You are on page 1of 22

Laporan Kasus

SIFILIS SEKUNDER

Oleh: Preseptor:
Khairunnisa, S.Ked dr. Wizar Putri Mellaratna,
2106111039 M.Ked (DV), Sp.DV

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2023
PENDAHULUAN
1
• Sifilis adalah suatu penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh spirochaeta Treponema pallidum subspesies pallidum

• Menurut statistik Centers For Disease Control and Prevention (CDC),


ada 88.042 laporan diagnosis baru sifilis pada tahun 2016.

• Sebagian besar kasus sifilis terjadi di kalangan gay, biseksual, dan


laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki. Pria berusia 20
hingga 29 tahun memiliki tingkat tertinggi sifilis primer dan sekunder.

3
• Di antara pekerja seks, kejadian sifilis aktif di
seluruh dunia pada tahun 2019 adalah 10,8% .

• Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis


akuisita (didapat),

• Sifilis dibagi menjadi stadium stadium I (S I),


stadium II (S II), stadium III (S III).

4
2 LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama : Tn.SF
Jenis Kelamin : laki – laki
Keluhan Utama
Tanggal Lahir : 22 September 1994
 Bercak coklat kemerahan di seluruh tubuh.
Umur : 28 tahun
No RM : 005994
Keluhan Tambahan
Alamat : Sawang
 Tidak ada
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku : Aceh
Pekerjaan : Tukang Sampah
Tanggal Masuk : 09 Mei 2023
Tanggal Pemeriksaan : 09 Mei 2023

6
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki laki, Tn SF berusia 28 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Cut Meutia Lhokseumawe pada tanggal 09 Mei 2023 Pukul 11.00 WIB dengan
keluhan bercak coklat kemerahan di seluruh tubuh yang sudah dirasakan + 5 bulan ini.
Pasien mengaku bahwa bercak kecoklatan yang timbul yang dirasakan makin
meluas , awalnya hanya luka kering akan terasa gatal kulit akan terasa terkelupas
berwarna coklat kemerahan yang hanya satu dan terasa sedikit terkelupas namun sering
waktu,bekas gatal –gatal yang sudah luka kering muncul kembali menjadi makin banyak
dan meluas serta semakin berwarna kemerahan ini muncul kembali + 3-4 hari.
Pasien menyangkal adanya gatal dan terasa perih disekitar bercak kemerahan
di seluruh tubuh,Serta tidak pernah juga perdarahan. Pasien mengeluhkan adanya bibir
pecah – pecah dan kulit melepuh yang dirasakan + 5 bulan ni

7
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat
alergi (-), riwayat gigitan serangga (-), riwayat trauma (-), Riwayaaat luka yang
menyembuh dan menimmbulkan bekas luka yang menebal (keloid) disangkal.
Riwayat DM (-), riwayat pembedahan (-), riwayat pemakaian kontrasepsi (-) dan
riwayat hipertensi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak terdapat keluhan atau penyakit yang sama di dalam
keluarga .

Riwayat Penggunaan Obat


Berdasarkan dari hasil anamnesis, pasien mengatakan bahwa pasien diberikan obat
oles oleh dokter sehingga sebagian besar kulit yang melepuh sudah membaik.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang tukang sampah. Pasien dengan golongan ekonomi
mencegah ke bawah. Pasien masih tinggal bersama kedua orang tua .
8
Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b.Kesadaran : Composmentis /E4M6V5 Pemeriksaan Anjuran
c. Vital Sign - Rapid Test Sifilis (-)
 Frekuensi nadi 82x/i
- Pemeriksaan Uji Serologik VDRL: non
 Frekuensi nafas 18x/i
reaktif
 Berat badan :51 kg
 Tinggi badan :169 cm
Penatalaksanaan
Pada tangga 09 Mei 2023 Pukul 11.00 WIB
Pemeriksaan Status Dermatologis pasien pertama kali berobat dan diberikan
Status dermatologis didapatkan pada regio terapi medikamentosa berupa:
abdomen ektermitas anterior yaitu papuloskuamous lesi  Cetirizine 10mg 1x1
berupa papul atau plak yang dilapisi skuama, diskoid  Dexamethasone cream 0,25% 2x1 (Pada
berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran numular tempat luka)
membentuk eritema atau warna kecoklatan.  Fusidic Acid cream 2x1 (Pada tempat tidak
luka)
Diagnosa Banding  Vaseline untuk bagian bibirnya
- Psoriasis
- Pitiriasis Rosea Prognosis
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Diagnosa Kerja Qua ad functionam : Dubia ad bonam
Sifilis Sekunder Qua ad sanationam : Dubia ad bonam 9
Edukasi Pasien

 Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit secara detail atau lengkap sebagai
upaya pencegahan dan pengobatan dan menyampaikan ke keluarga pasien bahwa penyakit ini
bisa menular
 Pasien dengan sifilis harus dikontrol secara rutin agar bisa melihat bagaimana peningkatan
penyembuhan pasien agar mengetahui sifilis tidak berkembang ke stadium selanjutnya dan
minimal 2 minggu sekali untuk berobat kontrol ulang

10
3 PEMBAHASAN
Pasien adalah seorang laki-laki inisial
SF berusia 28 tahun
• Prevalensi sifilis sekunder yang
lebih banyak terjadi pada usia 20-29
tahun, usia aktif seksual dan
reproduktif baik pria maupun
wanita

12
Berdasarkan anamnesis
Keluhan tersebut mengarah ke sifilis sekunder,
Sifilis sekunder ini merupakan manifestasi dari
sifilis primer yang tidak diobati yang terjadi 6-8
minggu. Sifilis sekunder merupakan stadium
sifilis yang ditandai adanya lesi mukokutan
lokalisata atau difus, kadang ditemukan
limfadenopati dengan pemeriksaan laboratorium
yang mendukung ke arah infeksi sifilis

13
Berdasarkan status dermatologis
 Bentuk ini merupakan bentuk yang paling sering terlihat pada
S II (Sifilis Sekunder). Bentuknya bulat, ada kalanya terdapat
bersama-sama dengan roseola. Papul tersebut dapat
berskuama yang terdapat di pinggir (kolerat) dan disebut
papulo-skuamosa. Skuama dapat pula menutupi permukaan
papul sehingga mirip psoriasis, oleh karena itu dinamai
psoriasiformis. Jika papul-papul tersebut menghilang dapat
meninggalkan bercak-bercak hipopigmentasi dan disebut
leukoderma koli atau collar of Venus.
 Selain papul yang lentikular dapat pula torbentuk papul yang
likenoid, meskipun jarang dapat pula folikular dan ditembus
dan simetrik, sedangkan pada yang lanjut bersifat setempat
dari tersusun secara tertentu, arsinar, sirsinar, polisiklik, dan
korimbiformis. Jika pada dahi susunan yang aminar atau
sirsinar tersebut dinamakan korona venerik karena
menyerupai mahkota. Papul-papul tersebut juga dapat dilihat
pada sudut mulut, ketiak, di bawah mamma, dan alat genital
14
Diagnosis banding pada pasien ini adalah psoriasis dan pitiriasis rosea

Psoriasis Pitiriasis rosea


 Psoriasis adalah penyakit autoimun dan  Merupakan kelainan kulit papuloskuamosa yang
inflamasi yang sering muncul dan ditandai ditandai dengan munculnya bercak-bercak ruam
dengan merah, plak yang meradang, dan pada kulit dengan lesi multipel disertai dengan pola
makula, yang muncul sebagai akibat dari khas pada lipatan tubuh dan tungkai
peningkatan proliferasi dan diferensiasi  Gambaran klinis yang biasanya pasien mengalami
yang buruk dari sel-sel epidermis demam, sefalgia, mialgia, malaise, dan hilangnya
penghasil keratin. nafsu makan.
 Plak ini sering disertai dengan sisik  Pasien dengan pitiriasis rosea biasanya ditandai
keperakan. dengan adanya lesi primer yang dikenal dengan
 Lesi yang sangat meradang muncul herald patch.
sebagai akibat dari sinyal yang rusak  Lesi sekunder kemudian biasanya akan timbul
yang diproduksi oleh sistem kekebalan dalam 5 hingga 15 hari.
untuk meningkatkan tingkat mitosis sel  Lesi kulit biasanya terjadi pada lengan, leher, dada,
penghasil keratin hingga sepuluh kali lipat perut, dan telapak tangan dan telapak kaki disertai
gatal dan berbentuk seperti cemara terbalik.
 Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya,
namun studi menemukan bahwa pitiriasis rosea
dihubungkan dengan cuaca, virus dan penggunaan
obat-obatan 15
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis sifilis


dilakukan dengan deteksi langsung dan tes serologis.

 Deteksi langsung dilakukan dengan DFM, direct fluorescent


antibody (DFA), polymerase chain reaction (PCR).
Pemeriksaan yang digunakan sebagai dengan diagnosis
pasti sifilis dilakukan dengan DFM (dark-field microscopy)
atau DFA

 Terdapat dua jenis pemeriksaan serologis yang banyak


digunakan guna pemeriksaan sifilis. Pemeriksaan pertama
adalah pemeriksaan non treponemal seperti pemeriksaan
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid
Plasma Reagen (RPR)

16
Tatalaksana

 Cetirizin juga menunjukkan efek steroid-sparing dengan


pengurangan durasi penggunaan kortikosteroid topikal
moderat atau poten dari 25,2 menjadi 18,8 hari.
Antihistamin dapat diberikan untuk mengurangi gejala
pruritus

 Kortikosteroid topical dengan indikasi untuk mengobati


radang kulit.

 Fusidic acid adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik.


Antibiotik ini sensitif terhadap bakteri gram positif, seperti
Staphylococcus.

17
Panduan terapi sifilis pada pasien di
Indonesia hanya dibedakan menjadi 2 yakni pasien
dengan sifilis primer- sekunder dan pasien sifilis
laten.

 Pada pasien sifilis primer dan sekunder, pasien


ditatalaksana dengan benzatin benzilpenisilin G
2,4 juta unit dosis tunggal intramuskular dengan
alternatif doksisiklin 2 kali 100 mg PO selama 30
hari atau eritromisin 4 kali 500 mg PO selama 14
hari.
 Pasien dengan sifilis laten diberikan benzatin
benzilpenisilin 2,4 juta unit intramuskular selama
3 minggu berturut-turut dan alternatif doksisiklin 2
kali 100 mg PO selama minimal 30 hari atau
seftriakson 1000 mg intramuskular selama 10 hari
atau eritromisin 4 kali 500 mg PO selama minimal
30 hari 18
3 KESIMPULAN
 Pada laporan kasus ini merupakan pasien adalah seorang laki-laki
inisial SF berusia 28 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Cut Meutia yang berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik didiagnosis sifilis sekunder.

 Sifilis adalah suatu penyakit infeksi menular seksual yang


disebabkan oleh spirochaeta Treponema pallidum subspesies
pallidum. Sifilis merupakan salah satu penyakit infeksi menular
seksual yang sering ditemukan. Sifilis dapat berbentuk akut hingga
kronis. Sifilis disebabkan oleh parasit Treponema pallidum (T.
pallidum). Menular melalui kontak seksual dan darah.

 Sifilis sekunder ini merupakan manifestasi dari sifilis primer yang


tidak diobati yang terjadi 6-8 minggu. Sifilis sekunder merupakan
stadium sifilis yang ditandai adanya lesi mukokutan lokalisata atau
difus, kadang ditemukan limfadenopati dengan pemeriksaan
laboratorium yang mendukung ke arah infeksi sifilis.

20
 Memiliki manifestasi klinis dengan bentuknya bulat, ada kalanya
terdapat bersama-sama dengan roseola. Papul tersebut dapat
berskuama yang terdapat di pinggir (kolerat) dan disebut papulo-
skuamosa. Skuama dapat pula menutupi permukaan papul
sehingga mirip psoriasis, oleh karena itu dinamai psoriasiformis.
Jika papul-papul tersebut menghilang dapat meninggalkan
bercak-bercak hipopigmentasi dan disebut leukoderma koli atau
collar of Venus.
 Panduan terapi sifilis pada pasien di Indonesia hanya dibedakan
menjadi 2 yakni pasien dengan sifilis primer- sekunder dan
pasien sifilis laten. Pada pasien sifilis primer dan sekunder,
pasien ditatalaksana dengan benzatin benzilpenisilin G 2,4 juta
unit dosis tunggal intramuskular dengan alternatif doksisiklin 2
kali 100 mg PO selama 30 hari atau eritromisin 4 kali 500 mg PO
selama 14 hari. Pasien dengan sifilis laten diberikan benzatin
benzilpenisilin 2,4 juta unit intramuskular selama 3 minggu
berturut-turut dan alternatif doksisiklin 2 kali 100 mg PO selama
minimal 30 hari atau seftriakson 1000 mg intramuskular selama
10 hari atau eritromisin 4 kali 500 mg PO selama minimal 30
hari.
21
TERIMAKASIH

You might also like