You are on page 1of 14

SEJARAH

Islam di Kerajaan
Aceh & Indonesia
‫ِبْس ــــــــــــــــــِم ِهللا الَّرْح َمِن‬
‫الَّر ِح ْيِم‬
‫‪Pembukaan‬‬
Agenda Pembahasan

01 02 03 04
Kerajaan Kenapa
Penyebaran Perkembangan
Aceh
Dijelaskan secara rinci Bisa?
Dijelaskan bagaimana Perkembangan Islam dari apa yang menyebabkan
tentang Kerajaan Aceh, penyebaran Islam di masa kerajaan hingga islam tetap hidup
kondisi sosial, politik, dan Kerajaan Aceh sekarang berdampingan dengan
ekonomi Kerajaan Aceh agama lain?
Kerajaan Aceh
Kondisi Sosial, Politik,
dan Ekonomi
Kerajaan Aceh memiliki masyarakat yang beragam secara
etnis dan agama, dengan mayoritas penduduk yang
memeluk agama Islam. Pemerintahan Aceh dipimpin oleh
para sultan yang memiliki kekuasaan luas dalam urusan
politik, hukum, dan militer. Aceh kaya akan sumber daya
alam dan perdagangan rempah-rempah seperti lada,
cengkeh, dan pala menjadi sumber pendapatan utama.
Pelabuhan-pelabuhan di Aceh menjadi pusat perdagangan
yang penting. Sultan Iskandar Muda dan Sultan Iskandar
Tsani adalah beberapa sultan terkenal dalam sejarah Aceh.
Raja-Raja Kerajaan Aceh memiliki keterkaitan
dengan perkembangan Islam

1. Sultan Iskandar Muda (1607-1636): Salah satu sultan terbesar dan terhebat dalam sejarah
Aceh. Memperkuat kedudukan dan pengaruh agama Islam di Aceh.

2. Sultan Iskandar Tsani (1637-1641): Putra Sultan Iskandar Muda, melanjutkan kebijakan
ayahnya dalam memperkuat agama Islam dan membangun institusi pendidikan Islam.

3. Sultanah Safiatuddin Syah (1641-1675): Satu-satunya perempuan yang menjadi sultan di


Aceh. Mempertahankan agama Islam dan kestabilan politik, mendukung ulama, dan
mengembangkan pendidikan Islam.

4. Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1699): Adik perempuan Sultanah


Safiatuddin Syah, terlibat dalam kegiatan keagamaan, membangun masjid, dan mendukung
pendidikan Islam di Aceh.
Kerajaan Aceh

Awal Berdiri
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas
wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya
mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada
tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.

Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh


putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang
kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian
Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah
al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1571.
Kerajaan Aceh

Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh
terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda
(1607 - 1636) atau Sultan Meukuta Alam. Pada masa
kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang
merupakan sumber timah utama. Pada tahun 1629,
kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap
Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500
buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini
dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat
Malaka dan semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi
ini gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh
menduduki Kedah dan banyak membawa penduduknya ke
Aceh.
Kerajaan Aceh

Masa Berakhir
Kerajaan Aceh mengalami akhir yang dramatis setelah
serangan Belanda pada tahun 1873. Meskipun Aceh masih
melakukan perlawanan gerilya, kekuasaan Aceh secara
efektif berakhir dengan jatuhnya ibu kota, Banda Aceh.
Penurunan pengaruh politik dan ekonomi serta tekanan
dari bangsa Eropa dan persaingan dengan kerajaan-
kerajaan tetangga juga berkontribusi pada akhir kerajaan
tersebut. Meskipun demikian, kebudayaan dan sejarah
Aceh tetap berlanjut, dengan Islam tetap menjadi aspek
sentral dalam kehidupan masyarakat Aceh. Aceh menjadi
bagian dari Hindia Belanda dan kemudian Indonesia
setelah kemerdekaannya.
Penyebaran
Penyebaran agama Islam di Kerajaan Aceh terjadi melalui
perdagangan, peran ulama, pernikahan campuran,
kepemimpinan politik, dan peninggalan arsitektur. Para
pedagang Muslim yang datang ke Aceh membawa serta
menyebarkan ajaran Islam, sementara ulama-ulama
memainkan peran penting dalam pengajaran agama dan
pembangunan lembaga pendidikan Islam. Pernikahan
campuran antara pedagang Muslim dengan penduduk asli
Aceh juga memperluas pengaruh Islam. Penguasa Aceh
memberikan dukungan dan perlindungan kepada ulama-
ulama, membangun masjid, dan menerapkan hukum-
hukum Islam. Bangunan-bangunan bersejarah seperti
Masjid Raya Baiturrahman mencerminkan komitmen
kerajaan dalam memperkuat dan mempromosikan Islam di
Aceh. Secara bertahap, Islam menjadi landasan agama dan
budaya di Kerajaan Aceh.
Perkembanga
n
1 2
Kemajuan atau kemunduran agama Islam tidak dapat dilihat
Perkembangan agama Islam dari masa kerajaan
secara satu dimensi. Meskipun ada perubahan dan
hingga sekarang telah melalui perjalanan yang
tantangan, agama Islam terus berkembang dan dianut oleh
kompleks. Pada masa kerajaan, agama Islam
jutaan orang di seluruh dunia. Terdapat upaya untuk
berkembang dan menjadi landasan agama utama
mempromosikan pemahaman moderat, toleransi, dan
dengan dukungan penguasa kerajaan dan peran
inklusif dalam Islam. Namun, agama Islam juga menghadapi
ulama yang kuat. Penyebaran ajaran dan praktik
tantangan seperti gerakan radikal dan ekstremisme yang
kehidupan beragama meningkat. Namun, seiring
menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan
perubahan sosial, politik, dan budaya, terjadi
politik. Meski demikian, para ulama, pendidik, dan
pergeseran dalam pemahaman dan praktik
masyarakat Muslim berperan aktif dalam memperkuat nilai-
Islam. Pengaruh faktor-faktor non-Islam dan
nilai Islam yang damai dan membangun jembatan
tantangan kontemporer membawa perubahan
antaragama, serta berkontribusi pada pembangunan sosial
dalam cara orang melaksanakan agama Islam.
dan kemanusiaan.
Kenapa Bisa?

Islam hidup berdampingan dengan agama lain melalui prinsip kebebasan


beragama, dialog antaragama, perlindungan hak minoritas agama,
kolaborasi dalam isu sosial dan kemanusiaan, serta menghormati
perbedaan. Dalam praktiknya, ini berarti memberikan kebebasan kepada
individu untuk memilih dan menjalankan agama sesuai keyakinan
mereka, berinteraksi dan berdialog dengan pemeluk agama lain untuk
membangun pemahaman dan kerjasama, melindungi hak-hak minoritas
agama agar mereka dapat beribadah tanpa hambatan, bekerja sama dalam
berbagai isu sosial dan kemanusiaan, serta menghormati perbedaan
keyakinan dan praktik agama lain sebagai langkah penting dalam
menciptakan harmoni dan toleransi antarumat beragama.
SESI Q&A
Jangan Ragu Untuk Bertanya!
Terima Kasih!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Anggota Kelompok
2
Andra Bagas Bagus Tri
Priatama Bowo

Lengga Artya M Ramadhan


Rahani Erpan

You might also like