
yakni:

1. Detoksifikasi

2. Rehabilitasi nonmedis

3. Bina lanjut
kesimpulan
Hiv Pasien juga perlu diedukasi bahwa obat
antiretroviral (ARV), seperti zidovudin, harus
diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan
yang tinggi dan harus diikuti dengan pengurangan
perilaku berisiko dalam upaya pencegahan transmisi
HIV. Petugas kesehatan perlu membantu pasien agar
patuh minum obat, yaitu dengan konseling dan
motivasi terus menerus.
lanjutan
AIDS merupakan salah satu penyakit tidak bisa semnbuh seumur hidup, yang
berhubungan dengan infesksi menular seksual. Faktor risiko yang berhubungan
dengan HIV dan AIDS adalah tenaga medis dan paramedis yang menggunakan injeksi
(suntikan), penyalahgunaan narkoba, pekerja seks komersial, homoseksual dan umur.

◦ Cara terbaik untuk mencegah kecanduan NAPZA adalah dengan tidak mencoba
NAPZA. Hal ini karena sekali mulai menggunakan NAPZA, maka akan sulit untuk
menghentikan perilaku tersebut.
Terima kasih
Slogan dari kel 3
AKTIF TAK PERLU ZAT
ADIKTIF!!

You might also like