You are on page 1of 26

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sunarno, M.

Hotnida
Randy Lesmana Putra
Co-Pirolisis
• Pirolisis menggunakan lebih dari satu bahan
baku.
• Dilakukan pada reaktor batch dengan proses
non-isothermal
• Dilakukan pada rentang suhu 400 – 700 0C pada
kondisi atmosferis
• Produk yang diperoleh dari Co-Pirolisis yaitu :
bio-oil, char dan gas
Abstrak
• Konsumsi bahan bakar fosil & populasi
yang terus meningkat menyebabkan
beberapa masalah lingkungan.
• Biomassa merupakan sumber energi
terbarukan yg cocok untuk memproduksi
bahan bio-oil krn ramah lingkungan,
ketersediaan di alam melimpah, low cost,
energi terbarukan dan carbon neutral
( Lang et al. 2013)
Abstrak

 Produksi plastik global diperkirakan akan meningkat dari 300 juta metrik ton
th 2015 menjadi 13 miliar metrik ton pada th 2050 (Lee dkk, 2021). Th 2020
produksi plastik global mencapai 370 juta ton & wilayah asia menyumbang
sekitar setengahnya (Plastics europe. 2020)
Abstrak

 Bahan yang kaya akan hidrogen spt plastik, ban, lubricant oil dapat bertindak
sebagai donor hydrogen terhadap karbon dalam bahan baku dan mendorong
interksi sinergis positif dengan biomassa untuk meningkatkan kualitas bio-oil
Abstrak

 Interaksi antara biomassa, lignoselulosa dan polimer sintetik selama co-


pirolisis menghasilkan bio-oil dengan rendemen karbon tinggi, nilai kalor
tinggi, aromatic selectivity dan hydrocarbon ( Dorado et al. 2005)
 Co-pirolysis memerlukan lebih sedikit energi dibandingkan dengan pirolisis
biomassa & plastik saja ( Chen dkk. 2020)
Abstrak

 Kualitas dan distribusi produk dari proses co-pirolisis tergantung pada


biomassa, jenis dan sifat plastik, kondisi pemrosesan spt suhu, ukuran
partikel, waktu tinggal jenis rektor dan penambahan katalis.
Pembahasan Jurnal

 Pengaruh berbagai jenis plastik sebagai co-reaktan dalam co-pirolisis dengan


biomassa padat terhadap distribusi produk, efek sinergis dan kualitas bio-oil
 Memberi informasi mengenai peran penting katalis dalam meningkatkan hasil
dan kualitas bio-oil.
Jenis plastik yang digunakan sebagai co-
reaktan pada co-pirolisis
 High Density Polyethylene (HDPE)
 Low Density Polyethylene (LDPE)
 Polyethylene terephthalate (PET)
 Polycarbonate (PC)
 Polyvinlyl chloride (PVC)
 Polystryrene
High Density Polyethylen (HDPE)

 Penambahan HDPE pada co-pirolisis biomassa dapat menurunkan


pembentukan kokas pada katalis dan senyawa teroksigenasi dalam phyrolysis
oil.
 Co-pirolisis biomassa dg HDPE secara umum memberikan efek sinergis positif
terhadap hasil bio-oil ( Hassan et al., 2020, Onal as al.,2014; Rahman et
al.,2021)
Low Density Polyethylene ( LDPE)

 Co-pirolisis LDPE dengan lima biomassa berbeda menghasilkan bio-oil


ekperimental (13,2 – 32,3 wt %) lebih kecil dari nilai teoritis ( 42 – 47,5 wt %)
 LDPE dapat menghambat pembentukan kokas selama pirolisis biomassa
karena penguraian LDPE dan biomassa melalui radikal bebas.
Low Density Polyethylene ( LDPE)

 Al-Maari dkk. (2021) mempelajari co-pirolisis tandan buah kosong (EFB) dan
pelepah kelapa sawit (PF) dg LDPE untuk produksi bio-oil. Hasil penelitian
menunjukkan interaksi sinergis positif pada produksi hidrokarbon alifatik dan
penghambatan senyawa teroksigenasi. Hidrogen yg di lepaskan dari LDPE
meningkatkan dekarbonilasi karbonil dan gula, dan dekarboksilasi asam
menjadi hidrokarbon karena oksigen menghilangkan CO dan CO 2
Polyethylene Terephthalate (PET)

 Co-pirolisis PET dan biomassa membentuk asam dan ester. Salah satu
tantangan terbesar terkait bio-oil pirolisis dari PET adalah kandungan asam yg
tinggi spt asam benzoat. Sifat asam dari bio-oil pirolisis menyebabkan korosif
menurunkan kualitas bahan bakar.
Polyethylene Terephthalate (PET)

 Hasil arang yang lebih tinggi diperoleh dari campuran PAW/PET pada suhu
dekomposisi akhir 5300C . Hasil arang meningkat seiring dengan peningkatan
rasio campuran PET dalam bahan baku.
 Chen et al (2017) menyelidiki efek sinergis pada morfologi arang dan perilaku
termal selama co-pirolisis PET dg Kayu paulownia (PAW) menggunakan TGA.
Hasilnya menunjukkan penyimpangan yg luar biasa antara nilai eksperimen
dan nilai yg di hitung.
Polycarbonate (PC)

 Co-pirolisis biending pinewod (PW) dan PC meningkatkan hasil produksi gas


(dari 67,6% berat menjadi 77,7% berat) namun mengurangi hasil tar dan arang
dibandingkan dengan nilai teoritis dari pirolisis bahan baku individual.
Fenomena ini menunjukkan bahwa efek sinergis dari co-pirolisis PW dan PC
melibatkan interaksi timbal balik dari bahan bahan yg mudah menguap dalam
fasa gas dan interaksi bahan bahan mudah menguap –padatan yg
meningkatkan konversi total bahan baku padat menjadi gas
Polycarbonate (PC)

 Penambahan lignin ke pirolisis PC meningkatkan dekomposisi PC menjadi


senyawa phenolic dg meningkatkan pelepasan CO selama co-pirolisis sekaligus
menghambat senyawa aromatik (Jin et al., 2016)
Polyvinlyl Chloride (PVC)

 Co-pirolisis PW dan PVC menghasilkan lebih banyak arang dan lebih sedikit
cairan dibandingkan dengan data teoritis.
 Kehadiran PVC dapat mempengaruhi reaktivitas dan energi aktivasi biomassa
lignoselulosa
 Penyimpangan nilai energi aktivasi teoritis dan ekperimen menandakan
terjadinya efek sinergis antara CS dan PVC selama co-pirolisis (Ozsin dan
putun ., 2019)
Polystyrene

 Penambahan 20 % berat PS dalam co-pirolisis meningkatkan hasil cair dari


39,26% berat menjadi 45,59% (Mishra dan Mohamy ., 2020)
 Pada rasio pencampuran 30%, plastik dapat memiliki interaksi sinergis
maksimum antar partikel yang dapat memaksimalkan pembentukan zat
volatile yg dapat di ubah menjadi bentuk cair. Dalam hal ini interaksi panas
dan massa yg lebih besar terjadi antara biomassa dan partikel plastik.
Polystyrene

 Pada bahan campuran 10 % berat dan 30% berat interaksi antara biomassa dan
komponen plastik menciptakan efek sinergis yg aktif, mengurangi
pembentukan zat volatile dan produksi minyak cair.
Katalis
katalis membantu mengarahkan reaksi menuju produk
yang diinginkan melalui interaksi antara strukturnya,
serta pirolisat dan reaksi produk

1. Zeolit mikropori
Zeolit mikropori sebagai katalis paling efisien untuk
menghasilkan bahan kimia bernilai tinggi karena
keasamannya yang tinggi, spesifiknya yang tinggi luas
permukaannya, kemampuan adsorpsinya yang tinggi dan
selektivitas bentuk. Struktur porinya yang unik dengan
keasaman yang kuat mendukung selektivitas aromatik
dengan kemampuan perengkahan dan deoksigenasi yang
sangat baik.
Sifat katalis khususnya keasaman dan ukuran pori, sangat
penting dalam menentukan kemanjuran produksi aromatik
selama reaksi pirolisis katalitik. Di sisi lain, suhu rendah
dan rasio katalis terhadap reaktan yang lebih sedikit
diterapkan untuk katalis HY karena zat antara reaksi
dapat berdifusi dengan mudah ke dalam pori-porinya dan
melakukan kontak erat dengan situs aktif untuk menjalani
reaksi lebih lanjut membentuk aromatik.
2. Zeolit mesopori
Luas permukaan zeolit mesopori yang tinggi memberikan
akses yang lebih besar ke situs aktif dan meningkatkan
interaksi katalitik antara reaktan. ko-pirolisis
menyebabkan tingkat konversi oksigenat menjadi
hidrokarbon aromatik yang lebih tinggi.
MCM-41 merupakan salah satu jenis zeolit mesopori yang
memiliki ukuran pori lebih besar sehingga cocok untuk
adsorpsi, divergensi dan katalisis makromolekul. Ukuran
pori yang lebih besar dapat mengurangi keterbatasan
difusi dalam pori-pori. MCM-41 dapat menyediakan situs
aktif yang cukup untuk adsorpsi dan reaksi katalitik
karena luas permukaan spesifiknya yang tinggi lebih dari
1000 m2/G
Kim dkk. (2017) menyelidiki dampak kelembaban dan
diameter molekul terhadap pembentukan hidrokarbon
yang dihasilkan dalam ko-pirolisis karbohidrat dengan
LDPE linier. Mereka menilai aktivitas katalitik ZSM-5
mikropori dan mesopori dengan mesoporisitas tinggi dan
kelembaban rendah Al-SBA-15. Hasil hidrokarbon
monoaromatik yang lebih tinggi diperoleh dengan
katalisis ZSM-5 karena kombinasi struktur mikropori dan
mesopori.
3. Zeolit modifikasi
logam
Penambahan logam dapat mengubah karakteristik tekstur
dan asam, serta meningkatkan stabilitas termal katalis.

Penggabungan situs logam ke dalam kerangka zeolit ​dapat


mengubah jalur deoksigenasi sehingga lebih baik
melepaskan lebih banyak oksigen dalam bentuk karbon
monoksida daripada karbon dioksida dan udara, sehingga
menawarkan lebih banyak hidrogen yang tersedia untuk
produksi aromatik. Kehadiran logam meningkatkan
selektivitas aromatik terhadap hidrokarbon monoaromatik
(MAH) bernilai tinggi dan mendorong pembentukan
senyawa teroksigenasi.
4. Zeolit Hirarki
Zeolite hierarki merupakan zeolit yang terdiri dari dua ukuran
pori yaitu mikro dan mesopori. Aktivitas katalitik zeolit hirarkis
terutama bergantung pada metode sintesis. Desilikasi
(menghilangkan silika) dan dealuminasi (menghilangkan
aluminium) merupakan pendekatan yang efisien untuk
menghasilkan mesoporitas meskipun hal ini dapat
mengakibatkan perubahan besar dalam sifat asam.
Tantangan dan kebutuhan penelitian di masa depan

Ko-pirolisis biomassa dan berbagai campuran plastik perlu


dipertimbangkan sebagai bahan baku di masa depan karena
bahan limbah umumnya tidak dikumpulkan secara terpisah
sesuai dengan kriterianya. Berdasarkan situasi pengelolaan
sampah, pemisahan biomassa dan sampah plastik satu sama lain
selama tahap daur ulang tidak layak dan tidak ekonomis.
Banyak penelitian fokus pada ko-pirolisis campuran biner
dibandingkan campuran multikomponen. Oleh karena itu,
umpan multi-komponen stok dengan kondisi reaksi optimal
perlu pemanasan Selain itu, emisi gas yang terkait dengan
pirolisis multi-komponen perlu diperiksa untuk sepenuhnya
mengoptimalkan teknologi pirolisis guna mencapai kuantitas
dan kualitas bio-oil yang tinggi.
Meskipun ko-pirolisis biomassa dengan plastik sangat menekan
pembentukan kokas dibandingkan dengan pirolisis biomassa
individu, penonaktifan katalis masih merupakan tantangan
besar. Memilih katalis yang cocok yang memiliki aktivitas
katalitik tinggi serta stabilitas adalah hal yang sangat penting.
Keasaman/basa, selektivitas bentuk, struktur berpori dan jumlah
situs aktif merupakan faktor penting yang perlu
dipertimbangkan ketika merancang katalis.

You might also like