• BAB VII EKSPLORASI TARGET BAWAH PERMUKAAN (1) • VIII.1 Eksplorasi Target Bawah Permukaan • VIII.2 Metode Pengeboran • VIII.2.1 Pengeboran Lubang Terbuka (Openhole Drilling) • VIII.2.2 Pengeboran Inti (Core drilling) • VIII.3 Metode Geofisika Permukaan • VIII.3.1 Metode SeismikVIII.3.2 Metode Gravity • VIII.3.3 Metode Geolistrik • VIII.3.4 Metode Geomagnet • SURVEI PENGEBORAN • • Biasanya, pekerjaan pengeboran pada eksplorasi batubara menggunakan berbagai tipe mesin bor dan perkakas tergantung dari tujuan dan tahapan eksplorasi batubara. • • Tugas pokok dari pengeboran adalah untuk : • memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara sasaran • mengetahui sequence stratigrafi dan geologi untuk maksud perbandingan • memperoleh sampel lapisan batubara termasuk batuan langit-langit dan lantainya • melaksanakan berbagai jenis logging, dan lain-lain • • SURVEI PENGEBORAN • • pada eksplorasi tahap I, pengeboran sering dilakukan dengan coring penuh dalam jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama logging geofisik. Metode pengeboran banyak menggunakn pengeboran wireline dengan lebih NQ (diameter lubang 75,7 mm) untuk mempurmudah well logging. Mesin ini dirancang untuk melakukan pengeboran kontinu tanpa harys menarik keluar batang bor pada setiap perpanjangan batang, dan core di tarik keluar oleh wire melalui tangan batang (rod). Mesin yang umum digunakan adalah longyear LY-39 atau LY-44 untuk pengeboran dengan kedalaman sedang. Diameter lubang dan diameter core diperlihatkan pada tabel 6-1. (dari Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976) • SURVEI PENGEBORAN • Jarak antar lubang bor berbeda menurut kondisi geologi, seperti daerah stabil dan labil secara struktur. Di daerah stabil jarak tersebut adalah 500-700 m, atau kadang kala 1km, sedangkan untuk daerah labil adalah 300-500m. • • Pada eksplorasi tahap II, jarak tersebut mungkin mengecil, yakni 300-400 m grid untuk daerah stabil, dan 250 m grid untuk daerah labil atau daerah sasaran metallurgical coal. Pada tambang terbuka (open pit) beberapa pengeboaran lubang dilakukan dengan metide non-core, seperti metode sirkulasi balik (reverse circulation) atau dengan rotary rig. Dalam kusus demikian, dilakukan logging geofisik untuk memperoleh informasi geologi dan kualitas batubara yang rinci, serta kedalaman eksak dari lapisan sasaran. Penjelasan terinci dari well logging akan diberikan pada bab berikut. • SURVEI PENGEBORAN • Pada eksplorasi tahap III dilaksanakan pengeboran diameter besar (biasanya 150-200 mm), untuk penelitian hidrologi dan mendapatkan sampel curahan untuk uji parameter preparasi batubara. • Problem yang timbul dalam pengeboran macam-macam, seperti hilang sirkulasi air, pembekakan (swelling) diding lubang karena adanya bahan tambang tanah liat khusus yang mudah mengembang seperti montmorillonite, coring batubara yang lunak, kehilangan sifat air lumpur (drilling mud) karena emisi gas dalam jumlah besar dari lapisan batubara, dan lain-lain. • Posisi (terhadap kedalaman penggalian dan sumbu lambung) dasar lubang bor dan batas (top&bottom) dari lapisan utama seperti batubaru sasaran adalah item yang paling pnting dalam pengeboran. Sebagai contoh, tabel perhitungan untuk menentukan elevasi (ketinggian) dan koordinat titik yang disebut diatas ditunjukan pada tabel 6-2 (dari Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976) • . Metoda Pemboran • Pemboran merupakan kegiatan eksplorasi dengan biaya tinggi, oleh karena itu dalam penentuan program pemboran harus direncanakan dengan cermat. Perencanaan yang baik akan membantu mengatasi adanya hambatan pada saat pelaksanaan, baik hambatan biaya maupun hambatan • geologi. • Adapun di dalam penentuan lokasi titik bor berdasarkan pada peta geologi dan penampang geologi dengan Skala yang memadai serta mempertimbangkan kesampaian lokasi pemboran (mobilisasi alat bor), keadaan lokasi sekitar rencana titik bor meliputi tersedianya kebutuhan air (dekat sungai), penggunaan lahan dan keadaan topo grafi lokal serta ijin dari pamong setempat. • . Metoda Pemboran • Adapun tujuan dilakukannya pemboran di dalam eksplorasi batubara adalah untuk: • memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara yang menjadi sasaran, jugs untuk mengetahui ketebalan lapisan penutup, • membuat penampang berkolom (core log) tiap lubang bor untuk mengetahui sekuen stratigrafi secara lengkap (Gambar 4.7) dan kontrol struktur geologi yang ada, sehingga membantu di dalam korelasi dan memahami konfigurasi bawah permukaan dengan didukung oleh data dari peta geologi dan hasil interpretasi geofisika, • memperoleh contoh lapisan batubara untuk uji laboratorium, • untuk melaksanakan logging geofisika, uji geoteknik dan geohidrologi. Adapun metoda pemboran yang efektif untuk lapisan batubara adalah dengan core drilling (pemboran inti) , agar inti bor tidak rusak dan terlindungi, maka digunakan teknik "tripple tube core barrel". Cara ini memungkinkan untuk mengurutkan dan mencatat secara rinci ketika inti masih di dalam tabung atau setelah dipindahkan ke dalam "core box". Apabila menggunakan tabung plastik atau aluminium, maka core yang masih di dalam tabung dapat dideskripsi atau langsung dibawa ke laboratorium. • Untuk eksplorasi batubara, umumnya digunakan ukuran NQ (diameter inti 47,5 mm, diameter lubang bor 75,7 mm), HQ (diameter inti 63,5 mm, diameter lubang bor 96,1 mm), atau PQ (diameter inti 85 mm, diameter lubang bor 122,6 mm). • Mengingat besarnya biaya pemboran inti (harga per-meter berkisar Rp 100.000,- hingga Rp 200.000,-, 1996) dan banyaknya informasi yang dihasilkan dari pemboran inti (Tabel 4.2), maka pemerian inti bor harus seteliti mungkin. Terutama pada lapisan batubara, lapisan penutup (overburden) , lapisan atap (roof) dan lapisan alas (floor). • Di samping pembuatan "core log" juga harus didoku mentasikan dengan foto.