You are on page 1of 22

ITSBAT

NIKAH dan asal


usul anak
oleh: Dr. H. Edi Marsis, SH. MH
Hakim Pengadilan Agama Blitar Kelas 1A
Kewenangan
Pengadilan Agama
Pasal 49 s/d 53 UU No. 7 Tahun 1989: 1. perkawinan,
“Pengadilan Agama bertugas dan 2. kewarisan,
berwenang memeriksa, memutuskan 3. wasiat dan
dan menyelesaikan perkara-perkara di 4. hibah yang dilakukan berdasarkan
tingkat pertama antara orang-orang hukum Islam serta
yang beragama Islam di bidang 5. wakaf dan
6. sadakah.
Penjelasan Pasal49 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan
bidang perkawinan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan antara lain adalah :
6. pembatalan perkawinan;
1. izin beristri lebih dari seorang
7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami
2. izin melangsungkan perkawinan bagi
atau istri;
orang yang belum berusia 21 (dua puluh
8. perceraian karena talak;
satu) tahun, dalam hal orang tua atau
9. gugatan perceraian;
wali atau keluarga dalam garis lurus ada
10. penyelesaian harta bersama;
perbedaan pendapat;
11. mengenai penguasaan anak-anak;
3. dispensasi kawin;
12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan
4. pencegahan perkawinan;
dan pendidikan anak bilamana bapak
5. penolakan perkawinan oleh Pegawai
yang seharusnya bertanggung jawab
Pencatat Nikah;
tidak memenuhinya;
13. penentuan kewajiban memberi biaya
penghidupan oleh suami kepada bekas 18. menunjuk seorang wali dalam hal
istri atau penentuan suatu kewajiban seorang anak yang belum cukup umur
bagi bekas isteri. 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal
14. putusan tentang sah atau tidaknya kedua orang tuanya pada hal tidak ada
seorang anak; penunjukan wali oleh orang
15. putusan tentang pencabutan kekuasaan www.djpp.depkumham.go.id tuanya;
orang tua; 19. pembebanan kewajiban ganti kerugian
16. pencabutan kekuasaan wali; terhadap wali yang telah menyebabkan
17. penunjukan orang lain sebagai wali oleh kerugian atas harta benda anak yang ada
Pengadilan dalam hal kekuasaan seorang di bawah kekuasaannya;
wali dicabut; 20. Penetapan asal usul seorang anak;
21. putusan tentang hal penolakan
pemberian keterangan untuk melakukan 1) Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan
perkawinan campuran; dengan akte kelahiran autentik, yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang;
22. pernyataan tentang sahnya perkawinan 2) Bila akte kelahiran tersebut dalam ayat (1) pasal
yang terjadi sebelum Undang-undang ini tidak ada, maka pengadilan dapat
Nomor 1 Tahun 1974 tentang mengeluarkan penetapan tentang asal usul
Perkawinan dan dijalankan menurut seorang anak setelah diadakan pemeriksaan yang
peraturan yang lain. teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi
syarat.
3) Atas dasar ketentuan pengadilan tersebut ayat (2)
pasal ini, maka instansi pencatat kelahiran yang
ada dalam daerah hukum pengadilan yang
Masalah anak sah diatur di dalam undang-undang bersangkutan mengeluarkan akte kelahiran bagi
nomor 1 tahun 1974 pasal 42, 43 dan 44. Berkenaan anak yang bersangkutan.
dengan pembuktian asal-usul anak di dalam undang-
undang perkawinan pasal 55 menegaskan :
Pengertiaan Itsbat Nikah
Itsbat Nikah didefinisikan dengan penetapan tentang kebenaran
(keabsahan) nikah.
Jadi, Itsbat nikah adalah penetapan nikah yang diajukan ke
Pengadilan Agama guna menitsbatkan (menetapkan) pernikahan
yang telah dilangsungkan, namun tidak dapat dibuktikan dengan
akta nikah.
Dalam KHI pasal 7 ayat (4)
dijelaskan bahwa, “Yang berhak
mengajukan permohonan Itsbat
Syarat-Syarat
nikah ialah suami atau isteri, anak- Itsbat Nikah
anak mereka, wali nikah dan pihak
1. Suami atau isteri;
yang berkepentingan dengan
2. Anak-anak mereka;
perkawinan itu.”18 Berdasarkan
3. Wali nikah; dan
pasal tersebut diatas
4. Pihak-pihak yang
berkepentingan:
Dasar Hukum
Itsbat Nikah Namun kewenangan ini berkembang dan
diperluas dengan dipakainya ketentuan
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 7
Pada dasarnya kewenangan perkara ayat 2 dan 3, dalam ayat (2) disebutkan,
Itsbat nikah bagi Pengadilan Agama “Dalam hal perkawinan tidak dapat
dalam sejarahnya adalah dibuktikan dengan akta nikah, dapat
diperuntukkan bagi mereka yang diajukan Itsbat nikahnya ke Pengadilan
melakukan perkawinan dibawah Agama”.19 Dilanjutkan pada pasal 7
tangan sebelum diberlakukannya ayat (3) bahwa,
Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tentang perkawinan
Itsbat nikah yang diajukan
ke Pengadilan Agama
4. Adanya perkawinan yang tejadi
terbatas mengenai hal-hal sebelum berlakunya Undang-
yang berkenaan dengan : Undang No. 1 Tahun 1974
5. Perkawinan yang dilakukan
1. Adanya perkawinan dalam
oleh mereka yang tidak
rangka penyelesaian perceraian
mempunyai halangan
2. Hilangnya akta nikah
perkawinan menurut UU No. 1
3. Adanya keraguan tentang sah
Tahun 1974.
tidaknya salah satu syarat
perkawinan
Perkawinan
Yang Dapat di
Itsbatkan
Adanya perkawinan dalam rangka
penyelesaian perceraian.

Artinya yaitu jika seorang pasangan suami-


isteri yang sebelumnya menikah dibawah kemudian ia bermaksud untuk mengajukan
tangan dan tidak mencatatkannya di perceraian maka sebelum itu ia harus
Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau Kantor mengajukan permohonan Itsbat nikah yang
Urusan Agama (KUA), dapat dilakukan secara bersamaan dengan
pengajuan gugatan atau permohonan cerai.
maka pasangan suami-isteri yang
bersangkutan dapat mengajukan
Hilangnya Akta Nikah. permohonan Itsbat nikah ke Pengadilan
Agama dengan membawa bukti keterangan
Artinya yaitu apabila suatu perkawinan laporan kehilangan akta nikah dari petugas
yang dilangsungkan menurut hukum yang berwenang (polisi).
agama dan perundang-undangan, kemudian
bukti akta nikah tersebut hilang,
Adanya keraguan tentang sah atau
tidaknya salah satu syarat
Perkawinan.

Artinya yaitu jika terdapat keraguan dari


salah satu syarat yang disebutkan padal
pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
yaitu, adanya calon isteri, calon suami, wali
nikah, dua orang saksi, ijab dan qabul.
Maka dapat mengajukan permohonan
Itsbat nikah ke Pengadilan Agama.
Adanya perkawinan yang terjadi
sebelum berlakunya UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Berarti, pasangan suami isteri yang


menikah sebelum lahirnya UUP dan
perkawinannya tidak tercatat, maka dapat agar mempunyai kekuatan hukum tetap.
mengajukan permohonan Itsbat nikah ke Dalam pasal ini, dipertegas hanya sebatas
Pengadila Agama perkawinan yang dilakukan sebelum
lahirnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak
mempunyai halangan perkawinan menurut UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.

Yang berarti, permohonan Itsbat nikah dapat diajukan apabila perkawinan tersebut
tidak mempunyai halangan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pasal 39, 40,
41, 43 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan pada pasal 8, 9, 10 Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 8 Perkawinan dilarang antara dua orang yang: Pustaka: yayasan Peduli Anak
Negeri (YPAN) 3
1. berhubungan darah dalan garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas;
2. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,
antara seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara seorang dengan
saudara neneknya;
3. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri;
4. berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan;
5. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
6. yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau praturan lain yang
berlaku dilarang kawin.

Pasal 9 Seorang yang terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin
lagi, kecuali dalam hal yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) dan dalam Pasal 4
Undang-undang ini.
Pasal 10 Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain
dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh
dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum, masing-masing agama dan
kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.
1) Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan
dengan akte kelahiran autentik, yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang;
2) Bila akte kelahiran tersebut dalam ayat (1) pasal
Masalah anak sah diatur di dalam undang- ini tidak ada, maka pengadilan dapat
undang nomor 1 tahun 1974 pasal 42, 43 dan mengeluarkan penetapan tentang asal usul
44. Berkenaan dengan pembuktian asal-usul seorang anak setelah diadakan pemeriksaan yang
anak di dalam undang-undang perkawinan teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi
pasal 55 menegaskan : syarat.
3) Atas dasar ketentuan pengadilan tersebut ayat (2)
pasal ini, maka instansi pencatat kelahiran yang
ada dalam daerah hukum pengadilan yang
bersangkutan mengeluarkan akte kelahiran bagi
anak yang bersangkutan.
Undang undang
perkawinan Pasal 44

1. Seorang suami dapat menyangkal


sahnya anak yang dilahirkan oleh
isterinya, bilamana ia dapat
membuktikan bahwa isterinya telah
berzina dan anak itu akibat dari
perzinaan tersebut.
2. Pengadilan memberikan keputusan
tentang sah/tidaknya anak atas
permintaan pihak yang berkepentingan.
Terimakasih

You might also like