You are on page 1of 6

PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

Identifikasi Tanaman Siap Panen


Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-
saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya
pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang
dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman
mampu bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan
minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara
terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa
sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang
dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya usia
ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap
berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan
penanganan pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan
mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.
Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun kepala sawit adalah kapan
panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh hasil (baca uang) dan tidak merusak
tanaman kelapa sawit. Penentuan panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur
tanaman dan dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah
memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi bilamana performa
tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur
pertama panen di tunda dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang dihasilkan belum mencapai 3
kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana
performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada
tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang
dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar

dsuipdearholdeahpaptermtuemngbhuahsainlkatannabmuaahn syearntag ssieapragdiapmanenS.

ecpaerratanmorampaaldkaeulampuarssaewkiittayra3n,g5 ttuamhubnuhjiksua bur

dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai
penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.
B. Identifikasi Tandan Buah Masak
Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak
bebas) yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang
semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah
yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik
budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang
panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat
dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat
dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal.
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan buah yang
masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda
yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per
tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus
disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg
atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di
piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan
buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu
pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi
kematangan 1—3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis
sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.
C. Persiapan Panen
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas
yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang optimum, selang
panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik
pengolahan buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal
yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak
bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan
panen yang baik.

Tmaennajmadainmkaeslaakpaseskawitairt m5-u6labiublaenrbsuenteglaahdapnenmerebmubkeannt.uAk

gbauraphasneetnelaanhbuemrjaulra2n-l3antachaur,n.et Bmupaaht akan pengumpulan hasil (TPH) harus


dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan
pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan
peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa
ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak
kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.
A. Kriteria Tanaman Menghasilkan
Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan
(TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih
b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.
0. Ecr`p`t`h
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang sudah
matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui
kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah
memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM
tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen,
maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
<. L dl dt r`t`-r`t` t`ho`h
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman
kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan
dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di
bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah
pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada
2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang
dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat
adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.
2. Ecr`p`t`h scl `r`h p`hch
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki
tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini
penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang
dibutuhkan untuk memanen.
B. Oerajat Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis
disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di
pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari
hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
0. Eritcri` a`t`hk p`hch
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada
stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total
minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan
(membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah
membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap.

GKadambr amr 1in. yKakritteerritainmggatiatnergdyaapnagt ps aiadpa dsiapaatnbeunah membrondol,

seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol, tetapi hal ini
tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan matang keseluruhannya selama 15 hari
sesudah brondolan pertama.
Karena tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar. Maka jika
panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah membrondol, pembusukan buah yang
terlebih dahulu masak mulai terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain,
jika pemanenan dilakukan sejak buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak bebas
(ALB) rendah pada minyak maupun inti.
Gambar 2. Brondolan
Penentuan saat panen sangat
mempengaruhi kandungan asam lemak
bebas (ALB) minyak sawit
yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka
minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih
dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain
kadar ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Gambar 3. Buah sawit siap panen
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen.
Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang
dihasilkan.
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan
1-12,5% buah luar membrondol
0. Mentah
12,5-25% buah luar membrondol
1. Kurang matang
25-50% buah luar membrondol
2. Matang I
50-75% buah luar membrondol
3. Matang II
75-100% buah luar membrondol
4. Lewat matang I
Buah dalam juga membrondol, dan
5. Lewat matang
ada buah yang busuk
II
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik
adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan
serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat
tandan segar sebagai berikut.
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen
di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat
kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan
tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%.
Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum
dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.
2. Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal
pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu
diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi kekurangan setiap
panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan
terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal.
Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari,
banyak buah kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah
kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.
1.1 Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke
pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses
pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari
lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil
sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A. Pengangkutan T B S ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera
diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan
minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap
kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah
dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik,
seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan
tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar
perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu, kemudian
memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar yang diterima dari kebun
harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di dalam proses pengendalian mutu,
rendemen hasil yang diperoleh.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk
pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap
perebusan atau sterilisasi tanda buah.

B A B IV
KESIMPULAN

Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut.

1. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman


kondisi lingkungan
yangberproduksi
dibudidayakan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat
secarayang memerlukan
maksimal.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan
iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit
adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
3. Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang
maksimum dengan kualitas yang paling baik.
4. Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen
yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik
pengolahan buah sawit.
5. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar
kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye
hingga kematangan penuh.
6. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut
ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi.

You might also like