You are on page 1of 18

PRESENTASI KASUS

Moh. Daffa Fauziansyah


20204010285
Nama : Tn. SH

Usia : 71 tahun

Identitas Pasien Alamat : Lendeh, Kulonprogo

Dokter perujuk : dr. Dian Nina Arifia

Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2021


Anamnesis :
• Pasien datang ke IGD RS Jogja dengan keluhan batuk, sesak dan demam .
Demam dirasakan sudah sejak 4 hari yang lalu. Demam disertai batuk dan
sesak nafas. Pasien datang membawa hasil RT-PCR (+). Pasien mempunyai
riwayat penyakit diabetes mellitus dan kontrol tiap bulan di Puskesmas.
Riwayat hipertensi, gangguan jantung, gangguan ginjal disangkal.

Rangkuman Vital Sign :

Kasus TD : 156/78 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 20 x / menit

SpO2 : 88 %

T : 36,4C
Pemeriksaan Fisik :

GCS : E4V4M5

Kepala : CA -/-

Thorax : SDV +/+, Rh +/+

Rangkuman
Ekstremitas : Akral hangat. CTR <2”

Pemeriksaan Penunjang :

Kasus Swab Antigen

GDS
: Negatif (-)

: 311 (H)

D-Dimer Kuantitatif : 1160 (H)

PH : 7.476 (H)

HCO3 : 26.4 (H)

Laktat : 1.2 (Normal)


Pemeriksaan penunjang
cont.. •Foto Thorax AP, Lateral
•Hasil :
• Inspirasi cukup, trakea tidak deviasi
• Soft tissue dan tulang intak
• Sudut costophrenicus lancip,diafragma
licin, tinggi kanan > kiri
• CTR kurang dari 0,56
• Pulmo : Corakan bronchovascular
meningkat, tampak perselubungan
semiopaque inhomogen di pulmo
bilateral (lebih nyata di bagian tepi
lateral.
• Air bronchogram (+)
•Kesan : Bronchopneumonia probable
covid-19 dd Pneumonia multilobaris
dengan besar cor normal.
Foto Thorax
Covid-19 (Coronavirus disease 2019)
adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan oleh suatu spesies coronavirus,
yaitu severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pneumonia
COVID-19 adalah peradangan pada parenkim
paru yang diduga disebabkan oleh SARS-
Covid-19 CoV-2.
Mekanisme penularan COVID-19
paling utama ditransmisikan oleh tetesan
aerosol penderita dan melalui kontak
langsung. Aerosol kemungkinan
ditransmisikan ketika orang memiliki kontak
langsung dengan penderita dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama.
Gejala klinis sangat bervariasi dari
tanpa gejala, gejala ringan sedang sampai
kegagalan respirasi yang berat. Demam ,
kelelahan, dan batuk kering merupakan
tanda-tanda umum infeksi disertai dengan

Gejala gejala seperti hidung tersumbat,pilek,


bahkan bisa menimbulkan diare pada
beberapa pasien .
klinis Covid-19 Pada kasus yang parah bisa terjadi
sesak nafas atau hipoksemia yang biasanya
terjadi setelah satu minggu dari onset
penyakit, dapat berkembang menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut, syok sepsis,
asidosis metabolic yang sulit ditangani.
Tes yang paling dapat
diandalkan untuk diagnosis infeksi
SARS-CoV-2 adalah uji reaksi RT-
PCR dari swab orofaringeal atau
Pemeriksaan nasofaringeal yang melibatkan usap
Laboratorium tenggorokan atau usap tempat di
bagian belakang hidung bertemu
Covid-19 dengan tenggorokan.
Pemeriksaan lainnya , yaitu
Swab-antigen, Genose, dan D-
Dimer.
Radiografi thorax dan CT-
Scan thorax dapat digunakan dalam
membantu diagnosis kerja infeksi
Covid-19 agar pemilihan dan
pemberian terapi bisa segera dilakukan
Pemeriksaan sampai hasil RT-PCR keluar sebagai
diagnosis pasti.
Radiologi Radiografi thorax Covid-19
Covid-19 merupakan pemeriksaan sederhana
yang paling sering digunakan
terutama pada kasus tersangka Covid-
19 dengan keluhan respirasi, karena
tersedia di mana mana, jumlah pasien
banyak dan mudah disterilkan.
Temuan radiografi thorax yang khas yaitu gambaran subpleural unilateral,
bilateral, fokal/multifocal ground glass opacity dan konsolidasi, bisa disertai efusi pleura
minimal, tetapi jarang.
Pelaporan hasil radiografi thorax bisa mengikuti beberapa acuan yang telah disepakati
oleh RSNA atau menggunakan model pelaporan British Society Thoracic Imaging (BSTI).
BSTI membuat pelaporan radiografi thorax berdasarkan 4 kategori dan menentukan
derajat pneumonia bila gambaran nya classic/probable dibagi menjadi ringan, sedang dan
berat berdasarkan visual atau skoring yaitu :
Examples of the COVID
BSTI categories for plain
films, in each case all
radiologists agreed on
the categorisation.
(a) Anteroposterior (AP)
erect radiograph
demonstrating
“Classic/probable
COVID-19”.
(b) AP erect chest
radiograph
“Indeterminate for
COVID-19”. (c) AP erect
radiograph classified as
“COVID normal”.
(d) AP erect radiograph
classified as “Non-
COVID”.
Tatalaksana
◦ 1. Isolasi pada semua kasus, bila ada ruangan dengan tekanan negatif
lebih baik tetapi apabila tidak maka dapat menggunakan ruangan dengan
aliran udara baik dan penempatan antar pasien minimal jarak 1 meter
◦ 2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
◦ 3. Serial foto toraks
◦ 4. Terapi oksigen (O2) nasal kanul
◦ 5. Terapi cairan IVFD Ringer Laktat 500 ml/24 jam
◦ 6. Terapi simptomatik
◦ 7. Paracetamol 3 x 500 mg
◦ 8. Obat-obatan lain sesuai komorbid bila ada
Prognosis
•Case fatality rate (CFR), jumlah total kasus kematian dibagi jumlah
seluruh kasus total COVID-19 secara global ialah 3,3% berdasarkan
data dari WHO per tanggal 5 September 2020. Sedangkan di
Indonesia memiliki nilai CFR ialah 4,2% per 5 Sepember 2020.
•CFR meningkat berhubungan dengan usia. CFR sangat rendah
pada usia < 20 tahun.
•Pasien COVID-19 yang memiliki penyakit komorbiditas memiliki
hasil klinis yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa
penyakit komorbiditas.
Terimakasih

You might also like