You are on page 1of 33

Ariftya Saputra (0810613029) 2. Fitri S. (0810613008) 3. Rindu E. (0810613017) 4. Rahma Dian A. (0810610081) 5. Rima Septian A.

(0810610084)

1.

1. Pendahuluan
Definisi Lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Peraturan ICAO(International Civil Aviation Organization) Airport Design Manual ARFL (Aeroplane Reference Field Length) Penamaan/Runway Designator Pembulatan ke puluhan terdekat Contoh: landas pacu 09/27. Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan ada penambahan huruf L, C, dan R Contoh: Landas Pacu 02R/20L.

2. Jenis Runway
a. Berdasar Perkerasan Tanah/Rumput Daerah terpencil. Seperti di Jayapura Papua Marston (lapisan baja) Perkuatan perkerasan tanah/rumput di era Perang Dunia ke-2 Aspal Hotmix Bandara modern (komersil) Beton Perkuatan perkerasan Aspal Hotmix > Pesawat Tempur Perkerasan Komposit Perkerasan kaku dengan pelat beton semen sebagai lapis pondasi dan aspal beton sebagai lapis permukaan

2. Jenis Runway
b. Berdasar Panjang Runway (ICAO)
Tanda Kode A B Panjang Runway (Feet) 7.000 5.000 7.000

C D
E

3.000 5.000 2.500 3.000


2.000 2.500

2. Jenis Runway
c. Berdasar Konfigurasi Runway Single Runway Konfigurasi yang paling sederhana. Two Parallel Runways *Close = 2500 ft *Medium = 2500 ft 3400 ft *Independent = 3400 ft 5000 ft Four Parallel Runways Double Two Parralel Runways Intersecting Runways Digunakan pada kondisi arah angin kuat dari beberapa arah Open-V Runways Alasan penggunaan juga disebabkan karena arah angin

Single Runway

Two Parallel Runway

Intersecting Runways

Open-V Runways

Four Parallel Runways

3. Elemen Runway
A. Struktural Pavement
Bagian di tengah landasan yg diperkeras berfungsi mendukung berat daripada pesawat terbang. Dapat berupa perkerasan lentur atau perkerasan kaku.

B. Bahu Runway (shoulder)


Bagian yang berdekatan dengan perkerasan struktural dan merupa-kan perpanjangan dari arah melintang perkerasanrunway yang dirancang untuk menahan erosi akibat air dan semburan jet (blast)

3. Elemen Runway
C. Runway Safety Area/ area keamanan landasan
adalah suatu area yang harus dibersihkan, dikeringkan dan juga dipadatkan. Area ini harus mampu untuk mendukung bila terjadi kebakaran, kecelakaan (crash)

D. Blast Pad
area yang direncanakan untuk mencegah erosi pada permukaan yg berbatasan dgn ujung landasan. Bagian ini dapat diperkeras atau ditanami gebalan rumput. Berdasarkan pengalaman panjang blast pad sekitar 200 feet untuk pesawat transport

3. Elemen Runway
E. Extended Runway Area
perluasan area keamanan adalah merupakan perluasan dari pada safety area untuk menjaga kemungkinan terjadi kecelakaan yg disebabkan karena pesawat mengalami undershoot atau overruns. Panjang extended safety area pada keadaan normal adalah 800 feet

Gambar Elemen Runway

4. Geometri Runway

Touch down Threshold Jarak Pendaratan

<> Roda menyentuh landasan saat mendarat <> Ambang landasan pacu <> 60% panjang landasan. 15m diatasThreshold

Jarak lepas Landas

<> 115% dr jarak pesawat untuk mencapai


ketinggian 35 ft (12m)

4. Geometri Runway

4. Geometri Runway

5. Panjang Runway
Faktor yang mempengaruhi :
a. Kinerja (Performance) Jenis Pesawat Rencana

Setiap jenis pesawat mempunyai karakteristik dan kinerja yang spesifik sesuai dengan kriteria desain pada pasawat tersebut. Selain itu, berat pesawat juga mempunyai mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan panjang landasan pacu untuk tinggal landas (take-off) maupun pendaratan (landing)
b. Suhu Udara

Suhu udara di permukaan landasan pacu suatu bandar udara berpengaruh terhadap kebutuhan panjang landas pacu. Berdasarkan standar ISA (International Standard Atmospheric Conditions), suhu standar yang ditetapkan untuk perhitungan panjang landas pacu adalah sebesar 15C (27F). Temperatur yang lebih tinggi dibutuhkan landasan yang lebih panjang

5. Panjang Runway
Faktor yang mempengaruhi :
c. Keadaan Angin Untuk keperluan perencanaan, faktor angin baik itu berupa angin sakal (head-wind) ataupun angin buritan (tail-wind) perlu dipertimbangkan. Dalam perhitungan kebutuhan panjang landas pacu, keadaan angin pada umumnya diasumsikan dalam kondisi calm sehingga diabaikan.
d. Kemiringan Memanjang (Longitudinal Slope) Faktor kemiringan memanjang landas pacu akan mempengaruhi kebutuhan panjang landas pacu cukup dominan dibandingkan dengan landas pacu horisontal atau rata. Kemiringan 1% akan menyebabkan kebutuhan panjang landas pacu bertambah sekitar 5% tergantung dari jenis pesawat yang beroperasi.

5. Panjang Runway
Faktor yang mempengaruhi :
e. Elevasi Permukaan Landas Pacu Elevasi atau ketinggian permukaan landas pacu di atas permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level MSL) akan berpengaruh langsung terhadap kebutuhan panjang landas pacu. Semakin tinggi permukaan landas pacu, maka semakin besar kebutuhan panjang landasan pacu. Dalam perencanaan bandar udara pada umumnya dipergunakan ketinggian fisik terhadap MSL

6. Penentuan Arah Runway dengan Wind Rose


Windrose (Diagram Mawar Angin) Menyederhanakan angin pada sebuah lokasi dengan periode tertentu. Digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui delapan arah mata angin. Grafik yang digunakan oleh Meteorologist untuk memberikan pandangan secara ringkas bagaimana kecepatan angin dan arahnya yang terdistribusi pada sebuah lokasi. Pada saat pesawat udara mendarat atau lepas landas, pesawat udara dapat melakukan pergerakan di atas landasan pacu sepanjang komponen angin yang bertiup tegak lurus dengan bergeraknya pesawat udara (cross wind) tidak berlebihan. Ini salah satu fungsi penentuan arah angin

7. Prosedur Pengolahan Data Untuk Analisis Windrose


1. Melakukan evaluasi dan berkonsultasi dengan institusi sumber data (Indonesia : BMKG-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) 2. Melakukan pemilihan data yang akan dipakai untuk data terpakai 3. Membagi masing-masing data ke dalam beberapa kecepatan sehingga menjadi enam kelompok sesuai ketentuan ICAO, yaitu: Kecepatan kurang dari 4 knot Kecepatan antara empat hingga 10 knot Kecepatan antara 10 hingga 13 knot Kecepatan antara 13 hingga 20 knot Kecepatan antara 20 hingga 40 knot, dan Kecepatan lebih dari 40 knot.

7. Prosedur Pengolahan Data Untuk Analisis Windrose


5. Membagi masing-masing data dalam setiap kelompok ke dalam arah angin per 10 derajat untuk mengelompokkan data terhadap arah angin. 6. Membuat matrik arah angin terhadap kecepatan angin, sehingga didapatkan sejumlah data untuk masing-masing arah dan kelompok kecepatan tertentu. 7. Membuat windrose type-1, terkait dengan prosentase jumlah data terhadap arah angin yang dominan 8. Membuat windrose type-2, terkait dengan prosentase jumlah data terhadap arah dan kecepatan angin sesuai matrik.

7. Prosedur Pengolahan Data Untuk Analisis Windrose


9. Berdasarkan data dan metode pengolahan tersebut di atas didapatkan besarnya prosentase arah angin yang dominan pada kecepatan angin yang telah ditentukan serta jumlah frekuensi untuk masing-masing kecepatan tersebut. Untuk operasi bandara selama 24 jam, maka analisis windrose dilakukan selama pencatatan data 24 jam dan jika operasi bandara nantinya direncanakan hanya siang hari jam 06.00 s.d 18.00 waktu setempat maka analisis windrose juga dilakukan pada rentang waktu tersebut. Dalam hal ini dilakukan analisis untuk kondisi 24 jam tersebut sehingga akan didapatkan gambaran kondisi arah dan kecepatan angin maupun usability factor yang terjadi.

8. Runway Unik di Dunia??


1. Runway Terpendek?? (Pulau Saba, Antilles Belanda)

8. Runway Unik di Dunia??


2. Safety Area Terpendek/Tidak Ada?? (Kepulauan Karibia)

8. Runway Unik di Dunia??


3. Runway = Jalan Raya??? (Maroko)

9. Runway Kapal Induk

How To Take-Off?? Pelontar Pesawat (Catapult)

catapult control pod

How To Landing?? Kabel Penahan (Arrester cable)

***TERIMA KASIH***

You might also like