You are on page 1of 49

Rhinitis is inflammation of the mucous lining of the nose.

In rhinitis, the mucous membranes become infected or irritated, producing a discharge, congestion, and swelling of the tissues.
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/rhinitis

Rhinitis is defined as inflammation of the nasal membranes[1] and is characterized by a symptom complex that consists of any combination of the following: sneezing, nasal congestion, nasal itching, and rhinorrhea.[2] The eyes, ears, sinuses, and throat can also be involved.

http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview

FKUI Rhinitis alergi Rhinitis non alergi


Rhinitis vasomotor
Rhinitis medikamentosa Rhinitis infeksi
Rhinitis simpleks Rhinitis hipertrofi Rhinitis atrofi Rhinitis difteri Rhinitis jamur Rhinitis tuberkulosa Rhinitis sifilis

BOIES
Penyakit radang --- rhinitis Rinosinusitis alergika Rinosinusitis non infeksiosa non alergika
Rinitis hipertrofik kronik Rhinitis vasomotorik Rhinitis medikamentosa Rhinitis hiperplastik kronik Rhinitis sicca Rhinitis atrofik Nasal catarrh

Penyakit inflamasi yg disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yg sebelumnya sudah tersensitisasi dgn alergen yg sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dgn alergen spesifik tsb (Von Pirquet, 1986) Kelainan pd hidung dgn gejala bersin2 , rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yg diperantarai oleh Ig E (WHO ARIA [Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma] Allergic rhinitis is a collection of symptoms, mostly in the nose and eyes, which occur when you breathe in something you are allergic to, such as dust, dander, insect venom, or pollen
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001816/

Berdasarkan sifat berlangsungnya, ada 3 golongan : Seasonal allergic rhinitis (SAR) terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan Perrenial allergic rhinitis (PAR) terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utama: debu, animal dander, jamur, kecoa

Bersin berulang kali Hidung berair (rhinorrhea) Tenggorokan, hidung, kerongkongan gatal Mata merah, gatal, berair Post-nasal drip

ANAMNESIS
Bersin berulang Rinore encer dan

PEMERIKSAAN
Rinoskopi anterior :

banyak Hidung tersumbat (keluhan utama) Hidung dan mata gatal Lakrimasi

mukosa edema, basah, pucat, bila gejala persisten mukosa inferior hipertrofi Allergic shiner Allergic sallute Allergic crease Facies adenoid Cobblestone appearance Geographic tongue

Allergic shiner

Allergic sallute

Allergic crease

Rhinoskopi anterior : mukosa edem, basah, warna pucat / livid, sekret encer dan banyak. Bila kornik mukosa inferior tampak hipertrofi. Px. Tenggorok : faring granuler, edema, dinding lateral menebal Geographic tongue

Hitung eosinofil darah tepi dpr normal

IN VITRO

atau meningkat IgE total sering normal, kecuali terdapat lebih dr 1 penyakit mis + asma bronkial Sitologi hidung :
eosinofil banyak alergi inhalan basofil banyak alergi makanan PMN infeksi bakteri

Tes cukit kulit Skind End-point Titration (SET)


IN VIVO

alergen inhalan, bisa menentukan derajat alergi Alergi makanan Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT), golden standard challenge test

Non farmakologi Hindari pencetus (alergen) 2. Medikamentosa Antihistamin Dekongestan Kortikosteroid nasal Sodium kromolin
1.

3.

4.

Operatif Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior) Imunoterapi (desensitisasi) Dilakukan pd alergi inhalan dgn gejala yg berat & sdh berlangsung lama serta dgn pengobatan lain tdk berhasil. Tujuan pembentukkan IgG blocking antibody & penurunan IgE. 2 metode yaitu intradermal & sublingual Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai dia tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa tersebut.

RHINITIS AKUT
RHINITIS SIMPLEKS (COMMON COLD) RHINITIS INFLUENZA RHINITIS BAKTERI AKUT SUPURATIF

RHINITIS KRONIK

RINITIS HIPERTROFI RINITIS SIKA RINITIS SPESIFIK RINITIS VASOMOTOR RINITIS MEDIKAMENTOSA

Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. dapat timbul sebagai reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau trauma. Yang termasuk ke dalam rinitis akut diantaranya adalah rinitis simpleks, rinitis influenza dan rinitis bakteri akut supuratif

Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Etiologi: Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan berdasarkan komposisi biokimia virus:

Gambaran klinik :
dalam hidung

Virus RNA termasuk kelompok seperti rinovirus, virus influenza, parainfluenza, dan campak virus DNA termasuk kelompok adenovirus dan herpes virus.

Stadium prodromal (beberapa jam) : rasa panas, kering dan gatal di Stadium pertama (3-5 hari) : timbul bersin berulang-ulang, hidung
tersumbat, sekret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Biasanya disertai demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak Stadium invasi bakteri (2minggu) : rinore purulen, sumbatan di hidung bertambah, demam, sensasi kecap dan bau berkurang dan sakit tenggorokan

Terapi : Terapi terbaik pada rinitis virus tanpa komplikasi adalah istirahat, obat-obatan simtomatis seperti analgetika, antipiretik dan dekongestan.(1) Selama fase infeksi bakteri sekunder, dapat diberikan antibiotika

Etiologi : Rinitis influenza disebabkan oleh virus A, B dan C dari golongan ortomiksovirus Gambaran klinik : Gejala yang sering timbul ialah sekret hidung berair, dan hidung tersumbat Terapi : Terapi rinitis influenza tidak ada yang spesifik, sama dengan rinitis simpleks, terapi terbaik adalah istirahat, analgetika, antipiretik dan dekongestan, serta antibiotika bila terdapat infeksi sekunder.

Etiologi : Penyebab rinitis bakteri akut supuratif adalah Pneumococcus, Staphylococcus, dan Streptococcus Gambaran klinik : Rinitis bakteri akut supuratif merupakan infeksi bakteri sekunder pada rinitis virus. Pada orang dewasa seringkali disertai sinusitis bakterialis, dan pada anak sering disertai adenoiditis. Namun pada anak kecil dapat terjadi rinitis bakterialis primer yang gejalanya mirip common cold Terapi : Terapi yang tepat adalah antibiotika, obat cuci hidung, dekongestan dan analgesik

Etiologi : Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor Gambaran klinis : Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering ada keluhan nyeri kepala. Konka inferior hipertrofi, permukaannya berbenjolbenjol ditutupi oleh mukosa yang juga hipertrofi Terapi : Pengobatan yang tepat adalah mengobati faktor penyebab timbulnya rinitis hipertrofi. Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam trikloroasetat) atau dengan kauter listrik dan bila tidak menolong perlu dilakukan konkotomi

Etiologi : Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkungan yang berdebu, panas dan kering. Juga pada pasien dengan anemia, peminum alkohol, dan gizi buruk Gambaran klinis : Pada rinitis sika mukosa hidung kering, krusta biasanya sedikit atau tidak ada. Pasien mengeluh rasa iritasi atau rasa kering di hidung dan kadang kadang disertai epitaksis Terapi : Pengobatan tergantung penyebabnya. Dapat diberikan obat cuci hidung

Rinitis difteri Rinitis atrofi Rinitis sifilis Rinitis tuberkulosa Rinitis lepra Rinitis jamur

Etiologi : Corynebacterium diphteriae Gambaran klinis : Gejala rinitis difteri akut adalah demam, toksemia, limfadenitis, paralisis, sekret hidung bercampur darah, ditemukan pseudomembran putih yang mudah berdarah, terdapat krusta coklat di nares dan kavum nasi. Sedangkan rinitis difteri kronik gejalanya lebih ringan Terapi : Terapi rinitis difteri kronis adalah ADS (anti difteri serum), penisilin lokal dan intramuskuler.

Etiologi : infeksi kuman Klebsiela, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormonal dan penyakit kolagen Gambaran klinis : Rinitis atrofi ditandai dengan adanya atrofi progresif mukosa dan tulang hidung. Mukosa hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk. Keluhan biasanya nafas berbau, ingus kental berwarna hijau, ada krusta hijau, gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung tersumbat Teori : Karena etiologinya belum diketahui maka belum ada pengobatan yang baku. Pengobatan dapat diberikan secara konservatif dengan memberikan antibiotika berspektrum luas, obat cuci hidung, vitamin A dan preparat Fe. Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan operasi penutupan lubang hidung untuk mengistirahatkan mukosa hidung sehingga mukosa menjadi normal kembali.

Etiologi : Treponema pallidum Gambaran klinik : Gejala rinitis sifilis yang primer dan sekunder serupa dengan rinitis akut lainnya. Hanya pada rinitis sifilis terdapat bercak pada mukosa. Sedangkan pada rinitis sifilis tertier ditemukan gumma atau ulkus yang dapat mengakibatkan perforasi septum. Sekret yang dihasilkan merupakan sekret mukopurulen yang berbau. Terapi : Sebagai pengobatan diberikan penisilin dan obat cuci hidung

Etiologi : Mycobacterium tuberculosis Gambaran klinik : Terdapat keluhan hidung tersumbat karena dihasilkannya sekret yang mukopurulen dan krusta. Tuberkulosis pada hidung dapat berbentuk noduler atau ulkus, jika mengenai tulang rawan septum dapat mengakibatkan perforasi. Terapi : Pengobatannya diberikan antituberkulosis dan obat cuci hidung.

Etiologi : Mycobacterium leprae Gambaran klinik : Gangguan hidung terjadi pada 97% penderita lepra. Gejala yang timbul diantaranya adalah hidung tersumbat, gangguan bau, dan produksi sekret yang sangat infeksius Deformitas dapat terjadi karena adanya destruksi tulang dan kartilago hidung. Terapi : Pengobatan rinitis lepra adalah dengan pemberian dapson, rifampisin dan clofazimin selama beberapa tahun atau dapat pula seumur hidup

Etiologi : Penyebab rinitis jamur, diantaranya adalah Aspergillus yang menyebabkan aspergilosis, Rhizopus oryzae yang menyebabkan mukormikosis, dan Candida yang menyebabkan kandidiasis. Gambaran klinik : Pada aspergilosis yang khas adalah sekret mukopurulen yang berwarna hijau kecoklatan. Pada mukormikosis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, demam, oftalmoplegia interna dan eksterna, sinusitis paranasalis dan sekret hidung yang pekat, gelap, dan berdarah Terapi : Untuk terapinya diberikan obat anti jamur, yaitu amfoterisin B dan obat cuci hidung.

RINITIS VASOMOTOR

Keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat Disebut juga Vasomotor cattarh, Vasomotor rinorhea, Nasal vasomotor instability, Non-allergic perennial rhinitis

Neurogenik

Simpatis : vasokonstriksi dan penurunan sekresi

Neuropeptida

hidung Parasimpatis : vasodilatasi dan peningkatan sekresi hidung Ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung dg bertambahnya aktivitas parasimpatis
Rangsangan thd saraf sensoris serabut C

meningkat peningkatan pelepasan neuropeptida peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar

Nitric Oksida
NO tinggi dan persisten rusak/nekrosis epitel peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment refleks vaskular dan kelenjar mukosa hidung

Trauma
Komplikasi jangka panjang dari trauma hidung

Dicetuskan rangsangan non-spesifik, mis: asap rokok, bau menyengat, parfum, alkohol, pedas, udara dingin, stress, emosi, dsb Mirip rinitis alergi, gejala dominan hidung tersumbat gantian kiri / kanan. Rinore bisa mukoid atau serosa, jarang ada gejala mata Memburuk pada pagi hari Dibagi menjadi 3 golongan Golongan bersin (sneezers) o Antihistamin dan glukokortikoid topikal Golongan rinore (runners) o Anti kolinergik topikal Golongan tersumbat (blockers) o Glukokortikoid topikal dan vasokonstriktor oral

Cara eksklusi, menyingkirkan adanya rinitis alergi, infeksi, okupasi,hormonal, dan obat Dicari faktor pencetus Rinoskopi anterior : edema mukosa hidung, konka merah gelap/tua/pucat Konka bisa licin atau berbenjol Sekret rongga hidung, jika Terkadang ditemukan sedikit eosinofil Tes cukit kulit negatif IgE spesifik tidak meningkat
Mukoid : sedikit Serosa : banyak

Menghindari faktor pencetus Pengobatan simtomatis Dekongestan oral Cuci hidung Kauterisasi konka Kortikosteroid topikal Antikolinergik topikal Terapi desentisasi

Operasi Bedah-beku Elektrokauter Konkoktomi parsial konka inferior Neurektomi N.vidianus Bisa komplikasi sinusitis, buta, diplopia, gangguan lakrimasi, anastesis infraorbita dan palatum

RINITIS MEDIKAMENTOSA

Suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriksor topikal ( tetes hidung atau semprot hidung ) dalam waktu lama dan berlebihan , sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap

Pemakaian topikal vasokonstriktor berulang fase dilatasi berulang setelah vasokonstriksi gejala obstruksi lebih sering pakai kadar agonis alfa adrenergik meningkat dan sensitivitas reseptor menurun toleransi Aktivitas tonus simpatis hilang Kerusakan yang terjadi pd mukosa hidung Silia rusak Sel goblet berubah ukuran Membran basal menebal Pembuluh darah melebar Stroma tampak edema Hipersekresi kelenjar mukus dan perubahan pH sekret Lapisan submukosa menebal Lapisan periostium menebal

Hidung tersumbat terus menerus dan berair Edema/hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebih Apabila diberi tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang

Hentikan pemakaian obat tetes / semprot hidung Untuk mengatasi sumbatan berulang

Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka

pendek, tappering off, atau Kortikosteroid topikal minimal 2 minggu

Dekongestan oral Jika tidak membaik setelah 3 minggu, rujuk ke dokter spesialis THT

You might also like