You are on page 1of 26

Penatalaksanaan Mukokel pada

Mukosa Bibir Bawah dengan


Bedah Eksisi
DOKTER GIGI INTERNSIP
PENDAHULUAN
MUKOKEL
Insiden mukokel 2,5 per 1000 pasien
sering terjadi pada dekade kedua kehidupan

PENATALAKSANAAN MUKOKEL

Eksisi Bedah
Mukokel  rongga berisi cairan (mucus)  Lesi dieksisi seluruhnya, termasuk jaringan
kelenjar saliva terkait serta kelenjar marginal,
sehingga mengurangi kejadian kekambuhan
Lokasi  seluruh permukaan mukosa yang
terdapat kelenjar saliva
 Bibir bawah (40%-80% dari keseluruhan kasus)
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai perawatan
bedah eksisi pada mukokel di mukosa bibir bawah.
LAPORAN KASUS
Identitas: laki-laki, usia 24 tahun

Pemeriksaan Subyetif:
• Keluhan utama: benjolan pada bagian bibir kiri bawah yang
menimbulkan rasa tidak nyaman namun tidak adanya nyeri.
• Riwayat keluhan: pasien menyatakan bahwa benjolan tersebut
timbul sejak ± 2 minggu yang lalu akibat tergigit. Awalnya
benjolan berukuran kecil namun pasien memiliki kebiasaan
menggigit bibir bawah sehingga benjolan semakin membesar.
• Keadaan umum pasien baik dan pasien menyangkal memiliki
riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki riwayat alergi obat-
obatan maupun mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Pemeriksaan Obyektif:
• Ekstra oral: wajah tampak simetris dan tidak ada pembengkakan.
• Intra oral: lesi bulat menonjol berbatas tidak jelas pada mukosa
labial kiri rahang bawah berwarna merah kekuningan dengan
diameter 1cm dan tinggi 6mm, memiliki konsistensi kenyal

Diagnosis: mukokel

Rencana perawatan: bedah eksisi


JALANNYA PERAWATAN

Persiapan operator, alat dan bahan yang Eksisi berbentuk elips pada dasar lesi
diperlukan, dan pasien. menggunakan blade.

Asepsis dengan povidone iodine

Anestesi dengan menggunakan citoject


pada area sekitar lesi.
JALANNYA PERAWATAN

Diseksi lesi dengan menggunakan pinset Suturing dengan teknik simple interrupted
dan blade menggunakan benang non asorbable

Massa jaringan lunak dengan diameter ± 6mm


KIE

Peresepan obat:
Kontrol perdarahan
• Amoxicillin 500mg
• Asam Mefenamat 500mg
JALANNYA PERAWATAN
o Pemeriksaan subyektif: Pasien mengatakan tidak ada
keluhan yang dirasakan dan kondisi umum pasien baik.
Kontrol 1 minggu pasca operasi
o Pemeriksaan obyektif:
• Pemeriksaan ekstraoral: wajah simetris dan tidak
tampak adanya pembengkakan.
• Pemeriksaan intraoral: seluruh suture masih
terpasang dengan baik dan tampak luka telah
mengalami penyembuhan dengan baik
o Dilakukan aff suture pada daerah operasi dan
pembersihan luka.
o KIE: Pasien diinstruksikan untuk menghentikan
kebiasaan menggigit bibir bawah dan tetap menjaga oral
hygiene.
PEMBAHASAN
Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva mayor:
• Kelenjar parotis
• Kelenjar submandibular
• Kelenjar sublingual

Kelenjar saliva minor:


hampir diseluruh bagian mulut (kecuali gingiva dan bagian
anterior palatum durum)

MUKOKEL
Lokasi paling sering terjadinya mukokel:
muco  mukus (lendir)
bibir bawah (40% hingga 80% dari seluruh kasus), diikuti
cocele  rongga oleh mukosa pipi dan dasar mulut
Mukokel  rongga yang berisi cairan mukus
Gambaran Klinis
• Bentuk kubah (dome-shaped)
• tidak nyeri tekan
• Berfluktuasi
• tidak pucat saat diberi tekanan
• ukuran bervariasi antara 0,1 – 4 cm.
• Mukokel superfisial berwarna kebiruan
hingga bening, sedangkan lesi yang dalam
berwarna merah muda.
Klasifikasi

• Mukokel ekstravasasi (pseudo-cyst) merupakan kista tanpa dilapisi dinding


epitel yang terjadi akibat rupturnya epitel duktus saliva yang menyebabkan
keluarnya musin ke jaringan ikat.
• Mukokel ekstravasasi sering terjadi pada mukosa labial bawah, mukosa
bukal dan daerah retromolar.

• Mukokel retensi adalah terjadinya obstruksi duktus saliva akibat


proliferasi epitel pada duktus ekskresi glandula salivarius minor karena
mengalami inflamasi, tekanan yang terus menerus akan menyebabkan
dilatasi duktus dan membentuk kista yang dilapisi epitel.
• Mukokel retensi biasanya pada bibir atas, palatum durum, dasar mulut
dan sinus maksilaris
Etiologi dan Patogenesis
Mukokel  gangguan aliran sekresi saliva pada duktus kelenjar saliva minor.

Trauma mekanis: Inflamasi kronis:


• tergigit saat mengunyah, • rokok atau trauma panas lain,
• kebiasaan buruk menggigit mukosa bukal atau mukosa • fibrosis duktus saliva,
labial, • trauma saat proses intubasi,
• terkena sikat gigi, • tindik bibir,
• menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada • sialolitiasis,
permukaan gigi rahang bawah
• hingga tumor
• trauma benda keras ekstraoral.
Pemeriksaan dan Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Subyektif: Pemeriksaan penunjang


• riwayat trauma mekanis, • Ultrasonografi  mendeteksi kalkuli, abses, kista, bahkan
• inflamasi kronis, membedakan antara tumor jinak dan ganas dengan akurasi
hingga 90%.
• suatu kelainan yang mengarah kepada
• CT scan dan MRI  dilakukan jika mukokel melibatkan
terbentuknya mukokel, seperti fibrosis duktus,
area yang luas, mukokel pada sinus maksilaris, atau jika
trauma kronis, sialolitiasis dan tumor.
Mukokel di dasar mulut (ranula) sudah melibatkan muskulus
milohioid.
• Biopsi  membedakan apakah lesi tersebut ganas atau jinak
Pemeriksaan fisik:
• pengamatan visual
• pemeriksaan palpasi
Diagnosis Banding

HEMANGIOMA
• Hemangioma mulut adalah tumor jinak yang berkembang di dalam
dan sekitar rongga mulut akibat proliferasi sel endotel
• Lesi superfisial  rona merah, lesi berlobul, bertangkai, atau tidak
bertangkai.
• Lesi yang lebih  perubahan warna biru lembut atau perubahan
warna yang tajam berbeda dari mukosa di sekitarnya.
• Perbedaan dengan mukokel  diaskopi positif (pucat saat
dikompresi)
Diagnosis Banding

LIMFANGIOMA
• Limfangioma  proliferasi abnormal pembuluh limfatik.
• Gambaran klinis  massa yang terlokalisasi, berkembang lambat,
permukaan halus, berbatas tegas, tanpa gejala, dan dapat bergerak
bebas yang terletak di submukosa.
• Perbedaan dengan mukokel  ukuran lesi limfangioma mungkin
lebih luas (mukokel jarang berdiameter > 1,5 cm), durasi
limfangioma yang kronis, konsistensi lesi limfangioma lunak keras
dan ditutupi dengan mukosa normal di atasnya .
Diagnosis Banding

LIPOMA
• Lipoma mulut  tumor jinak yang berasal dari mesenkim, terdiri dari
adiposit matang dan biasanya dipisahkan oleh kapsul jaringan ikat
fibrosa tipis.
• Tumor ini tumbuh lambat, tidak nyeri, lunak, berbatas jelas, dan
berhubungan dengan nodul submukosa dengan dasar bertangkai atau
tidak bertangkai.
• Warna lipoma oral bervariasi dari kuning hingga merah muda
tergantung pada kedalaman lesi, berbeda dengan mukokel yang
berwarna merah kebiruan.
Diagnosis Banding

FIBROMA
• Fibroma iritasi, juga dikenal sebagai fibroma traumatis, adalah lesi
reaktif pada rongga mulut yang muncul sebagai papula hiperplastik
inflamasi lokal, non-neoplastik, dan inflamasi pada jaringan ikat
fibrosa.
• Gambaran klinis fibroma berupa lesi dengan permukaan halus atau
tidak beraturan, dasar bertangkai atau tidak bertangkai, dengan
konsistensi yang padat, berbeda dengan mukokel yang
konsistensinya lunak.
PENATALAKSANAAN
Injeksi Kortikosteroid
• Kortikosteroid  agen antiinflamasi dan agen sklerosis yang menyebabkan penyusutan saluran air liur yang meluas.

• Kombinasi injeksi deksametason steroid intralesi 4mg ke dasar lesi dan mikromarsupialisasi mukokel besar
menghasilkan regresi bertahap dalam ukuran lesi dan penyembuhan total tanpa kekambuhan dan tidak ada rasa
tidak nyaman local.

Injeksi Agen Sklerosis

Pemberian agen sklerosis intralesi seperti etanol absolut dengan dosis yang bervariasi dari 0,1 ml hingga 0,5 ml sesuai
dengan ukuran mukokel menghasilkan regresi total ukuran lesi dan penyembuhan total tanpa ada bukti klinis
kekambuhan.

Aspirasi

Terapi ini tidak dianggap sebagai terapi yang tepat untuk mukokel karena angka kekambuhan cukup tinggi.
PENATALAKSANAAN
Eksisi Bedah
• Eksisi bedah mukokel beserta kelenjar saliva minor terkait  kemungkinan terjadinya kekambuhan cukup rendah.

• Kelebihan  tidak memerlukan peralatan ekstensif, biaya yang lebih rendah, dan dapat dilakukan oleh sebagian besar
dokter gigi terlatih.
• Kekurangan  penyembuhan pasca operasi yang tertunda, perdarahan yang lebih banyak dan ketidaknyamanan pasca
operasi

Marsupialisasi
Dilakukan ketika lesi lebih luas karena mencegah hilangnya jaringan secara signifikan dan juga mengurangi risiko
komplikasi akibat eksisi bedah. Jika gagal, maka dilakukan operasi pengangkatan lesi.
PENATALAKSANAAN
Ablasi Laser, Bedah Krios, dan Elektrokauter
• Kebanyakan dilakukan pada mukokel superfisial. Penatalaksanaan mukokel dilakukan dengan menggunakan
diode laser dan CO2 laser yang memberikan hasil serupa dengan manajemen konvensional dengan
kenyamanan dan estetika pasca operasi yang lebih baik.
• Penggunaan LASER Dioda dalam penatalaksanaan mukokel mulut memiliki keunggulan dalam bidang operasi
tanpa darah dan memberikan penyembuhan yang cepat

KIE
Pasien diinstruksikan untuk melakukan diet lunak dalam beberapa hari serta diresepkan obat-obatan oral berupa
antibiotik dan analgesik dan kontrol 1 minggu pasca operasi untuk aff suture dan evaluasi luka pasca perawatan.

Pasien juga diinstruksikan untuk menghentikan kebiasaan buruk menggigit-gigit bibir.


KOMPLIKASI
Intraoperative

1. Perdarahan
2. Kerusakan saluran Wharton menyebabkan stenosis, dan sialadenitis obstruktif
3. Cedera pada saraf lingual menyebabkan paresthesia sementara atau permanen
4. Kerusakan cabang marginal mandibula nervus fasialis menyebabkan paresthesia

Postoperative

1. Hematoma
2. Infeksi
3. Dehisensi luka
Prognosis
Prognosis baik

• Dengan eksisi lengkap lesi beserta kelenjar yang menyebabkannya, angka kekambuhan menjadi
sangat rendah.
• Prosedur lain seperti marsupialisasi dan aspirasi  tingkat kekambuhan yang lebih tinggi.
KESIMPULAN

• Mukokel adalah salah satu lesi jaringan lunak rongga mulut yang paling umum dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.

• Terdapat dua etiologi utama dari mukokel yaitu trauma dan obstruksi duktus kelenjar saliva
minor.

• Mukokel dapat diobati dengan metode invasif maupun non invasif. Dari berbagai modalitas
pengobatan, eksisi bedah sederhana dapat menjadi pilihan perawatan yang mampu mengurangi
penderitaan dan ketidaknyamanan pasien serta mencegah terjadinya rekurensi lesi.
TERIMA KASIH

You might also like