You are on page 1of 13

MAKALAH PEDAGOGIK

“ PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR “

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 JURUSAN PGSD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP) AL-AMIN DOMPU

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana dengan rahmat
dan karunianya yang luar biasa kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tentang Pedagogik sebagai Ilmu Pendidikan.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pedagogik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pendidikan tentang Pedagogik
sebagai Ilmu Pendidikan yang dapat di terapkan dalam kehidupan kita pada saat menjadi
seorang pendidik.
Kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin. Akan tetapi kami sadar
karena tak ada gading yang tak retak begitu juga makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran demi perbaikan makalah ini akan kami sambut dengan
senang hati, agar lebih baik dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Dompu, Oktober 2023


Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN


A. PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
1) Pengertian ilmu pendidikan
2) Pengertian pedagogik
3) Pengertian pedagogik sebagai ilmu pendidikan
4) Status keilmuan pedagogik
5) Karakteristik keilmuan pedagogik
6) Fungsi keilmuan pedagogik

BAB III. PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya kejelasan tentang pedagogik sebagai ilmu atau bukan ada dua kepentingan.
Sebagai penegasan terhadap status (posisi) dan memperkuat keyakinan terhadap sifat
kebenaran dan kegunaan dari sistem teori dalam pedagogik tersebut. Untuk mengawali kajian
pada subbab ini, diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian ilmu.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana aspek
yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta
didik.Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik
Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pendidikan yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Jagi pedagogy mengandung makna sebagai seorang
anak yang pergi dan pulang sekolah di antar, di bimbing, dan di pimpin oleh seorang
pembantu. Pada awalnya istilah pedagos merupakan pekerjaan yang paling rendah, namun
seiring berjalannya waktu istilah ini sekarang menjadi pekerjann mulia yaitu pekerjaan
mendidik anak.
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud pedagogik?
3. Apa pengertian pedagogic sebagai ilmu?
4. Apa saja status keilmuan pedagogik?
5. Apa saja karakteristik pedagogik?
6. Apa saja fungsi pedagogik?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami apa arti ilmu pendidikan.
2. Supaya dapat memahami apaitu pedagogik.
3. Agar dapat memahami apa itu pedagogik.
4. Supaya kita dapat memahami sepertiapa status keilmuan pedagogik.
5. Agar dapat mengetahui fungsi dan karakteristk apa saja yang dimiliki pedagogik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pendidikan


Secara etimologis ilmu berasal dari kata alama (bahasa Arab) yang berarti tahu. George
Thomas White Patrick dalam bukunya Introduction to Philosophy menyatakan bahwa dalam
bahasa latin dikenal pula kata scio, scire (sebagai asal kata science) yang juga berarti tahu.
Berdasarkan asal usul katanya itu, maka ilmu atau science berarti pendidikan. Kneller
(Syaripudin & Kurniasih, 2008) mengklasifikasikan pendidikan menjadi revealed knowledge,
intuitive knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge;
di samping ada juga yang mengklasifikasikan menjadi commonsense knowledge, scientific
knowledge, philosophical knowledge, dan religious knowledge.
Secara etimologis dan secara umum istilah ilmu (sebagaimana dipahami masyarakat umum
dalam kehidupan sehari-hari), maka semua pendidikan - sebagaimana telah dikemukakan di
atas - tergolong ilmu. Namun, dalam konteks studi akademik, sejak zaman modern
sebagaimana dirintis oleh Francis Bacon (1560-1662), Galileo Galilei (1564-1642), Newton
(1642-1727) dan lain-lain, istilah ilmu atau science telah mengalami perubahan arti. Ilmu
mempunyai arti yang spesifik, yaitu hanya berkenaan dengan pendidikan ilmiah (scientific
knowledge). Sebagaimana yang dikemukakan Titus et. Al. (Syaripudin & Kurniasih, 2008)
terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu (science). Pertama, istilah ilmu digunakan
untuk menunjuk bodies of knowledge, misal: fisika, kimia, psikologi dan lain-lain. Kedua,
istilah ilmu untuk menunjuk a body of systematic knowledge, yaitu konsep-konsep, hipotesis-
hipotesi, hukum-hukum, teori-teori, dan sebagainya yang tersusun secara sistematis dan
dibangun melalui kerja para ilmuwan selama bertahun-tahun. Ketiga, istilah ilmu digunakan
untuk menunjuk cara kerja tertentu, yaitu scientific method atau metode ilmiah. Dari
pernyataan Titus et. Al. Tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian istilah ilmu pada dasarnya
mempunyai dua dimensi, yaitu (1) sebagai hasil studi (sebagaimana terkandung dalam
penggunaan istilah ilmu yang pertama dan kedua seperti dikemukakan Titus et. Al.), dan (2)
sebagai metode studi, yaitu metode ilmiah (sebagaimana yang diungkap dalam yang ketiga
oleh Titus et. Al.). kedua dimensi pengertian yang terkandung dalam istilah ilmu tersebut
sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, karena antara kedua-duanya berhubungan erat dalam
membangun satu pengertian ilmu. Sejalan dengan hal ini Lenzen (Syaripudin & Kurniasih,
2008) menyatakan bahwa batasan ilmu menunjukkan suatu aktivitas kritis penemuan dan juga
sebagai pendidikan yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas
kritis penemuan tersebut. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dewasa ini secara operasional
dan substansial istilah ilmu mengandung arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah.
Ilmu adalah pendidikan ilmiah yang dihasilkan melalui metodeilmiah.

Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Ketiga
syarat yang dimaksud, yaitu;
1) Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya dari objek studi
disiplin ilmu yang lainnya.
2) Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang tepat dalam
rangka mempelajari objek studinya
3) Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan pendidikan mengenai
objek studinya yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
Ada yang berpendapat bahwa selain ketiga syarat atau kriteria di atas masih terdapat satu
syarat lagi yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Satu syarat yang
dimaksud adalah terjadinya progres, artinya bahwa sistem pendidikan yang dimaksud
mengalami kemajuan atau terus berkembang. Namun demikian, ada pula yang menentang
pendapat tersebut. Alasannya, bahwa bertambah tidaknya pendidikan sebagai isi suatu ilmu
atau maju tidaknya suatu ilmu, akan tergantung kepada ada atau tidaknya ilmuwan yang
melibatkan diri untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan adapun hal tersebut tidak akan
turut menemukan status keilmuan, melaikan hanya akan menemukan “hidup” tidaknya ilmu
yang bersangkutan.
Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus sebagai
suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejalan pendidikan
itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme
(human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam
Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga
persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan
dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil studinya.

B. Pengertian Pedagogik
Istilah pedagogik (bahasa Belanda: paedagogiek, bahasa Inggris: pedagogy) berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti anak dan agogos yang berarti
mengantar, membimbing atau memimpin. Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah
yang masing-masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni
paedagogos, pedagogos (paedagoog atau pedagogue), paedagogia, pedagogi (paedagogie), dan
pedangogik (paedagogiek). Dari kata paedos dan agogos terbentuk istilah paedagogos yang
berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman Yunani kuno yang tugasnya mengantar dan
menjemput anak majikannya ke sekolah, selain juga bertugas untuk selalu membimbing atau
memimpin anak-anak majikannya. Selanjutnya terjadi perubahan istilah, yang dulunya sebagai
pelayanan atau pembantu menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai ahli didik atau
pendidik. Namun secara prinsipil, bahwa dalam pendidikan anak ada kewajiban untuk
membimbing hingga mencapai kedewasaan (Syaripudin & Kurniasih, 2008). Di sisi lain, ada
juga paedagogia, yaitu pergaulan dengan anak-anak yang kemudian berubah menjadi
paedagogie atau pedagogi yang berarti praktik pendidikan anak atau praktik mendidik anak;
dan terbentuklah istilah paedagogiek atau pedagogik yang berarti ilmu pendidikan anak atau
ilmu mendidik anak.Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli ilmu
pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu mendidik.

C. Pengertian Pedagogik Sebagai Ilmu Pendidikan


Berdasarkan perspektif pengertian pendidikan secara “luas”, maka tujuan itu tidak terbatas,
tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup (Mudyaharjo dalam Syaripudin & Kurniasih,
2008). Oleh karena itu, pendidikan dapat berlangsung pada tahapan anak usia dini, anak,
dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut. Mengacu pada asumsi ini, maka terdapat beberapa
cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu pedagogik, andragogi, dan
gerogogi (Sudjana dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Jadi, mengacu pada pengertian
pendidikan dalam arti luas, yang benar dalam konteks ini, bahwa Pedagogik adalah ilmu
pendidikan anak. Akan tetapi, Langeveld (Syaripudin & Kurniasih, 2008) dalam bukunya
“Beknopte Theoritiche Paedagogiek” pendidikan dalam arti yang hakiki ialah proses
pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa; dan mendidik
adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian,
pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk
membantu atau membimbing anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan.
Lanjut Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak mengenal kewibawaan. Syaratnya anak
mengenal kewibawaan adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam memahami bahasa.
Oleh karena itu, batas bawah pendidikan atau pendidikan mulai berlangsung yakni ketika anak
mengenal kewibawaan. Sedangkan batas atas pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah
ketika tujuan pendidikan telah tercapai, yaitu kedewasaan. Bila anak belum mengenal
kewibawaan, pendidikan belum dapat dilaksanakan, dan dalam kondisi ini yang dapat
dilaksanakan adalah pra-pendidikan atau pembiasaan. Dengan demikian, menurut tinjuaan
pedagogik tidak ada pendidikan untuk orang dewasa, apalagi untuk manusia lanjut. Pendidikan
hanyalah bagi anak. Jadi, apabila mencau pada pengertian pendidikan menurut tinjauan
pedagogik, maka pernyataan “pedagogik adalah ilmu pendidikan anak” sama maknanaya
dengan “pedagogik adalah ilmu pendidikan. Tetapi ketika mengacu pada pengertian
pendidikan secara luas di awal, tidak benar apabila pedagogik dimaknai sebagai ilmu
pendidikan.

D. Status Keilmuan Pedagogik


Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus sebagai
suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejalan pendidikan
itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme
(human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam
Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga
persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan
dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil
studinya.Dapat dirumuskan bahwa objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat
dialami manusia. Objek studi ilmu dibedakan menjadi: (1) objek material, dan (2) objek
formal. Objek material adalah seseuatu yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud
materinya, sedangkan objek formal adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik dari objek
material yang dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan
objek formal tertentu. Beberapa disiplin ilmu mungkin memimiliki objek material yang
berbeda, tetapi mungkin pula mempunyai objek material yang sama. Namun demikian, sebagai
ilmu yang ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek formal yang spesifik dan berbeda
daripada objek formal ilmu yang lainnya. Objek meterial pedagogik adalah manusia, objek
material pedagogik ini adalah sama halnya dengan objek material psikologi, sosiologi,
ekonomi dan sebagainya. Namun demikian, pedagogik memiliki objke formal tersendiri, atau
mempunya objek formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi
dan sebagainya. Objek formal spikologi adalah proses mental dan tingkah laku manusia; objek
formal ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia, melalui proses produksi,
distribusi dan pertukaran; sedangkan objek formal pedagogik adalah “fenomena pendidikan”
atau “situasi pendidikam” (Drikarya, 1980 & Langeveld, 1980 dalam Syaripudin & Kurniasih,
2008).
Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu menggunakan metode ilmiah,
demikian pula pedagogik. Dalam rangka operasinya, metode ilmiah dijabarkan ke
dalam metode penelitian ilmiah. Adapun metode penelitian ilmiah tersebut dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu: (1) metode penelitian kualitatif dan (2) metode penelitian kuantitatif.
Yang tergolong metode penelitian kualitatif antara lain fenomenologi, hermeneutika, dan
etnometodologi, sedangkan yang tergolong metode penelitian kuantitatif antara lain metode
eksperimen, metode kuasi eksperimen, metode korelasional dan sebagainya. Kelompok filsuf
dan ilmuan tertentu berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan, sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan
penelitian ilmu kealaman. Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science),
yaitu zamah keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan pradigman Newtodian,
ada di antara para filsuf dan ilmuan yang berpendapat bawa ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu
kemanusiaan adau ilmu sosial termasuk di dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya
seharusnya menggunakan metode kuantitatif atau metode penelitian kealaman. Menurut
mereka, sesuatu “ilmu” (termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan metode penelitian
ilmu kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status keilmuannya.

Adapu ncabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J. Langeveld (1992):


1. Ilmu pendidikan teoritis
a. Ilmu pendidikan sistematis
b. Sejarah pendidikan
c. Ilmu perbanidngan pendidikan
2. Ilmu mendidik praktis
a. Didaktik atau metodik
b. Pendidikan keluarga pendidikan keagamaan

E. Karakteristik Ilmu Pendidikan


1. Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang mempunyai tujuan
hidup. Oleh karena itu ilmu pendiidkan hanya akan berdirih kokoh dan berkembang dengan
pesat apabila berlandaskan agama, pandangan hidup, filsafat hidup, serta ilmu pendidikan dan
teknologi. Nilai-nilai yang bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat,
karena dengan berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan
tidak mudah goyah dan tidak terlalu subyektif.
2. Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri dari obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu
pendidikan adalah manusia. Menurut H.D Sudjana (2000) manusia sebagai obyek material
ilmu pendidikan di klasifikasikan berdasarkan pengelompokannya ; manusia sebagai individu,
sebagai kelompok, sebagai komunitas, dan manusia sebagai masyarakat. Berdasarkan
perkembangannya yaitu, manusia pada masa usia dini, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
lanjut usia. Obyek formal ilmu pendidikan adalah situasi pendidikan/ situasi pedagogis (M.J.
Langveld;1952).

3. Metode Ilmu Pendidikan


Dalam ilmu pendidikan menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni prosedur yang
menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkna kebenaran
pengeahuan yang sah dan dapat di percaya.

4.Isi Ilmu Pendidikan


Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pendidikan yang antara lain memuat postulat, asumsi,
konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip dan model.
• Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa perlu ada
pembuktian secara empiris. Seperti manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat di didik
serta dapat mendiidk sendiri.
• Asumsi yaitu pendapat/ pandangan yang di dasarkan pada kerangka berfikir tertentu, yang
kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara empiris.
• Konsep, ialah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten, yang dihasilkan dari
pemikiran atau pengalaman.
• Teori adalah kumpulan konsep - konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk
struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu gejala atau
peristiwa lain terjadi.
• Generalisasi, yaitu keismpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman
khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
• Hukum, yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
pernyataan “jika maka” yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sebagai hasil gejala suatu
generalisasi dari riset ilmiah.
• Prinsip, yaitu hokum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala
tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka.
• Model, yaitu suatu bentuk teori atau serangkaian teori.
F. Fungsi Keilmuan Pedagogik
Sebagaimana ilmu pada umumnya, pedagogik mempunyai fungsi tertentu. Pedagogik
mempunyai lima fungsi :
1. Fungsi deskriptif dan preskriptif. Maksudnya bahwa pedagogik, selain berfungsi untuk
menggambarkan atau menjelaskan mengenai apa, mengapa dan bagaimana sesunggunya
pendidikan anak (deskriptif), juga berfungsi untuk memberikan petunjuk tentang siapa
seharunya pendidik dan bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik
anak.
2. Fungsi memprediksi. Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak sebagai
suatu hasil studi dalma pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik akan dapat
memberikan prediksi-prediksi tertentu tentang apa yang mungkin terjadi dalam rangka
pendidikan anak.
3. Fungsi mengontrol. Berdasarkan prediksi-prediksi seperti dijelaskan di atas, maka dengan
pedagogik itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian) agar sesuatu yang baik/yang diharapkan
berkenaan dengan pendidikan anak dapat terjadi, sedangkan sesuatu yang tidak baik/yang
tidak diharapkan yang berkenaan dengan pendidikan anak tidak terjadi.
4. Fungsi mengembangkan. Maksudnya bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk
melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan berupaya untuk menghasilkan temuan-temuan yang
baru.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu.
Pedagogic merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana
sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, serta tugas pendidik dalam mendidik anak
agar mampu secara mandiri menyelesaikan tuga shidupnya. Dan pedagogik juga memiliki
fungsi:
1) Fungsi deskriptif dan preskriptif
2) Fungsi memprediksi
3) Fungsi mengontrol
4) Fungsi mengembangkan

B. Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca bisa dapat mengetahui dan memahami tentang
pedagogik sebagai ilmu pendidikan sebagai referensi dalam menerapkan sebagai seorang
pendidik.
DAFTAR PUSTAKA

• http://madeyulia.blogspot.co.id/2016/01/pedagogik-sebagai-ilmu-
pendidikan.html21oktober2017
• http://mendidikanaksmart.blogspot.co.id/2015/11/pedagogika-sebagai-ilmu-
pendidikan.html 21oktober2017

You might also like