You are on page 1of 26

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


BPTD KELAS II KALIMANTAN BARAT

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN
SUNGAI DAN DANAU
PM 61 Tahun 2021
1
PROFILE WILAYAH KERJA BPTD

BPTD Kelas II Kalimantan Barat merupakan Unit Pelaksana


Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang
berada di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
yang bertanggung jawab terhadap pengawasan
keselamatan dan keamanan angkutan perairan sungai dan
danau di wilayah Kalimantan Barat.

PRASARANA SARANA SDM


SYAHBANDAR : 2
JUMLAH PELABUHAN :18 JUMLAH KAPAL SUNGAI TERDAFTAR PETUGAS SYAHBANDAR:12
JUMLAH DERMAGA : 39 368 MARINE INSPECTOR: 3
AHLI UKUR KAPAL : 1
PROFILE WILAYAH KERJA BPTD DI BIDANG
ANGKUTAN PERAIRAN

01
ANGKUTAN
PENYEBERANGAN
Angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur
kereta api dipisahkan oleh perairan

02
untuk mengangkut penumpang dan
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
kendaraan beserta muatannya.
Kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal
yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa,
banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut
penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan
sungai dan danau.
Wilayah operasi angkutan sungai dibatasi oleh
rambu
DASAR HUKUM
UU NOMOR 17 TAHUN 2008
01 TENTANG PELAYARAN

PP NOMOR 10 TAHUN 2010


TENTANG ANGKUTAN DI
PERAIRAN 02
03 PM 61 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU

PERDIRJEN NOMOR
KP.3424/AP.402/DRJD/2020
TENTANG KAPAL SUNGAI DAN DANAU 04
5 BAB I
KETENTUAN UMUM - Pasal 1

1. Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di
sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/ atau barang
yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.
2. Barang adalah semua jenis komoditas termasuk ternak yang dibongkar / dimuat dari dan ke kapal.
3. Kapal Angkutan Sungai dan Danau adalah kapal yang digunakan untuk melayani Angkutan Sungai dan
Danau yang wilayah operasinya dibatasi oleh rambu.
4. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Sungai dan Danau yang selanjutnya disebut SPM adalah
persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh perusahaan Angkutan Sungai dan Danau dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna Jasa .
5. Trayek Angkutan Sungai dan Danau adalah lintasan untuk pelayanan jasa Angkutan Sungai dan Danau
yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap, maupun tidak
berjadwal.
6. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan
penumpang dan/atau barang dari satu pelabuhan sungai dan danau ke pelabuhan sungai dan danau
lainnya.
7. Trayek Tetap dan Teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan secara tetap dan teratur dengan
berjadwal dan menyebutkan pelabuhan singgah.
8. Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan secara tidak tetap dan
tidak teratur. 5
BAB I
KETENTUAN UMUM - Pasal 1

9. Angkutan Sungai dan Danau untuk Kepentingan Sendiri adalah kegiatan Angkutan Sungai dan Danau yang
dilakukan untuk melayani kepentingan sendiri dalam menunjang usaha pokoknya.
10. Angkutan Sungai dan Danau Tujuan Tertentu adalah kegiatan Angkutan Sungai dan Danau yang melayani
kawasan strategis nasional, kawasan ekonomi khusus, atau kawasan pariwisata .
11. Pusat Penyebaran adalah suatu lokasi pelabuhan yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota
daerah dan kawasan pertumbuhan.
12. Usaha Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan usaha angkutan untuk umum dengan memungut
bayaran yang telah ditetapkan dan diselenggarakan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan
dengan menggunakan kapal sungai dan danau.
13. Tarif Angkutan Sungai dan Danau adalah harga Jasa angkutan yang harus dibayarkan oleh pengguna Jasa
pada suatu Trayek Angkutan Sungai dan Danau .
14. Subsidi adalah selisih biaya pengoperasian pelayanan yang dikeluarkan oleh perusahaan Angkutan Sungai
dan Danau dengan pendapatan dan/atau penghasilan uang tambang penumpang dan barang umum pada
suatu trayek tertentu.
7
BAB I
KETENTUAN UMUM - Pasal 1

15. Barang Umum adalah bahan atau benda selain dari bahan berbahaya, barang khusus, dan alat
berat.
16. Bahan Berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang karena sifat dan ciri khas serta
keadaannya merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap
jiwa atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
17. Barang Khusus adalah barang yang karena sifat dan bentuknya harus dimuat dengan cara
khusus.
18. Petugas Pemeriksa Standar Pelayanan Minimal adalah aparatur sipil negara yang memiliki
kompetensi di bidang transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.
19. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang­ undangan untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pelayaran

7
8
BAB I
KETENTUAN UMUM - Pasal 1

20. Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau
operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum
dalam buku sijil.
21. Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
22. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
23. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
24. Balai adalah Balai Pengelola Transportasi Darat.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pelayaran.
26. Direktur Jenderal adalah pimpinan tinggi madya yang bertanggung jawab di bidang transportasi
sungai, danau, dan penyeberangan.

8
“ Ruang Lingkup PM NO. 61 TAHUN
2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN
Pasal 2

1. KEGIATAN ANGKUTAN SUNGAI DAN


SUNGAI DAN DANAU DANAU
2. PERSETUJUAN PENGOPERASIAN
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
3. TARIF
4. KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB
5. STANDAR PELAYANAN MINIMAL
6. TATA CARA PENGANGKUTAN
7. PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP
PENYANDANG DISABILITAS, WANITA
HAMIL, ANAK DIBAWAH 5 (LIMA) TAHUN,
ORANG SAKIT DAN ORANG LANJUT USIA
8. SISTEM INFORMASI
9. PENGAWASAN
10.SANKSI ADMINISTRATIF

9
10
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU DALAM NEGERI

Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau di dalam negeri Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Sungai
diselenggarakan dengan menggunakan: dan Danau dilakukan setelah memenuhi
a. Trayek Tetap dan Teratur; dan persyaratan:
b. Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur a. sesuai dengan rencana induk pelabuhan
nasional;
b. adanya kebutuhan angkutan;
dan ditetapkan dalam Jaringan Trayek
c. rencana dan/atau ketersediaan pelabuhan
(Memuat : Trayek yang dilayani dan jarak Trayek)
sungai dan danau;
d. ketersediaan kapal sungai dan danau dengan
Jaringan Trayek ditetapkan oleh: spesifikasi teknis kapal sesuai fasilitas
a. Menteri, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau pelabuhan pada trayek yang akan dilayani;
antarprovinsi; dan
b. Gubernur, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau e. potensi perekonomian daerah
antarkabupaten/kota dalam provinsi; dan
c. Bupati/Wali kota, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau
dalam kabupaten/kota
Digambarkan dalam peta jaringan dan
Penetapan Jaringan harus mempertimbangkan: diumumkan oleh Menteri
a. pengembangan wilayah potensi angkutan;
dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
b. keterpaduan intra dan antarmoda transportasi
1
(satu) tahun atau sesuai dengan kebutuhan
11 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
ANTARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN NEGARA TETANGGA

Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau antara negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan “Perjanjian Antara Pemerintah Republik
Indonesia Dan Pemerintah Negara Tetangga Yang Bersangkutan”

Perjanjian dilakukan dengan ketentuan:


tersedianya fasilitas pelabuhan sungai dan danau yang
adanya kebutuhan Angkutan Sungai dan Danau dari negara
terletak berdekatan dengan batas wilayah negara Republik
Republik Indonesia ke negara tetangga atau sebaliknya; dan
Indonesia dengan negara tetangga

Angkutan Sungai dan Danau yang dilakukan antara 2 (dua) negara hanya dapat dilakukan oleh
“kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan dengan
trayek tetap dan teratur” 11
12
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

Kegiatan Angkutan Sungai dan Danau untuk Kepentingan Sendiri


sebagaimana dimaksud dapat dilakukan oleh orang perseorangan
warga negara Indonesia atau badan usaha untuk menunjang usaha
pokoknya.
Pelaksana kegiatan Angkutan Sungai
Badan Usaha Usaha Pokok dan Danau untuk Kepentingan Sendiri
wajib:
• Badan Usaha • pertanian dan
a. melaporkan pengoperasian
Milik Negara; perkebunan;
• Badan Usaha • kehutanan; kapalnya kepada bupati/wali kota
Milik Daerah; • peternakan dan dan/atau Balai sesuai dengan lokasi
• Perseroan perikanan; usaha pokoknya; dan
Terbatas; atau • perindustrian; b. mendapat persetujuan berlayar dari
• Koperasi • pertambangan dan Syahbandar.
energi; atau
• pariwisata.

Kegiatan angkutan sungai dan danau untuk kepentingan sendiri hanya


dilakukan dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur 12
13 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK DAERAH MASIH TERTINGGAL
DAN/ATAU WILAYAH TERPENCIL

Pelaksana kegiatan Angkutan Sungai dan Danau untuk Daerah masih tertinggal dan/atau
wilayah terpencil dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota dengan
pelayanan perintis dan penugasan serta dengan biaya Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
daerah

Pelayanan Perintis
Penugasan

1. Belum dilayani oleh pelaksana kegiatan Mendapatkan kompensasi dari Pemerintah


Angkutan Sungai dan Danau yang beroperasi dan/atau Pemerintah Daerah sebesar selisih antara
secara tetap dan teratur biaya produksi dan tarif yang ditetapkan
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sebagai
2. Secara komersial belum menguntungkan. kewajiban pelayanan publik

Dilakukan evaluasi setiap satu tahun sekali 13


14
ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU TUJUAN TERTENTU

Pelaksana kegiatan Angkutan Sungai dan Kegiatan pelayanan Angkutan Sungai dan Danau Tujuan Tertentu
Danau untuk Daerah masih tertinggal ditentukan berdasarkan kriteria :
dan/atau wilayah terpencil dilaksanakan oleh • Kawasan strategis nasional, Kawasan ekonomi khusus atau
Kawasan pariwisata yang belum berkembang;
Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota
• Secara komersial belum menguntungkan atau pendapatan yang
dengan ketentuan :
diperoleh belum menutupi biaya opeasional;
1. Memiliki persetujuan pengoperasian • Kemudahan dan aksesibilitas di Kawasan strategis nasional,
Angkutan Sungai dan Danau dari Kawasan ekonomi khusus, atau Kawasan pariwisata belum
Direktur Jenderal; dan terpenuhi; dan/atau
2. Memiliki atau menguasai kapal. • Faktor muat kurang dari 60% per tahun.

14
15
PERSETUJUAN PENGOPERASIAN ANGKUTAN
Bagian 2 SUNGAI DAN DANAU

Persetujuan Pengoperasian Angkutan Sungai dan Danau diberikan oleh :


a. Menteri, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau antarprovinsi;
b. Gubernur, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau antarkabupaten/kota dalam provinsi;
dan
c. Bupati/Wali kota, untuk Trayek Angkutan Sungai dan Danau dalam kabupaten/kota

(1) Pemberian persetujuan dan penolakasn atas permohonan persetujuan pengoperasian Angkutan
Sungai dan Danau dilakukan melalui system perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
(2) Pemberian persetujuan pengoperasian Angkutan Sungai dan Danau dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perizinan berusaha berbasis
resiko.

15
Bagian
16
3 TARIF ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU

Penumpang Penetapan tarif penumpang dan kendaraan


berpedoman pada formula tarif yang ditetapkan oleh
pejabat sesuai dengan kewenangannya.
Hewan
dan/atau Tarif Barang
tumbuhan Tarif angkutan barang, hewan, dan/atau tumbuhan
berdasarkan kesepakatan antara penyedia jasa dan
pengguna jasa.
Kendaraan

Tarif angkutan penumpang ditetapkan oleh:


1. Menteri, untuk:
a. Angkutan Sungai dan Danau untuk trayek antarnegara; dan
b. Angkutan Sungai dan Danau untuk trayek antarprovinsi;
2. Gubernur, untuk Angkutan Sungai dan Danau untuk trayek antarkabupaten/kota dalam provinsi;
3. Bupati/Walikota, untuk Angkutan Sungai dan Danau untuk trayek dalam kabupaten/kota.
16
Bagian
17
4 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG
JAWAB PENGANGKUT
KEWAJIBAN PENGANGKUT
TANGGUNGJAWAB:
1. Memenuhi persyaratan teknis
• Badan Usaha dan/atau perorangan
kelaiklautan kapal sungai dan
angkutan sungai dan danau
danau (dibuktikan dengan
bertanggung jawab terhadap
Sertifikat Keselamatan Kapal
keselamatan dan keamanan
Sungai dan Danau )
penumpang dan/atau barang yang
2. Memiliki dan memenuhi SPM
diangkutnya
3. Memiliki spesifikasi teknis kapal
• melaksanakan asuransi
sungai dan danau sesuai dengan
perlindungan dasar penumpang
fasilitas Pelabuhan/halte
4. Memiliki dan/atau
mempekerjakan awak kapal yang
memenuhi kualifikasi
5. Mencantumkan identitas
perusahaan/pemilik dan nama
kapal yang mudah dibaca dan
ditempatkan pada bagian
17
samping kiri dan kanan kapal
Bagian 5 PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Bahwa setelah kapal melaksanakan docking,


Pemeriksaan terhadap Pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Sungai dan Danau
dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Standar
Pelayanan Minimal.

Diberikan Surat Memenuhi


Keputusan Tidak Diberikan surat
rekomendasi
a. Direktur Jenderal, untuk pelayanan angkutan sungai dan
danau pada trayek antar negara dan/atau antar provinsi;
b. Gubernur, untuk pelayanan angkutan sungai dan danau Memenuhi
pada trayek antar kabupaten/kota dalam provinsi; dan
c. Bupati/Walikota, untuk pelayanan angkutan sungai dan
danau pada trayek dalam kabupaten/kota. SPM Angkutan Sungai dan Danau harus
meliputi aspek keselamatan, keamanan,
kemudahan, kenyamanan dan kesetaraan
dan Berlaku paling lama 1 (satu) tahun terhitung
sejak tanggal ditetapkan 18
Bagian
19
6 TATA CARA PENGANGKUTAN

Setiap penyelenggara Angkutan Sungai dan Danau harus memenuhi ketentuan tata cara pengangkutan.
Tata cara pengangkutan, dilakukan terhadap:
a. penumpang;
b. hewan dan/atau tumbuhan;
c. barang; dan
d. kendaraan.

Ketentuan tata cara pengangkutan, berupa:


a. menaikkan dan menurunkan penumpang, barang, hewan, dan/atau kendaraan wajib dilakukan di pelabuhan
dan/atau halte;
b. menaikkan dan menurunkan penumpang, barang, hewan, dan/atau kendaraan harus dilakukan secara tertib
dan teratur sesuai dengan ketentuan tata cara pemuatan di kapal;
c. menaikkan dan menurunkan penumpang, barang, hewan, dan/atau kendaraan, kapal harus dalam keadaan
berhenti sehingga tidak membahayakan penumpang, barang dan/atau hewan yang diangkut.

19
Lanjutan#1
Bagian
20
7
Penyandang
Disabilitas

PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP


Wanita
PENYANDANG DISABILITAS, WANITA Lansia
Hamil
HAMIL, ANAK DIBAWAH 5 (LIMA) Fasilitas Tanpa
Pungutan/priori
TAHUN, ORANG SAKIT DAN ORANG tas
LANJUT USIA
1. Wajib memberikan fasilitas khusus dan
kemudahan
Anak dibawah
2. Tidak dipungut biaya tambahan Orang Sakit
5 (lima) Tahun

20
Bagian
21
8 SISTEM INFORMASI

Sistem Informasi paling sedikit memuat informasi mengenai:


1. trayek yang dilayani;
2. nama perusahaan/pengusaha;
3. nama, data teknis, dan kapasitas angkut kapal;
4. data produksi, yang meliputi:
a. jumlah hari operasi;
b. jumlah trip yang dilayani per kapal;
c. jumlah naik dan turun penumpang dan kendaraan per kapal;
d. jumlah naik dan turun barang dan/atau hewan per kapal; dan
e. tarif yang dikenakan.

21
Bagian 9 Pengawasan
22

Bagian 10 Sanksi
• Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan operasional Angkutan
Administratif
Sungai dan Danau untuk memastikan terpeuhinya SPM meliputi
monitoring dan evaluasi. Monitoring dilakukan secara berkala atau
Diberikan oleh direktur Jenderal, gubernur atau
insidentil.
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
• Monitoring secara berkala dan insidentil dilakukan oleh Direktur
Sanksi berupa :
Jenderal, gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan
a. Peringatan tertulis
kewenangannya. Monitoring secara berkala oleh Direktur
b. Pembekuan perizinan berusaha Angkutan
Jenderal dilakukan oleh Kepala Balai.
Sungai dan Danau; dan/atau
• Hasil monitoring digunakan sebagai dasar evaluasi terhadap
c. Pencabutan perizinan berusaha Angkutan
pemberian persetujuan pengoperasian Angkutan Sungai dan
Sungai dan Danau.
Danau dan keputusan pmenuhan SPM

22
TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN STATUS HUKUM KAPAL
Berdasarkan Perdirjen Nomor KP.3424/AP.402/2020 Tentang Pedoman Penerbitan
SPB Kapal Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Status Hukum Kapal dapat ditentukan


melalui proses berikut

Tanda
Pengukuran Pendaftaran
Kebangsaan
Kapal Kapal
Kapal

23
PENGUKURAN KAPAL Berdasarkan Perdirjen Nomor KP.3424/AP.402/2020 Tentang
Pedoman Penerbitan SPB Kapal Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan

Ahli Ukur Kapal


Pemilik kapal Verifikasi melakukan
mengajukan kelengkapan pengukuran
permohonan persyaratan terhadap kapal
pengukuran kapal

• Ahli Ukur kapal


• Jika dokumen kemudian melakukan
• Pemohon persyaratan yang pengukuran kapal
melampirkan dilampirkan sudah dengan metode yang
dokumen persyaratan sesuai, maka telah ditetapkan
yang teridir dari bukti dijadwalkan untuk
hak milik atas kapal dilakukan pengukuran
dan gambar kapal

24
TATA CARA PENERBITAN SPB
Berdasarkan Perdirjen Nomor KP-DRJD 5647 Tahun 2023 Tentang Pedoman
Penerbitan SPB Kapal Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

25
SEKIAN
TERIMA KASIH

26

You might also like