You are on page 1of 13

Keraja

Keraja an Keraja
an Kutai an
Majapa Taruma
hit negara
Keraja
an Keraja
Singasa an
ri Kerajaan-
Holing
Kerajaan
Keraja Hindu-
an
Jenggal
Budha di Keraja
Indonesia an
a dan Kanjur
Kediri uhan
Keraja
Keraja
an
an
Medan
Keraja Matara
g
an m
Kamul
Sriwija Kuno
an
ya
Kebudayaan India yang masuk ke indonesia membawa
perubahan penting di bidang pemerintahan dan kepercayaan (religi)
masyarakat. Pada mulanya, suatu desa di pimpin oleh kepala suku yang
di pilih karena memiliki kelebihan-kelebihan di banding yang lainnya.
Akan tetapi, setelah masuknya india kepala suku di gantikan oleh
seorang raja (orang yang di hormati) yang kedudukannya di gantikan
secara turun temurun. Dengan demikian bisa berubah menjadi kerajaan
yang bercorak hindu dan budha.
Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai merupakan kerajaan tertua di indonesia, berdiri sekitar 400-500 masehi,
dengan kerajaan terletak pada aliran sungai mahakam kalimantan timur. Perkembangan masyarakat
sudah lebih maju di banding sebelum berdirinya kerajaan. Raja yang terkenal adalah Raja
Mulawarman, anak dari Aswarman, cucu dari Kadungga, Raja pertama Kutai.Raja mulawarman adalah
raja yang menganut agama Hindu Siwa. Hal ini di tunjukan dengan adanya bukti dari salah satu
prasasti yang menyebut tempat suci Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu di sebut dengan
Trimurti, yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa.
Bukti yang mendukung adanya kerajaan kutai adalah ditemukannya tujuh buah yupa (tugu
batu bertulis untuk peringatan upacara korban) di daerah aliran sungai mahakam. Yupa di buat atas
perintah Raja Mulawarman. Agama hindu mempunyai banyak dewa, namun tiga dewa yang senantiasa
dipuja, yang lebih dikenal dengan nama Trimurti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.
Dalam agama hindu ada 4 kasta yang membedakan antara golongan satu dan yang lainnya.

Kasta
Brahmana
Yupa Stratifikasi Sosial Kasta
Kesatria
Agama Dalam Agama Hindu
Kasta
Hindu
Sudra
Kasta
Waisya
Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan bercorak hindu pemuja


Dewa Wisnu yang berkembang pada abad ke-5 Masehi sesudah kerajaan kutai.
Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman dan agama yang di anut adalah
Hindu aliran Wisnu. Kerajaan Tarumanegara runtuh pada akhir abad ke-7,
kemungkinan akibat serangan kerajaan Sriwijaya.
Prasasti peninggalan sumber sejarah kerajaan Tarumanegara adalah:
1. Ciaruteun
2. Kebun Kopi
3. Jambu
4. Pasir Awi
5. Muara Cianten
6. Lebak
7. Tugu
Kerajaan Holing

Kerajaan Holing di perkirakan terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini


dikenal juga dengan Kerajaan Kalingga. Keterangan tentang Kerajaan Holing
didapat dari prasasti dan catatan dalam negri cina.
Sumber prasasti peninggalan Kerajaan Holing adalah Prasasti Tukmas.
Prasasti ini di temukan di desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng
Gunung Merbabu Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasasti tersebut menyebutkan tentang mata air yang bersih dan
jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak,
kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan
manusia dengan dewa-dewa hindu.
Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan merupakan kerajaan Hindu tertua di Jawa Timur.


Keterangan mengenai Kerajaan Kanjuruhan diperoleh dari Prasasti Dinoyo (760
M). Prasasti ditulis dengan huruf Kawi (Jawa Kuno) dan ditemukan di Desa
Dinoyo di tepi sungai Merto (Malang, Jawa Timur). Prasasti tersebut memuat
keterangan-keterangan tentang Kerajaan Kanjuruhan.
Raja Kanjuruhan pertama adalah Dewa Singha, ia digantikan oleh
putranya yang bernama Liswa. Liswa menjadi raja dan bergelar Gajayana.
Gajayana memeluk adgama Hindu Siwa, selama pemerintahannya ia membuat
tempat pemujaan untuk Dewa Agatya. Di dalam tempat tersebut terdapat arca
Dewa Agastya yang terbuat dari bata merah, disamping arca juga terdapat
bangunan batu bulat yang bernama Lingga. Bangunan suci tempat pemujaan
kepada dewa tersebut sekarang bernama Candi Bandut. Kerajaan Kanjuruhan
mengalami masa suram setelah diserang oleh Kerajaan Hindu Mataram Kuno,
Jawa Tengah.
Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram Kuno berkembang di wilayah pedalaman Jawa Tengahsekitar abad


ke-8. Pusat kerajaan terletak di daerah yang disebut “Medang Bhumi Mataram”. Kerajaan Mataram
Kuno terbagi dalam dua kerajaan, yaitu kerajaan yang bercorak Hindu diperintah oleh Dinasti
Sanjaya dan kerajaan yang bercorak Budha diperintah oleh Dinasti Syailendra.

1. Dinasti Sanjaya
Kerajaan Mataram Kuno Dinasti Sanjaya berlokasi di Jawa Tengah Bagian utara, pusat
kerajaan di Medang dan terleta di Poh Pitu. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7.
Setelah Raja Sanna meninggal, Kerajaan Mataram terancam hancur. Sebagai penggantinya adalah
Raja Sanjaya. Di bawah pemerintahannya Kerajaan Mataram menjadi Kerajaan besar, Raja Sanjaya
berhasil membangun Dinasti Sanjaya. Bukti-bukti adanya Dinasti Sanjaya diketahui melalui Prasasti
Canggal berisi asal usul Raja Sanjaya dan pembangunan sebuah Lingga di bukit stritengga, serta
Prasasti Kedu/Prasasti Balitung/Prasasti Mantyasah, yang berisi tentang silsilah raja-raja keturunan
Dinasti Sanjaya.

2. Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra muncul pada pertengahan abad ke-8 di Jawa Tengah bagian selatan,
yaitu antara daerah Bagelen dan Yogyakarta. Pada waktu Dinasti Sanjaya di pimpin oleh Rakai
Panangkaran, Mataram kuno berada di bawah pengaruh Dinasti Syailendra. Puncak kejayaan Dinasti
Syailendra terjadi pada pemerintahan samarattungga. Sumber sejarah dari Dinasti Syailendra
umumnya berupa prasasti, di antaranya Prasasti Kalasan, Prasasti Kelurak, Prasasti Ratu Buko,
Prasasti Nalanda, Prasasti Hamaparan, Prasasti Abhaya Giwiwhara, Kayumungan dan Prasasti
Sojomerto.
Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Srwijaya mencapai puncak Kejayaan pada abad ke-7 dan ke-8
Masehi, terutama saat diperintah oleh Raja Balaputradewa. Yang berasal dari Jawa
Tengah. Balaputradewa adalah anak Samarantungga,Raja Mataram Kuno. Kerajaan
Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, antara lain di bidang
mariim, menguasai jalur perdagangan melalui Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung
Malaya, dan sebagainya. Sriwijaya juga menjalin hubungan dagang yang baikdengan
India, Cina dan bangsa-bangsa lain. Selain menonjol di bidang maritim, Kerajaan
Sriwijaya juga maju dalam bidang politik, ekonomi, dan agama Budha.
Sumber Prasasti peninggala n Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti yang
merupakan sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya di tulis dengan hurf Pallawa dengan
menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut antara lain Prasasti
Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Kota Kapur,
Prasasti Karang Berahi dan Prasasti Nalanda (india). Masa keruntuhan Kerajaan
Sriwijaya pada akhir abad ke-12.
Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu sekitar Sungai


Brantas, ibu kotanya bernama Watan Mas. Kerajaan ini didirikan oleh Mpu Sindok yang
juga sekaligus pendiri Dinasti Isyana. Pendiri Kerajaan Medang Kamulan adalahMpu
Sindok sekaligus sebagai raja pratama dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikrama Dharmatunggadewa. Sepeninggal Mpu Sindok, Kerajaan Medang diperintah oleh
Dharmawangsa Teguh. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Medang mencapai
kejayaannya di bawah kekuasaan Airlangga yng memindahkan kerajaan ke Kahuripan untuk
menghindari perang saudara maka Airlangga membagi Kerajaannya menjadi dua yaitu
Panjalu dengan ibukota Daha dan Jenggala yang beribukota di Kahuripan.
Sumber prasasti mengenai sejarah Kerajaan Medang Kamulan, antara lain:
1. Pasasti Pucangan
2. Prasasti Anjuk Ladang dan Paradah
3. Prasasti Limus
4. Prasasti Silet
5. Prasasti Tarunhuyang
6. Prasasti Wurara
7. Prasasti Gandhakuti
Kerajaan Jenggala dan Kediri

Menurut Prasasti Wurara, buku Negarakertagama, dan buku Calon Arang


(yang ditulis pada zaman Majapahit), Raja Airlangga memerintahkan Mpu Bharada
membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu:
1. Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, terletak di sebelah utara Sungai
Brantas
2. Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha, terletak di sebelah selatan Sungai
Brantas
Airlangga kemudian menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Pada tahun
1049 M, Airlangga wafat. Ia dimakamkan di Candi Belahan. Kerajaan Kediri diperintah
oleh Sri Samarawijaya (anak Dharmawangsa), sedangkan Kerajaan Jenggala diperintah
oleh Mapanji Garasakan (putra kedua Airlangga). Setelah Airlangga wafat , terjadi perang
saudara antara Jenggala dan Kediri. Perang ini berlangsung sampai tahun 1052 M.
Sebagai penggantinya adalah Kameswara, pada masa ini muncul karya sastra yang sampai
saat ini masih di kenal oleh masyarakat sebagai cerita panji yang disebut Smaradhana
karangan Mpu Dharmaja. Karya sastra ini intinya mengisahkan tentang kisah cinta
Kameswara (Kamajaya) dengan Dewi Ratih (Candra Kirana).
Kerajaan Singasari

Ken Arok merupakan cikal bakal raja-raja di Singgasari dan Majapahit.


Perkembangan masyarakat pada zaman Kerajaan Singgasari sudah sangat maju. Demekian
pula perkembangan kebudayaan maupun perkembangan pemerintahannya yang nampak dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Ken Arok hanya hanya memerintah selama lima taun,
karena pada tahun 1227 ia dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati (anak Ken Dedes
dari Tunggul Ametung), dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Setelah Ken Arok yang
menjadi yang menjadi Raja Singasari berturut-turut adalah Anusapati, Tohjaya,
Ranggawuni/Wisnuwhardana dan Kartanegara.
Pada zaman Raja Kertanegara, wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari menjadi
sangat luas, meliputi seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Melayu,dan Semenanjung Malaya. Ketika Raja Kertanegara sedang gencar-gencarnya
melakukan ekspansi ke luar Jawa, raja kecil di Kediri mengadakan pemberontakan tahun 1292.
Pemberontakan ini mengakibatkan para pembesar kerajaan dan Raja Kertanegara gugur.
Kerajaan Singasari yang besar itu akhirnya runtuh setelah pemberontakan Jayakatwang pada
tahun 1292
Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya merupakan menantu dari Raja Kertanegara, ia adalah putra Lembu Tai.
Raden Wijaya kemudian menjadi Raja di Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menggunakan gelar
Kertarajasa. Ia memerintah dengan bijaksana, setelah Kertajasa meninggal, ia digantikan putranya,
Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai Raja yang lemah. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi
pemberontakan. Jayanegara digantikan oleh adiknya, yaitu putri Tribuwanatunggadewi. Pada masa
Tribuwana juga terjadi beberapa kali pemberontakan. Namun, berkat kecakapan Gajah Mada,
pemberontakan dapat dipadamkan.
Pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mencapai puncak
kbesarannya. Berkat usaha Gajah Mada dan Adityawarman, hampir seluruh Nusantara dapat
ditaklukan. Luas daerah kekuasaannya meliputi seluruh Kepulauan Indonesia sekarang ditambah
dengan Semenanjung Malaka dan Singapura. Untuk mengawasi seluruh daerah kekuasaannya,
Kerajaan Majapahit membangun armada laut yang kuat. Hubungan persahabatan dijalin dengan negara
tetangga, seperti Ceylon (Srilanka), Siam (Thailand), Birma (Myanmar), Campa, India, dan Cina
Hayam Wuruk mempunyai seorang putri dari permaisurinya yang bernama Kusuma
Wardhani, yang kemudian menikah dengan Wikramawardhana. Dari selirnya, Hayam Wuruk
mempunyai anak bernama Bhre Wirabhumi.
Agar tidak terjadi perebutan takhta, Hayam Wuruk membagi Kerajaan Majapahitmenjadi dua. Bagian
barat diberikan kepada Kusumawardhani, sedangkan bagian timur diberikan kepada Bhre Wirabhumi.
Tidak lama setelah Hayam Wuruk meninggal, terjadi perang antara Wikradhana dan Bhre Wirabhumi.
Perang itu dikenal dengan sebutan perang Paregreg (perang saudara). Dalam perang itu Bhre
Wirabhumi tewas.

You might also like