You are on page 1of 32

1

PENATALAKSAN
AAN
KERACUNAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG 2024
FAKTOR YANG BERPENGARUH
2

TERHADAP KERACUNAN
• Composition of toxicant
• Doses and Concentration
• Route and Site of Exposure
intra vena > inhalasi > intraperitonial > sub kutan >
intra muskular > intra dermal > oral > topikal
• Duration and Frequency of Exposure
Acute (less than 24 h), Sub chronic (1 month or
less), Chronic (more then 3 months)
• Sex
FACTORS INFLUENCE TOXICITY
(CONTINUE)
3

• Metabolism
• Health status
• Age
 pediatrie and geriatrie
• Nutrition status and food factors
• Genetic
• Environmental
• Temperature
• Occupation
• Living condition
MECHANISM OF TOXICITY
4

Four steps of development toxicity


1. Delivery
2. Reaction with Target Organ / Molecule
3. Cellular Dysfunction and Resultant Toxicities
4. Repair or Disrepair
ELIMINATION OF TOXICANT
5

• Renal Elimination
• Bile Elimination (Hepatic)
• Respiratory Elimination
MEMPERKIRAKAN JENIS
6

REAKSI YANG TERJADI

Types of Reactions
• Non covalent Binding
• Covalent Binding
• Hydrogen abstraction
• Electron Transfer
• Enzyme Reactions
7

Effects of Toxicant on Target


• Dysfunction of Target Molecule
• Destruction of Target Molecule
• Antigen-antibody Formation

Toxicity not initiated by reaction with target molecule


ZAT TOKSIK / RACUN
8

• Sebuah zat dapat bersifat toksik atau racun tergantung pada


dosisnya
• Selain dosis yang juga berperan pada kasus keracunan adalah :

 Kekuatan racun
 Waktu paruh
 Eksposisi
PRINSIP PENANGANAN KERACUNAN
9

1. Stabilisasi pasien

2. Evaluasi klinik (history, physical, laboratory, radiology)

3. Pencegahan absorpsi toxin lebih lanjut

4. Eliminasi toxin

5. Pemberian antidote

6. Supportive care dan clinical follow up


10

Clinical
First ABCs +
stabilizatio
Priority CNS
n

Airways, Breathing and Circulation + CNS involvement


11

Gastrointestinal
Pencegahan decontamination
absorpsi lebih
lanjut Topical
decontamination
12 1. STABILISASI PASIEN
1 Pernapasan
• jika pernapasan spontan tidak mencukupi harus diberikan pernapasan buatan
• pemberian oksigen
2. Sirkulasi
• massage jantung
• dilindungi terhadap hilangnya panas tubuh
3. Kesetimbangan elektrolit, air, dan asam-basa
• Hilangnya cairan dan elektrolit dikembalikan dengan minum cairan
elektrolit atau dilakukan infus
2. EVALUASI KLINIK (HISTORY,
PHYSICAL, LABORATORY, RADIOLOGY)
13

• Dilakukan oleh perawat atau klinisi


• Manfaatnya sebagai data penunjang sehingga memudahkan
dalam menyimpulkan atau mengambil keputusan
• ATLM: mencatat waktu kejadian, sisa racun hal2 yang
berhubungan TKP dan racunya sendiri
14 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
1. Pengenceran (Dilusi )
diberikan pada :
• kasus keracunan pelarut asam atau basa
• keracunan karena makanan atau bahan padat
• keracunan yang disebabkan pelarut organik
Pengenceran tidak dilakukan:
• zat racun berupa tablet atau kapsul
• penderita tidak sadar, tidak ada reflek menelan
• zat cair volume besar
15 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
1. Pengenceran (Dilusi )
diberikan pada :
• kasus keracunan pelarut asam atau basa
• keracunan karena makanan atau bahan padat
• keracunan yang disebabkan pelarut organik
Pengenceran tidak dilakukan:
• zat racun berupa tablet atau kapsul
• penderita tidak sadar, tidak ada reflek menelan
• zat cair volume besar
16 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
2. Muntah (Emesis)
DON’T DO IT IN CASE

pingsan atau tidak sadar


tidak punya refleks muntah
anak-anak dibawah 6 bulan
• Tidak boleh dilakukan jika keracunan :
 asam atau basa kuat
 hidrokarbon yang mudah menguap
 konvulsan
KONDISI DI MANA EMESIS
17

TIDAK BOLEH DIGUNAKAN


• Untuk keracunan : korosif, hidrokarbon, benda tajam (jarum, anting dll)
• Keadaan pingsan / koma
• Gangguan kardiovaskular dan respirasi
• Pasca bedah (GI tract)
• Bayi di bawah 6 bulan
• Sebelumnya sudah berkali-kali muntah
18 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
• Menginduksi muntah : Mekanik : dirangsang dengan
tangan atau Kimiawi : sirup ipekak, larutan sabun
3. Pencucian Lambung (Lavage)
• Dapat dilakukan pada penderita :pasen setengah sadar,
tidak sadar, tidak ada reflek muntah, jika muntah tidak
boleh, Menelan racun dalam jumlah besar
• Tidak boleh dilakukan pencucian lambung: racun korosif,
racun mudah menguap, kejang
19 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
4. Adsorben
• Zat yang dapat digunakan adalah arang aktif , kaolin, tanah
fuller (CaO), kolestiramin, pektin, atalplugit.
• Racun berdifusi ke dalam pori-pori permukaan zat 
membentuk ikatan kompleks
• Efektifitas arang aktif bergantung pada kualitas (aktivasi) arang
aktif dan jarak (waktu)
• Beberapa zat yang adsorpsinya jelek atau bahkan tidak
diadsorpsi adalah: Senyawa merkuri, pestisida organik,
senyawa tidak larut air.
20 3. PENCEGAHAN ABSORPSI
TOXIN LEBIH LANJUT
5. Katartik atau laksan
• Mempercepat pengosongan lambung dan usus
• Katartika: NaCl fisiologis, Mg sulfat, Mg sitrat, Na sulfat, dan Sorbitol
• Senyawa Mg tidak boleh diberikan pada pasen gagal ginjal, senyawa
Na sebaiknya dihindari penggunaannya pada pasen gagal jantung
kongestif.
6. Demulsen
• Penggunaan susu, es krim, kuning telur  mengurangi iritasi yang
disebabkan oleh sejumlah larutan asam atau basa.
21

• Walaupun keefektifannya belum


dibuktikan secara eksperimen tetapi
sudah terbukti di masyarakat
penggunaan susu dapat mengurangi
resiko keracunan.
C. MEMPERCEPAT ELIMINASI

1. Diuresis paksa
• Senyawa atau metabolit aktif dieliminasi oleh ginjal
dan diuresis mempertinggi ekskresi.
• Meningkatkan kecepatan aliran urin melalui tubulus
ginjal jadi zat kimia lebih banyak yang terekskresi
• Contoh senyawa: Furosemid atau HCT
• Metode ini digabung dengan pembasaan atau
pengasaman urin
• Pembasa urin: Na- bikarbonat
• Pengasama urin: Asam askorbat (vitamin C)
C. MEMPERCEPAT ELIMINASI
2. Dialisis
• Dialisis peritoneal
# Memasukkan alat ke dalam peritoneum,
# cairan dialisis dimasukkan kedalam rongga peritoneal selama
15–20 menit dan didiamkan untuk waktu 45–60 menit,
# Cairan dialisis dikeluarkan dan diganti dengan yang baru,
prosedur ini diulang beberapa kali.
# Untuk cairan dialisis dapat dipakai larutan elektrolitatau air
hangat sebanyak 2 L untuk dewasa dan 1 L untuk anak-anak.
C. MEMPERCEPAT ELIMINASI

• Hemodialisis
# Sebagai membran semipermeabelnya adalah kantung
“cellophane”.
# Dua kateter dimasukkan ke vena femoral -- prosedur terus
kontinyu berlangsung 6 – 8 jam.
# Untuk racun BM rendah yaitu lebih kecil dari 350 dan
ukuran molekulnya kecil.
2. Hemoperfusi
• Hemoperfusi lebih efektif daripada dialisis karena dapat
mengeluarkan zat racun yang larut lemak dan yang terikat
dalam protein plasma.
PENANGANAN KERACUNAN
25

DENGAN ANTIDOT

Antidot merupakan suatu zat yang


secara spesifik dapat menurunkan atau menghilangkan
toksisitas dari racun
26

• Spesifik
• Dosis kecil
• Tidak menimbulkan efek
Sifat toksik dalam dosis pemakaian
Antidot • Sejalan dengan sifat
farmakokinetik racun
• Cepat bekerja
MEKANISME KERJA ANTIDOT
27

• Pembentukan kompleks
• Kompetitif berikatan dengan reseptor
• Mempercepat detoksifikasi racun
• Menurunkan konsentrasi racun
• Menekan efek racun
• Mempercepat eliminasi racun
ANTIDOT
28

• Antidot yang sering digunakan berbagai macam


• Ada yang bersifat spesifik ada yang bersifat lebih
umum untuk satu golongan racun
• Sesuai dengan perkembangan ilmu toksikologi,
ditemukan banyak antidot baru
D. ANTIDOT SPESIFIK
1. Antidot kimia
• Bereaksi secara kimia  menghasilkan senyawa yang kurang
atau tidak beracun.
• Antidot dimercaprol dan deferoxamin
2. Antidot reseptor
• Antidot reseptor berkompetisi dengan zat racun dalam
berikatan pada reseptor.
• Contoh : Nalokson berikatan dengan reseptor morfin, sehingga
dapat digunakan untuk terapi ketergantungan dan over dosis
karena nalokson tidak menimbulkan ketergantungan.
D. ANTIDOT SPESIFIK
3. Antidot antagonisme disposisional
• Bekerja pada tahap absorpsi, metabolisme, distribusi atau
ekskresi
• Contoh: Keracunan parasetamol

4, Antidot antagonis fungsional


• Efeknya yang berlawanan menurunkan kerja zat toksik.
• Contoh; Reaksi anafilaktik yang menyebabkan korban sulit
bernapas, maka diberikan adrenalin yang menormalkan
pernapasannya.
CONTOH ANTIDOT SPESIFIK
Penyebab keracunan Antidot

Acetaminophen N-acetylcysteine
Organophosphates Atropine, pralidoxime
Arsenic, mercury, gold Dimercaprol
Benzodiazepines Flumazenil
Cyanide Nitrite, Na-thiosulfate
CO O2
Digoxin Digoxin antibodies

Met-Hb Metilen blue (iv)


Opioid (morfin, heroin) Metadon; Nalokson
Metanol Etanol
Oksalat Kalsium

You might also like