Professional Documents
Culture Documents
Pesona Poteretmu Pedihku - by - ELSA
Pesona Poteretmu Pedihku - by - ELSA
Suatu hari Aldi mendapat project dari kantor tempat Ia bekerja untuk memotret objek alam. Aldi kemudian berangkat ke sebuah
danau untuk melakukan sesi pemotretan di sana. Setibanya di danau Aldi melihat sosok wanita cantik dari kajauhan. Aldi
langsung tertarik dengan wanita tersebut, ia kemudian mengmbil kamera Sony DSC H300 miliknya dan segera memotret
wanita yang keindahanya mampu menandingi pemandangan danau saat itu.
Selepas sesi foto tersebut, Aldi kembali ke kantor dan mempresentasikan hasil karyanya kepada atasan dan rekan-rekan
kerjanya namun yang terjadi mereka justru menertawakan Aldi karena ia mengatakan bahwa telah berhasil memadukan dua
object yang indah dalam karyanya.
Cklik, Cklik, Cklik bunyi yang seringkali aku dengar ketika menemani ayah bekerja, Ayahku adalah seorang seorang duda
yang berprofesi sebagai fotografer wedding, hingga sampai ayah pensiun waktu berumur 19 tahun ia sangat berharap agar aku
menjadi seorang fotografer handal seperti dirinya. Aku memiliki sebuah keunikan yang berbeda dengan orang lain sejak kecil
aku dapat melihat makhluk halus disekitarku.
Aku dan lensa kamera DSLR milik ayah bagaikan amplop dan perangko. Kemanapun ayah bekerja, aku selalu
dismpingnya menenteng lensa-lensa ini. Hal ini yang membuat sehingga aku mulai tertarik dengan dunia fotografi. Aku
menutuskan untuk mengikuti les dan kursus fotografi hingga melanjutkan Sekolah Fotografi.
Aku berhasil menuntaskan studi fotografer dan mendapatkan beberapa sertifikat sehingga tidak menunggu waktu lama
akhirnya aku dipinang oleh salah satu kantor majalah. Loyalitas dan kualitas selalu aku utamakan saat bekerja mengingat aku
adalah karyawan yang paling muda di kantor itu.
Analog Canonet QL17 merupakan kamera milik ayah yang aku pakai sesekali untuk membidik. Bentuk kamera milik ayah
sudah agak kusam namun hasilnya tidak kalah jauh dengan kamera digital lainya. Alasan aku masih menggunakan kamera ini
karena ayah selalu berpesan proses tidak akan pernah menghianati hasil.
Kabar baik datang menghampiriku saat hendak berangkat ke kantor, aku mendapat project memotret alam karena
kebetulan bertepatan dengan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional. “Siap Laksanakan” jawaban lantang yang keluar dari
mulutku saat merespons perintah dari atasan. Setibanya di kantor aku melakukan meeting persiapan dan hal teknis lainya
terkait project ini. Saat tiba jam istrahat, Vito teman satu kantorku menghampiri dan berkata “Bro, ini kan project luar kantor,
kayanya enak tuh, skalian jalan sama gebetan, sambil eksplornya alam”. Mendengar pertanyaan itu aku pun menjawab,
Nggak vit, gue lebih nyaman kalau jalan sendiri biar muncul inspirasi dan ide-ide dalam menentukan angle”. Memang
semenjak kuliah dan mengikuti kursus, belum ada terfikirkan untuk dekat dengan cewek atau memiliki niat untuk berpacaran,
karena aku ingin fokus dengan tujuanku menjadi fotogerafer seperti pesan ayah.
Keesokan harinnya dengan kondisi tubuh yang fit dan semangat yang tinggi aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke
tempat foto shout. Lokasi yang ditentukan oleh kantor adalah danau yang jaraknya lumayan jauh dari kota. Waktu tempuhnya
sekitar 2 jam menggunakan sepeda motor. Setelah menempuh perjalanan 2 jam lamanya akupun tiba dengan mata yang
berkaca-kaca mengagumi keindahan danau tersebut. Air yang tenang, dengan dikelilingi pohon yang rimbun disertai hembusan
angin yang sejuk membuat rasa lelahku terbayarkan. Aku bergegas mengeluarkan kamera miliku dan tak lupa kamera lawas
milik ayah serta perlengakapn lainya. Beberapa gambar telah aku ambil dengan angle yang bagus dan hasil yang sempurna.
Tiba-tiba mataku tertuju pada salah satu pohon tepat di tepi danau tampak seorang gadis sedang berdiri dengan posisi
membelakangiku jaraknya kira-kira 200 meter. Sekilas gadis itu memiliki bentuk tubuh yang sempurna jika dilihat dengan
mata telanjang membuatku makin penasaran namun karena rasa malu untuk mendekati gadis itu ahkirnya aku berinisiatif untuk
mebidik dari jauh dengan lensa milik ayah.
Setelah mataku kontak dengan lensa kearah wanta itu ternyata parasnya sangat cantik nan jelita. Bentuk mata yang lentik,
hidung yang tinggi dengan tahi lalat di samping bibir membuat wanita itu terlihat begitu sempurna. Dengan penuh rasa kagum
aku memotret wanita itu beberapa kali tanpa ia sadari. Hari mulai sore hingga aku memutuskan untuk mengakhiri sesi foto dan
beranjak pulang.
Aku tiba di rumah pukul 20:00 WIB dengan sisa tenanga, menyipakan materi untuk presentasi besok di kantor. Terlintas
ide yang muncul dipikiranku untuk memberikan nama project ini “Perempuan dan Alam.” Beberapa hasil foto gadis dan
pemandangan danau sudah aku tambahkan di dalam slide power point. Keesokan hari saat presentasi serentak semua rekan dan
atasan menertawakan aku sehingga membuat aku kaget dan sempat bingung dengan apa yang mereka tertawakan. “Di, itu
materi judulnya sangat menarik, Perempuan dan Alam, tapi kenapa pemandangan alamnya ada, terus kemana
perempuannya”? teriak Vito sembari menertawakanku. Ternyata menurut meraka tidak ada objek wanita didalam foto-foto itu.
Aku berusaha meyakikan mereka namun semakin aku berusaha semakin pula mereka menertawakanku.