You are on page 1of 68

HUKUM PEMBUKTIAN

Arti Pembuktian
• Prof. Subekti ; “membuktikan adalah
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau
dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
persengketaan perdata di pengadilan”
• Prof. Dr. Sudikno: “membuktikan dalam arti
yuridis berarti memberi dasar-dasar yang cukup
kepada hakim yang memeriksa perkara yang
bersangkutan guna memberi kepastian tentang
kebenaran peristiwa yang diajukan”.
Lanjut..arti pembuktian
• Dr. Teguh Samudera: “ membuktikan berarti
menjelaskan (menyatakan) kedudukan hukum yang
sebenarnya berdasarkan keyakinan hakim kepada
dalil-dalil yang dikemukakan para pihak yg
bersengketa”
• Bachtiar Effendi SH dkk: “pembuktian adalah
penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum
oleh pihak yang berperkara kepada hakim dlm
persidangan dg tujuan utk memperkuat dalil tentang
fakta hukum yang menjadi pokok sengketa,
sehingga hakim memperoleh kepastian utk
dijadikan dasar putusannya”.
tujuan pembuktian
• Tujuan pembuktian adalah berusaha
memberikan kepastian tentang kebenaran fakta
hukum yang menjadi pokok sengketa kepada
hakim pengadilan yang memeriksa perkara.
• Guna pembuktian adalah sebagai dasar putusan
hakim.
• Jadi: sasaran utama dari suatu pembuktian
adalah putusan hakim yang didasarkan atas
pembuktian yang diajukan oleh para pihak.
Yang harus dibuktikan
• Yang harus dibuktikan adalah fakta hukum yang menjadi
pokok sengketa.
• Fakta hukum yaitu peristiwa hukum yang melahirkan
hubungan hukum perdata atau melahirkan hak dan
kewajiban perdata baik yang bersifat hak perseorangan,
hak kebendaan atau campuran dari hak perseorangan
dan hak kebendaan.
• Fakta hukum ini dpt dilihat dalam dalil-dalil yang diajukan
para pihak pada gugatan, jawaban, replik, duplik baik
dalam konvensi, maupun rekonvensi.
Yang tidak perlu dibuktikan
1. Fakta hukum yang tidak dibantah oleh pihak
berperkara dalam arti memang sama sekali tidak
membantah, atau berdiam diri (termasuk disini, tidak
pernah hadir dipersidangan (verstek)), atau bantahan
tidak beralasan.
Catatan:
- Bila tdidak pernah hadir dalam persidangan, maka pihak yang tidak
pernah hadir dianggap tidak membantah dalil lawan (Ps. 125 HIR, Ps 149
Rbg)
- Bantahan tdk beralasan adh bantahan yg tidak bisa dibuktikan dibuktikan
kebenarannya. (Ps. 163 HIR, Ps. 283 Rbg)
Ps. 163 HIR ”... utk membantah hak org lain haruslah membuktikan kebenaran
bantahannya itu....”.
Lanjut... Yang tdk perlu
dibuktikan
2. Fakta yang sudah diketahui umum
(Notoire Feiten) yaitu peristiwa / kejadian /
keadaan yg hrs diketahui oleh mereka
yang berpendidikan dan mengenal
zamannya tanpa melakukan penelitian
lebih lanjut. (spt: langit cerah itu berwarna
biru, tgl 17 agustus adalah hari libur dll).
Lanjut... Yang tdk perlu
dibuktikan
3. Fakta yg diketahui oleh hakim
berdasarkan pengalaman, misalnya
kecepatan mobil 100 km/ jam tidak
mungkin dihentikan seketika.
4. Fakta yg terungkap dimuka persidangan
pengadilan / hakim yang memeriksa
perkara.
5. Hukum positip / objektif, disini hakim
dianggap mengetahui hukumnya (ius curia
novit).
Siapa yang harus membuktikan
• Ps. 163 HIR, Ps. 283 Rbg, dan Ps 1865
KUHPerdata: “ Barang siapa yang mengaku
mempunyai hak atau yang mendasarkan pada
suatu peristiwa untuk menguatkan haknya itu
atau menyangkal hak orang lain, harus
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu”
• Jadi: yang harus membuktikan adalah para
pihak yang berperkara yaitu pihak Penggugat
dan Tergugat.
Penilaian Pembuktian
• Yang wenang menilai hasil pembuktian adalah hakim
yang termasuk JUDEX FACTI, yaitu hakim-hakim yang
berwenang memeriksa fakta dan bukti, yaitu hakim-
hakim PN & PT.
• Hakim MA tdk mempunyai kewenangan utuk menilai hasil pembuktian,
karena MA hanya mempunyai kewenangan utk memeriksa soal
penerapan hukum atau pelanggaran hukum yg dilakukan oleh JUDEX
FACTI. ( Ps. 30 sub b UU No. 14 th 1985 ttg MA).
• PENGECUALIANNYA: MA dpt memeriksa dan menilai hasil pembuktian
dlm perkara:
1. MA membatalkan Pts JUDEX FACTI dan mengadili sendiri (Ps. 50 ay(2) UU
No. 14 th 1985)
2. MA memerikasa Permohonan Peninjauan Kembali (PK). (Ps. 28 ay (1) Sub c.
Jo Ps. 67 UU No. 14 th 1985)
Lanjut..Penilaian Pembuktian
• Dalam hal pembuktian,
1. Hakim bersikap pasif artinya hakim hanya
menilai alat-alat bukti yang diajukan oleh
para pihak.
2. Hakim dapat pula bersikap aktif artinya
hakim berwenang menentukan saat tahapan
pembuktian, syarat-syarat sahnya
pembuktian, tata cara pembuktian,
pembebanan pembuktian dan penilaian
hasil pembuktian.
Bagaimana hakim melakukan
penilaian pembuktian ?
• Pada asasnya hakim bebas untuk menilai
pembuktian, kecuali undang-undang tidak
mengatur sebaliknya (hakim terikat /tdk
bebas dlm melakukan penilaian
pembuktian).
• Kapan hakim bebas / kapan terikat dalam
melakukan penilaian pembuktian?
Tentang hal ini ada 3 teori.
3 Teori penilaian pembuktian
1. Teori Pembuktian Bebas, artinya hakim bebas menilai alat-alat
bukti yang diajukan pihak berperkara baik alat-alat bukti yang
sudah disebutkan dalam UU atau yg tidak disebutkan dalam UU.
• Teori ini menghendaki agar penilaian hakim sedapat mungkin mendekati
keadilan, shg hakim tdk terlalu terikat dg alat bukti yg diajukan oleh para
pihak.
• Dlm melakukan penilaian tidak mustahil adanya perbedaan penilaian
pembuktian antara sesama hakim majelis.
• Kelemahan teori ini adh tdk menjamin adanya kepastian hukum dlm hal
penilaian terhadap hasil pembuktian.
Teori ini diterapkan pada penilian terhadap keterangan saksi. Men.
Ps. 172 HIR, Ps. 309 Rbg, Ps. 1908 KUHPerdata, hakim tidak
wajib mempercayai keterangan seorang saksi, yg berarti hakim
bebas menilai kesaksian.
Lanjut ..3 teori penilaian
pembuktian
2. Teori pembuktian terikat, artinya hakim terikat dengan
alat pembuktian yang diajukan oleh pihak berperkara.
Teori ini terbagi lagi menjadi dua macam:
a. Teori pembuktian negatif, yaitu hakim terikat dengan larangan
UU dalam penilaian terhadap suatu alat bukti ttt. (Ps. 169 HIR,
Ps. 306 Rbg, Ps 1905 KUH Perdata)
b. Teori Pembuktian Positif, yaitu hakim terikat dg perintah UU
dalam memberikan penilaian terhadap alat bukti ttt. (Ps. 165
HIR, Ps. 285 Rbg, Ps. 1870 KUH Perdata ; hakim terikat
penilaian terhadap akta yg merupakan alat bukti tertulis).
Lanjut ..3 teori penilaian
pembuktian
• Teori pembuktian terikat ini menghendaki agar penilaian
hakim sedapat mungkin memberikan kepastian hukum.
Misalnya hakim terikat dg alat bukti sumpah (khususnya
sumpah pemutus), artinya bila pihak yg sudah
bersumpah, ia dimenangkan perkaranya sedangkan bila
ia menolak sumpah maka ia dikalahkan. Demikian pula
alat bukti akta outentik hanya bisa digugurkan jika
terdapat kepalsuan. Begitu juga dalam menilai seoarang
saksi saja sebagai “Unus Testis Nullus Testis”.
• Kelemahan teori ini adh tidak/ kurang menjamin adanya
keadilan.
Lanjut ..3 teori penilaian
pembuktian
3. Teori pembuktian gabungan, artinya hakim
bebas dan terikat dalam menilai hasil
pembuktian sekaligus ,misalnya hakim bebas
menilai alat bukti permulaan, shg hakim masih
memerlukan adanya sumpah tambahan. Bila
sumpah tambahan dilakukan, maka hakim
terikat menilainya, bila tidak sisertai sumpah
tambahan maka hakim bebas menilai alat bukti
permulaan tsb.
Lanjut..Penilaian Pembuktian
• Berdasarkan sistem HIR, dalam acara perdata
hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, yg
berarti hakim hanya boleh mengambil keputusan
berdasarkan alat-alat bukti yg ditentukan oleh
undang-undang saja.
• Alat-alat bukti yg disebutkan oleh UU (Ps. 164
HIR, Ps. 284 Rbg, Ps. 1866 KUH Perdata)
meliputi: alat bukti tertulis, alat bukti saksi, alat
bukti persangkaan, alat bukti pengakuan dan
alat bukti sumpah.
Bukti lawan
• Bukti lawan adh setiap pembuktian yang
bertujuan ntuk menyangkal akibat hukum
yang dikehendaki oleh pihak lawan atau
untuk membuktikan ketidakbenaran fakta
hukum yang diajukan oleh pihak lawan.
• Bukti lawan ini sama mutu dan
penilaiannya oleh pihak hakim dengan
bukti yang mula-mula diajukan pihak yang
berperkara. Mis:
Lanjt.. Bukti lawan
• Mis:
- Penggugat mengajukan alat bukti otentik berupa akta
notaris (diberi tanda P-1), yg membuktikan Tergugat
masih punya hutang Rp. 10 juta.
- Tergugat mengajukan alat bukti kuitansi (diberi tanda
T-1) yang dimaksudkan membuktikan hutang Rp. 10
juta tersebut telah dibayar kepada Penggugat
Jadi T-1 itulah yang disebut dengan bukti lawan,
yang tujuannya untuk mematahkan P-1.
Pembagian Beban Pembuktian
• Dasar hk bagi hakim utk melakukan pembagian
beban pembuktian adh:
Ps. 163 HIR, Ps. 283 Rbg, dan Ps 1865 KUHPerdata:
“ Barang siapa yang mengaku mempunyai hak atau
yang mendasarkan pada suatu peristiwa untuk
menguatkan haknya itu atau menyangkal hak orang
lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa
itu”
• Berdasar hal tsb bs disimpulkan : masing-
masing pihak (P & T) dapat saja dibebani
pembuktian oleh hakim di persidangan, ini
bergantung pd dalil para pihak yg dpt dilihat dlm
gugatan & jawaban.
Beberapa teori pembagian beban
pembuktian

1. Teori yg bersifat menguatkan belaka


(bloot affirmatief) ; menurut teori ini pihak
yang dibebani pembuktian ialah pihak yg
mengemukakan sesuatu. Sedangkan
pihak yg membantah sama sekali tdk
dibebani pembuktian. (teori ini pd saat
sekarang sdh ditinggalkan).
Lanjut.. Teori pembagian beban
pembuktian
2. Teori hukum subjektif atau teori hak; pembagian
beban pembuktian ini didasarkan kpd hk
subjektif. Dalam teori ini diajarkan bahwa yg
dibuktikan itu adh peristiwa sbb:
1. Peristiwa umum
2. Peristiwa khusus, yg terdiri dr:
a. Peristiwa yg menimbukan hak (rechtserzeugende
tatsachen)
b. Peristiwa yg menghalangi timbulnya hak (rechtshindernde
tatsachen)
c. Peristiwa yg membatalkan hak ( rechtsvernichtende
tatsachen)
Jadi siapa yg mendalilkan adanya peristiwa, atau
membantahnya, maka harus membuktikannya.
Lanjut.. Teori pembagian beban
pembuktian
3. Teori hukum objektif ; pembagian beban
pembuktian oleh hakim kepada pihak
berperkara didasarkan kepada hukum objektif
(aturan hk yg berlaku).
Siapa yg mendalilkan suatu peristiwa maka ia
harus membuktikan peristiwa itu telah
memenuhi unsur-unsur hk objektif yg
mengaturnya. Demikian pula siapa yg
membantahnya hrs dibebani pembuktian bahwa
bantahannya itu memenuhi unsur-unsur hukum
objektif yg mengaturnya.
Lanjut.. Teori pembagian beban
pembuktian
4. Teori hk publik; menurut teori ini kedua belah
pihak wajib membuktikan kebenaran dalilnya,
namun ada sanksi pidananya bagi pihak-pihak
tersebut. Dan hakim diberi wewenangnya lebih
besar dalam mencari kebenaran peristiwa yg
menjadi pokok sengketa.
5. Teori hk acara atau teori Kepatuhan; hakim
membagi beban pembktian kepada pihak yg
paling banyak mendalilkan hal-hal yg
menyimpang dari kepatuhan menurut aturan
hukum dan pengalaman umum.
ALAT-ALAT BUKTI
Pengertian & macam-macam alat
bukti.
• Alat bukti adh bahan-bahan yang dipakai untuk
pembuktian dalam suatu perkara perdata di
depan persidangan pengadilan.
• Macam-macam alat bukti:
1. Alat bukti yg disebutkan dlm Ps. 164 HIR, Ps. 284
Rbg, Ps. 1866 KUH Perdata meliputi:
- Alat bukti tertulis / Surat
- Alat bukti Saksi
- Alat bukti Persangkaan
- Alat bukti Pengakuan
- Alat bukti Sumpah.
Lanjut... Macam-macam alat bukti
2. Alat bukti lain yg disebutkan dlm UU ialah:
- Pemeriksaan setempat (Ps. 153 HIR, Ps. 180 Rbg)
- Keterangan saksi ahli (Ps. 154 HIR, Ps. 181 Rbg)
3. Alat bukti lain yg tdk disebutkan dlm UU yi:
- foto, klise ( film negatif)
- rekaman dlm casette tape/vidio/film
- harddish komputer, CD,USB, HP (Foto,SMS,MMS) dll
semua alat penyimpan data.
Lanjut... Macam-macam alat bukti
• Menurut PATON, semua alat bukti tsb
berdasarkan sifatnya dapat dibagai lagi menjadi
tiga macam yi:
– Alat bukti ORAL, spt: keteterangan lisan saksi/ saksi
ahli, pengakuan para pihak dan sumpah.
– Alat bukti DOCUMENTARY, seperti; surat
– Alat bukti MATERIAL / DEMONSTRATIVE
EVIDENCE, seperti; foto, klise, rekaman dlm casette
tape/vidio/film, hard dish, CD, USB, HP dll alat
penyimpan data.
Alat bukti tertulis/ surat
• Surat adh segala sesuatu yang memuat tanda-
tanda bacaan yg dimaksudkan untuk
mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan
buah pikiran seseorang dan dipergunakan
sebagai pembuktian.(Prof. Dr.Soedikno)
• Surat adh segala sesuatu yang memuat tanda-
tanda bacaan yg bisa dimengerti dan
mengandung suatu pikiran tertentu untuk
dipergunakan sebagai pembuktian.(Bachtiar
Effendi dkk).
Lanjut...alat bukti surat
• Pengaturan surat sbg alat bukti : Ps. 138, 165,
167 HIR, Ps. 164, 285 s/d 305 Rbg, Ps. 1867
s/d 1894 KUHPerdata, Ps. 138 s/d 147 Rv.
• Macam-macam alat bukti surat:
1. Akta
a. Akta Otentik
a.1. Acte Ambtelijk
a.2. Acte partij
b. Akta di bawah tangan
2. Bukan akta
Akta
• Akta adh suatu surat yg ditandatangani
diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk
dipergunakanmoleh orang, untuk keperluan
siapa surat itu dibuat. (Prof. Mr. A Pitlo)
• Akta adh suatu surat yang ditandatangani, yang
memuat keterangan tentang peristiwa-peristiwa
yang merupakan dasar suatu perikatan atau
hak, yang dibuat sejak semula dengan sengaja
untuk dipakai sebagai pembuktian.(Prof. Dr.
Soedikno)
Lanjut...akta
• Syarat suatu surat disebut sbg akta yi:
1. Hrs ada tanda tangan. (Ps. 1869, 1874, 1875,1878,1880
KUHPerdata)
2. Isi surat hrs menerangkan suatu perbuatan hukum/ hubungan hk
(acte). (Ps. 1069, 1415 KUH Perdata).
Catatan:
a. Tanda tangan (TTD) artinya membubuhkan / menempatkan
nama dari sipenandatangan.
– Fungsi TTD utk mengindividualisir sebuah akta; guna TTD itu utk
membedakan antara akta yg satu dg akta yg lain
– Disamakan dg TTD: sidik jari/ cap jempol yg di WAARMERKING (Ps.
1874 KUHPerdata) dan facsimili dr TTD/ cap TTD apabila
dibubuhkan oleh yg wenang atau yg diberi wewenang.
b. Tulisan dlm akta tdk perlu ditulis dg sendiri kecuali ditentukan dlm
UU ( Ps. 932, 935, 941, 1878 KUH Perdata)
Fungsi akta
1. Fungsi formal (formalitatie causa) artinya
adanya akta merupakan syarat formal utk
menyatakan adanya suatu perbuatan hukum.
Mis, perjanjian, pemberian hak tanggungan,
hipotik dll.
2. Fungsi alat bukti atau sebagau alat bukti satu-
satunya (probationis causa) artinya sejak
semula akta itu dipakai sebagai alat bukti oleh
para pihak, atau sebagai alat bukti satu-satunya
menurut UU.
Kekuatan pembuktian akta
1. Kekuatan pembuktian lahir, artinya suatu surat yg secara lahir
tampak spt akta, dianggap (mempunyai kekuatan) spt akta
sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
Dasar akta adh tampak pd kenyataan lahir
2. Kekuatan pembuktian Formal, artinya secara formal memang ada
pernyataan di dlm akta itu ( bukti benar tdknya pernyataan di
dasarkan pd TTD)
Dasar akta adh kebiasaan.
3. Kekuatan pembuktian lahir, artinya isi pernyataan di dlm akta itu
benar adanya.
Dasar akta adh hukum.
Catatan:
Setiap akta yg digunakan sebagai alat bukti di pengadilan hrs di materai
( sbg syarat sahnya suatu srt sbg alat bukti (pts MA No. 589/K/Sip/1970 )
jika belum ada materai maka akta tsb hrs dilakukan pemateraian kembali
(NAZEGELING) di kantor pos terdekat (uu bea materai)
Akta Otentik
• Berdasar Ps 165 HIR,Ps. 285 Rbg,Ps. 1868
KUHPerdata:
Akta otentik adh suatu akta yg dibuat menurut prosedur
dan bentuk sebagaimana ditentukan UU, oleh atau
dihadapan pejabat umum yg berwenang untuk itu, dg
maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti.
Catatan:
• Pejabat umum yg dimaksud adh pegawai atau mereka yg oleh UU
diberi wewenang untuk membuat akta otentik. Spt; notaris, hakim,
jurusita, pegawai catatan sipil, penyidik dll.
• Prosedur dan bentuk pembuatan akta otentik hrs sesuai dg UU, jk
tdk terpenuhi dan tetap ditandatangani maka akta otentik diakui
kebenarannya hanya saja kekuatan pembuktiannya di nilai sama dg
akta di bawah tangan.
Lanjut.. akta otentik
• Berdasar Ps. 165 HIR, Ps. 285 Rbg, Ps. 1868
KUHPerdata ; ada dua macam akta otentik yi:
1. Acte Ambtelijk, yi akta otentik yg dibuat oleh pejabat umum.
– Inisiatip pembuatan akta otentik ini adh pejabat umum itu sendiri.
– Isi akta otentik adh keterangan pejabat umum ttg apa yg dilihat
dan dilakukannya,
Mis: berita acara RUPS suatu PT yg dibuat Notaris, berita acara
pemeriksaan penyidik, dll.
2. Acte Partij, yi akta otentik yg dibuat pr pihak dihadapan
pejabat umum.
– Inisiatip ada pada para pihak
– Isi akta adh keterangan pr pihak
Mis: akta jual beli tanah yang dibuat dihadapan notaris dll.
Lanjut.. akta otentik
• Kekuatan pembuktian akta otentk:
Berdasarkan ketentuan Ps. 165 HIR, Ps. 1870, 1871
KUHPerdata dinyatakan : bahwa akta otentik sebagai
alat pembuktian yang sempurna (lengkap) bagi
kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian
orang yg mendapat hak darinya ttg apa yg dimuat dlm
akta tsb.
Catatan:
Sbg bukti yg sempurna/ lengkap artinya ;
– Hakim / para pihak hrs mengakui kebenaran isi akta otentik tsb sampai
dibuktikan sebaliknya.
– Dg akta otentik tsb sudah tdk lagi diperlukan tambahan alat bukti lain.
( cukup satu alat bukti saja)
Lanjut.. akta otentik
• Kekuatan pembuktian akta otentik:
1. Mempunyai kekuatan pembuktian lahir; ini
sesuai dg asas “acta publica seseipsa” atinya
bahwa suatu akta otentik yg lahir tampak
sebagai akta otentik serta memenuhi syarat-
syarat yg telah ditentukan, maka akta itu berlaku
atau dpt dianggap sbg akta otentik, sampai
terbukti sebaliknya. ( bagi yg menyangkal hrs
dpt membuktikannya).
Lanjut.. akta otentik
2. Mempunyai kekuatan pembuktian formal;
artinya keterangan pejabat ttg apa yg
dilihat dan dilakukannya sebagai mana
tertuang dlm akta otentik adh benar,
termasuk tgl, tempat akta itu dibuat dan
keaslian TTD di dlm akta (acta ambtelijk),
atau keterangan pr pihak dihadapan
pejabat, tgl, tempat akta dibuat dan
keaslian TTD di dlm akta otentik itu adh
benar (acte partij).
Lanjut.. akta otentik
3. Mempunyai kekuatan pembuktiam
materiel artinya: isi keterangan pejabat
atau pr pihak di dalam akta otentik itu adh
benar.
Akta di bawah tangan
• Akta di bawah tangan adh suatu akta yang dibuat oleh
para pihak tanpa bantuan pejabat umum dengan
maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti.
• Akta di bawah tangan, berisi pernyataan maksud para
pihak guna mewujudkan suatu perbuatan / hubungan
hukum yang oleh mereka dilukiskan dengan tulisan
sebagai pengganti atau lanjutan dari suatu pernyataan
lisan.
• Dasar hk akta di bawah tangan:
– Utk Jawa dan Madura berlaku Stb. 1867 No. 29
– Utk Luar Jawa dan Madura, Ps. 286 s/d 305 Rbg/ Ps.1874 –
1880 KUH Perdata.
Lanjut..akta dibawah tangan
• Akta di bawah tangan dinilai sebagai “permulaan bukti
tertulis” apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sbb:
1. Sbgmn ditentukan Ps. 4 Stb 1867 No. 29, Ps. 291
Rbg / 1871 KUHPerdata, yg menyatakan bahwa
suatu akta yg memuat pernyataan hutang sepihak
untuk membayar sejumlah uang tunai atau untuk
menyerahkan suatu benda, yg seluruhnya ditulis dg
tangan sendiri oleh yg menandatangani akta itu, atau
setidaknya ditulis dg tangan sendiri “ suatu
keterangan utk menguatkan jumlah atau besarnya
atau banyaknya apa yg hrs dipenuhi dg huruf
seluruhnya (bon pour cent florins). Bila tdk demikian
maka akta itu hanya diterima sbg permulaan bukti
tertulis
Lanjut..akta dibawah tangan
2. Sebagaimana ditentukan dlm Ps. 1902
KUH Perdata, yg menyatakan syarat-
syarat bila ada permulaan bukti tertulis:
a. Hrs ada akta.
b. Akta itu hrs dibuat oleh org terhadap siapa
dilakukan tuntutan, atau dr org yg
diwakilinya.
c. Akta itu memungkinkan kebenaran peristiwa
yg bersangkutan.
Kekuatan pembuktian akta di
bawah tangan
1.Mempunyai kekuatan pembuktian lahir; jika tanda tangan
di dlm akta itu diakui kebenarannya oleh para pihak
penandatangan, maka disebut sbg “akta di bawah
tangan diakui”, maka pd saat itu bisa dikatakan
mempunyai kekuatan pembuktian lahir.
Catatan:
– Org yg tanda tangannya tercantum dlm akta dibawah tangan dpt
mengakui atau membantah tanda tangannya
– Ahli waris dpt sj membantah kebenaran tanda tangan pewaris
dlm akta dengan tanpa beban pembuktian (Ps. 1876
KUHPerdata)
– Jika tanda tangan yg tercantum dlm akta dibantah
kebenarannya, mk hakim hrs memerintahkan agar kebenaran
akta di periksa dg cara “ acara pemeriksaan keaslian), Ps. 1877.
Lanjut..akta dibawah tangan
2. Mempunyai kekuatan pembuktian formal; yi
kalau tanda tangan di dlm akta di bawah tangan
diakui, maka dinilai benar adanya pernyataan
para pihak sbg mana termuat di dlm akta itu.
3. Mempunyai kekuatan pembuktian materiel, yi
jika akta di bawah tangan itu dakui oleh org
terhadap siapa akta itu digunakan, atau yg dpt
dianggap diakui menurut UU, maka dinilai isi
pernyataan di dlm akta itu benar adanya, shg
berlaku spt akta otentik. (Ps. 288 Rbg/ 1875
KUH Perdata).
Lanjut..akta dibawah tangan
• Ps. 286 ay (1) Rbg dan Ps. 1 Atb 1867
No. 29 menentukan surat-surat yg
termasuk akta di bawah tangan, yi:
1. surat-surat yg ditandatangani dan dibuat
oleh pihak tanpa bantuan pejabat umum.
2. Surat-surat Daftar (register)
3. Catatan-catatan urusan rumah tangga dll.
Alat bukti saksi
• Kesaksian adh kepastian yg diberikan kepada hakim di
persidangan ttg peristiwa yg disengketakan dg jalan
pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh org yg
bukan salah satu pihak dlm perkara, yg dipanggil di
persidangan.
• Catatan:
– Keterangan ttg kejadian yg dialami sendiri (dilihat, didengar)
oleh saksi (bukan pendapat/pikiran/dugaan). (Ps. 171 ay (2)
HIR, Ps. 1907 KUHPerdata)
– Disampaikan secara lisan dan pribadi tdk boleh diwakilkan. (Ps.
140 ay (1), Ps. 148 HIR.)
– Yg didengar kesaksian adh pihak ketiga dan bukan salah satu
pihak yg berperkara (Ps. 139 ay (1) HIR, 165 ay (1) Rbg.
Lanjut..alat bukti saksi
• Dasar pengaturan:
– Ps. 139 s/d 152 HIR, 165 s/d 179 Rbg
– Ps. 169 s/d 172 HIR, 306 s/d 309 Rbg
– Ps. 1895 s/d 1912 KUHPerdata
• tujuan pembuktian melalui saksi adh utk
menguatkan ttg kebenaran dalil yg diajukan pr
pihak yg berperkara yakni fakta hukum yg
menjadi pokok sengketa (Ps. 139 HIR, 165 Rbg
ay (1) dan Ps 1895 KUHPerdata.
• Gunannya : sebagai bahan bagi dasar
pengambilan putusan hakim.
Lanjut..alat bukti saksi
• Ps. 1902 KUH Perdata : ada beberapa
peristiwa tdk diperkernankan alat bukti saksi
dan hrs dipakai alat bukti surat a.l:
1. Pembuktian adanya pemisajan harta pkwn, hanya
dibuktikan melalui suatu akta notaris (Ps. 150
KUHPerdata jo. Ps 29 UU No. 1 th 1974 ttg pkwn)
2. Pembuktian pendirian Firma/ PT hanya dg akta
notaris
3. Pembuktian adanya perjanjian asuransi hanya dg
polis asuransi
4. Pembuktian adannya perjanjian perdamaian hanya
dg akta (baik otentik / di bawah tangan)
Lanjut..alat bukti saksi
• Inisiatif mengajukan saksi adh oleh pr pihak yg
berperkara sendiri (Ps. 139 HIR, Ps 1895
KUHPerdata) dan saksi-saksi hrs dibawa sendiri oleh
pr pihak kemuka persidangan (Ps. 121 HIR)
• Syarat utk menjadi saksi:
1. Saksi tsb tdk mempunyai hubungan keluarga atau pekerjaan
dg para pihak yg berperkara
2. Cakap hk
3. Ada kesediaan sbg saksi yg ditegaskan secara lisan di
hadapan hakim yg memeriksa perkara
4. Bersumpah atau berjanji menurut agama atau
kepercayaannya.
Lanjut..alat bukti saksi
• Yg tdk dpt didengar sbg saksi (Ps. 145 HIR, Ps. 172 Rbg ay (1)):
1. Keluarga sedarah dan keluarga krn pkwn menurut keturunan yg lurus
dr salah satu pihak
2. Saudara laki-laki dan saudara perempuan dr ibu dan keponakan di dl
karisidenan bengkulu, sumatera barat dan tapanuli kalau hak
mewaris di stu diatur menurut hk adat setempat
3. Isteri/ suami dr salah satu pihak meskipun sudah bercerai
4. Anak-anak yg tdk dpt diketahui benar apakah umurnya sudah cukup
15 tahun
5. Orang gila meskipun kadang-kadang terang ingatannya.
Pengecualian: (ps. 145 HIR)
a. Keluarga sedarah/ semenda tdk dpt ditolak sebagai saksi dl perkara
ttg perjanjian pekerjaan.
b. Org gila (kadang-kadang ingat) / anak dibawah umur dpt didengar
keterangan sbg saksi tanpa disumpah dan hanya dipakai sbg
penjelasan saja.
Lanjut..alat bukti saksi
• Yg dibebaskan memberikan kesaksian (Ps.
146 HIR):
1. Saudara laki-laki dan perempuan dan ipar laki-laki
dan perempuan dari salah satu pihak
2. Keluarga sedarah menurut keturunan lurus dari
saudara laki-laki dan perempuan dari suami istri dr
salah satu pihak
3. Org yg karena martabat, pekerjaan atau jabatannya
yg sah diwajibkan menyimpan rahasia, dlm hal
semata-mata ttg hal itu saja yg dipercayakan
karena martabat, pekerjaan dan jabatannya itu.
Lanjut..alat bukti saksi
• Syarat kesaksian:
1. Keterangan saksi berdasar pengetahuan sendiri, mengalami
sendiri, bukan pedapat atau kesimpulan, dan bukan pula
mengetahui dari orang lain (Ps. 171 HIR)
2. Minimal keterangan dua org saksi, dan keterangan itu antara
satu dg lainnya berhubungan. Boleh satu saksi saja asal
didukung dg alat bukti lain
3. Keterangan itu diberikan dibawah sumpah atau janji menurut
agamanya (Ps. 147 HIR).
Catatan:
– Keterangan saksi berdasar pengetahuan dr orang lain disebut
TESTIMONIUM DE AUDITU
– keterangan seorang saksi dg tdk ada alat bukti lain tdk dpt
digunakan sbg alat bukti (ps. 169 HIR) : UNUS TESTIS
NULLUS TESTIS
Lanjut..alat bukti saksi
• Kekuatan pembuktian saksi:
– alat bukti saksi mempunyai kekuatan pembuktian
bebas artinya hakim bebas memberikan
penilaiannya atas kesaksian seseorg/ beberapa org
dlm persidangan
– Dlm hal penilaian trhd keterangan saksi hakim
dihrskan memperhatikan ketentuan Ps. 172 HIR yg
menentukan kriteria penilaian yi:
a. Hubungan kesaksian-kesaksian apakah berdiri sendiri atau
ada hubungan (kecocokannya)
b. Perikehidupan adat istiadat dan martabat saksi
c. Alasan apa shg kesaksian itu diberikan.
Saksi ahli (Ps. 154 HIR/181 Rbg)
• Keahlian seseorg dinilai berdasarkan
pengetahuan dari pengalaman atau pendidikan
akademis
• Saksi ahli berguna utk memperterang /
membantu pencarian kebenaran oleh hakim, ttp
hakim tdk harus mendengar saksi ahli dan
hakim bebas menilai keterangan ahli.
• Dihadirkannya saksi ahli dpt karena perintah
hakim krn jabatnnya atau karena perimintaan
para pihak yg berperkara.
Alat persangkaan
• Pengertaian (ps. 1915 KUHPerdata): adh
kesimpulan yg oleh UU atau hakim ditarik
suatu peristiwa yg sudah diketahui kearah
peristiwa yg belum diketahui.
• Jadi persangkaan merupakan alat bukti
tdk langsung yg ditarik dr alat bukti lain,
atau merupakan uraian hakim dg mana
hakim menyimpulkan dr fakta yg terbukti
kearah fakta yg belum terbukti.
Lanjut... persangkaan
• Ada 2 macam persangkaan:
1. Persangkaan menurut UU (presumptions
juris) ada 2 macam:
a. Presumptions juris tantum
b. Presumptions juris et de jure
2. Persangkaan menurut kenyataan.
Lanjut... persangkaan
• Persangkaan UU (ps. 1916 KUHPerdata) adh
persangkaan berdasarkan suatu ketentuan
khusus UU dihubungkan dg perbuatan-
perbuatan ttt atau peristiwa-peristiwa ttt. Mis:
– perbuatan yg oleh UU dinyatakan batal karena sifat
dan wujudnya dianggap batal sebg akibat
penyelundupan hukum
– Hak Milik atau pembebasan utang disimpulkan UU dr
keadaan-keadaan ttt
– Kekuatan hk yg oleh UU diberikan pd pts hakim yg
telah in kracht van gewijstde dll
Lanjut... persangkaan
• Presumptions juris tatum, persangkaan menurut
UU yg memungkinkan adanya bukti lawan (Ps.
1921 ay 2 KUHPerdata)
• Presumptions juris et de jure, persangkaan
menurut UU yg tdk memungkinkan bukti lawan
(Ps. 1921 ay 1 KUHPerdata).
• Persangkaan menurut kenyataan adh
persangkaan menurut hakim (ps. 173 HIR, 1922
KUHPerdata).
Pengakuan
• Pengakuan adh suatu pernyataan lisan atau
tertulis dr salah satu pihak berperkara yg
isinya membenarkan dalil lawan bagian
sebagian atau seluruhnya.
• Ada dua macam pengakuan:
a. Pengakuan di depan persidangan (di muka hakim);
hakim bebas menilainya kecuali jika pengakuan itu
jk berhubungan dg pengakuan laiannya hakim
terikat penilainnya.
b. Pengakuan diluar persidangan; hakim bebas
menilainya.
sumpah
• Sumpah adh suatu pernyataan seseorg dg
mengatas namakan Tuhan YME sebagai
penguat kebenaran keterangan yg diberikan di
muka hakim dlm persidangan.
• Yang dpt disumpah:
1. Para saksi dan ahli (sumpah Promissoir)
2. Para pihak yg berperkara atau kuasanya dg tujuan
utk menyelesaian perkara (sumpah assertoir /
sumpah confirmatoir).Sumpah ini dilakukan dimuka
persidangan atau diluar persidangan dg alasan yg
sah. Sumpah ini berakibat dpt menguntungkan atau
merugikan pr pihak dan ahli warisnya.
Lanjut ...sumpah
• Ada 3 macam sumpah pr pihak ( sumpah
confirmatoir) yi:
1. Sumpah pelengkap/ penambah/ supletoir; yi
sumpah yg dibebankan kpd salah satu pihak yg
berperkara utk melengkapi pembuktian.
2. Sumpah penaksir / sumpah Aestimatoir: yi sumpah
yg dibebankan oleh hakim krn jabatannya kpd
penggugat untuk menentujukan jumlah uang ganti
rugi.
3. Sumpah pemutus/ menentukan/ Decisoir yi;
sumpah yg dibebankan hakim kpd salah satu pihak
berdasarkan permintaan lawannya krn ketiadaan
alat bukti.
Konklusi/Kesimpulan
pengertian
• Konklusi (Conclusie) adh kesimpulan-kesimpulan yang
dibuat oleh masing-masing pihak sesudah terjadinya
jawab-menjawab dan pembuktian sehingga dapat
diambil suatu kesimpulan.
• Konklusi dalam hukum acara perdata bukan bersifat
suatu keharusan (HIR/Rbg tdk mengaturnya), akan
tetapi sudah menjadi kebiasaan dalam paraktek
peradilan.
• Tujuan konklusi adh untuk menyampaikan pendapat
para pihak kepada hakim tentang terbukti atau tidaknya
suatu gugatan.
Isi konklusi
Suatu konklusi biasanya berisi ttg hal-hal sbb:
1. Kesimpulan jawab-menjawab
Kesimpulan yg dpt digunakan dari proses jawab-menjawab,
yakni gugatan, replik dan duplik (hal-hal) apa yang dianggap
telah terbukti, atau hal-hal apa yang tidak terbukti.
2. Kesimpulan dari bukti-bukti tertulis
Biasanya isi penting dari alat-alat bukti tertulis, dikemukkan
secara singkat dan jelas. Kemudian dirumuskan hal-hal yang
dianggap terbukti atau tidak terbukti berdasarkan dari alat-alat
bukti tersebut.
Lanjut ...isi konklusi
3. Kesimpulan dari keterangan saksi
Dalam konklusi dimuat inti-inti pokok dari keterangan
masing-masing saksi penggugat maupun tergugat.
Selanjutnya dari kerangan saksi-saksi itu disimpulkan
hal-hal yang terbukti atau hal-hal yang tidak terbukti.
4. Dan lain-lain
Dalam konklusi juga dapat disimpulkan hal-hal
mengenai penilaian terhadap alat bukti secara
lengkap, misalnya disamping penilaian terhadap alat
bukti sendiri juga dilakukan penilaian terhadap alat
buti yang diajukan oleh pihak lawan
Startegi menyusun
KESIMPULAN
• Berisi sikap atau pendirian yang tegas terhadap dalil-dalil gugatan
atau jawaban gugatan berdasarkan bukti-bukti yang terungkap
dipersidangan
• Tanggapan atau penilaian alat bukti secara lengkap termasuk
keterangan saksi-saksi yang ada dipersidangan, misalnya penilaian
terhadap bukti dan saksi yang diajukan penggugat ataupun tergugat
• Kaitkan antara bukti-bukti yang terungkap dengan dalil-dalil yang
pernah dikemukakan dalam gugatan maupun jawaban
• Nyatakan dalam kesimpulan tersebut bahwa berdsarkan bukti No....
Atau keterangan saksi sdr.... Telah terbukti bahwa.....
• Dalam pembuatan kesimpulan tidak ada aturan yang baku, masing-
masing dapat membuat dengan cara-cara sendiri-sendiri.
• Dalam kalimat akhir kesimpulan biasanya para pihak memyatakan
tetap pada pendiriannya seperti dalam gugatan semula tertanggal....
Atau jawaban dan gugatan rekonpensi semula tertanggal ......
Kes...
• Dengan adanya konklusi diharapkan dapat
mempermudah hakim untuk mengambil
keputusan terhadap perkara yang sedang
diperiksa, asal saja konklusi itu disusun secara
jujur dan benar. Akan tetapi dalam praktek
seringkali penyusunan dan pembuatan konklusi
didasarkan pada penilaian subyektif dari para
pihak. Sehingga konklusi bukan mempermudah
hakim dalam membuat putusan akan tetapi
justru mempersulit hakim.

You might also like