You are on page 1of 13

EKSPLORASI TARGET

BAWAH PERMUKAAN

Bambang Kuncoro

Jurusan Teknik Geologi


Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
“Veteran” Yogyakarta

Contact person: bbkuncoro_sda@yahoo.com - 08122953788


• BAB VII EKSPLORASI TARGET BAWAH PERMUKAAN
(1)
• VIII.1 Eksplorasi Target Bawah Permukaan
• VIII.2 Metode Pengeboran
• VIII.2.1 Pengeboran Lubang Terbuka (Openhole Drilling)
• VIII.2.2 Pengeboran Inti (Core drilling)
• VIII.3 Metode Geofisika Permukaan
• VIII.3.1 Metode SeismikVIII.3.2 Metode Gravity
• VIII.3.3 Metode Geolistrik
• VIII.3.4 Metode Geomagnet
• SURVEI PENGEBORAN

• Biasanya, pekerjaan pengeboran pada eksplorasi batubara menggunakan
berbagai tipe mesin bor dan perkakas tergantung dari tujuan dan tahapan
eksplorasi batubara.

• Tugas pokok dari pengeboran adalah untuk :
• memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara sasaran
• mengetahui sequence stratigrafi dan geologi untuk maksud perbandingan
• memperoleh sampel lapisan batubara termasuk batuan langit-langit dan
lantainya
• melaksanakan berbagai jenis logging, dan lain-lain

• SURVEI PENGEBORAN

• pada eksplorasi tahap I, pengeboran sering dilakukan dengan coring
penuh dalam jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama logging
geofisik. Metode pengeboran banyak menggunakn pengeboran
wireline dengan lebih NQ (diameter lubang 75,7 mm) untuk
mempurmudah well logging. Mesin ini dirancang untuk melakukan
pengeboran kontinu tanpa harys menarik keluar batang bor pada
setiap perpanjangan batang, dan core di tarik keluar oleh wire melalui
tangan batang (rod). Mesin yang umum digunakan adalah longyear
LY-39 atau LY-44 untuk pengeboran dengan kedalaman sedang.
Diameter lubang dan diameter core diperlihatkan pada tabel 6-1. (dari
Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976)
• SURVEI PENGEBORAN
• Jarak antar lubang bor berbeda menurut kondisi geologi, seperti daerah stabil
dan labil secara struktur. Di daerah stabil jarak tersebut adalah 500-700 m,
atau kadang kala 1km, sedangkan untuk daerah labil adalah 300-500m.

• Pada eksplorasi tahap II, jarak tersebut mungkin mengecil, yakni 300-400 m
grid untuk daerah stabil, dan 250 m grid untuk daerah labil atau daerah
sasaran metallurgical coal. Pada tambang terbuka (open pit) beberapa
pengeboaran lubang dilakukan dengan metide non-core, seperti metode
sirkulasi balik (reverse circulation) atau dengan rotary rig. Dalam kusus
demikian, dilakukan logging geofisik untuk memperoleh informasi geologi dan
kualitas batubara yang rinci, serta kedalaman eksak dari lapisan sasaran.
Penjelasan terinci dari well logging akan diberikan pada bab berikut.
• SURVEI PENGEBORAN
• Pada eksplorasi tahap III dilaksanakan pengeboran diameter besar (biasanya
150-200 mm), untuk penelitian hidrologi dan mendapatkan sampel curahan
untuk uji parameter preparasi batubara.
• Problem yang timbul dalam pengeboran macam-macam, seperti hilang sirkulasi
air, pembekakan (swelling) diding lubang karena adanya bahan tambang tanah
liat khusus yang mudah mengembang seperti montmorillonite, coring batubara
yang lunak, kehilangan sifat air lumpur (drilling mud) karena emisi gas dalam
jumlah besar dari lapisan batubara, dan lain-lain.
• Posisi (terhadap kedalaman penggalian dan sumbu lambung) dasar lubang bor
dan batas (top&bottom) dari lapisan utama seperti batubaru sasaran adalah item
yang paling pnting dalam pengeboran. Sebagai contoh, tabel perhitungan untuk
menentukan elevasi (ketinggian) dan koordinat titik yang disebut diatas
ditunjukan pada tabel 6-2 (dari Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976)
• . Metoda Pemboran
• Pemboran merupakan kegiatan eksplorasi dengan biaya tinggi, oleh
karena itu dalam penentuan program pemboran harus direncanakan
dengan cermat. Perencanaan yang baik akan membantu mengatasi
adanya hambatan pada saat pelaksanaan, baik hambatan biaya
maupun hambatan
• geologi.
• Adapun di dalam penentuan lokasi titik bor berda­sarkan pada peta
geologi dan penampang geologi dengan Skala yang memadai serta
mempertimbangkan kesampaian lokasi pemboran (mobilisasi alat
bor), keadaan lokasi sekitar rencana titik bor meliputi tersedianya
kebutuhan air (dekat sungai), penggunaan lahan dan keadaan topo­
grafi lokal serta ijin dari pamong setempat.
• . Metoda Pemboran
• Adapun tujuan dilakukannya pemboran di dalam eksplorasi batubara
adalah untuk:
• memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara yang menjadi
sasaran, jugs untuk mengetahui ketebalan lapisan penutup,
• membuat penampang berkolom (core log) tiap lu­bang bor untuk
mengetahui sekuen stratigrafi secara lengkap (Gambar 4.7) dan
kontrol struk­tur geologi yang ada, sehingga membantu di dalam
korelasi dan memahami konfigurasi bawah permu­kaan dengan
didukung oleh data dari peta geologi dan hasil interpretasi geofisika,
• memperoleh contoh lapisan batubara untuk uji laboratorium,
• untuk melaksanakan logging geofisika, uji geo­teknik dan geohidrologi.
Adapun metoda pemboran yang efektif untuk lapisan batubara
adalah dengan core drilling (pemboran inti) , agar inti bor
tidak rusak dan terlindungi, maka diguna­kan teknik "tripple
tube core barrel". Cara ini memung­kinkan untuk
mengurutkan dan mencatat secara rinci ketika inti masih di
dalam tabung atau setelah dipindah­kan ke dalam "core box".
Apabila menggunakan tabung plastik atau aluminium, maka
core yang masih di dalam tabung dapat dideskripsi atau
langsung dibawa ke labora­torium.
• Untuk eksplorasi batubara, umumnya digunakan ukuran NQ
(diameter inti 47,5 mm, diameter lubang bor 75,7 mm), HQ
(diameter inti 63,5 mm, diameter lubang bor 96,1 mm), atau
PQ (diameter inti 85 mm, diameter lubang bor 122,6 mm).
• Mengingat besarnya biaya pemboran inti (harga per-meter
berkisar Rp 100.000,- hingga Rp 200.000,-, 1996) dan
banyaknya informasi yang dihasilkan dari pemboran inti
(Tabel 4.2), maka pemerian inti bor harus seteliti mungkin.
Terutama pada lapisan batubara, lapisan penutup
(overburden) , lapisan atap (roof) dan lapisan alas (floor).
• Di samping pembuatan "core log" juga harus didoku­
mentasikan dengan foto.

You might also like