You are on page 1of 53

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

PENDAHULUAN
 Total cairan tubuh membuat sekitar 60% BB pada pria
dan sekitar 50% pada wanita.
 Sekitar 2/3 total cairan tubuh berlokasi di intrasel (ICF)
dan 1/3 dari TBW berlokasi di ekstrasel (ECF).
 Volume cairan interstitial terdiri dari ¾ ECFV dan
volume plasma sekitar ¼ ECFV.
 Volume plasma sebagian besar dipertahankan oleh efek
onkotik protein plasma.
Body Fluid Compartment

3
BODY FLUID COMPARTEMENTS

Inside cells
• Intracellular fluid (ICF) or cytosol
• Fluid within cells

Outside cells
• Extracellular fluid (ECF)
• 80% interstitial fluid, 20% plasma
• Lymph; Cerebrospinal fluid; synovial
fluid; aqueous humor& vitreous body;
endolymph & perilymph, pleural,
pericardial, & peritoneal fluid
5
BARRIERS

Plasma membrane of individual cells


• Separates ICF from surrounding interstitial
fluid
Blood vessel walls
• Divide the interstitial fluid from blood plasma
Body Fluid Compartment

Bervariasi sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan


jaringan lemak
Fungsi ICF dan ECF

 ICF: Berperan penting agar fungsi-fungsi sel dapat


berlangsung normal, didalamnya terdapat zat
terlarut : oksigen, elektrolit dan glukosa. ICF
merupakan medium untuk proses metabolik
 ECF: Sistem transport yang membawa nutrient dan
sisa metabolisme dari sel
PATOFISIOLOGI NATRIUM DAN AIR

 Na merupakan kation ekstrasel utama.


 Penilaian status Na, penting untuk menentukan volume
cairan ekstrasel
 Penilaian status air, penting untuk menentukan
konsentrasi Na serum
 Sistem yang mengatur jumlah Na dan air dalam tubuh,
beraksi bersama untuk:
 mempertahankan konsentrasi Na ekstrasel (135-145
mEq/L)
 Mempertahankan ECFV dalam jumlah yang cukup
Sistem utama yang mengatur jumlah Na tubuh dan ECFV:

1. Reseptor dalam sel juxtaglomerular ginjal yang sensitif pada


perubahan perfusi ginjal dan melepas renin. Renin dilepas sebagai
respon penurunan perfusi ginjal dan akan mengaktifasi sistem RAA.
Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I dan
oleh angiotensin converting enzim menjadi angiotensin II.
2. Reseptor volume dalam vena besar dan dalam atrium, yang sensitif
terhadap perubahan kecil dalam pengisian vena dan atrium. Aktivasi
reseptor ini akan melepskan atrial natriuretic  merangsang
ekskresi Na
3. Reseptor tekanan dalam aorta dan sinus karotis. Deplesi ECF akan
merangsang reseptor retensi Na oleh ginjal.
OSMOLALITAS DAN TONISITAS
 Komposisi utama terlarut ECFV adalah Na , glukosa, dan urea.
Osmolalitas serum dapat dihitung dari formula

 Tonisitas mengacu pada kemampuan efek kombinasi semua zat


terlarut untuk menghasilkan kekuatan osmotik yang menyebabkan
air bergerak dari satu compartment ke lainnya.
 Air bergerak dari intrasel ke ekstrasel untuk mencapai
keseimbangan osmotik
 Zat terlarut meliputi natrium, glukosa, manitol, dan sorbitol dan
semua disebut osmole efektif dapat menyebabkan pergerakan air.
Tonisitas ( Osmolalitas Plasma Efektif )

 Tonisitas atau osmolalitas plasma efektif adalah jumlah


konsentrasi solut impermeabel.
 Perhitungan

Posm efektif (mOsm/kgH2O) = 2 ((Na)mOsm/L)+ (glukosa mg/dL)/18 + (X mg/dL)(BM/10)

X = manitol, gliserol dan sorbitol


BUN tidak dihitung karena mrp solut permeabel

• Tonisitas adl kemampuan solut menghasilkan tek osmotik


yang menyebabkan pergerakan air dari satu kompartemen
ke kompartemen lain.
Isotonisitas

• Cairan dikatakan isotonis bila volume sel yang


terdapat di dalam cairan itu dapat dipertahankan
dalam keadaan normal.
• Cairan isotonik adalah cairan yang
osmolalitasnya sama dengan plasma atau
bersifat iso-osmoler
Hipertonisitas Hipotonisitas
• Biasanya disebabkan • ADH ditekan sehingga
peningkatan konsentrasi ekskresi air di ginjal
natrium. meningkat .
• Merupakan stimulus • Seringkali disebabkan
utama rasa haus dan asupan air yang
pelepasan ADH. berlebihan.
• Rasa haus meningkatkan
asupan air, ADH
menyebabkan retensi air
oleh ginjal.
REGULASI CAIRAN OLEH GINJAL
 Ginjal merespon perubahan tonisitas cairan dengan cara
penyesuaian ekskresi air
 Bila tonisitas meningkat ginjal akan mengurangi ekskresi air,dan
sebaliknya
 Untuk menjaga agar tonisitas (konsentrasi natrium) ECFV konstan,
harus ada:
- GFR yang adekuat
- Filtrasi glomerulus harus adekuat ke segmen konsentrasi
dan dilusi dari loop Henle dan nefron distal
- Mekanisme konsentrasi dan dilusi dari tubular yang intak
- Kenaikan dan penurunan ADH yang sesuai
- Respon ADH ginjal
FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI KALIUM

 Kalium  kation utama intrasel (98% )


 Menjaga kestabilan konsentrasi kalium plasma penting untuk
fungsi normal sel, irama jantung dan transmisi neuromuskular .
 Konsentrasi kalium dalam sel kira-kira 130-140 mEq/L, berbeda
dengan konsentrasi ekstrasel hanya 3,5-5,0 mEq/L
 Beberapa faktor penting yang mempengaruhi distribusi kalium
antar sel (konsentrasi kalium plasma) :
- Insulin  menyebabkan kalium bergerak ke dalam sel
- pH  asidosis akan meningkatkan K plasma
- Rangsangan reseptor β2 adrenergik  K akan masuk sel
- Peningkatan osmolalitas  meningkatkan K plasma
SUMBER KALIUM
 Diet rata-rata berisi 1mEq/kg BB/hr
 Kalium diekskresi 90% dalam urine dan 10% dalam feces
 Sumber penting K yang tersembunyi :
- Kerusakan jaringan
- Tranfusi darah
- Perdarahan gastrointestinal dengan penyerapan K
- K intravena dan hiperalimentasi cairan dan makanan
- Pengobatan K
 Ekskresi renal  berperan penting dalam eliminasi K yang
berlebih.
 Selama masukan K meningkat atau K endogen dilepas dari otot,
ekskresi K sehari bisa sebesar 10 mEq/kg BB/hr
 4 faktor penting mempengaruhi pertukaran natrium-kalium dan
mengontrol jumlah akhir kalium dalam urin:
- Aldosteron  meningkatkan K dalam urin
- Peningkatan pengiriman Na ke tubulus kolektifus akan
meningkatkan tingkat ekskresi K dengan meningkatkan jumlah
pertukaran Na dengan K
- kondisi reabsorbsi anion yang jelek
- Status asam- basa. Alkalosis  meningkatkan sekresi K
 Kehilangan K oleh ginjal terjadi oleh karena peningkatan Na pada
tubulus kolektifus dan kadar aldosteron yang tinggi
 Kehilangan kalium dalam keringat setiap hari 1,8 mEq/hr
ION HIDROGEN

 pH darah mempunyai nilai range sempit 7,35 - 7,45


 Konsentrasi H + ditentukan oleh rasio yaitu konsentrasi HCO3-,
yang diatur oleh ginjal, dan PCO2, yang dikontrol oleh paru-
paru.
 Paru-paru menjaga PCO2 dalam range 40 mmHg dan ginjal
menjaga konsentrasi HCO3 24-26 mEq/L
 Ginjal membuang 50-100 mEq/hr H+ untuk menjaga [HCO3-]
dalam range 24-26 mEq / L.
 Sistem buffer merupakan pertahanan awal mengatasi perubahan
akut konsentrasi H+
 Buffer intrasel meliputi phosphat dan protein cytosolik
 Buffer ekstrasel utama adalah sistem CO2-HCO3
LARUTAN INTRAVENA
 Larutan NaCL punya tonisitas mendekati plasma yang disebut
isotonik
 Larutan isotonik digunakan untuk mengganti ECFV
 Beberapa keadaan dimana penggunaan NaCL 0,9% akan sesuai :
- Berkurangnya ECFV
- Manajemen cairan post operatif
- Syok
- Perdarahan
- Luka Bakar
 Beberapa contoh dimana larutan hipotonik mungkin sesuai:
- Keadaan hiperosmolar karena hiperglikemi berat
- Hipernatremi dengan berkurangnya ECFV
 Kalium IV bersifat mengiritasi vena dan konsentrasi lebih dari 30
mEq/L dan pemberian lebih dari 10 mEq/hr umumnya tidak
direkomendasikan dalam kondisi tidak gawat

 Elektrolit, BUN, dan kreatinin harus dinilai pada pasien yang


menerima cairan IV untuk monitor terapi

 Kebutuhan air harian sekitar 2000-2500 cc/hr, rata-rata 500-1000


cc/hr terbuang melalui paru-paru, kulit, feces, ditambah 1500 cc/hr
untuk volume urin
KEBUTUHAN CAIRAN
• Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya
adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
• Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap
kenaikan suhu 1° C
• Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari
atau 5,9 gram)
• Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau
4,5 gram)
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

AIR MASUK AIR KELUAR

Minuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml.

Makanan: 500-1000 ml. Tinja : 50-200 ml.

Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml

Insensible loss
DEWASA : 15 ml/kgBB/hari
ANAK : (30-tahun) ml/kgBB/hari
KEBUTUHAN CAIRAN MENINGKAT
• DEMAM (12% SETIAP 1O > 37O C)
• HIPERVENTILASI
• SUHU LINGKUNGAN MENINGKAT
• AKTIVITAS BERLEBIH
• KEHILANGAN ABNORMAL SEPERTI DIARE
KEBUTUHAN CAIRAN MENURUN

• HIPOTERMIA (12% SETIAP 1O < 37O C)


• KELEMBABAN SANGAT TINGGI
• OLIGURIA ATAU ANURIA
• TIDAK ADA AKTIVITAS
• RETENSI CAIRAN MISAL PADA GAGAL JANTUNG
Fungsi Kebutuhan
Air (ml) Komponen sel dan kompartemen cairan tubuh lain, 30-40 ml/kg
pengaturan suhu, pelarut,pelumas
Na+(mEq) Bersama klorida mempertahankan volume dan osmolaritas 1-2 mEq/kg
darah, mengatur muatan listrik di neuromuscular
junction,dan mempengaruhi asam-basa

K+(mEq) Kepekaan neuromuskular (Neuromuscular excitability), 1-2 mEq/kg


sintesis protein dan kolagen, proses enzimatik dalam
produksi energi sel. Bersama natrium dan kalsium
memelihara irama jantung. Bagian dari sistem dapar
tubuh untuk mengatur asam-basa

Cl-(mEq) Bersama natrium memelihara osmolaritas cairan sesuai kebutuhan untuk


ekstrasel( ECF). Memelihara imbang cairan. Memelihara memelihara asam-basa
asam-basa. Pertukaran oksigen dan CO2 di sel darah
merah, komponen getah lambung

Mg++(mEq) Sangat penting untuk sistem enzim. Aktivitas neuromuskular. 8-20


Esensial untuk metabolisme ATP, Na+-K+ pump. Sekresi
hormon paratiroid dan fungsi jantung.

Ca++(mEq) Pertumbuhan gigi dan tulang, fungsi neuromuskular, 10-15


pembekuan darah, asam-basa dan aktivasi enzim tertentu

P(mmol) Esensial untuk metabolisme nutrien.Ko-faktor dalam 20-40


berbagai sistem enzim. Komponen ATP..
Mengapa Pasien Diinfus?

 Jalur masuknya Obat-Obatan


 Resusitasi : Syok, dehidrasi, intraoperatif
 Maintenance elektrolit
Dukungan nutrisi
JENIS CAIRAN INFUS
CAIRAN HIPOTONIK

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum  cairan


“ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya

Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya


pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga
pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik.

Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan


intrakranial (dalam otak)

Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.


CAIRAN ISOTONIK

osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum


(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di
dalam pembuluh darah.

Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi


(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun).

Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya


pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam


fisiologis (NaCl 0,9%)
CAIRAN HIPERTONIK

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga


“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
dalam pembuluh darah.

Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan


produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%


+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin
KRISTALOID

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah


volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh
darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien
yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat
dan garam fisiologis.

KOLOID

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar


sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap
berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik,
dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid
.

RESUSITASI RUMATAN

Kristaloid Koloid
Elektrolit NUTRISI
Dextran
Asering KAEN
Gelatin
RL/NS
NaCl 7.5%

Mengganti kehilangan 1. Kebutuhan normal


akut (hemorrhage, (IWL + urin+ feses)
GI loss, rongga ke3) 2. Dukungan nutrisi
APLIKASI KLINIK
GANGGUAN ASAM BASA
Pendahuluan
• Gangguan elektrolit dan keseimbangan asam
basa sering dijumpai pada pasien kritis
• Status asam basa ditentukan / dipengaruhi
oleh konsentrasi H+
• Konsentrasi H+ ditentukan oleh;
– Strong ion different (SID)
– Consentration of nonvolatile weak acid (protein,
phosphate)
– P CO2
SID = Strong Kation – Strong
anion

The apparent SID = [K+]+[Na+]


+[ Ca+] – [Cl-] – [lactate-]

Kation Anion
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)

Tujuan pemeriksaan AGD


– Pertukaran O2 dan CO2
– Status asam-basa

Komponen utama status asam – basa :


pH, CO2 , HCO3-

Gangguan asam basa sederhana:


- Asidosis metabolik
- Alkalosis respiratorik
- Asidosis respiratorik
- Alkalosis metabolik
MENGAPA PENGATURAN pH
SANGAT PENTING ?
AKIBAT DARI ASIDOSIS BERAT
Kardiovaskular Respirasi
• Gangguan kontraksi otot jantung  Hiperventilasi
 Penurunan kekuatan otot nafas dan
• Dilatasi Arteri,konstriksi vena, dan menyebabkan kelelahan otot
sentralisasi volume darah  Sesak

• Peningkatan tahanan vaskular paru Metabolik


 Peningkatan kebutuhan metabolisme
• Penurunan curah jantung, tekanan darah  Resistensi insulin
arteri, dan aliran darah pada hati dan  Menghambat glikolisis anaerob
ginjal
 Penurunan sintesis ATP
 Hiperkalemia
• Sensitif thd reentrant arrhythmia
dan penurunan ambang fibrilasi ventrikel  Peningkatan degradasi protein

• Menghambat respon kardiovaskular Otak


terhadap katekolamin  Penghambatan metabolisme dan
regulasi volume sel otak
 Koma

Management of life-threatening Acid-Base Disorders, Horacio J. Adrogue, And Nicolaos EM:


Review Article;The New England Journal of Medicine;1998
AKIBAT DARI ALKALOSIS BERAT
Kardiovaskular
• Konstriksi arteri
• Penurunan aliran darah koroner
• Penurunan ambang angina
• Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg refrakter

Respirasi
• Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia

Metabolik
• Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organik
• Hipokalemia
• Penurunan konsentrasi Ca terionisasi plasma
• Hipomagnesemia and hipophosphatemia

Otak
• Penurunan aliran darah otak
• etani, kejang, lemah delirium dan stupor

Management of life-threatening Acid-Base Disorders, The New England Journal of Medicine;1998


Definisi
Asidemia: pH < 7,35
Alkalemi : pH > 7,45

Asidosis metabolik : pH , HCO3- , CO2

Alkalosis metabolik : pH , HCO3- , CO2

Asidosis respiratorik: pH , CO2 , HCO3-

Alkalosis respiratorik: pH , CO2 , HCO3-


RANGKUMAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
ASAM BASA

DISORDER pH PRIMER RESPON


KOMPENSASI
ASIDOSIS  HCO3-  pCO2 
METABOLIK
ALKALOSIS  HCO3-  pCO2 
METABOLIK
ASIDOSIS  pCO2  HCO3- 
RESPIRATORI
ALKALOSIS  pCO2  HCO3- 
RESPIRATORI
RESPIRASI
pCO2 berbanding terbalik terhadap pH

pCO2 pH
HOMEOSTASIS
40-45 mmHg
7.35-7.45

pCO
2 pH
pH
2
pCO
Acidosis Alkalosis
Penilaian pH

pH Derajat gangguan
<7,20 Asidemia berat
7,20 – 7,29 Asidemia sedang
7,30 – 7,34 Asidemia ringan
7,35 – 7,45 Normal
7,46 – 7,50 Alkalemia ringan
7,50 – 7,55 Alkalemia sedang
>7,55 Alkalemia berat

Gejala klinik : asidemia; depresi ssp, ngantuk, latargi dan koma.


Alkalemia : eksitasi ssp, cepat marah, aritmia, kejang.
Penilaian Pa CO2

- Indikator pengukuran asam karbonat secara


tidak langsung
- H2CO3 H2O + CO2
- Asam karbonat merupakan hasil metabolisme
yang harus dibuang
- Indikator spesifik peran paru dlm menentukan
status asam basa dg komponen respiratorik
- Pa CO2 normal 35 – 45 mmHg
Penilaian Komponen Metabolik

- Indikator status asam – basa komponen metabolik:


HCO3- dan BE (base exes)
- Gangguan asam-basa metabolik disebut juga
sebagai non respiratorik
- HCO3- dan BE merupakan komponen buffer dalam
darah
- Normal : 22-26 mmol/l
Penilaian kompensasi
• Komponen yang dinilai pH, komponen respiratorik
dan metabolik
• Bila salah satu komponen abnormal sedang yang
lain normal, belum kompensasi
• Bila masing-masing komponen Saling berlawanan
artinya terkompensasi atau campuran.
• Bila pH mencapai normal dan masing – masing
komponen berlawanan artinya terkompensasi
sempurna.
Pengelolaan
• Paliatif : Menjaga pH normal
• Korektif: Mengatasi penyebab ggn asam – basa

Asidosis metabolik:
-Ringan dan sedang cukup mengatasi penyebab
(korektif)
-Berat atau ggn kardiovaskuler, kelelaahan dapat
dipertimbangkan pemberian bikarbonat
-Natrium bikarbonat : BE x 0,3 x BB kg / 2 diberikan dlm
infus/syring pump 4 – 6 jam
Alkalosis metabolik
- Sering dijumpai pd pasien kritis
- Biasanya disertai kehilangan; CL-,K dan cairan
- Terapi HCL melalui vena central
- HCL : BE x 0,3 x BB kg /2 diberikan dlm infus 4–6 jam
Asidosis respiratorik
- Sering pada ggn ventilasi
- Perbaiki ventilasi
- Bila gagal perlu ventilator
Alkalosis respiratorik
- Disebabkan oleh hipoksemi
- Pertahankan Pa O2 > 60 mmHg
- terapi oksigen
- Mengatasi penyakit dasar
TERIMA KASIH

You might also like