You are on page 1of 40

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Museum dan Cagar Budaya

Penilaian (Assessment) Kelaikan Bangunan


Gedung A Museum Nasional

18-24 Desember 2023

Brahmantara Moh. Habibi Arif Gunawan Ari Kristyanto A. Mudzakkir M. Saeful Anwar

1 / 73
Daftar Isi

1. Pendahuluan 4. Uji Kamera Thermal

1.1. Tujuan Kajian


1.2. Metode Kajian

5. Klimatologi
2. Uji UPV
5.1. Hasil Pengukuran
2.1. Metode dan Isi

2.2. Hasil Pengukuran

3. Uji Hammer Test


6. Kebisingan
3.1. Metode
3.2. Hasil

2 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan
Ringkasan Gedung A Museum Nasional

Nama Kegiatan Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Museum Nasional

Ketua Brahmantara Anggota 5 Orang

Institusi Museum dan Cagar Budaya

Tujuan

Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Museum


Mengidentifikasi kondisi fisik Gedung A Museum Nasional Nasional
secara menyeluruh
Uji non-destruktif dan analisis
Kondisi lingkungan

Ruang Lingkup Survei lapangan Pengamatan fisik

Gedung A MNI

Mikroklimatologi Intensitas Cahaya
Evaluasi structural dan arsitektural bangunan
Aspek MEP Kamera thermal
Pengujian non-destruktif

Analisis kondisi lingkungan


Analisis Riwayat perawatan dan renovasi
Kondisi fisik Kondisi lingkungan Aspek mekanikal,
bangunan sekitar Elektrikal, plumbing

3 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
1. Pendahuluan 1.1. Obyek Kajian seum Nasional

Obyek Gedung A

Lokasi Jakarta, Indonesia

Target Dinding, Kolom, Pilar

4 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
1. Pendahuluan 1.2. Metode seum Nasional

Pada saat pengambilan data, tim dibagi menjadi beberapa kelompok

Kelompok pertama melakukan pengambilan data karakteristik fisik bangunan dengan menggunakan UPV, Hammer test, Dll.

Kelompok kedua melakukan pengamatan kerusakan gedung bangunan serta melihat keadaan elektrikal

Kelompok ketiga melakukan perekaman data menggunakan 3D Laser Scanner

5 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
2. Uji UPV 2.1. Metode seum Nasional

Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dapat digunakan untuk mendapatkan data kondisi fisik suatu bangunan. Kondisik fisik seperti
kerapatan (densitas), porositas, kuat tekan, homogenitas, orientasi struktur, dll).

Aplikasi UPV dapat dilakukan melalui tiga metode, langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan semi langsung (semi
indirect)

Target pengukuran UPV pada kajian ini adalah struktur dinding, kolom, dan pilar pada gedung A

Kecepatan Gelombang (m/s) Kualitas Beton

>4500 Sangat Baik (SB)


3500-4500 Baik (B)
3000-3500 Cukup Baik (CB)
2000-3000 Buruk (BR)
<2000 Sangat Buruk (SBR)

6 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
2. Uji UPV 2.1. Metode seum Nasional

2.2.Titik pengambilan data UPV

7 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
2. Uji UPV 2.2. Hasil seum Nasional

2.2.1Hasil UPV Dinding

8 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
2. Uji UPV 2.2. Hasil seum Nasional

2.2.2. Perbandingan Hasil UPV Dinding Atas dan Bawah

9 / 73
Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
2. Uji UPV 2.2. Hasil seum Nasional

10 / 73
3. Uji Hammer Test Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
3.1. Metode seum Nasional

Schmitt Hammer adalah alat yang paling


banyak digunakan untuk batu dan beton.
Pertama kali dikembangan oleh E. Schmitt
pada 1948

Palu Schmitt ditembakkan menggunakan


elastisitas pegas dan derajat tumbukan

Angka Pantul Rata-rata Kualitas Beton serta pantulan palu dicatat pada skala.

>40 Sangat Baik (SB)


30-40 Cukup Baik (CB)
20-30 Kurang Baik (KB)
<20 Buruk (BR)

11 / 73
3. Uji Hammer Test Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
3.1. Metode seum Nasional

12 / 73
3. Uji Hammer Test Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
3.2. Hasil seum Nasional

BR KB CB BR KB CB BR KB CB BR KB CB BR KB CB

13 / 73
3. Uji Hammer Test Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
3.2. Hasil seum Nasional

14 / 73
4. Kamera Thermal Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Kamera thermal merupakan salah satu alat non-destructive


yang banyak digunakan baik dibidang teknik sipil maupun
cagar budaya

Alat ini dapat mendeteksi blistering zone, daerah tempat


rembesan air, struktur berongga dlsb.

15 / 73
5. Klimatologi Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A Mu-
seum Nasional

16 / 73
6. Kebisingan Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Pengukuran dilakukan di tiga titik lokasi, di dalam ruangan Sejarah Kebudayaan Indonesia, di sekitar lobby, dan di taman
patung.

Pada saat pengukuran, tidak ada aktivitas pengunjung (karena museum di tutup).

17 / 73
7. Pengamatan Kerusakan Bangunan Gedung Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Bangunan gedung A Museum Nasional diamati secara langsung untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan.
Pengecekan antara kesesuaian kondisi nyata di lapangan serta identifikasi kerusakan yang perlu diperbaiki.

18 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

a. Kolom dan balok

Pengelupasan plester dan cat pada pilar di


sisi utara ruang Numismatik & Heraldik

Pengelupasan plester dan cat pada kolom di sisi Serangan organisme lumut pada pilar di sisi selatan
selatan Ruang Alam Indonesia Ruang Numismatik dan Heraldik

19 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

a. Kolom

Kelembapan pada pilar di sisi utara ruang sejarah Retakan pada pilar di sisi selatan ruang sejarah
kebudayaan Indonesia kebudayaan Indonesia

20 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

b. Balok

Retakan pada balok fasad gedung Retakan pada balok di sisi utara lobby

21 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

c. Dinding

Pengelupasan cat pada dinding sisi dalam Ruang Alam Pengelupasan plester pada dinding sisi selatan Ruang
Indonesia Numismatik dan Heraldik

Pengelupasan cat pada dinding luar sisi utara Ruang Retakan plester pada dinding jendela sisi selatan Ruang
Sejarah Kebudayaan Indonesia Sejarah Kebudayaan Indonesia
22 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

c. Dinding

Bekas rembesan pada dinding akses tangga naik menuju Retakan plester dan bekas rembesan pada dinding akses
lantai dua sisi selatan tangga naik menuju lantai dua sisi utara

Dinding yang lembap akibat kebocoran pada dinding Plester yang retak dan mengelupas pada dinding Ruang
Ruang Keramik sisi barat Numismatik dan Heraldik sisi selatan
23 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

c. Dinding

Dinding yang lembap akibat kebocoran Dinding yang lembap akibat kebocoran
pada dinding ruang arca sisi utara pada dinding ruang arca sisi selatan

24 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

d. Plat/dak

Permukaan plat yang lembap akibat rembesan pada


koridor sebelah Ruang Numismatik dan Heraldik

25 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

e. Jendela dan Pintu

Kerusakan pada kusen dan daun jendela


fasad bangunan akibat pengaruh cuaca dan pertumbuhan jasad

26 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

e. Jendela dan Pintu

Kerusakan pada kusen dan daun jendela


Pada dinding sisi utara Ruang Keramik akibat kebakaran

27 / 73
8. Kerusakan Arsitektural dan Struktural Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

e. Pertumbuhan Jasad

Pertumbuhan jasad yang ditemukan pada area fasad

28 / 73
8. Drainase Gedung Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Gedung A Museum Nasional sudah dilengkapi dengan sistem plumbing untuk menangkap/
menampung air hujan yang jatuh ke atas atap. Penyaluran air hujan/ sistem pembuangan air hujan
menggunakan sistem gravitasi melalui pipa talang tegak (leader) dan saluran pipa horizontal. Sistem
penyaluran air hujan dilakukan dengan cara gravitasi melalui pipa air hujan dari atap atau talang
kemudian dihubungkan ke pipa pengeluaran maupun saluran drainase di luar Gedung. Komponen
tersebut dalam kondisi baik.

Namun, pada area dalam gedung di antara Ruang Perunggu dan Ruang Alam Indonesia Terdapat bak
tampung/pendam dengan pendukung pompa pendorong untuk membuang air, serta drainase di
dalam ruangan tersebut yang hanya ditutup oleh grill untuk menyalurkan air hujan dari taman
menuju bak tampung. Pasca kebakaran, pipa-pipa untuk pengeluaran rusak sehingga tidak dapat
menyalurkan air dari tampungan menuju keluar. Hal tersebut menyebabkan banjir ketika curah hujan
tinggi. Selain itu, drainase yang hanya ditutup grill di dalam ruangan mengganggu secara visual.

29 / 73
8. Drainase Gedung Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Pipa saluran air hujan pada fasad Pipa saluran air hujan sisi utara

30 / 73
8. Drainase Gedung Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Bak tampung dan saluran drainase di dalam Pipa saluran untuk pembuangan air
area Gedung di atara Ruang perunggu dan rusak akibat terdampak kebakaran
Ruang Alam Indonesia
31 / 73
9. Elektrikal Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Terdapat suplai listrik sistem tiga phase dengan tegangan 83kVA. Sumber listrik dari PLN ini disalurkan
menuju ke MDP (Main Distribution Panel) yang berpusat di dinding sisi barat Ruang Sejarah
Kebudayaan Indonesia. Terdapat 4 buah MDP dengan pembagian 2 MDP dengan MCB 630 A dengan
kabel type NYY dimensi 4x35 mm untuk pembagian ke AC seluruh ruangan, dan 2 buah MDP untuk
lampu dengan MCB masing-masing 40A. Secara keseluruhan, jenis kabel eksisting mampu
mengakomodir kebutuhan listrik di seluruh area gedung.

Gedung A Museum Nasional tidak memiliki energi listrik cadangan. Tim tidak dapat melakukan
pengukuran tegangan listrik dikarenakan listrik padam sejak awal terjadi kebakaran. Sumber listrik
tidak terbakar, namun rangkaian/komponen terdampak akibat kebakaran sehingga diperlukan
penggantian secara menyeluruh.

Terdapat trafo baru yang belum pernah dipakai sejak tahun 2017 dengan kapasitas 555kVa di sisi
barat (belakang) Gedung A di area yang terbakar. Perlu dilakukan pemeriksaan komponen apabila
akan dipergunakan.

32 / 73
9. Elektrikal Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Pemeriksaan MDP di Ruang Sejarah Pemeriksaan instalasi kabel


Kebudayaan Indonesia di Ruang Proklamasi

33 / 73
10. Hidran Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Gedung A Museum Nasional memiliki system pemadam kebakaran yang berpusat di area sisi selatan
Ruang Keramik dengan kapasitas ground water tank berkapasitas 80 m³. Berdasarkan wawancara,
sumber air didapatkan dari sumur bor yang tidak diketahui kedalamannya, namun mampu
mengakomodir kebutuhan untuk pengisian ground water tank dan sarana kebutuhan air bersih.

Hidran hanya mampu beroperasi selama 10 menit karena hanya mengandalkan suplai air ground
water tank, tanpa adanya tambahan dari PDAM. Hal ini disebabkan oleh kemampuan pompa untuk
mengisi tank dengan kapasitas 19L/detik sehingga perlu menambah pompa baru dengan kapasitas
lebih besar.

Instalasi pipa hidran menggunakan pipa seamless diameter 10 cm dan terpasang dari reservoir hingga
mengelilingi area taman hingga menuju sisi depan museum. Secara keseluruhan tidak terdapat
kerusakan pada instalasi perpipaan maupun korosi. Namun instalasi pipa hidran di area taman terlihat
mencolok sehingga mengurangi keindahan taman dan koleksi di area tersebut.

34 / 73
9. Hidran Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Pemeriksaan instalasi Pemeriksaan kondisi


di Ruang Pompa water ground tank

35 / 73
9. Hidran Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Gambar Denah
Instalasi Hidran

36 / 73
9. Hidran Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Detail instalasi reservoir


dan ground water tank

37 / 73
11. Sprinkler Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Gedung A Museum Nasional memiliki sprinkler system pemadam kebakaran yang berpusat di area sisi
selatan Ruang Keramik dengan dukungan water tank berkapasitas 4 m³. Dari water tank dialirkan
dengan dua buah pipa diameter 4 inch dan 2 buah pompa pendorong didistribusikan ke seluruh
ruangan.

38 / 73
12. Penangkal Petir Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Gedung A Museum Nasional menggunakan sistem penangkal petir aktif (kawat konduktor). Instalasi
penangkal petir didesain melindungi bangunan dari potensi bahaya petir. Sistem ini terdiri dari
beberapa komponen yang bekerja bersama untuk menangkap dan menyalurkan muatan petir ke
tanah. Instalasi penangkal petir tidak diintegrasikan dengan system keamanan bangunan.

Dari foto udara ditemukan kawat konduktor yang terputus pada bagian atap. Dipastikan bahwa
kondisi penangkal petir tidak berfungsi sehingga perlu dilakukan perbaikan.

39 / 73
12. Penangkal Petir Penilaian Kelaikan Bangunan Gedung A
Museum Nasional

Kabel konduktor yang terputus di gedung sisi selatan

Kabel konduktor yang terputus di gedung sisi utara Pemasangan Kabel konduktor yang
tidak rapi di area fasad sisi utara
40 / 73

You might also like