f nmpmt kldimk`g Dalam kehidupan sehari – hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat didalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana
dmmd ymdi tlpmt,
maupun keputusan yang kompleks. Pendahuluan Apalagi sebagai seorang TENAGA KESEHATAN,
ngmidasm ymdi tlp
haruslah dapat mengambil suatu keputusan penatalaksanaan yang tepat, tentunya sesuai dengan diagnosa yang tepat pula. WHAT IS CRITICAL THINKING ??? • Critical thinking (Berfikir kritis) merupakan seni gambaran sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. • Berfikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan dan tepatnya asuhan yang diberikan. LANJUTAN……..
• BERFIKIR KRITIS ADALAH KEMAMPUAN UNTUK
BERFIKIR JERNIH DAN RASIONAL TENTANG APA YANG HARUS DILAKUKAN ATAU APA YANG HARUS DIPERCAYA. HAL INI MENCAKUP KEMAMPUAN UNTUK TERLIBAT DALAM PEMIKIRAN REFLEKTIF DAN MANDIRI. • SESEORANG DENGAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MAMPU MELAKUKAN HAL BERIKUT SEPERTI MEMAHAMI HUBUNGAN LOGIS DENGAN IDE • SESEORANG DAPAT DIKATAKAN BERFIKIR KRITIS BILA MEMPUNYAI DUA ASPEK YAITU : COGNITIF SKILLS DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL UNTUK MENGGUNAKAN SKILLS TERSEBUT SEBAGAI PETUNJUK DALAM BERTINDAK. TUJUAN BERFIKIR KRITIS Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks. • Berfikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam manajemen asuhan kebidanan. Berfikir kritis meningkatkan kreatifitas untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah.
• Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan
harus menggunakan unsur-unsur dasar dalam berpikir kritis agar asuhan kebidanan yang akan diberikan berkualitas. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep. Seorang bidan harus memahami konsep dasar manajemen asuhan kebidanan. 7 LANGKAH VARNEY Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau
Masalah Potensial
Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang
Menyeluruh
Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Langkah VII: Evaluasi
• Berpikir kritis berdampingan dengan berpikir kreatif, artinya kemampuan berpikir seorang bidan untuk membuat hubungan yang baru dan yang lebih berguna dari informasi yang sebelumnya sudah diketahui oleh bidan • Karakteristik dari berpikir kritis adalah kreatif, logis dan rasional, berhati – hati dan mencari informasi, sistematik dan sesuai dengan intelektual. Critical Reasoning (Penalaran kritis) Adalah Hasil dari berfikir kritis yang kemudian dimulai dari kemampuan menganalisis, mengaplikasikan fikiran, dan pada akhirnya mampu membuat dan menciptakan. Sehingga bisa dikatakan orang itu KREATIF. Penalaran adalah istilah yang mencakup semua dalam logika yang menangkap semua subkategori kegiatan yang dapat dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesimpulan. Berpikir kritis yang dilakukan seorang bidan tidak terpisah dari clinical reasoning, artinya seorang bidan memusatkan pikirannya kearah diagnosa kebidanan yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan dan penalaran. Beberapa Aspek Penalaran Klinis Yang Harus Diaplikasikan Oleh Seorang Bidan Dalam Menjalankan Manajemen Asuhan Kebidanan.
1. Penalaran berdasarkan pengetahuan atau ilmiah
2. Penalaran naratif/narasi
3. Penalaran pragmatik/isu praktek yang mempengaruhi tindakan
klinis.
4. Penalaran etis/melakukan penalaran secara moral dalam melakukan
tindakan Hasil penalaran, berpikir kritis, clinical reasoning dari manajemen asuhan kebidanan akan dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan atau pendokumentasian ceklist. Bentuk naratif merupakan pencatatan tradisional dan bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Berhubung sifat terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Flow sheet atau lembaran ceklist memungkinkan bidan untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif.