You are on page 1of 15

ARSITEKTUR TROPIS

& NUSANTARA
-ACEH BARAT-
-AULIANDA PUTRA-

170160021
BAB I
PENGANTAR
ACEH BARAT
Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia Sebelum pemekaran, Aceh Barat
mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai Barat dan Selatan
pulau Sumatra yang membentang dari barat ke Timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh
Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km².

Setelah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km² dan pada akhir
tahun 2019 memiliki penduduk sebanyak 210.113 jiwa.
Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam)
yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen
Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya).

ABAT-15 ABAT-16
Akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan Atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang
rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan
gelar Poteu Meureuhom Daya. oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup
tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang
Aceh Rayeuk dan Pidie.

ABAT-17
telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh
Uleebalang, yaitu: Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga;
Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok
Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla;
Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop;
Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.
LINGKUNGAN
GEOGRAFIS

Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah


10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada
2°00'-5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian
wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatra yang membentang dari
barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan
Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh
Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
AGAMA / REALIGI

Agama yang ada di daerah Aceh Barat ini ialah Mayoritasnya ISLAM, Sama halnya juga
dengan daerah-daerah Aceh lainya yang punya adat istiadat dalam ke Agamaan seperti
yang sudah kita ketahui dari adanya ialah, Maulid Nabi dan lain-lain.

Selain adanya Agama Islam ada juga beberapa Agama lainnya seperti
Agama Katolik atau Prosestan mungkin ada juga yang lainnya. Walaupun
begitu kerukunan tetap terjalin dengan Silaturrahmi dan bersikap Teloransi
dengan saling menjaga satu sama yang lainnya
SISTEM KELUARGA
 Upacara Perkawinan

Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Aceh sebab hal ini berhubungan
dengan nilai-nilai keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh
masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari
beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian
perkawinan.

 Upacara Peutron Tanoh (Turun Tanah)

Upacara turun tanah (peutron tanoh) diadakan setelah bayi berumur tujuh hari atau 2 tahun. Dalam jangka
waktu yang cukup untuk mempersiapkannya, lebih-lebih anak pertama yang sering diadakan upacara cukup
besar, dengan memotong kerbau atau lembu.

Dan masih banyak yang lagi Sistem Kekeluargaan di Daerah


aceh Khusunya di daerah Aceh Barat ini yang berupa Ragam.
SISTEM MASYARAKAT
Masyarakat pesisir Aceh merupakan masyarakat yang hidup di dalam kawasan Provinsi Aceh.
Mereka mendiami daerah pantai sebagai salah satu tempat tinggal yang diyakini cocok untuk
mereka bersosialisasi. Sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, kebutuhuan hidup
masyarakat didaerah ini diperoleh dari sumber daya alam di wilayah pesisir yang di dominasi oleh
usaha perikanan pada umumnya.Situasi ini terjadi karena masyarakat setempat memiliki tingkat
pendidikan yang masih rendah dan masih berada pada garis kemiskinan.

Penelitian ini dilakukan di Gampong Padang Seurahet Kabupaten Aceh


Barat guna untuk mengetahui kajian secara mendalam tentang bagaimana
kearifan lokal dan identitas yang masih dipertahankan oleh masyarakat
pesisir Padang Seurahet yang bertempat tinggal di daerah tersebut, juga
untuk mengetahui mata pencaharian masyarakat pesisir Padang Seurahet
setelah mereka tinggal di wilayah relokasi dengan jarak yang jauh dengan
laut dan untuk mengetahui secara keseluruhan potret sosial kehidupan
masyarakat Padang Seurahet secara alami.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik masyarakat pesisir dan
perdesaan khususnya masyarakat Padang Seurahet mampu berperan aktif
dalam mengelola alam dan potensinya seperti kualitas hidup, kualitas
lingkungan meskipun memiliki ragam profesi yang berbeda.

Peningkatan Keagamaan perlu ada pemikiran yang lebih maju dan Perlunya
peningkatan Model pembangunan ekonomi, lingkungan, serta penguatan
kapasitas masyarakat dan management dalam mengelola sumber daya alam
sesuai dengan potensi dan pengalaman yang dimilikinya menuju kehidupan yang
lebih mandiri.
SISTEM EKONOMI

Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam sebagai hasil pemekaran wilayah yang sebelumnya termasuk dalam
Kabupaten Aceh Selatan memiliki luas sebesar 2.334,01 kilometer persegi dengan jumlah
penduduk tahun 2003 sebanyak 116.676 jiwa yang tersebar dalam 6 kecamatan dan 131
desa atau kelurahan dengan Pendapatan Regional Domestik Bruto tahun sebesar 5,79 juta
rupiah. Sebagai sumber mata pencaharian penduduk di kabupaten ini mengandalkan
sektor pertanian dan perdagangan.

Dalam pada itu, upaya menggerakkan perekonomian di daerah ini terutama pada sektor pertanian tidak
hanya ditopang oleh sub-sektor pangan saja seperti padi, kacang jagung dan lain-lainnya, akan tetapi
sub-sektor perikanan, perkebunan dan 180 Negeri dan Rakyat Aceh Barat Daya dalam Lintasan Sejarah
perikanan juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya.
Luas perairan di Aceh Barat Daya menurut catatan BPS adalah seluas 10 ha sedangkan areal
perkebunan dan kebun campuran masing-masing 52.331 ha dan 6.432 ha. Melihat potensi ini
pergerakan roda perekonomian kabupaten Aceh Barat Daya akan berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Struktur ekonomi Kabupaten Aceh Barat Daya secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel
6.1 berikut berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan dan Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2005.
BAB II
KONSEP ARSITEKTUR TROPIS
ACEH BARAT

Konsep Arsitektur dari Aceh barat ialah seperti halnya dengan Konsep Tropis yang pada
Umumnya yang kita ketahui yaitu bentuk adaptasi dari pengaruh iklim di suatu derah
tertentu. Bentuk Bangunan di Aceh barat sendiri juga masih tergolong dari bentuk yang sama
halnya dengan konsep Tropis lainnya yaitu seperti:
• Masih memiliki Material Lokal
• Sirkulasi silang
• Bentuk atap dengan kemiringan 30˚
• Vegetasi digunakan untuk sebagai unsur peneduh
BAB III
KARYA ARSITEKTUR TROPIS
NUSANTARA
GAMBAR RUMAH ACEH BARAT
Konsep rumah di daerah Aceh Barat ialah seperti yang sudah kita
ketahui sebelumnya dengan adanya Pengaruh Iklim dan memiliki
vegetasi yang berfungsi untuk rumah tersebut.

Pada gambar di sampan ini ialah saah satu contoh rumah yang
ada di daerah Aceh Barat – Meulaoh dengan gaya minimalisnya
dapat di katagorikan kedalam Arsitektur Tropis karenanya
memiliki ciri yang sama dari Arsitektur Tropisnya. Dengan
adanya banyak tumbuhan dan sirkulasi yang pas rumah ini bisa
berfungsi dari Pengaruh iklim apapun.
MASJID AGUNG BAITUL MAKMUR
Masjid Agung Baitul Makmur adalah masjid terbesar dan termegah di kawasan pantai barat Kota Meulaboh, Provinsi
Aceh, Indonesia. Masjid yang terletak di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Kota Meulaboh ini memiliki
arsitektur antara perpaduan Timur Tengah, Asia, dan Aceh serta pemilihan warna cokelat cerah yang dikombinasikan
dengan warna merah bata di kubah masjid. Ciri khas masjid yang dapat dilihat secara kasatmata adalah tiga kubah utama
yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip,
khas paduan arsitektur Timur Tengah dan Asia.

Bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh tampak sangat


menonjol dengan gaya arsitektur perpaduan Timur Tengah, Asia, dan
Aceh serta pemilihan warna cokelat cerah yang dikombinasikan
dengan warna merah bata di kubah masjid.
Pintu gerbang masjid pun merupakan keistimewaan tersendiri.
Gerbang yang berdiri sendiri dengan jarak beberapa meter dari masjid
ini terlihat sangat anggun. Gerbang ini seakan-akan menegaskan
bahwa siapa pun yang memasuki gerbang akan menjumpai
pemandangan yang sangat indah.
TIPE KONTRUKSI (ATAP, DINDING, LANTAI)

1. ATAP
Atap merupakan bagian paling penting untuk membangun Rumah karena
bias melindungi dari Cuaca dan marabahaya. Atap yang cocok untuk
Arsitektur Tropis ialah seperti material yang berasal dari lokal dan
kemiringan dengan 30˚ dan untuk bentuk Atapnya bias berupa datar, miring,
dak atau bias kita sesuaikan dengan cuaca Iklim di daerah tersebut.

2. DINDING
Dinding adalah suatu unsur yang padat yang membatasi suatu ruang dengan
ruang lainnya. Dinding dengan keadaan tropis bias kita modifikasi dengan
ditambah adanya batu alam fungsinya ialah untuk mempengaruhi dari cauca
yang panas.

3. LANTAI
Lantai adalah permukaan bawah dari sebuah ruangan atau kendaraan. Lantai dapat terbuat
dari batu, kayu, bambu, metal, keramik, marmer, batu granit, dan bahan lainnya.
ORNAMEN ARSITEKTUR TROPIS

Gambar di samping merupakan salah satu Ornamen yang


dari rumah adat aceh yang brfungsi untuk masuknya angina
ke dalam rumah yang dinamakan Lubang Angen. Bahan
materialnya juga sudah pasti terbuat dari abahan material
Alam yang ada di aerah tersebut.
AWESOME
WORDS

You might also like