Professional Documents
Culture Documents
Syndrome
PENDAHULUAN
• Pasien ARDS yg meninggal akibat ggl nps sekitar 16% & 84% akibat sepsis & non
ggl nps.
• Infeksi mrp faktor prognosis pd ARDS yg secara langsung maupun tdk langsung
menyebabkan kematian.
• Angka kematian ARDS 78% pd saat bakteremia dan 60% pd nosokomial
pneumonia.
• 58% ARDS yg disertai pneumonia yg menggunakan intubasi endotrakeal &
ventilator jangka panjang hanya memiliki angka tahan hidup 12% walaupun telah
diberikan pengobatan antibiotik sesuai dg uji resistensi biakan.
DEFINISI
Endapan
kolagen
Edema paru
nonkardiogenik
Kerusakan
kapiler paru
Sel &
mediator
inflamasi
ALI
• Cairan edema berkumpul di jaringan interstitial paru & di dlm alveoli shg limfatik
paru & ruang bronkovaskular mjd bengkak mengakibatkan hambatan pengeluaran
cairan.
Cedera Paru Kronik
• Kerusakan alveolar difus pd bbrp pasien dpt hilang seluruhnya tanpa kerusakan kronik
stl bbrp mgg/bl pengobatan ttp pd pasien lain dpt timbul fibrosis paru ringan sampai
berat.
• Penemuan yg plg menarik pd paru adl endapan dini kolagen tipe 3 (peptid prokolagen
tipe 3 pd cairan alveolar) terkadang dlm 24 jam awitan kerusakan alveolar difus. 4
Cedera Paru Kronik
• Fibrosis dini dihubungkan dg prognosis jangka panjang yg lebih buruk karena peran
remodeling & perbaikan cedera paru lambat yg tdk sesuai.
• Penarikan & aktivasi fibroblast diperantarai oleh bermacam bahan spt platelet
activating factor yg meningkat dlm drh & cairan edema paru.
Cedera Paru Kronik
• Kolagen yg tdpt di dlm alveolar & ruang interstitial dg disertai oleh kerusakan
parenkim paru menyebabkan penyakit paru restriktif, menurunkan kapasitas latihan dan
hipoksemia.
• Pasien yg slmt dg gx lebih berat pd fase dini memiliki kelainan fungsi paru yg lebih
berat drpd pasien dg gejala lebih ringan.
• Kapasitas paru total & Dlco rata-rata 80% dr nilai prediksi pd pasien yg slmt.
• Peningkatan fungsi paru yg besar ditemukan pd 3 bl pertama dan selanjutnya terjadi
sedikit peningkatan pd 6 bl-1 th.
Cedera Paru Kronik
Hub endapan kolagen, derajat cedera paru & hasil pengobatan menghasilkan bbrp
kemungkinan intervensi seperti inhibisi chemotactic/activating factors thd fibroblast,
pemindahan kolagen slm fase perbaikan jaringan & pembatasan cedera paru dg
mengontrol inflamasi, keracunan oksigen & cedera paru akibat ventilator.
Manifestasi Fisiologis
• Refractory hypoxemia terutama karena right to left shunt dan ventilation perfusion
mismatching yang disebabkan oleh atelektasis dan pengisian rongga alveolar oleh
cairan edema.
• ARDS mrp kel primer walaupun begitu dapat disertai dg multiple organ
system disfunction/failure.
• Multiple organ system dysfunction sangat umum pd pasien yg selamat &
yg meninggal.
• Pasien ARDS yg meninggal akibat ggl nps sekitar 16% & 84% akibat
sepsis & nonggl nps.
Predisposisi ARDS
• Infeksi
• Pneumonia: bakteri, jamur, virus P. carinii
• Nonparu: sepsis baksil gram negatif, stafilokokus, kokus gram positif lain, kandida
• Aspirasi isi lambung
• Trauma
Toraks: memar paru
Nontoraks:
• Syok hemoragik
• Trauma kepala
• Luka bakar
• Trauma tumpul abdomen dan pankreatitits
Ortopedik: sindrom emboli plemak, fraktur berat
• Kondisi lain
Obat: overdosis opiat atau salisilat
Pankreatitis
Toksik: merokok atau inhalasi gas
Emboli cairan amnion
Edema paru CNS
Near drowning
Transfusi darah multipel dan produk darah
Penyakit vaskular kolagen, termasuk vaskulitis dan perdarahan paru
Predisposisi ARDS
• Faktor predisposisi tersering (60-80%) adalah sepsis, trauma, infeksi paru difus
dan aspirasi isi lambung.
• Sepsis mrp penyerta ARDS tersering
• Sepsis mrp perhatian utama krn mediator yg dihasilkan sebagian besar
bertanggung jawab terhadap timbulnya ARDS, hipotensi & multiorgan system
failure.
• ARDS yg mrp komplikasi sepsis memiliki angka kematian lebih tinggi dr rata-rata
terutama jika sumber infeksi blm teridentifikasi/diterapi.
Predisposisi ARDS
• Refractory hypoxemia
• pH arteria mungkin tinggi, normal atau rendah
• multiorgan system dysfunction
GAMBARAN RADIOLOGIS
• Fase dini: infiltrat bilateral difus sesuai dengan edema paru, distribusi infiltrat
perifer dan tidak ditemukan kardiomegali.
• Fase lanjut: perubahan densitas infiltrat menjadi retikular sesuai dengan fase
proliferasi dan fibrosis cedera paru.
GAMBARAN RADIOLOGIS
DIAGNOSIS BANDING
Kardiogenik ARDS
Riw peny. jtg Ada Ada Tidak ada
Suara jtg ketiga Ada Tidak ada
Kardiomegali Ada Tidak ada
Distribusi infiltrat Sentral Perifer
Vascular pedicle Melebar Normal
PAWP Meningkat Normal/rendah
Keseimb. Cairan Positif Negatif
PENATALAKSANAAN
• Prinsip penatalaksanaan ARDS adl:
1. manajemen hipoksemia,
2. koreksi penyakit dasar penyebab ARDS
3. perawatan suportif utk mencegah komplikasi.
• Konsep utama penatalaksanaan ARDS adalah:
1. manajemen ventilasi mekanis yg baik kompli ↓, survival ↑
2. bila penyakit dasar tidak teridentifikasi atau pengobatan tidak adekuat prognosis
buruk,
3. pengobatan ARDS memiliki efek samping yg berbahaya
4. kelainan utama yg timbul pd ARDS adl ggl nps tetapi kel. multiple organ failure
& infeksi memperberat gejala.
OKSIGEN
• Penggunaan PEEP:
1. O2 dg PEEP FiO2 1,0 lalu di↓ sebanyak mungkin sesuai dg pe↑ PaO2 dan
sat O2 dg PEEP ditambah besarnya.
2. Kombinasi antara PEEP dan FiO2 yang ditentukan sebelumnya sesuai dg
tabel 4 dengan target PaO2 & sat O2.
• Tdk ada terapi farmakologis utk ARDS walaupun banyak obat yang telah dipakai.
• Banyak obat yg bekerja pd fase dini ALI dg mengganggu jalur sitokin (antagonis,
reseptor antagonis), inhibisi endotoksin (antibodi monoklonal), pengurangan inflamasi
nonspesifik (kortikosteroid, prostaglandin dan leukotriene inhibitor), pencegahan
akibat kerusakan oksidan (antioksidan seperti asetilsitein, vitamin C, superoxide
dismutase) yg semuanya tdk ada yg terbukti berhasil.
MANAGEMEN CAIRAN
• Apakah volume cairan intravaskular perlu dikurangi atau ditambah?
• Pe↑ tekanan hidrostatik yg menyebabkan edema paru shg timbul pendapat bahwa
penyembuhan edema paru dpt dicapai dg menurunkan tekanan hidrostatik mikrovaskular &
pembatasan cairan tetapi cara ini dapat menyebabkan kekurangan cairan padahal positive
pressure ventilation & PEEP dpt menyebabkan pe↓ cardiac output dan pengantaran oksigen
• Angka tahan hidup me↑ pd pasien dg penurunan 25% PAWP. Rata-rata durasi penggunaan
ventilasi mekanis & lama rawat ICU akan me↓ pd pasien yg memperoleh cairan < 1 L
selama 36 jam pertama. Hanya sedikit efek kerusakan yg timbul pd organ nonparu walaupun
pemberian cairan sedikit.
MANAGEMEN CAIRAN
• Strategi yg penting adl monitor ketat pasien dg pemberian cairan sekecil mungkin utk
mempertahankan pengantaran oksigen tetapi PAWP tidak boleh < 5-8 mmHg krn akan
tjd penurunan cardiac output & tekanan darah.
• Pemberian diuretik & pembatasan cairan dpt dilakukan bila pengantaran oksigen
sistemik adekuat.
• Apabila PAWP > 12-14 mmHg maka pemberian cairan berlebihan harus dihindari.
KESIMPULAN
• ARDS adl sindrom klinis yg berasal dari perburukan ALI.
• Sindrom klinis ARDS tersebut tda awitan akut, gambaran radiologis infiltrat paru
bilateral yg difus, rasio PaO2:FiO2 kurang dari atau sama dg 200, PAWP < 18
mmHg & tdk ditemukan hipertensi atrium kiri.
• Faktor predisposisi tersering adl sepsis, trauma, infeksi paru difus & aspirasi isi
lambung.
• Bedah jantung sebelumnya, transfusi multipel & syok merupakan faktor
predisposisi penting terjadinya ARDS pascabedah CPB.
• Manifestasi fisiologis ARDS berupa refractory hypoxemia, penurunan keteregangan
paru & peningkatan tahanan saluran napas.
KESIMPULAN
• Edema paru kardiogenik mrp kelainan plg penting yg harus dibedakan dg ARDS.
• Pasien ARDS memiliki sesak napas berat, respiratory distress, sianosis, takikardi,
takipnea disertai dg ronki & wheezing pd pemeriksaan paru.
• Prinsip penatalaksanaan ARDS pd manajemen hipoksemia, koreksi penyakit dasar
penyebab ARDS & perawatan suportif utk mencegah komplikasi.
• Penatalaksanaan ARDS yg plg penting adl penggunaan ventilasi mekanis dg volume
tidal yg < daripada metode konvensional yg sekarang dikenal dg strategi volume tidal
rendah atau proteksi paru.
• Blm ada terapi farmakologis yang memuaskan dlm pengobatan ARDS.
TERIMA KASIH