You are on page 1of 79

PERTEMUAN 1

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

OLEH

CHAIRUL NAZALUL ANSHAR, S.Pd., M.PdT


DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK
FUNGSI DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK
Sistem distribusi tenaga listrik ini berguna untuk menyalurkan
tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :

Pembagi atau penyalur tenaga listrik ke beberapa tempat


(pelanggan).
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan.
TRAFO DISTRIBUSI 20 KV
TRAFO PRODUKSI DALAM
NEGERI
Dari Jakarta
PT UNINDO
PT TRAFINDO
PT ASATA
Dari Medan
PT MURAWA
Dari Surabaya
PT BAMBANG JAYA
TYPE TRAFO DISTRIBUSI

Trafo tiga fasa mempunyai dua type :


Tegangan sekunder ganda
Tegangan sekunder tunggal
Trafo satu fasa juga mempunyai dua type :
Satu kumparan sekunder
Dua kumparan sekunder (Trafo New Jec)

Menurut standarisasi DIN (German), bak trafo dapat diisi dengan minyak trafo biasa
atau askarel (bahan isolasi buatan) untuk trafo dengan daya <1000 kVA
TRAFO STANDAR “NEW JEC”
Trafo Standar “New Jec”
Dengan mengubah posisi tap changer tegangan sekunder dapat diatur.
Setiap Fasa terdiri satu tabung, dengan tegangan sekunder dapat diatur
menjadi dua sistem tegangan, misalnya 127 volt dan 220 volt.
SISTEM SATU FASA 2 KAWAT
127 VOLT
SISTEM SATU FASA 2 KAWAT
220 VOLT
SISTEM SATU FASA 3 KAWAT
127 VOLT
SISTEM TIGA FASA 4 KAWAT
127/220 VOLT
SISTEM TIGA FASA 4 KAWAT
220/380 VOLT
BANK TRAFO DAN REL
BANK TRAFO DENGAN
SEKRING SEKUNDER PADA REL
BANK TRAFO DENGAN
PENGAMAN LENGKAP
KELOMPOK HUBUNGAN
MENURUT VDE 0532

Berapa derajat posisi primer diputar sehingga berimpit dengan posisi sekunder
untuk belitan yang bertanda sama, kemudian dibagi 30 o
KELOMPOK HUBUNGAN
MENURUT VDE 0532
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK
Kelompok 3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
LATAR BELAKANG

Masalah listrik menjadi polemik yang berkepanjangan dan


telah memunculkan multi implikasi yang sangat kompleks di berbagai
aspek kehidupan, antara lain : keuangan, ekonomi, sosial, budaya, politik,
dan lain-lain. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa listrik telah menjadi
bagian yang sangat penting bagi manusia. Oleh karenanya tak berlebihan
bahwa listrik bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi
penunjang dan pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemanfaatan 7. Bagaimana sertifikasi


tenaga listrik di Indonesia? standarisasi dan sertifikasi pada
2. Bagaimana kualitas daya sistem tenaga listrik?
listrik pada sistem distribusi? 8. Apa definisi dan fungsi dari
3. Bagaimana keselamatan sistem distribusi tenaga listrik?
pemanfaatan tenaga listrik 9. Bagaimana kalsifikasi saluran
pada sistem distribusi? distribusi tenaga listrik?
4. Bagaimana sistem 10. Bagaimana tegangan sistem
ketenagalistrikan pada sistem distribusi?
distribusi? 11. Bagaimana struktur gardu dan
5. Bagaimana klasifikasi sistem trafo distribusi?
tenaga listrik? 12. Bagaimana pelayanan
6. Bagaimana regulasi pada konsumen dan dasar-dasar
sektor ketenagalistrikan perencanaan jaringan
distribusi?
TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut


:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem ketenagalistrikan pada sistem
distribusi.
2. Untuk mempelajari dan memahami bagaimana sistem distribusi
tenaga listrik.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK

2.1.1 Sistem Ketenagalistrikan


2.1.2 Pemanfaatan Tenaga Listrik
2.1.3 Kualitas Daya Listrik
2.1.4 Keselamatan Pemanfaatan Tenaga Listrik
2.1.5 Klasifikasi Sistem Tenaga Listrik
2.1.6 Regulasi Sektor Ketenagalistrikan
2.1.7 Standarisasi dan Sertifikasi
SISTEM KETENAGALISTRIKAN

Beberapa tantangan besar yang dihadapi dunia pada masa kini,


antara lain : bagaimana menemukan sumber energi baru, mendapatkan
sumber energi yang pada dasarnya tidak akan pernah habis untuk masa
mendatang, menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan mengubah
energi dari satu ke lain bentuk, serta memanfaatkannya tanpa menimbulkan
pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup kita. Dibanding dengan
bentuk energi yang lain, listrik merupakan salah satu bentuk energi yang
praktis dan sederhana.
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu
induk (pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan
transmisi dan distribusi sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang
terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu pusat pembangkit listrik, saluran transmisi, dan sistem distribusi.
Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban yang terpisah satu
dengan yang lain kepada saluran transmisi. Hal ini terjadi pada gardu-gardu
induk (substation) di mana juga dilakukan transformasi tegangan dan
fungsi-fungsi pemutusan (breaker) dan penghubung beban (switching).
Gambar 1.1 memperlihatkan sistem tenaga listrik mulai dari pembangkit
sampai ke pengguna/pelanggan.
GAMBAR RUANG LINGKUP SISTEM
TENAGA LISTRIK
PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

Selain memberikan manfaat, tenaga listrik mempunyai potensi


membahayakan bagi manusia dan berpotensi merusak lingkungan.
Beberapa permasalahan di bidang ketenagalistrikan bila dilihat dari sisi
pemanfaatan tenaga listrik banyak ditemukan
instalasi tenaga listrik yang digunakan masih banyak yang belum
memenuhi standar begitu pula pada peralatan listrik yang beredar di
masyarakat, banyak sekali yang belum memenuhi standar.
Tenaga listrik sebagai bagian dari bentuk energi dan
cabang produksi yang penting bagi negara sangat menunjang upaya dalam
memajukan dan mencerdaskan bangsa. Sebagai salah satu hasil
pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak,
tenaga listrik perlu dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
KUALITAS DAYA LISTRIK

Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan


distribusi tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari kualitas daya yang
diterima oleh konsumen. Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
kapasitas daya yang memenuhi dan tegangan yang selalu konstan dan
nominal. Tegangan harus selalu dijaga konstan, terutama rugi tegangan
yang terjadi di ujung saluran.
Tegangan yang tidak stabil dapat berakibat merusak alat-
alat yang peka terhadap perubahan tegangan (khususnya alat-alat
elektronik). Demikian juga tegangan yang terlalu rendah akan
mengakibatkan alat-alat listrik tidak dapat beroperasi sebagaimana
mestinya.
Kualitas daya yang baik juga harus dapat mengantisipasi
timbulnya pengaruh harmonisa yang akhir-akhir ini sudah mulai
menggejala. Pengaruh harmonisa disebabkan oleh adanya alat-alat
elektronik, penyearah, UPS dan sebagainya.
KESELAMATAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

Keselamatan yang berhubungan dengan ketenagalistrikan


(electrical safety) pada dasarnya adalah segala upaya atau langkah-
langkah pengamanan terhadap instalasi tenaga listrik, peralatan serta
pemanfaataan listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman, baik bagi
pekerja maupun masyarakat umum.
Untuk itu, perlu sosialisasi yang intensif untuk mencegah
terjadinya bahaya dari listrik, baik terhadap jiwa manusia maupun harta
benda.
Resiko atas suhu yang berlebihan pada instalasi listrik
adalah sebagai berikut :
a) Bahaya api.
b) Api dapat menyebabkan hilangnya nyawa,
c) Kematian karena kejut listrik biasanya hanya menimpa pada satu
orang saja.

Penyebab timbulnya api/kebakaran pada instalasi adalah


sebagai berikut. :
a. Peralatan listrik dibawah standar.
b. Bencana alam.
c. Manusia sebagai konsumen.
d. Keawaman.
e. Salah penggunaan.
f. Kelalaian.
g. Kesengajaan.
Untuk menangkal bahaya api listrik yaitu dengan,
1) Perlengkapan listrik dipilih yang memenuhi standard teknik (IEC
Standard) dan sesuai dengan lingkungan instalasinya, agar tidak
terjadi percikan api
2) Dimontase dengan ketentuan instalasi yang benar, atau sesuai dengan
instruksi manual dari pembuatnya, kalaupun ada, dan semua
sambungan dan hubungan dilakukan dengan erat
3) Instalasi sebaiknya diperiksa dan diuji secara periodik untuk
mengetahui kemungkinan kerusakan, termasuk longgarnya
sambungan/hubungan
4) Dengan melengkapi gawai proteksi arus sisa yang tepat, dapat
menghindari kegagalan pengamanan atau sistem
5) Hindari kelebihan beban pada konduktor agar tidak timbul panas
pada instalasi.
KLASIFIKASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Tegangan pada generator besar biasanya berkisar di antara


13,8 kV dan 24 kV. Tetapi generator besar yang modern dibuat dengan
tegangan bervariasi antara 18kV dan 24 kV. Tegangan generator dinaikkan
ke tingkat yang dipakai untuk transmisi, yaitu 115 kV dan 765 kV.
Keuntungan transmisi (transmission capability) dengan
tegangan lebih tinggi akan menjadi jelas jika kita melihat pada kemampuan
transmisi (transmission capability) suatu saluran transmisi.
Tetapi kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan
tegangan tertentu tidak dapat diterapkan dengan pasti, karena kemampuan
ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan termal dari penghantar,
jatuh tegangan (drop voltage) yang diperbolehkan, keandalan, dan
persyaratan kestabilan sistem.
Penurunan tegangan dari tingkat transmisi pertama-tama
terjadi pada gardu induk bertenaga besar, di mana tegangan diturunkan ke
daerah antara 70kV dan 150kV, sesuai dengan tegangan saluran
transmisinya. Beberapa pelanggan yang memakai tenaga untuk keperluan
industri sudah dapat dicatu dengan tegangan ini. Penurunan tegangan
berikutnya terjadi pada gardu distribusi primer, di mana tegangan
diturunkan lagi menjadi 1 sampai 30kV.
Sebagian besar beban untuk industri dicatu dengan sistem
distribusi primer, yang mencatu transformator distribusi. Transformator-
transformator ini menyediakan tegangan sekunder pada jaringan tegangan
rendah tiga-fasa empat-kawat untuk pemakaian di rumah-rumah tempat
tinggal. Standar tegangan rendah yang digunakan adalah 380V antara antar
fasa dan 220V di antara masing-masing fasa dengan tanah, yang dinyatakan
dengan 220/380V.
REGULASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

Dalam rangka meningkatkan pembangunan yang


berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di sektor ketenagalistrikan,
diperlukan upaya untuk secara optimal dan efisien memanfaatkan sumber
energi domestik serta energi yang bersih dan ramah lingkungan, dan
teknologi yang efisien guna menghasilkan nilai tambah untuk
pembangkitan tenaga listrik sehingga menjamin tersedianya tenaga listrik
yang diperlukan. Demikian juga dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga
listrik lebih merata.
Agar sektor ketenagalistrikan dapat menyediakan tenaga
listrik yang andal, aman, memperhatikan lingkungan, efisien dan tetap
menjaga nilai aset milik negara, maka dilakukan regulasi. Kerangka
regulasi meliputi hal-hal berikut :
a. Aspek keteknikan,
b.Peraturan keselamatan ketenagalistrikan,
c. Persiapan penataan struktural,
d.Persiapan pemenuhan standar lingkungan,
e.Standar teknis untuk keandalan dan efisiensi sistem,
f. Aturan operasi sistem, dan
g.Program nasional.
Sedangkan regulasi aspek keteknikan antara lain sebagai
berikut.
a. Pada sisi instalasi tenaga listrik meliputi :

1) semua fasilitas yang dipergunakan untuk


pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaat
tenaga listrik,
2) rancangan, konstruksi, pengujian, pemeliharaan,
pengoperasian, repower instalasi tenaga listrik
atau bagian-bagiannya harus mengacu standar
dan peraturan.
b. Dari sisi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, meliputi :
1) peralatan listrik yang dijual dan instalasi tenaga listrik yang
dibangun pada atau setelah tahun 2005 harus memenuhi spesifikasi
teknik, standar kinerja dan keselamatan
2) setelah tahun 2010 (termasuk yang dibangun sebelum tahun 2005)
wajib memenuhi standar.
3) Peralatan pemakai tenaga listrik yang terhubung ke jaringan wajib
memenuhi persyaratan untuk menjaga faktor daya.
Tujuan sertifikasi tenaga teknik adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi tenaga teknik sesuai kualifikasi.
b. Memastikan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga teknik yang
kompeten.
c. Memastikan tenaga teknik yang bekerja di dalam negeri
bersertifikasi.
d. Menjamin tersediannya tenaga teknik memahami tentang keandalan,
keselamatan dan perlindungan lingkungan.
e. Tenaga Teknik untuk Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
f. Kualifikasinya ditentukan menurut standar kompetensi.
g. Sertifikasi dilakukan oleh Organisasi Profesi yang berakreditasi.
STANDARISASI DAN SERTIFIKASI

Daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber


daya manusianya dan sangat erat kaitannya dengan kompetensi kerja.
Sertifikasi kompetensi membuka peluang lebih besar bagi pekerja untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya dan menjadi
kompetitif baik di pasar tenaga kerja dalam maupun luar negeri.

Tujuan sertifikasi kompetensi adalah untuk memberi


kerangka pembangunan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang harmonis
dan digunakan sebagai acuan bagi seluruh sektor, untuk menghasilkan
tenaga kerja Indonesia yang kompeten, profesional dan kompetitif.
Terciptanya sistem standarisasi dan sertifikasi kompetensi
kerja nasional yang efisien dan efektif diharapkan dapat menghasilkan :
a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
bermutu serta selaras dengan Standar Internasional untuk kebutuhan
jaminan mutu internal dan kesepakatan perdagangan dalam usaha
manufaktur maupun jasa;
b. sistem penerapan standar yang dapat menunjang peningkatan efisiensi
dan produktivitas;
c. keunggulan kompetitif tenaga kerja indonesia di pasar global;
d. informasi standarisasi kompetensi yang diperlukan oleh pelaku usaha,
pemerintah dan konsumen dalam rangka meningkatkan daya saing
perdagangan domestik maupun internasional.
Undang-undang No. 15 Tahun 1985, pasal 15, ayat (1)
menyatakan bahwa pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan pemegang
izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum wajib :
a. menyediakan tenaga listrik,
b. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, dan
c. memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum.
Pada pasal 17 disebutkan bahwa syarat-syarat penyediaan,
pengusahaan, pemanfaatan instalasi, dan standarisasi ketenagalistrikan
diatur oleh Pemerintah. Tugas Pemerintah seperti disebutkan dalam pasal
18 antara lain sebagai berikut.
a.Melakukan pembinaan dan pengawasan umum terhadap pekerjaan dan
pelaksanaan usaha ketenagalistrikan, dan
b.Pembinaan dan pengawasan umum tersebut meliputi keselamatan kerja,
keselamatan umum, pengembangan usaha, dan terciptanya standarisasi
dalam bidang ketenagalistrikan.
Lingkup regulasi teknik mencakup dua aspek yaitu aspek
insfrastruktur teknologi dan aspek keselamatan. Aspek infrastruktur
teknologi mengatur antara lain sebagai berikut :
a. Persyaratan akreditasi dan sertifikasi
b. Standardisasi sistem, instalasi, peralatan lengkapan dan pemanfaatan
listrik serta lingkungan dan tenaga teknik
c. Peningkatan komponen dalam negeri
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas
e. Percepatan alih teknologi.
Sedangkan aspek keselamatan mengatur antara lain
sebagai berikut :
a. Penetapan standar dan pemberlakuannya
b. Kelaikan instalasi tenaga listrik
c. Kelaikan peralatan dan pemanfaatan listrik
d. Kompetensi tenaga listrik, dan
e. Perlindungan lingkungan.
Tujuan standardisasi kompetensi tenaga teknik adalah
sebagai berikut :
a. Menunjang usaha ketenagalistrikan dalam mewujudkan penyediaan
tenaga listrik yang aman, andal dan akrab lingkungan.
b. Mewujudkan peningkatan kompetensi tenaga teknik.
c. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan pada usaha
ketenagalistrikan.
2.2 SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.2.1 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik


2.2.2 Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
2.2.3 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
2.2.4 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
2.2.5 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
2.2.6 Gardu Distribusi
2.2.7 Trafo Distribusi
2.2.8 Pelayanan Konsumen
PENGERTIAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga


listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar (bulk power source) sampai ke konsumen.
FUNGSI DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Fungsi distribusi tenaga listrik adalah sebagai berikut :


a. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan).
b. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi
PENGELOMPOKAN JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan


pembagian serta pembatasan-pembatasan
Keterangan :
 Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
 Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission),bertegangan tinggi (HV,
UHV, EHV)
 Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau
20kV)
 Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), instalasi,
bertegangan rendah
Dengan demikian ruang lingkup jaringan distribusi adalah
sebagai berikut :
a. SUTM, terdiri dari tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor
dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan
pemutus.
b. SKTM, terdiri dari kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu
bata, pasir dan lain- lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, arrester, kabel-kabel,
transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material
pada SUTM dan SKTM, yang membedakan hanya dimensinya.
Gambar
KLASIFIKASI SALURAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran


distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut Nilai Tegangannya
1) Saluran Distribusi Primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder trafo substation
(GI) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20kV.
Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut
jaringan distribusi.
2) Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik
cabang menuju beban.
BAB 3. PENUTUP
3.1 SIMPULAN
TERIMAKASIH,
A. PENDAHULUAN
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit
tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal
penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga
listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari
pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik,
disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke
gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan
ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu
distribusi langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR),
tenaga listrik dialirkan ke konsumen. Dengan demikian
sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan
tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan
tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran
transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik
bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban dalam
daya yang besar.
Keterangan :
1. Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau
lebih unit pembangkit yang akan mengkonversikan energi
mekanik menjadi energi listrik dan harus mampu
menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan
konsumen

2. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-


unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang jauh
ke sistem distribusi.

3. Sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan energi listrik


ke konsumen, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah in
B.PERBEDAAN JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN
JARINGAN TRANSMISI
NO Dari Segi Distribusi Transmisi

1 Letak lokasi jaringan Dalam kota Luar kota

2 Tegangan sistem < 20 KV > 20 KV


3 Sistem penyaluran Saluran udara dan bawah tanah Saluran udara dan bawah
laut
4 Analisis jaringan Lebih kompleks Lebih sederhana
5 Komponen rangkaian Komponen R dan L Komponen R, L dan C

6 Penyangga jaringan Tiang dan menara Menara

7 Tinggi penyangga < 20 m 30 - -200 m


jaringan

8 Kawat penghantar BCC, SAC, ACC & AAAC ACSR & ACAR

9 isolator Pasak, post, gantung & cicncin Gantung

10 Besar andongan 0–1m 2–5m


11 Jarak antar tiang 40 – 100 m 150 – 350 m
C.SISTEM PENDISTRIBUSIAN TENAGA LISTRIK
Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat
dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :

1. Sistem Pendistribusian Langsung

Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem


penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara langsung
dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui
jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem
pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari
pusat-pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan
beban atau dipinggiran kota
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan


sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik
memerlukan jaringan transmisi sebagai jaringan
perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan
distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik
ke konsumen
D.STRUKTUR JARINGAN DISTRIBUSI

1. Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian


tenaga listrik dilakukan secara langsung, maka bagian
pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik terletak di pingiran kota dan
pada umumnya berupa Pusat-Pusat Pembangkit ( PLTA,
PLTU, PLTS, PLTPB DLL ). Untuk menyalurkan tenaga
listrik ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan
dengan jaringan distribusi primer dan jaringan
distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan
secara tak langsung, maka bagian pertama dari sistem
pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu Induk yang
berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan
menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi
primer
2. Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal
penyaluran tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung
merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi
dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
Jaringan distribusi primer. Jaringan distribusi tegangan
menengah (JDTM) memiliki tegangan sistem sebesar 20
kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak
diperkenankan.
3. Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan


distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan
untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi
skunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada
Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang akan
dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa
berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa
transformator tiga fasa
4. Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan
distribusi tegangan rendah (JDTR) merupakan jaringan
tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen
E. PERSYARATAN SISTEM DISTRIUSI
TENAGA LISTRIK
1. Faktor Keterandalan Sistem
a. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen
harus terjamin selama 24 jam terus-menerus.
Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedianya
tenaga listrik pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
dengan jumlah yang cukup besar, juga kualitas
sistem distribusi tenaga listrik harus dapat
diandalkan, karena digunakan secara terus-menerus
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah
dilacak dan diisolir sehingga pemadaman tidak perlu
terjadi. Untuk itu diperlukan alat- alat pengaman dan
alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap
wilayah beban
c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap
dapat bekerjadengan baik dan cepat
2. Faktor Kualitas Sistem

a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik


beban harus memenuhi persyaratan minimal untuk
setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu
diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang
bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas
tegangan sampai ke konsumen stabil.

b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada


harga 10 % dari tegangan nominal sistem untuk
setiap wilayah beban. Untuk itu untuk daerah beban
yang terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator
untuk menstabilkan tegangan.

c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada


jaringan dapat menahan tegangan lebih (over voltage)
dalam waktu singkat
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik

a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga


listrik harus terjamin dengan baik. Artinya, untuk
daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu
pengaman dan peringatan agar penduduk dapat
mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah
yang sering mengalami gangguan perlu dipasang alat
pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut
secara cepat dan terpadu

b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang


dipakai hendaknya memiliki kualitas yang baik dan
dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan
pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal
pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara
terjadwal dengan baik dan berkesinambungan
4. Faktor Pemeliharaan Sistem

a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu


dijadwalkan secara berkesinam-bungan sesuai
dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar
kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.

b. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan


hendaknya sesuai dengan jenis/ spesifikasi material
yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem
yang lebih baik dan murah

5. Faktor Perencanaan Sistem

Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang


semaksimal mungkin, untuk perkembangan dikemudian
hari
Persyaratan sistem distribusi seperti
diatas hanya bisa dipenuhi bila tersedia modal
(investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa
dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang
mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan
sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal
yang ditentukan, seringkali berakibat fatal pada
sistem jaringan justru karena kelalaian dalam
cara pemeliharaan yang sebenarnya,
disamping peren-canaan awal yang kurang
memenuhi syarat
Sekian...
Terimakasih

You might also like