You are on page 1of 20

ANALISIS WACANA FEMINIS DALAM

STUDI SASTRA
(Seminasr Nasional Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
Unimed, 12 November 2021)

Prof. Dr. Wiyatmi, M.Hum.


Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Studi sastra => istilah yang digunakan dalam
wilayah ilmu humaniora untuk menyebut
aktivitas mempelajari, memahami, dan
mengkaji (meneliti) fenomena sastra secara
ilmiah.

Pengantar
Studi sastra; Ilmu sastra

Prodi ilmu Sastra/ prodi Bahasa dan


Sastra/ Pendidikan Bahasa dan Sastra
(mahasiswa dan dosen/ilmuwan sastra)
merupakan subjek yang aktif dalam
dalam studi sastra.
Studi Sastra/
Ilmu sastra

Teori sastra Sejarah sastra Kritik sastra


Studi sastra mengalami perkembangan dari waktu ke waktu;
sejak zaman Plato sampai kini.

Perkembangan tersebut menyebabkan studi sastra masih


eksis sampai saat ini.

Sastrawan masih menulis karya sastra.


Ilmuwan, kritikus, guru/dosen, siswa/mahasiswa masih
membaca, menikmati, mengkaji saatra.
(1) Apa itu analisis wacana
feminis?

Analisis wacana
(2) Kapan kemunculan dan
feminis dalam perkembangannya?
studi sastra

(3) Bagaimana analisis


wacana feminis digunakan
dalam studi sastra?
Feminisme
Feminisme juga
merupakan salah
Analisis merupakan aliran
satu cara pandang
wacana feminis pemikiran, ideologi
(landasan dalam
merupakan dan gerakan yang
membaca dan
metode (cara) memperjuangkan
mengkaji)
keadilan dan
membaca dan terhadap
kesetaraan
mengkaji fenomena sastra
perempuan
fenomena sastra yang berpihak
dengan laki-laki
yang pada perempuan,
dalam bidang
menggunakan menjunjung tinggi
pendidikan,
pentingnya
perspektif pekerjaan, akses
keadilan dan
feminisme. sosial-politik dan
kesetaraan
lain-lain
gender.
Fenomena sastra sebagai fokus kajian studi sastra

(1) Karya sastra (masalah yang diangkat/ direpresentasikan


dalam karya sastra, stilistika, teknik bercerita/ berkisah)

(2) Penulis sastra (sastrawan)

(3) Kenyataan/ femomena sosial, budaya. histotis, politik


yang digambarkan/ diangkat dalam karya sastra

(4) Masyarakat pembaca yang menikmati dan menanggapi


(meresepsi) karya sastra.
Model Analisis Wacana

(1) Analisis wacana modernis

=> biasanya disebut Analisis


Wacana) => dalam linguistik;
atau Kritik Sastra=> dalam
sastra.
(2) Analisis wacana posmodernis
=> analisis wacana kritis
Kemunculan dan Perkembangan AWK => AW(K)F

◦ Analisa wacana kritis (Critical discourse analysis) merupakan metode baru di dalam
penelitian ilmu-ilmu sosial dan budaya (Haryatmoko, 2015).
◦ Istilah tersebut dicetuskan dalam simposium yang diadakan selama dua hari di
Amsterdam, pada Januari 1991 dihadiri oleh T. van Dijk, N. Fairclough, G. Kress, T.
van Leeuwen, dan R. Wodak dianggap “meresmikan” analisa wacana kritis (AWK)
sebagai metode penelitian dalam Ilmu-ilmu sosial dan budaya.
◦ Mereka mendiskusikan kesamaan dan perbedaan teori serta metode masing-masing
untuk bisa menjadi titik-tolak pengembangan AWK.
Mereka sepakat untuk menerima tiga postulat AWK:
(1) Semua pendekatan harus berorientasi ke masalah sosial, dan
karena itu, menuntut pendekatan lintas ilmu;
(2) Keprihatinan utama adalah mendemistifikasi ideologi dan
kekuasaan melalui penelitian sistematik data semiotik (tulisan, lisan
atau visual);
(3) Selalu diperlukan sikap reflektif dalam proses penelitian, artinya
mengambil jarak untuk memeriksa nilai dan ideologi peneliti.

Ketiga hal itu memang dapat dikatakan memberi definisi bidang


penelitian secara lebih baru.
Analisis Wacana Feminis
Merupakan salah satu model analisis wacana kritis karena
feminisme sebagai sebuah pemikiran/ ideologi/ gerakan
sosial hadir untuk mengritik, menolak, mendekonstruksi
kemapanan dalam masyarakat yang patriarkat.

Isu gender/ feminis merupakan masalah sosial;


mendemistifkasi kekuasaan/ ideologi; reflektif.

Isu gender/ feminis yang diekspresikan dalam karya sastra


tidak terlepas dari masalah sosial, berfungsi sebagai
sarana mempertanyakan kekuasaan / ideologi (patriarkat).
Dari Analisis Wacana Kritis ke Analisis Wacana Feminis dalam Studi
Sastra

Analisis wacana feminis dalam studi sastra (2) Sara Mills (Discourse - The New Critical
tidak terlepas dari pertemuan analisis Idiom, 1997 dan Feminist Stylistic, 2005)
wacana feminis dengan kritik sastra feminis. Memperkaya kajian feminis sebelumnya:
(1) Ruth Wodak (Gender and Discourse, (1) Elaine Showalter (The New Feminist
1997; “Gender Mainstreaming and the Criticism: Essays on Women, Literature,
European Union: Interdisciplinarity, and Theory, 1985),
Gender Studies and CDA” dalam
Michelle M. Lazar, Feminist Critical (2) K.K. Ruthven (Feminist Leterary
Discourse Analysis, 2005), Gender, Studies an Introduction (1986),
Power and Ideology in Discourse, 2005) (3) Maggie Humm (Feminist criticism
women as contemporary critics, (1986),
Peta analisis wacana kritis feminis dalam studi sastra berada dalam peta
studi sastra postrukturalisme.

Ruthven (1985: 6) (masih memakai istilah kritik sastra, belum analisis


wacana) menyatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan kritik yang
bersifat revolusioner yang menumbangkan wacana yang dominan yang
dibentuk oleh suara tradisional yang bersifat patri­arkis.

Dalam paradigma studi sastra, kritik sastra feminis pada umumnya


disejajarkan dengan teori dan kritik sastra postrukturalis, terutama
aliran feminisme Perancis (Julia Kristiva, Helena Cixous, Luce Irigaray).
Karakteristik analisis wacana feminis dalam studi sastra
(1) Mengidentifikasi adanya ketidakadilan (penindasan) terhadap perem­
puan yang terdapat dalam karya sastra.
(2) Melakukan pembacaan kembali karya-karya sastra dengan fokus
pada perempuan, sifat sosiolinguistiknya untuk menemukan suara dan
gambaran pengalaman perempuan.
(3) Men­des­kipsikan dan memahami tulisan perempuan dengan
perhatian khusus pada penggunaan stilistika dalam tulisannya.
(4) Merekonstruksi penulisan sejarah sastra yang sebelum
munculnya pene­litian sastra feminis, dikonstruksi oleh i laki-laki.
(Maggie Humm, 1986: 14–15, 22).
Feminist Stylistics (Sara Mills,2001)

Wacana feminis Mills


=> memfokuskan kajian pada stilistika Mills menggunakan tiga level analisis yakni:
feminis yang digunakan dalam sebuah teks,(1) level kata,
yang merepresentasikan adanya relasi
(2) level kalimat,
gender.
(3) level wacana (discouse)
Analisis pada ketiga level ini akan
menunjukkan sudut pandang teks, yakni
yang berkaitan dengan posisi subjek dan
objek dalam relasi gender.
Pertanyaan penelitian dalam kerangka analisis wacana feminis
Mills (2005)

(1) Genre teks (novel), apakah perempuan atau laki-laki?


termasuk genre kanon, sastra, (5) Apakah narator orang pertama
atau popular? atau ketiga, apakah merupakan
(2) Bagaimana perempuan dan laki- tokoh dalam teks atau di luar teks?
laki ditampilkan dalam teks (6) Siapakah pembaca yang dituju,
(sebagai pembaca, penulis atau perempuan atau laki-laki, dari
objek yang direpresentasikan)? stutus sosial mana?
(3) Bagaimana gaya bahasa yang (7) Bagaimana informasi yang
digunakan, cenderung bergaya disampaikan, apakah mengandung
feminin atau maskulin? strereotipe feminin atau maskulin?
(4) Apakah penulis mewakili suara
Beberapa contoh

(1) “Memberi Ruang pada Mereka yang Terlupakan: Membaca Sosok Ratu Kalinyamat
dan Dewi Rengganis dalam Novel Indonesia (Giving Room for those Who are
Forgotten: Reading the Figures of Queen Kalinyamat and Dewi Rengganis in
Indonesian Novels) (Wiyatmi, Jurnal Litera, Vol 20 (2)
https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/35894).
(2) Memahami Motif Perkawinan Bidadari dengan Laki-laki Bumi sebagai Spirit
Feminisme dalam Folklore Indonesia (Wiyatmi, Jurnal Diksi, Vol 29 (1)
https://journal.uny.ac.id/index.php/diksi/article/view/33108).
(3) Representasi Budaya Maritim dalam Novel Sihir Pembayun Karya Joko Santosa:
Relasi Kuasa Nyi Ratu Kidul dalam Hubunganya dengan Manusia Daratan
(Analisis Wacana Feminis Sara Mills).
(4) “Kiprah Perempuan dalam Penulisan Sastra Indonesia 2000-an: Tanda Menuju
Fase Sastra Perempuankah?” (Wiyatmi, Intenational Conference Woman in Public
Sector, Rabu-Kamis, 16-17 Juli 2008), Pusat Studi Wanita bekerja sama dengan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta).
(5) Melacak Jejak Feminisme Nusantara dalam Sastra Indonesia: dari Ratu Shima
Sampai Kartini, dalam book chapters Memberi Ruang Dan Menyimak Suara
Perempuan: Antologi Penelitian Sastra Feminis (Wiyatmi, dkk, 2021).

(6) “Dekonstruksi Sistem Patriarki dan Pencarian Identitas Novelis Perempuan


Indonesia Periode 2000-an” (Wiyatmi, Jurnal Bahasa dan Seni, 40 (1), 2012.
Terima kasih

You might also like