You are on page 1of 20

Normal

Tegangan Sirkumferensial (hoop stress) Stress


Tegangan sirkumferensial adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan sumbu
sirkumferensial, terkadang tegangan ini disebut sebagai tegangan tangensial dan
tegangan hoop, tegangan ini disebabkan oleh tekanan yang terkandung didalam
pipa dan secara konserfatif dirumuskan sebagai berikut :

SH = P . do / 2t

Dimana :
SH = Tegangan longitudinal (kPa)
P = Tekanan disain (Kpa)
do = Diameter sisi luar pipa (m)
t = tebal dinding pipa (m)
Normal
Tegangan Radial (radial stress) Stress
Tegangan radial beraksi dalam arah ortogonal ketiga yang disebabkan oleh
tekanan internal, variasi antara sebuah tegangan sama dengan tekanan dalam
pada permukaan dinding dalam pipa dan sebuah tegangan sama dengan tekanan
atmosphere pada dinding luar pipa. Diasumsikan tidak ada tekanan luar
(atmospheric) maka tegangan radial dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
SR = Tegangan radial (kPa)

Note : Tegangan radial akan bernilai nol (0) pada radius luar pipa, dimana tegangan bending
bernilai maksimum, untuk alasan ini komponen tegangan ini secara tradisional akan diabaikan
pada saat melakukan analisa tegangan pada sistem perpipaan
Shear
Tegangan Geser (shear stress) Stress
Tegangan geser adalah tegangan yang arahnya paralel dengan penampang
permukaan pipa, terjadi jika dua atau lebih tegangan normal bekerja pada satu
titik. Tegangan geser pada sistem pipa antara lain akibat gaya dari tumpuan dan
dikombinasikan dengan gaya bending

Tegangan geser akibat gaya geser

Tegangan geser ini memiliki nilai maksimum disumbu pipa dan memiliki nilai
nol (0) pada titik dimana terjadi lendutan maksimum pada radius terluar pipa,
dikarenakan hal tersebut maka secara umum nilai tegangan ini akan diabaikan
pada saat melakukan kalkulasi analisa tegangan perpipaan

 max = V Q / Am

Dimana :
 max = Tegangan geser maksimum (kPa)
V = Gaya geser (kN)
Q = Faktor bentuk untuk tegangan geser
Q = 1.3333 untuk penampang silinder solid
Shear
Tegangan geser akibat momen puntir Stress
Tegangan geser ini memiliki nilai maksimum pada radius luar pipa yang
disebabkan oleh momen puntir yang dikenakan pada penampang pipa.

 max = MT / 2Z

Dimana :
 max = Tegangan geser maksimum (kPa)
MT = Momen torsi (kN-m)
Z = Modulus penampang pipa (m3) = I/ro
I = momen inersia dari penampang pipa (m4) =
do = diameter sisi luar pipa (m)
di = diameter dalam pipa (m)
ro = radius sisi luar pipa (m)
3D State
Tegangan 3D pada dinding pipa Stress
Selama beroperasi, pipa mendapatkan berbagai jenis tegangan, dan tegangan
tersebut disederhanakan dengan distribusi tegangan sebagai berikut :

SL + SH + SR = S1 + S2 + S3

Nilai dari tegangan geser maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan


metoda lingkaran Mohr’s
Failure
TEORI KEGAGALAN PADA SISTEM PERPIPAAN
Theories
Untuk lebih tepat sasaran, kalkulasi tegangan harus dibandingkan dengan
tegangan izin material. Tegangan izin material adalah berhubungan dengan
kekuatan yang ditentukan melalui uji tarik material. Ini sangat berhubungan
dengan pengembangan untuk mencari teori kegagalan yang sesuai.
Failure
Theories
Terdapat tiga teori kegagalan yang umum digunakan untuk memprediksikan
terjadinya “yielding” pada suatu material

1. Octahedral Shear or Von Meses Theory

2. Maximum Shear or Thresca Theory

3. Maximum Stress or Rankine Theory


Failure
Octaherdal Shear – Von Mises Theory Theories

Teori kegagalan Von Mises atau teori tegangan geser oktahedral yang
menyatakan “Kegagalan terjadi jika tegangan geser oktahedral pada suatu titik
di pipa sama atau lebih besar dari tegangan geser oktahedral pada saat meterial
mencapai titik lelah “yield” pada saat pengujian tarik (unaxial tension test)”

Tegangan geser oktahedral didefinisikan sebagai berikut :

Untuk test beban tarik unaxial berlaku S1=Syield dan S2=S3=0, sehingga
kegagalan diasumsikan terjadi jika persamaan berikut ini berlaku :
Failure
Maximum Shear Stress – Tresca Theory Theories

Teori kegagalan Tresca atau teori kegagalan Tegangan Geser Maximum, yang
menyatakan : “Kegagalan terjadi jika tegangan geser maximum pada suatu titik
di pipa sama atau lebih besar dari tegangan geser maximum pada saat meterial
mencapai titik lelah “yield” pada saat pengujian tarik (unaxial tension test)”

Tegangan geser maksimum didefinisikan sebagai berikut :

Untuk test beban tarik unaxial berlaku S1=Syield dan S2=S3=0, sehingga
kegagalan diasumsikan terjadi jika persamaan berikut ini berlaku :
Failure
Maximum Stress – Rankine Theory Theories

Teori kegagalan Rankine atau Teori Kegagalan Tegangan Maximum, yang


menyatakan “Kegagalan terjadi jika tegangan tarik maximum pada suatu titik di
pipa sama atau lebih besar dari tegangan tarik maximum pada saat meterial
mencapai titik lelah “yield” pada saat pengujian tarik (unaxial tension test)”

Tegangan tarik maximum yang didefinisikan disini adalah tegangan utama


positif terbesar S1.

Untuk uji tarik unaxial berlaku S1 = Syield dan S2=S3=0, sehingga kegagalan
diasumsikan terjadi jika persamaan berikut ini berlaku :
Failure
Theories
Kebanyakan CODE perpipaan menggunakan teori kegagalan TRESCA dengan
sedikit modifikasi, yaitu teori kegagalan TRESCA dikali dua. Setelah itu
tegangan principal ditulis dengan symbol SL, SH dan  sehingga teori
kegagalan menjadi :
Fatique
SECTION 1
Failure

C. Kegagalan Lelah (Fatique)

PENGERTIAN KEGAGALAN LELAH (FATIQUE)

1. Sistem pipa, bejana tekan serta peralatan lainnya sering mengalami


kerusakan yang terjadi setelah beroperasi bertahun-tahun. Kegagalan jenis
ini dikenal dengan fenomena kelelahan metal (metal fatique) yang
diakibatkan oleh beban berulang yang besarnya relatif rendah.
2. Yang perlu diperhatikan pada kegagalan karena metal lelah ini adalah
kegagalan yang terjadi dimana tegangan pipa lebih rendah dari pada nilai
tegangan lelah (yield strength) material.
3. Hal ini terjadi karena konsentrasi tegangan lokal yang besar menyebabkan
deformasi plastis yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya retakan-
retakan halus sementara tegangan rata-rata pada keseluruhan penampang
pipa memiliki nilai dibawah tegangan lelah.
4. Jika beban ini terjadi berulangkali maka retakan halus itu akan merambat
sampai terjadinya kegagalan yang menyeluruh pada dinding pipa.
Fatique
KURVA FATIQUE
Failure
Fatique
ASME B31.3 – FATIQUE STRANGE STRESS FACTOR
Failure
SECTION 1 SIF

D. Faktor Intensitas Tegangan (SIF)


Penelitian mengenai kelelahan metal memperlihatkan bahwa kegagalan karena
metal lelah tidak terjadi ditengah-tengah segment pipa lurus melainkan di
daerah dekat fitting (daerah diskontinuitas geometri). Selain itu fatique terjadi
pada kombinasi tegangan dan jumlah siklus yang lebih rendah dari pada
kegagalan pada pipa lurus.
SIF
SIF
CODE
SECTION 1 Complience

D. CODE complience (tegangan CODE)


Tegangan Code diturunkan dari teori dasar tegangan dan teori kegagalan
dengan memperhatikan hasil penelitian serta percobaan bertahun tahun.
Tegangan Code memberikan standar kriteria kegagalan untuk perancangan
sistem pipa.

Ada dua jenis kegagalan yang berbeda, yaitu :

1. Kegagalan katastrofic yang disebabkan oleh beban primer


2. Kegagalan metal lelah (fatique) yang disebabkan oleh beban sekunder

Kegagalan katastrofic Kegagalan fatique


CODE
BEBAN PRIMER VS BEBAN SEKUNDER Complience

Karakteristik Beban Primer :

1. Umumnya disebabkan oleh gaya seperti terkanan, gaya berat, gaya spring,
gaya dari relief valve dan fluid hammer.
2. Beban primer tidak bersifat membatasi diri sendiri (self limiting) artinya
setelah deformasi plastis terjadi dan selama beban itu bekerja maka
deformasi akan terus berlanjut hingga keseimbangan gaya tercapai atau
terjadinya perpatahan.
3. Beban primer sifatnya tidak berulang
4. Batas tegangan yang diizinkan untuk tegangan primer didapat melalui teori
kegagalan.
5. Kegagalan dapat terjadi oleh satu beban tunggal yang menimbulkan
deformasi total menyeluruh atau perpatahan. •

Tekanan
Gaya berat
Beban • Gaya luar
• Gaya spring
Primer • Thrust force dari PSV
• Gaya dari water hammer

• Ekspansi thermal
Beban • Vibrasi
• Perpindahan anchor
Sekunder • settlement
CODE
Complience

Karakteristik Beban Sekunder :

1. Umumnya disebabkan oleh perpindahan (displacement), seperti ekspansi


thermal, getaran, perpindahan anchor dan settlement.
2. Beban sekunder selalu bersifat membatasi diri sendiri (self limiting),
maksudnya setelah deformasi plastis terjadi, deformasi ini tidak berlanjut
karena tegangan berkurang dengan sendirinya dan cendrung menghilang.
3. Beban sekunder bersifat berulang, kecuali settlement.
4. Batas tegangan yang diizinkan untuk tegangan sekunder didapat
berdasarkan jumlah siklus beban dari kegagalan kelelahan metal (kurva
fatique)
5. Kegagalan ini tidak dapat terjadi oleh satu beban tunggal tetapi kerusakan
katastrofis dapat terjadi setelah sejumlah beban berulang •

Tekanan
Gaya berat
Beban
bekerja pada sistem pipa. Oleh karena itu walaupun
• Gaya luar
• Gaya spring
Primer • Thrust force dari PSV

sebuah sistem pipa telah sukses beroperasi bertahun-tahun • Gaya dari water hammer

tidak menjadi jaminan perancangan pipa adalah ideal


• Ekspansi thermal
bila dilihat dari pembebanan sekunder. Beban •

Vibrasi
Perpindahan anchor
Sekunder • settlement

You might also like