You are on page 1of 64

KONSEP ANEMIA PADA

ANAK

OLEH : HAYATI PALESA, SKM., MPH


Anemia Pada Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anemia
 Anemia adalah: istilah yg menunjukan
rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit
dibawah normal.
 Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh.
 Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan (Smeltzer, 2002).
2
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian
berdasarkan etiologinya:
1. Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor
pematangan eritrosit, seperti
defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin
dan sebagainya.
2. Anemia aplastic
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan
sel darah oleh sumsum tulang.
• 3. Anemia hemoragik
• Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau
perdarahan yang menahun.

3
Batasan normal kadar Hb
Kelompok Umur Hemogloblin (gr/dl)
Anak usia sekolah 5-11 thn 11,5
Laki-laki & peremp. 12-14 thn 12,00

Sumber WHO 2001 dlm Supariasa 2002

4
Derajat Anemia pada anak
Derajat anemia untuk menentukan seorang
anak mengalami anemia atau tidak dapat
ditentukan oleh jumlah kadar Hb yang
terdapat dalam tubuh. Klasifikasi derajat
anemia yang umum dipakai adalah:
a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr / dl
b. Ringan Hb 8 gr / dl – 9,9 gr / dl
c. Sedang Hb 6 gr / dl – 7,9 gr / dl
d. Berat Hb < 6 gr / dl

(Sumber : WHO, 2002,. dalam Wiwik , 2008).

5
Penyebab Defisiensi Besi Menurut Usia
Bayi kurang dari 1 tahun
a. Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah,
prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa
suplementasi besi, susu formula rendah besi,
pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.
b. Alergi protein susu sapi
Anak umur 1-2 tahun
a. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan
tambahan atau minum susu murni berlebih.
b. Obesitas
c. Malabsobsi
d. Kebutuhan zat besi berlebih karena infeksi
berulang/kronis

6
Anak umur 2-5 tahun
a. Asupan besi kurang karena jenis makanan
kurang mengandung Fe atau minum susu
berlebihan.
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun
parasit).
d. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan
(divertikulum Meckel/poliposis dsb).

7
Anak umur 5 tahun – remaja
a. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi
cacing tambang) dan
b. Menstruasi berlebihan pada remaja puteri

8
Patofosiologi Anemia
• Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek
sel darah merah yg tidak sesuai dgn ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
• Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dlm sel
fagositik a/ dlm system retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

9
• Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
• Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia
dan hemoglobinemia

10
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

11
Klasifikasi Anemia

a. Anemia Aplastik
Penyebab
• Agen neoplastik/sitoplastik
• Terapi radiasi
• Antibiotik tertentu
• Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas,
fenilbutason
• inveksi virus khususnya hepatitis

12
inveksi virus khususnya hepatitis

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

13
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
• Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia
normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
• Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
• Hematokrit turun 20-30%
• Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
• Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritopoitin

14
c) Anemia paa penyakit kronis
• Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan
dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah
merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan
ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

15
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

16
Gejala-gejalanya:

a) Atropi papilla lidah


b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

17
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
• Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
• Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis
st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan,
agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar
yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

18
Anemia hemolitika

Yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
• Pengaruh obat-obatan tertentu
• Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma
multiple, leukemia limfositik kronik
• Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
• Proses autoimun
• Reaksi transfusi
• Malaria

19
Pengaruh obat-obatan tertentu, Penyakit Hookin,
limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik, Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenas, Proses
autoimun, Reaksi transfusi, Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
20
Tanda dan Gejala

 Lemah, letih, lesu dan lelah


 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang
 Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah,
kulit dan telapak tangan menjadi pucat

21
Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak
• Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang
dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya
berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yg membuat energy
berkurang & dampaknya adalah 3L, lemah, letih & lesu
• Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal
diatas, karena darah yg membawa oksigen berkurang, aliran
darah serta oksigen ke otak berkurang pula & berdampak pd
indra penglihatan dgn pandangan mata yg berkunang-kunang
• Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk
berkonsentrasi
• Daya tahan tubuh menurun yg ditandai dgn mudah terserang
sakit
• Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa
menunjukkan tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak
pada tangan dan kaki.
22
Cara Mencegah Anemia
• Sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, Mencegah penyakit ini dapat
mengkonsumsi beberapa asupan penting yang mudah
didapat diantaranya, zat besi juga dapat ditemukan pada
kacang polong, serta kacang-kacangan.
• Dilanjutkan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging
merah) seperti sapi.
• Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada
daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi.

23
Komplikasi
• Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada
masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena
krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah
ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit
mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal
paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
• Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik
kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat
berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi.
Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling
dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal :
536)
24
Penatalaksanaan pada penderita Anemia
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian
besi dan asam folat
b.Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
• Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan
keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,
besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.

25
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dgn pemberian vitamin B12, bila
difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selamahidup pasien yg menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yg tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dgn diet &
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

26
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
b. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan fungsi /
gangguan pada sum-sum tulang.
c. Aktifitas intolerance b/d kelemahan otot.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d porsi makan tidak
dihabiskan.
e. Integritas kulit b/d menurunnya aliran darah ke jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi b/d gangguan integritas kulit.
g. Kecemasan / kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
tentang penyakitnya.

27
28
LEUKIMIA

• Definisi:
Leukimia adalah: proliferasi sel darah
putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentukan darah

29
Patofisiologi:

• Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor


yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan
anemia dan trombositopenia
• Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh
dan mudah mengalami infeksi

30
• Manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Deprasi sumsum tulang yang
akan berdampak pada penurunan lekosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan
• Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan
berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan
nodus limfe dan nyeri persendian

31
komplikasi

• Sepsis
• Perdarahan
• Gagal organ
• Iron Defisiency Anemia (IDA)

32
Etiologi:
• Penyebab pasti belum diketahui.
• Ada faktor predisposisi:
 Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan struktur gen (T cell
leukemia lymphoma virus/HTLV)
 Radiasi
 Obat-obat imunosupresif, obat-obat
karsinogenik seperti diethylbestrol
 Faktor herediter, misalnya pada kembar
monosigot
 Kelainan kromosom, misalnya pada Down
Syndrome

33
Manifestasi klinik:

 Pilek tidak sembuh-sembuh


 Pucat, lesu, mudah terstimulasi
 Demam dan anoreksia, BB menurun
 Memar tanpa sebab
 Nyeri pada tulang dan persendian
 Nyeri abdomen
 Lymphadenophaty
 Hepatosplenomegaly
 Abnormal white blood cell (WBC) a/
abnormal sel darah putih
34
Pemeriksaan diagnostik:

 Pemeriksaan darah tepi: terdapat


leusit yang imatur
 Aspirasi sum-sum tulang (BMP):
hiperseluler terutama banyak terdapat
sel muda
 Biopsi sum-sum tulang
 Lumbal punksi untuk mengetahui
apakah sistem saraf pusat terinfil-trasi

35
Penatalaksanaan:

 Pelaksanaan kemoterapi
 Irradiasi cranial
 Terdapat 3 fase pelaksanaan
kemoterapi

36
Fase induksi:

• Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa


ditegakan
• Pada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid (prednison), vincristin, dan
L asparaginase.
• Fase induksi dinyatakan berhasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang a/ tidak
ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%

37
Fase profilaksis:

• Sistem saraf pusat: pada fase ini diberikan


terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocortison melalui intrathecal untuk
mencegah invasi sel leukemia ke otak
• Tetapi irradiasi kranial dilakukan hanya
pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat

38
Konsolidasi:

• Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan


untuk mempertahankan remisi dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh
• Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan
• Jika terjadi supresi (penekanan) sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi

39
Penatalaksanaan Perawatan:
Pengkajian: Riwayat penyakit
• Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat,
kelemahan, sesal, nafas capat
• Kaji adanya tanda-tanda leukopenia: demam,
infeksi
• Kaji adanya tanda-tanda: trombositopenia:
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa
• Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulla:
limfadenopati, hepatomegali, apllenomegali
• Kaji adanya pembesaran testis, hematuria,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disikitar rectal,
& nyeri
40
Diagnosa keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
2. Risiko injury: perdarahan b/d perubahan faktor pembekuan
3. Risiko kurangnya volume cairan b/d mual dan muntah
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d cancer
cahesia
5. Kerusakan integritas kulit b/d pemberian kemotherapy
6. Nyeri b/d dilakukannya pemeriksaan diagnostik, efek
fisiologis neoplasma
7. Perubahan proses keluarga b/d memiliki anak dengan
kondisi yang mengancam kehidupan
8. Berduka b/d kehilangan, aktual/potensial

41
Perencanaan:
1. Anak tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi
2. Anak tidak akan menunjukan adanya tanda2 perdarahan
3. Anak tidak akan mengalami mual atau muntah
4. Anak akan menerima suplay nutrisi yang adekuat u/
pertumbuhan dan perkembangan normal
5. Anak akan mempertahankan keutuhan kulit dan
menunjukan efek negatif kemoterapi yang minimal
6. Anak tidak akan mengalami rasa nyeri a/ nyeri berkurang
sesua dengan tingkat adaptasi anak
7. Keluarga akan mendapatkan dukungan yang adekuat
8. Anak/keluarga akan mengekspresikan perasaannya/
ketakutannya terhadap proses penyakit & kemungkinan
meninggal

42
Implementasi:
1. Mencegah resiko infeksi
• Tempatkan anak dalam ruang kusus u/ meminimalkan terpaparnya
anak dari sumber infeksi
• Anjurkan pengunjung u/melakukan tehnik mencuci tangan yang baik
• Gunakan tehnik aseptik u/ seluruh prosedur infasif
• monitor tanda vital anak
• Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
sep: tempat penusukan jarum, ulserasi mukuso, masalah gigi
• Hindari penggunaan temperatur rektal, supositoria, atau enema
• Berikan waktu yang sesuai antara aktivitas dan istirahat
• Monitor penurunan jumlah leukosit yang menunjukan anak memiliki
risiko besar untuk terkena infeksi
• Beri vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan(misalnya: varicella,
polio, influensa)
• Kolaborasi untuk pemberian antibiotik

43
2. Mencegah risiko injury; perdarahan
• Evaluasi kulit dan membran mukosa setiap hari
• Loporkan setiap tanda-tanda terjadi perdarahan (TD
menurun, denyut nadi cepat, pucat, meningkatnya
kecemasan)
• Periksa setiap urin atau tinja terhadap adanya tanda-tanda
perdarahan
• Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
• Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral
hygiene
• Hindari untuk pemberian aspirin
• Lakukan pemeriksaan darah secara teratur
• Kaji tanda-tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit
kepala, penglihatan kabur)
44
3. Mencegah risiko kurangnya volume
cairan
• Berikan antiemetik awal sebelum dilakukan
kemoterapi
• Berikan antiemetik secara beraturan pada waktu
program kemoterapi
• Kaji respon anak terhadap antiemetik
• Hindari memberikan makanan yang memiliki
aroma yang merangsang mual dan muntah
• Anjurkan makanan porsi kecil tapi sering
• Kolaborasi untuk pemberian cairan infus untuk
mempertahankan hidrasi

45
4. Memberi nutrisi yang adekuat

• Berikan dorongan pada ortu untuk tetap rileks


pada saat anak makan
• Ijinkan anak u/ makan makanan yang dapat
diloleransi anak, rencanakan u/ dapat
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat
• Beri makanan yang disertai dengan suplemen
nutrisi u/ meningkatkan kualitas intake nutrisi
• Ijinkan anak u/ terlibat dalam persiapan dan
pemilihan makanan

46
5. Mencegah kerusakan integritas kulit

• Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan integritas


kulit
• Beri perawatan kulit khususnya daerah perianal
dan mulut
• Ganti posisi dengan sering
• Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
adekuat

47
6. Mencegah atau mengurangi nyeri

• Kaji tingkat dan skala nyeri


• Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi
rasa nyeri
• Evaluasi efektivitas terapi pengurangan rasa
nyeri dengan melihat derajad kesadaran
• Beri tehnik mengurangi rasa nyeri dengan
nonfarmakologi
• Kolaborasi u/ pemberian anti nyeri secara teratur
untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang

48
7. Meningkatkan peran keluarga
• Jelaskan alasan dilakukan setiap tindakan
• Hindari u/ menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
• Jelaskan ortu tentang proses penyakitnya
• Jelaskan seluruh tindakan yang akan dilakukan oleh anak
• Jadwalkan waktu bagi keluarga dan anak bersama-sama
tanpa diganggu oleh staf RS
• Dorong keluarga u/ mengekspresikan perasaannya
sebelum anak didiaknosis menderita keganasan dan
prognosis anak buruk
• Diskusikan dgn keluarga bagaimana mereka akan
mengatakan kepada anak tentang pengobatan anak dan
kemungkinan terapi tambahan
49
8. Antisipasi berduka

• Kaji tahapan berduka pada anak dan keluarga


• Beri dukungan pada respon adaptif yang
diberikan klien, rubah respon maladatif
• Luangkan waktu bersama anak untuk
memberikan dukungan pada anak agar
mengekpresikan perasaannya atau ketakutannya
• Fasilitasi anak untuk mengekpresikan
perasaannya melalui bermain

50
Perencanaan pulang

• Jelaskan therapi yang diberikan : dosis, efek


samping
• Berikan suport lingkungan yang aman
• Instruksikan untuk menginformasikan jika
terdapat gejala-gejala kekambuhan dan hal yang
harus dilakukan jika terjadi kekambuhan
• Jelaskan hal-hal perawatan yang diperlukan oleh
anak di rumah
• Kontrol ke pelayanan kesehatan sesuai dengan
jadwal yang ditentukan

51
HYPERBILIRUBIN

Definisi:
• Meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya melebihi normal

52
Patofisiologi:

• "Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang


terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh
kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan
agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem
retikuloendotelial
• Setelah pemecahan haemoglobin, bilirubin tak
terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler "Y
protein“ dalam hati
• Pengambilan tergantung pada aliran darah
hepatik dan adanya ikatan protein

53
Sambungan:
• Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau
terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat
uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukoronil
transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida
yang polar, larut dalam air (bereaksi direk)
• Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat
dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin
masuk dalam empedu melalui membran kanalikuler.
Kemudian kesisten gastointestinal dengan diaktifkan oleh
bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine.
• Beberapa bilirubin diabsopsi kembali melalui sirkulasi
enterohepatika

54
Sambungan
• Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar
(bereaksi indirek).
• Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan
merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya
glukuronil tranferase.
• Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan
karena penurunan protein hepatik sejalan dengan
penurunan aliran darah hepatik
• Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI
merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil
transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas
yang terdapat dalam ASI

55
Sambungan
• Terjadi 4-7 hari setelah lahir. Dimana terdapat
kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan
kadar 25-30 mg/dl selama minggu ke 2-3.
biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan
menurun setelah 10 minggu.
• Jika pemberian ASI dilanjutkan,
hyperbilirinemia akan menurun berangsur-
angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada
kadar yang lebih rendah
• Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin
serum akan turun dengan cepat,biasanya
mencapai normal dalam beberapa hari
56
Sambungan

• Penghentian ASI 1-2 hari dan pengantian ASI


dengan formula mengakibatkan penurunan
bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya
pemberian ASI dapat dimulai lagi dan
hyperbilirubin tidak kembali kekadar yang tinggi
seperti sebelumnya
• Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan
bilirubin dalam 24 jam pertama dalam kelahiran.
Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis
muncul antara 3-5 hari sesudah lahir

57
komplikasi

• Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius)


• Kernikterus: kerusakan neurologis; cerebral
palsy, retardasi mental, hyperaktif, bicara lambat,
tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang
melengking

58
Etiologi

• Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena;


polycetlietnia, isoimmun hemolytic disease,
kelainan struktur dan enzim sel darah merah,
keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat,
kortikosteroid, klorophenikol), hemolisis
ekstravaskuler; cephalhematoma, ecchymosis
• Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil
transferase, obstruksi empedu/atresia biliari,
infeksi, masalah inetabolik; galaktosemia
hypothyroidisme, jaundice ASI

59
Komplikasi:

• Asfiksia
• Hipotermi
• Hipoglikemi
• Menurunya ikatan albumin; lahir
prematur, asiclosis

60
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK
• Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan
yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada
anak yang
berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan
terhadap trauma
(atrumatic care), dan manajemen kasus. Dalam dunia
keperawatan anak,
perawat perlu memahami, menginggat adanya beberapa
prinsip yang berbeda
dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan miniatur
orang dewasa
tetapi sebagai individu yang unik (Hidayat, 2005

61
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
ANAK
• Prinsip-prinsip Keperawatan Anak
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu
yang unik yang berati bahwa tidak boleh memandang anak
dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa
melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju
proses kematangan.
2. Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai
kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangannya,
kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti
nutrisi, cairan, ativitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-
lain. Dan kebutuhan psikologis, seperti sosial dan spiritual

62
3. pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan,
bukan hanya mengobati orang yang sakit.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan
yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat
bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan anak.
5.praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak
dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan
meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan
prosese keperawatan yang sesuai dengan aspek moral
dan aspek hukum.
6.Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk
meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak
dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual
dalam konteks keluarga dan masyarakat
63
7. pada masa yang akan datang kecenderungan
keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang
karena akan mempelajari aspek kehidupan anak

64

You might also like