You are on page 1of 11

KELOMPOK 6

SEJARAH
JATUHNYA GRANADA
XI 8/IPS 1
Javier &
01
KESULTANAN
GRANADA
Kesultanan Granada atau Keamiran Granada, juga disebut Kerajaan
Nashriyah Granada, adalah sebuah kerajaan yang didirikan pada
tahun 1238 setelah Muhammad an-Nasir dari Muwahhidun
dikalahkan oleh gabungan tentara Kristen dalam Pertempuran Las
Navas de Tolosa pada tahun 1212.

Setelah Pangeran Idris meninggalkan Iberia untuk mengambil alih


kepemimpinan Muwahhidun, Muhammad I bin Nasri mendirikan
bani Muslim terakhir di semenanjung Iberia - yaitu Bani Nasri.
Amir-amir Nasri adalah yang membangun kompleks istana
Alhambra. Bahasa Arab merupakan bahasa resmi dan menjadi
bahasa ibu sebagian besar penduduk.
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari
penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada
menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang
terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan kesediaan dan ketundukan Granada
dengan membayar upeti berupa emas kepada Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal
baliknya, Castile menjamin independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka
dan lepas dari ancaman invasi Castile.

Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan
adalah letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang
menjadi benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.
02
PEPERANGAN
KERAJAAN GRANADA
Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti. Namun dikelilingi oleh
kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak
pernah aman dari ancaman penaklukkan.

Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri
Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang
satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru.

Tahun 1482 pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai. Meskipun secara jumlah
dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat juang masyarakat muslim Granada sangatlah besar, mereka
berperang dengan penuh keberanian. Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa
raga mereka dalam peperangan, mereka layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang kuat mempertahankan diri
mereka, istri, dan anak-anak mereka.” Demikian juga masyarakat sipil Granada, mereka turut serta dalam peperangan
dengan gagah berani, mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa.
Saat itu, orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan mereka di masa lalu. Beda halnya
dengan Granada yang malah menghadapi pergolakan politik. Para pemimpin muslim dan para gubernur cenderung saling
sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda, dan berusaha saling melengserkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang
berperan sebagai mata-mata Kristen dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. Lebih parah dari itu, pada
tahun 1483, Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga memicu
terjadinya perang sipil.

Raja Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian lemah, ia mendukung pemberontakan
Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota keluarganya. Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut
berperang bersama Sultan Muhammad menghadapi anggota keluarganya. Akhirnya Sultan Muhammad berhasil menaklukkan
anggota kerajaan dan menguasai Granada. Namun kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota Granada saja, karena
pasukan Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.
03
JATUHNYA GRANADA
Tidak lama setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand untuk
menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut dengan permintaan
Raja Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah Granada
kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand untuk
melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada. Muhammad
berusaha untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit Islam di Afrika Utara
dan Timur Tengah untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa. Namun bantuan yang diharapkan
Muhammad tidaklah sesuai dengan harapannya. Turki Utsmani hanya mengirimkan sekelompok
kecil angkatan laut yang tidak berpengaruh banyak terhadap kekuatan Kristen Eropa.

Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari
menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah
mengepung dan bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani
surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November
1491.
Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra,
mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda
kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada
mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak
berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.

Setelah itu, Sultan Muhammad diasingkan. Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia menoleh kepada bekas wilayahnya
sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat keadaan itu tidak simpatik kepada putranya, bahkan ia memarahinya
dengan mengatakan, “Jangan engkau menangis seperti perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan
Granada layaknya seorang laki-laki”.

Orang-orang Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada, walaupun kemudian
perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam terbunuh dan yang lainnya mengungsi menyeberang lautan
menuju wilayah Afrika Utara.

Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya. Cahaya Islam menghilang
dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang
Kristen yang menempati wilayah tersebut.
TERIMAKASI
H

You might also like