You are on page 1of 9

ENVIRO 3 (1): 10-17, Maret 2003, ISSN: 1411-4402

 2003 PPLH-Lemlit UNS Surakarta.

Pengaruh Penggunaan Rempah-rempah terhadap Kualitas Fillet Ikan


Mas (Cyprinus carpio L.)

Influence of the use spice toward the quality of goldfish fillet (Cyprinus carpio L.)

RATNA DINI HARYUNI, SURANTO, RATNA SETYANINGSIH


Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126

Diterima: 12 Agustus 2002. Disetujui: 11 Maret 2003.

yang memberikan hasil bahwa penambahan


Abstract. The purposes of the research were to study rempah-rempah ke dalam produk makanan
the influence of spices (garlic, turmeric, calamondin) bukan hanya semata-mata meningkatkan
toward the quality of goldfish fillet (Cyprinus carpio
L.) by the physical, chemical, and microbiological
citarasa, tetapi juga memberi aktivitas
o
testing during storage in the cold temperature (5 C). antimikrobia yang dapat meningkatkan daya
The research was conducted using the complete awet makanan tersebut (Parhusip, 2000).
random design of factorials consisting of 2 factors: Beberapa jenis rempah-rempah yang memiliki
(1) the variation of spice treatment which consisted aktivitas antimikrobia adalah kunyit, lengkuas,
of three limits, there were without spice, fresh spice,
and heated spice, (2) the duration of fish storage temulawak, adas (Mursito, 2000), bawang
which consisted of 4 limits namely: 0, 2, 4, and 6 merah, cengkeh, kayumanis, cabai, kemangi,
days respectively. The observation was conducted pala (Deis, 1999) dan bawang putih
once in 2 days until 6th day. The observed (Rukmana, 1995; Wibowo, 1992; Deis, 1999).
parameters were: the physical freshness, total
volatile bases, pH, moisture and total plate count.
Salah satu jenis bahan makanan yang
The obtained data were analyzed using variant mudah dan cepat menjadi busuk adalah ikan.
analysis to determine treatments influences toward Menurut Hadiwiyoto (1993) ikan dan hasil
all variable and Duncan’s multiple range tests on the perikanan lainnya mudah sekali rusak, baik
level 5% were employed. The results showed that secara fisik, kimiawi, maupun mikrobiologis.
based on the testing of physically and
microbiologically the control fillet became unfresh Dalam beberapa jam ikan dan udang
on the second day, while fillet with the additional of misalnya, sudah akan mengeluarkan bau yang
fresh spice showed rotten on the sixth day. Based on menyimpang dari aslinya, kesegarannya
the testing of TVB, the control fillet became unfresh menurun cepat kemudian menjadi busuk.
on the fourth day and fillet with the additional of
fresh spice remained fresh on the sixth day. Fillet’s,
Adanya usaha untuk mengawetkan ikan,
which were treated with heated spice based on the terutama menggunakan pengawet alami
testing physically, chemically, and microbiologically seperti rempah-rempah merupakan salah satu
on the day of four, has already rotten. The addition of cara untuk memperpanjang daya simpan ikan
spice especially the fresh one is effective to make dan mempertahankan kualitas ikan agar tetap
the freshness and the storage of goldfish fillet to be
the best condition on the cold temperature (5oC). dalam kondisi baik.
Rempah-rempah yang umum digunakan
Key word: spice,
o
quality, goldfish fillet, cold untuk membumbui ikan adalah bawang putih,
temperature (5 C). kunyit, dan jeruk nipis. Menurut Deis (1999)
bawang putih termasuk rempah-rempah efektif
sebagai antimikrobia karena adanya agen
PENDAHULUAN antimikrobia yang dimilikinya yaitu alisin.
Kunyit mengandung kurkumin yang berperan
Rempah-rempah merupakan hasil perta- sebagai antimikrobia (Sugiarto,1986). Jeruk
nian yang pada umumnya digunakan sebagai nipis mengandung sitral yang berperan
sumber citarasa dan aroma pada berbagai sebagai antimikrobia (Pohlit, 2000). Selain
produk makanan, sehingga berperan dalam sitral, komponen aktif yang terdapat pada
meningkatkan kelezatan makanan. Namun jeruk nipis adalah limonen. Menurut EPA
dalam perkembangannya, banyak penelitian (1994) limonen berperan sebagai antimikrobia.
HARYUNI dkk – Pengaruh renpah terhadap Cyprinus carpio 11

Cara lain untuk mengawetkan bahan Rancangan penelitian


makanan di samping penggunaan bahan Penelitian ini menggunakan rancangan
antimikrobia adalah dengan cara acak lengkap (RAL) 2 faktorial yaitu: variasi
penyimpanan pada suhu dingin. Menurut perlakuan rempah-rempah (tanpa rempah-
Afrianto dan Liviawaty (1989) pendinginan rempah, rempah-rempah segar, rempah-
ikan merupakan salah satu proses yang umum rempah tumis) dan waktu penyimpanan (hari
digunakan untuk mengatasi masalah ke-nol, 2, 4, 6) dengan 3 ulangan.
pembusukan ikan, baik selama penangkapan,
pengangkutan maupun penyimpanan Cara kerja
sementara sebelum diolah. Persiapan
Ikan yang digunakan pada penelitian ini Pembuatan bumbu. Bumbu untuk 1 kg
adalah ikan mas (Cyprinus carpio L.) karena ikan mas terdiri dari 25 gr bawang putih
banyak dikonsumsi, harganya relatif murah, ditambah dengan 3 gr kunyit, keduanya
mudah diperoleh, serta bentuk ikan yang dihaluskan menggunakan blender. Bumbu
memanjang dan agak pipih sehingga bila yang telah dihaluskan tersebut kemudian
dibuat fillet akan mendapatkan potongan ikan dibagi menjadi dua, yaitu bumbu segar dan
yang besar dan menarik. Selain itu dari segi bumbu yang akan ditumis. Penumisan bumbu
kandungan gizinya menurut data Direktorat dilakukan pada suhu 110-120oC selama 2
Gizi Departeman Kesehatan RI (1996) ikan menit menggunakan minyak goreng.
mas mampu menyediakan kebutuhan kalori, Pengolahan ikan. Ikan mas dibeli dalam
protein, lemak, kalsium, fosfor, dan vitamin A. keadaan hidup sebanyak 6 kg. Ikan
Penelitian ini bertujuan untuk: mengkaji dibersihkan sisiknya dimulai dari ekor hingga
pengaruh pemberian rempah-rempah (bawang ke arah kepala, isi perut dan insang
putih, kunyit, dan jeruk nipis) terhadap kualitas dikeluarkan. Setelah itu ikan dicuci hingga
fillet ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan bersih. Ikan yang telah dicuci dibuat fillet. Fillet
pengujian secara fisik, kimiawi dan ikan kemudian dilumuri jeruk nipis, untuk 1 kg
mikrobiologis selama penyimpanan pada suhu ikan diberi 1 buah jeruk nipis (berat ± 39-41 gr,
dingin (5oC). berwarna kuning muda). Fillet kontrol tidak
diberi jeruk nipis.
Perlakuan. Fillet ikan diletakkan pada
BAHAN DAN METODE styrofoam dengan dua macam perlakuan dan
satu kontrol yaitu: fillet ikan diberi bumbu
Bahan dan Alat segar, fillet ikan diberi bumbu tumis, dan fillet
Bahan-bahan yang digunakan pada ikan kontrol. Fillet tersebut kemudian
penelitian ini adalah: Ikan mas majalaya dibungkus menggunakan plastic wrap dan
(Cyprinus carpio L.), bawang putih (Allium disimpan pada suhu 5oC. Masing-masing
sativum L. var. Taiwan), kunyit (Curcuma dengan tiga ulangan.
domestica Val.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia
Swingle. var. Fusca), minyak goreng, asam Pengujian
borat, alkohol 96%, alkohol 70%, NaOH, Pengamatan terhadap uji kesegaran secara
bromocresolgreen, methylred, HCl, asam fisik, uji kimiawi (total volatile bases, kadar air,
trikloroasetat, K2CO3, vaselin, etanol, plate perubahan pH), dan uji mikrobiologis (plate
count agar (PCA), dan akuades. count agar) dilakukan setiap dua hari sekali
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dimulai dari hari kenol hingga hari keenam.
ini adalah: Timbangan analitik, blender, Uji kesegaran secara fisik. Pengamatan
inkubator, oven, autoklaf, pH meter, desikator, secara fisik terhadap sampel yaitu meliputi
vortex, propipet, kompor gas, erlenmeyer, perubahan warna, lendir, bau dan keadaan
corong gelas, gelas ukur, pipet tetes, pipet fillet ikan. Daging ikan segar memiliki ciri-ciri
ukur, cawan petri, cawan conway, buret, klem, sebagai berikut: warna terang, lendir bening,
statif, tabung reaksi, rak tabung reaksi, botol bau segar, dan daging berwarna putih.
timbang, alat penjepit, pembakar bunsen, Sedangkan untuk daging ikan yang busuk ciri-
pengukur waktu, kertas saring, kertas label, cirinya sebagai berikut: warna pudar, lendir
aluminium foil, kapas, plastik bening ukuran 2 kelabu, bau asam dan busuk, serta daging
kg, plastik wrap, pisau, styrofoam, dan wajan. yang berwarna kemerahan (Murniyati dan
12 ENVIRO 3 (1): 10-17, Maret 2003

Sunarman, 2000). Penentuan nilai pH. Sampel sebanyak 20


Uji total volatile bases (TVB). Sampel gr, dimasukkan ke dalam blender dan
sebanyak 25 gr dimasukkan ke dalam blender ditambahkan 40 ml akuades kemudian
dan ditambah 75 ml larutan 7% asam diblender selama 1 menit pada putaran cepat.
trikloroasetat, setelah itu diblender selama 1 Campuran tersebut diukur pHnya dengan
menit. Larutan tersebut kemudian disaring menggunakan pH meter. Besarnya harga pH
menggunakan kertas saring sehingga filtrat adalah pembacaan jarum penunjuk pH setelah
yang diperoleh jernih. Sebanyak 1 ml filtrat bergerak selama 1 menit (Santoso, 1999).
yang diperoleh dimasukkan ke dalam outer Penentuan total plate count (TPC). Satu
chamber cawan conway. Larutan asam borat gram sampel yang telah diblender dimasukan
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam inner ke dalam 9 ml akuades. Pengenceran dibuat
chamber cawan conway. Cawan conway bertingkat yaitu 10-1,10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5.
diletakkan pada posisi hampir menutup, Masing-masing pengenceran diambil 1 ml dan
kemudian 1 ml K2CO3 jenuh ditambahkan ke dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian
dalam outer chamber yang berlawanan. medium PCA dituang ke dalam cawan
Sebelumnya bagian pinggir cawan conway tersebut). Pada masing-masing pengenceran
dan tutupnya diolesi vaselin, setelah itu segera dikerjakan 2 kali penanaman. Biakan
cawan conway ditutup Di samping itu blanko diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC dan
titrat sampel dibuat yaitu dengan cara dihitung jumlah koloninya (Wibowo dan
mengganti sampel dengan larutan 5% asam Ristanto,1988; Fardiaz, 1993).
trikloroasetat dan dikerjakan seperti prosedur
di atas. Cawan conway digoyang perlahan- Analisis data
lahan selama 1 menit. Selanjutnya cawan Untuk menguji pengaruh perlakuan ter-
diinkubasi pada suhu kamar selama semalam. hadap semua variabel pengamatan maka data
Setelah inkubasi selesai, larutan asam borat yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik
dalam inner chamber cawan conway blanko ragam (uji F). Untuk mengetahui beda rata-
dititrasi dengan larutan 1/70 N (normalitas) rata pengaruh perlakuan dilakukan uji Duncan
HCl hingga warna larutan asam borat berubah multiple range test (DMRT) pada taraf 5%.
menjadi merah muda. Kemudian larutan asam
borat pada cawan conway sampel juga dititrasi
sampai diperoleh warna merah muda yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sama dengan warna merah muda cawan
conway blanko. Kadar TVB = (ml titrasi Pengujian secara fisik
sampel–ml titrasi blanko)x 80 mg N (Nitrogen) Hasil pengujian penggunaan rempah-
per 100gr daging ikan (Santoso, 1999). rempah terhadap kesegaran fillet ikan mas
Uji kadar air. Botol timbang beserta secara fisik selama penyimpanan pada suhu
tutupnya dipanaskan dalam oven pada suhu dingin (5oC) disajikan pada Tabel 1. Pada
102-105oC selama 10-12 jam. Botol timbang penelitian ini fillet ikan mas hari ke-nol baik
dikeluarkan dari oven kemudian didinginkan pada perlakuan kontrol maupun perlakuan
dalam desikator. Botol tersebut ditimbang dan diberi rempah-rempah menunjukkan bahwa
dicatat beratnya. Sampel dimasukkan ke fillet dalam keadaan segar. Hal ini dapat dilihat
dalam botol timbang sebanyak 1-4 gr, dan dari ciri-ciri fisik yang tampak yaitu warna fillet
dikeringkan dalam oven pada suhu 102- putih terang dengan bagian di sekitar septum
105oC. Pengeringan dalam oven dilakukan horizontale berwarna merah cerah, lendir
sampai dicapai berat konstan pada penim- bening, bau segar dan daging padat.
bangan setelah dikeringkan dalam desikator. Hasil yang diperoleh dari pengujian secara
A-B fisik terhadap kesegaran fillet ikan mas adalah
Kadar air = x 100% sebagai berikut: untuk fillet kontrol tidak segar
Berat sampel pada hari 2, untuk fillet diberi rempah-rempah
A: Erat botol timbang dan sampel sebelum segar, tidak segar pada hari ke-6, sedangkan
dikeringkan. untuk fillet diberi rempah-rempah tumis, tidak
B: Berat botol timbang dan sampel setelah segar pada hari ke-4. Fillet-fillet tersebut
dikeringkan (Santoso, 1999). dikategorikan tidak segar berdasarkan ciri-ciri
fisik yang tampak yaitu warna fillet tidak lagi
HARYUNI dkk – Pengaruh renpah terhadap Cyprinus carpio 13

putih tetapi menjadi putih kelabu bahkan ada substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini
yang menjadi coklat, lendir keruh, bau busuk, menghasilkan pecahan-pecahan protein
dan daging yang tidak lagi padat (Tabel 1). sederhana dan berbau busuk seperti CO2,
Warna merupakan salah satu tolok ukur H2S, amonia, indol, skatol, dan lain-lain.
untuk menentukan kesegaran ikan. Pada ikan Selain warna dan bau, keadaan daging
yang busuk terjadi perubahan pada juga menentukan kualitas kesegarannya.
kenampakan warnanya. Menurut Hadiwiyoto Menurut Hadiwiyoto (1993), pembusukan ikan
(1993), perubahan warna ini terjadi karena akan menyebabkan daging ikan menjadi
senyawa-senyawa yang terdapat pada ikan, rusak, kehilangan teksturnya dan berair.
misalnya hemoglobin dan mioglobin Kerusakan daging ikan secara fisik
mengalami oksidasi. Hemoglobin dan disebabkan karena komponen-komponen
mioglobin yang mula-mula berwarna merah penyusun jaringan pengikat dan benang-
cerah akan berubah menjadi merah benang dagingnya telah rusak sebagai akibat
kecoklatan atau coklat karena terbentuknya dari perubahan biokimiawi dan kerja mikrobia
methemoglobin atau metmioglobin. terutama bakteri, sehingga tidak ada lagi
Bau juga merupakan salah satu tolok ukur kekuatan untuk menopang struktur daging
untuk menentukan kesegaran ikan. Timbulnya dengan kompak.
bau busuk pada ikan tentu saja akan Berdasarkan pengujian secara fisik dapat
menurunkan mutu dan kualitas kesegaran diketahui bahwa perlakuan pemberian
ikan. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), rempah-rempah terutama rempah-rempah
penyebab timbulnya bau busuk pada ikan segar dapat mempertahankan kesegaran fillet
adalah karena terjadi proses penguraian ikan mas. Hal ini berhubungan erat dengan
protein, ataupun hasil-hasil peruraian protein adanya senyawa antimikrobia yang
dalam proses autolisis serta substansi- terkandung di dalam rempah-rempah, yaitu

o
Tabel 1. Kondisi fisik fillet ikan mas pada beberapa perlakuan selama penyimpanan pada suhu dingin (5 C).

Lama Penyimpanan
Perlakuan
0 2 4 6
Kontrol Warna fillet putih Warna fillet putih Warna fillet coklat Warna fillet coklat
terang dengan bagian kelabu dengan muda dengan bagian muda dengan bagian
di sekitar septum bagian di sekitar di sekitar septum di sekitar septum
horizontale berwarna septum horizontale horizontale berwarna horizontale berwarna
merah cerah, lendir berwarna merah coklat, lendir keruh coklat tua, lendir keruh
bening, bau segar dan kecoklatan, lendir (+++), bau busuk (++++), bau busuk
daging padat. keruh (++), bau agak (+++), dan daging (++++), dan daging
busuk (++), dan lunak. lunak
daging agak lunak.
Rempah- Warna fillet putih Warna fillet putih Warna fillet putih Warna fillet coklat
rempah terang dengan bagian terang dengan dengan bagian di muda dengan bagian
segar di sekitar septum bagian di sekitar sekitar septum di sekitar septum
horizontale berwarna septum horizontale horizontale berwarna horizontale berwarna
merah cerah, lendir berwarna merah, merah agak gelap, coklat tua, lendir keruh
bening, bau segar dan lendir bening, bau lendir agak keruh , (+++), bau busuk
daging padat segar dan daging bau agak busuk (+), (+++), dan daging
padat dan daging agak lunak
lunak.
Rempah- Warna fillet putih Warna fillet putih Warna fillet putih Warna fillet coklat
rempah terang dengan bagian dengan bagian di kelabu dengan muda dengan bagian
tumis di sekitar septum sekitar septum bagian disekitar di sekitar septum
horizontale berwarna horizontale septum horizontale horizontale berwarna
merah cerah, lendir berwarna merah, berwarna merah coklat tua, lendir keruh
bening, bau segar dan lendir bening, bau kecoklatan, lendir (++++), bau busuk
daging padat segar dan daging keruh (+++), bau (++++), dan daging
padat busuk (+++),dan lunak
daging lunak.
14 ENVIRO 3 (1): 10-17, Maret 2003

alisin pada bawang putih, kurkumin pada jukan bahwa kadar TVB yang dihasilkan pada
kunyit, serta sitral dan limonen pada jeruk perlakuan kontrol, rempah-rempah segar, dan
nipis. Adanya komponen ini diduga dapat rempah-rempah yang dipanaskan masing-
menghambat aktivitas mikrobia perusak dan masing sangat berbeda nyata.
penyebab timbulnya bau, sehingga fillet yang Ikan dikategorikan masih segar apabila
diberi rempah-rempah segar, baru dinyatakan kadar TVB-nya di bawah 30 mgN%
tidak segar pada hari ke-6 dan fillet diberi (Connel,1980 dalam Wheaton dan Lawson
rempah-rempah tumis, pada hari ke-4. ,1985). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Selain penggunaan rempah-rempah, fillet kontrol dan fillet diberi rempah-rempah
adanya kombinasi perlakuan dengan tumis berdasarkan kadar TVB-nya
penggunaan suhu dingin juga sangat dikategorikan busuk pada hari ke-4 karena
membantu memperpanjang daya simpan fillet TVB-nya telah melebihi 30 mgN%. Kadar TVB
ikan mas, karena pendinginan dapat fillet kontrol pada hari ke-4 adalah 30,933
menghambat kegiatan bakteri penyebab mgN%, sedangkan fillet diberi rempah-rempah
pembusukan. Menurut Afrianto dan Liviawaty tumis adalah 36,267 mgN%. Untuk fillet diberi
(1989), kelebihan yang dapat diperoleh dari rempah-rempah segar hingga akhir
proses pendinginan ikan adalah bahwa sifat pengamatan (hari ke-6) berdasarkan kadar
asli dari ikan relatif tidak berubah. TVB-nya belum busuk, karena belum melebihi
30 mgN% yaitu 25,067 mgN%.
Pengujian secara kimiawi Dilihat dari kenaikan kadar TVB selama
Total volatile bases (TVB) penyimpanan diketahui bahwa perlakuan
Hasil pengukuran kadar TVB disajikan pemberian rempah-rempah segar pada fillet
pada Tabel 2. Selama penyimpanan hingga ikan mas lebih efektif dibandingkan dengan
akhir pengamatan (hari ke-6) terjadi perlakuan rempah-rempah tumis. Menurut
peningkatan kadar TVB, baik pada fillet kontrol Rahayu (2000), dengan adanya pemanasan
maupun fillet yang diberi rempah-rempah. diduga komponen aktif yang bersifat volatil
Peningkatan kadar TVB selama 6 hari yang terkandung di dalam rempah-rempah
penyimpanan terlihat jelas pada perlakuan mengalami penurunan melalui penguapan
kontrol yaitu sebesar 81,333 mgN%, atau terdegradasi menjadi komponen yang
sedangkan pada perlakuan rempah-rempah tidak aktif.
segar, sebesar 2,4 mgN% dan pada perlakuan Peningkatan kadar TVB berkaitan dengan
rempah-rempah tumis adalah sebesar 17,867 pemecahan protein menjadi senyawa-
mgN%. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa senyawa sederhana yang mengandung basa
pemberian rempah-rempah terutama rempah- menguap seperti amonia dan trimetilamin
rempah segar pada fillet ikan mas dapat (TMA) (Soedijono et al., 1984). Kenaikan
menekan kenaikan kadar TVB. kadar TVB juga sangat berkaitan dengan suhu
Berdasarkan analisis sidik ragam pada penyimpanan. Menurut Indriati dan Heruwati
taraf 5%, perlakuan pemberian rempah- (1995) yang melakukan penyimpanan ikan
rempah dan lamanya waktu penyimpanan tembang (Sardinella fimbriata) dalam es dan
serta interaksinya memberikan pengaruh suhu kamar, TVB pada kedua perlakuan
sangat nyata terhadap kadar TVB fillet ikan tersebut rata-rata meningkat selama penyim-
mas. Uji DMRT pada nilai rata-rata menun- panan. Namun pada penyimpanan dalam es
lajunya jauh lebih rendah
dibanding dengan pe-
Tabel 2. Kadar TVB fillet ikan mas pada beberapa perlakuan selama nyimpanan suhu kamar.
penyimpanan pada suhu dingin (5oC) Peningkatan TVB pada
penyimpanan dalam es
Lama Penyimpanan (hari) sebesar 31%, sedangkan
Perlakuan Rata-rata
0 2 4 6 pada suhu kamar sebesar
e de bcd a a
Kontrol 12,267 20,800 30,933 93,600 39,400
cde cde cde cde c 60%.
Rempah segar 22,667 24,533 24,533 25,067 24,200
Rempah ditumis 22,133de 25,600cde 36,267bc 40,000b 31,000b
Rata-rata 19,022c 23,640bc 30,580b 52,890a Kadar air
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda Hasil pengukuran kadar
nyata pada DMRT 5%. air seperti disajikan pada
HARYUNI dkk – Pengaruh renpah terhadap Cyprinus carpio 15

Tabel 3. Kadar air fillet ikan mas pada beberapa perlakuan selama Derajat Keasaman (pH)
penyimpanan pada suhu dingin (5oC). Hasil pengukuran pH
fillet ikan mas pada
Perlakuan
Lama Penyimpanan (hari)
Rata-rata
penelitian ini tersaji pada
0 2 4 6 Tabel 4. Pada hari ke-nol
Kontrol 76,733bc 78,343ab 77,470abc 80,140a 78,170a pH fillet kontrol adalah
Rempah segar 76,960bc 77,610abc 76,597bc 78,490ab 77,410a 6,533, sedangkan pH fillet
Rempah ditumis 74,403c 75,853bc 74,967c 77,667abc 75,720b yang diberi rempah-
b ab b a
Rata-rata 76,030 77,270 76,340 78,770 rempah segar adalah
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
5,933 dan pH fillet diberi
nyata pada DMRT 5%.
rempah-rempah dipanas-
kan adalah 5,800. Dari
hasil ini dapat diketahui
Tabel 3. Berdasarkan uji DMRT 5% kadar air bahwa adanya penambahan rempah-rempah
fillet ikan mas pada semua perlakuan baik berupa segar maupun dipanaskan
cenderung meningkat , sejalan dengan proses ternyata dapat menurunkan nilai pH fillet ikan
pembusukan yang terjadi. Berdasarkan anali- mas. Penurunan pH ini karena rempah-
sis sidik ragam pada taraf 5%, diketahui bah- rempah yang digunakan yaitu jeruk nipis dan
wa adanya perlakuan rempah-rempah mem- kunyit memiliki pH asam. Dari hasil
berikan pengaruh yang sangat nyata sedang pengukuran yang telah dilakukan diketahui
lama penyimpanan memberikan pengaruh bahwa pH rempah-rempah segar adalah 4,600
nyata terhadap kadar air fillet ikan mas. sedangkan rempah tumis pH-nya adalah
Peningkatan kadar air pada semua 4,900.
perlakuan sangat berkaitan dengan proses Berdasarkan analisis sidik ragam pada
pembusukan yang merupakan akibat dari taraf 5%, dapat diketahui bahwa adanya
aktivitas bakteri. Menurut Hadiwiyoto (1993) variasi perlakuan dan lamanya waktu
perubahan biokimiawi dan kerja mikrobia penyimpanan memberikan pengaruh sangat
terutama bakteri menyebabkan kerusakan nyata terhadap nilai pH fillet ikan mas.
pada komponen-komponen penyusun jaringan Tabel 2 menunjukkan secara umum bahwa
pengikat, sehingga tidak ada kekuatan lagi selama penyimpanan terjadi peningkatan nilai
untuk menopang struktur daging dengan pH pada semua perlakuan. Berdasarkan uji
kompak. Kerusakan komponen-komponen DMRT 5% diketahui pH tertinggi pada akhir
daging terutama protein, dapat menyebabkan pengamatan adalah pada perlakuan fillet
terlepasnya ikatan-ikatan air sehingga daging kontrol sedangkan pH terendah pada akhir
akan kehilangan kemampuan untuk menahan pengamatan adalah pada perlakuan fillet
air. Air akan keluar dari sel-sel berupa tetes- diberi rempah-rempah segar. Menurut
tetes air sehingga menyebabkan daging ikan Hadiwiyoto (1993) pada umumnya ikan yang
kehilangan sifat kelenturannya dan sudah tidak segar dagingnya mempunyai pH
keliatannya sehingga menjadi lunak. yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui timbulnya senyawa-senyawa yang bersifat
bahwa peningkatan kadar air terbesar adalah basa seperti amonia, TMA, dan senyawa-
pada perlakuan kontrol, yaitu 3,407. senyawa volatil lainnya.
Sedangkan pada perlakuan rempah-rempah Lamanya pendinginan atau pembekuan
segar adalah 1,530 dan pada rempah-rempah dan rendahnya suhu pendinginan juga
tumis adalah 3,264. Berdasarkan kadar airnya mempunyai peranan penting pada perubahan
perlakuan yang terbaik pada penelitian ini pH daging ikan. Suhu tinggi akan
adalah perlakuan pemberian rempah-rempah menyebabkan perubahan pH yang cepat
segar. Karena peningkatan kadar air terendah (Hadiwiyoto,1993). Oleh karena itu pada
adalah pada perlakuan pemberian rempah- penelitian ini suhu yang digunakan adalah
rempah segar. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dingin (5oC) sehingga aktivitas bakteri
proses pembusukan yang merupakan akibat penyebab pembusukan yang dapat
dari aktivitas bakteri yang melakukan meningkatkan nilai pH dapat terhambat.
perubahan biokimiawi pada daging ikan dapat
dihambat pertumbuhannya.
16 ENVIRO 3 (1): 10-17, Maret 2003

Tabel 4. Nilai pH fillet ikan mas pada beberapa perlakuan selama setelah pemanasan pada
o
penyimpanan pada suhu dingin (5 C). suhu 40oC selama 144
jam.
Lama Penyimpanan (hari) Adanya penambahan
Perlakuan Rata-rata
0 2 4 6 minyak pada saat penu-
Kontrol 6,533b 6,633b 6,633b 7,200a 6,750a misan juga berpengaruh
Rempah segar 5,933c 5,800c 5,900c 5,933c 5,890b terhadap senyawa anti-
c c c b b
Rempah ditumis 5,800 5,800 5,800 6,467 5,970
mikrobia. Menurut Branen
Rata-rata 6,090b 6,080b 6,110b 6,530a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
(1993) dalam Katrina
nyata pada DMRT 5%. (2000), lemak berpenga-
ruh terhadap senyawa
antimikrobia. Komponen
antimikrobia yang bersifat
Tabel 5. Total plate count fillet ikan mas pada beberapa perlakuan hidrofobik, cenderung un-
selama penyimpanan pada suhu dingin (5oC). tuk bergabung dengan
komponen - komponen
Lama Penyimpanan (hari) yang mengandung lemak
Perlakuan Rata-rata
0 2 4 6 pada bahan pangan dan
5d 7 cd 8 bc 8 ab 7a
Kontrol 2,960x10 1,010x10 1,360x10 1,6x10 7,660x10 menjauhi kondisi yang
4d 6 cd 6 cd 7 cd 6b
Rempah segar 8,650x10 1,275x10 2,220x10 1,755x10 5,283x10
berair pada bahan pangan
Rempah ditumis 2,350x104 d 1,120x106 cd 1,584x107 cd 2,715x108 a 7,212.x107 ab
Rata-rata 1,353x105b
4,165x106b
5,135x10 7b
1,497x10 8a tersebut, padahal mikrobia
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda biasanya tumbuh pada
nyata pada DMRT 5%. kondisi yang berair.
Berdasarkan analisis
sidik ragam pada taraf
5%, diperoleh hasil bahwa
Pengujian Secara Mikrobiologis perlakuan rempah-rempah memberikan
Total Plate Count (TPC) pengaruh sangat nyata terhadap TPC fillet
Hasil perhitungan TPC seperti disajikan ikan mas, sedangkan lama penyimpanan tidak
pada Tabel 5. Berdasarkan uji DMRT membe-rikan pengaruh yang nyata terhadap
diketahui bahwa sejalan dengan proses fillet ikan mas.
pembusukan yang terjadi, total mikrobia pada Standar sanitasi untuk ikan secara umum
semua perlakuan meningkat selama
yang disimpan pada suhu ≥ 0oC, nilai TPC-nya
penyimpanan. Hasil pada Tabel 5
adalah tidak lebih dari 3x106 cfu/gr
memperlihatkan bahwa rempah-rempah yang
(Department of Health (DOH) Taiwan 1996,
digunakan pada penelitian ini mempunyai
dalam Sumbodo,1998). Berdasarkan standar
aktivitas antimikrobia. Hal ini ditunjukkan
ini maka fillet kontrol tidak layak untuk
dengan jumlah total mikrobia pada perlakuan
dikonsumsi pada hari ke-2 karena angka TPC-
rempah-rempah yang lebih rendah dari pada
nya 1,010x107 cfu/gr. Untuk fillet diberi
kontrol. Adanya aktivitas antimikrobia pada
rempah-rempah segar, tidak layak untuk
rempah-rempah ini berhubungan erat dengan
dikonsumsi pada hari ke-6 karena angka TPC-
senyawa antimikrobia yang terkandung di
nya 1,755x107 cfu/gr. Untuk fillet diberi
dalam rempah-rempah.
rempah-rempah tumis, tidak layak untuk
Pada Tabel 5 terlihat bahwa aktivitas
dikonsumsi pada hari ke-4 karena angka TPC-
antimikrobia rempah-rempah segar dalam
nya 1,584x107 cfu/gr. Dari hasil yang diperoleh
menghambat total mikrobia lebih efektif
ini dapat diketahui bahwa perlakuan yang
dibandingkan dengan rempah-rempah tumis.
terbaik untuk memperpanjang daya simpan
Menurunnya aktivitas antimikrobia pada
fillet ikan mas adalah pada perlakuan
rempah-rempah tumis disebabkan karena
pemberian rempah-rempah segar, karena
adanya pemanasan. Menurut Yu dan Wu
perlakuan rempah-rempah segar mampu
(1989) yang menguji kestabilan alisin pada
mempertahankan kesegaran fillet ikan mas
sari bawang putih terhadap pemanasan,
hingga dinyatakan tidak aman dikonsumsi
hasilnya menunjukkan bahwa kandungan
pada hari ke-6.
alisin semakin menurun hingga tak terdeteksi
HARYUNI dkk – Pengaruh renpah terhadap Cyprinus carpio 17

KESIMPULAN Murniyati, A.S dan Sunarman. 2000. Pendinginan Pem-


bekuan dan Pengawetan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Mursito, B. 2000. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan
Berdasarkan pengujian secara fisik dan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.
mikrobiologis fillet kontrol menjadi tidak segar Parhusip, A.J.N. 2000. Produksi Senyawa Antimikrobia
dan tidak layak dikonsumsi pada hari ke-2, dari Beberapa Jenis Rempah-rempahan Khas Suma-
dan fillet diberi rempah-rempah segar, pada tera Utara dan Aplikasinya Sebagai bahan Pengawet
Pangan. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB.
hari ke-6. Sedangkan berdasarkan pengujian Pohlit, S. 2000. An Oil For The Season. http:// www.
TVB fillet kontrol menjadi tidak segar pada hari essentialoils.to./healthtips/an_oil_for_the_season.htm
ke-4 dan fillet diberi rempah-rempah segar, Rahardjo. 1993. Peraturan Perundang-undangan di
belum dinyatakan tidak segar hingga hari ke-6. bidang Pengawasan Produksi dan Peredaran
Fillet diberi rempah-rempah tumis, Makanan. Jakarta: UNESCO
Rahayu, W.P. 2000. Aktivitas antimikroba bumbu
berdasarkan pengujian secara fisik, kimiawi masakan tradisional hasil olahan industri terhadap
dan mikrobiologis dinyatakan tidak segar dan bakteri patogen dan perusak. Jurnal Buletin
tidak layak untuk dikonsumsi pada hari ke-4. Teknologi dan Industri Pangan 7 (2): 42-48.
Perlakuan pemberian rempah-rempah Rahayu, W.P dan D.S, Raharjanti. 2000. Kajian
pengaruh pemanasan terhadap aktivitas antimikroba
berpengaruh memperpanjang kesegaran dan bumbu gulai. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 9
daya simpan fillet ikan mas pada suhu dingin (1): 24-29.
(5oC). Pemberian rempah-rempah segar lebih Rismunandar. 1996. Rempah-rempah Komoditi Ekspor
efektif dalam mempertahankan kesegaran dan Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
daya simpan fillet ikan mas dibandingkan Rochdianto, A. 1991. Budidaya Ikan di Jaring Terapung.
Jakarta: Penebar Swadaya.
dengan rempah-rempah tumis. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan
Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Bawang Putih.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana, R. 1996. Jeruk Nipis. Yogyakarta: Kanisius.
Afrianto, E dan E, Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Santoso, U. 1999. Hand Out Hasil Pertanian Pokok
Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Bahasan Metode Analisis Hasil-hasil Perikanan.
Deis, R.C. 1999. The Secret World of Spices. http:// Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
www.foodproductdesign.com/archive/1999/0899cs.htm Skinner, F.A. and J.G, Carr. 1976. Microbiology in
Dewan Standarisasi Nasional. 1992. SNI Daging Agriculture, Fisheries and Food. London, New York,
Kepiting Rebus Beku. Jakarta: Dewan Standarisasi San Fransisco: AcademicPress.
Nasional. Soedijono, N.H., L. Hutuely, N.H. Haerudin dan T.A.R.
Dwijoseputro. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Hanafiah. 1984. Pengaruh Penambahan Potasium
Djambatan. Sorbat Pada Pengolahan Cakalang Asap Terhadap
Environmental Protection Agency (EPA). 1994. R.E.D. Daya Awetnya. Laporan Penelitian Teknologi
Facts.Limonene.http://www.epa.gov/docs/REDS/facts Perikanan Laut No.33. Jakarta: B.P.P.L.
heets/3083 fact.pdf Steenis C.G.G.J. 1978. Flora Untuk Sekolah di
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
RajaGrafindo Persada. Sugiarto, E. 1986. Pengaruh Penambahan Bawang Putih
Fardiaz, S dan Suliantari. 2000. Kajian Sifat Antimikroba (Allium sativum L.) terhadap Aktivitas Pertumbuhan
dan Antioksidan Bumbu-bumbu Masakan Indonesia Beberapa Mikrobia yang Berperan dalam Ragi Tape.
dan Peningkatan Fungsinya Untuk Menjamin Mutu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
dan Keamanan Makanan Tradisional: Laporan Akhir Sumbodo, H. 1998. Pengujian Kualitas Mikrobiologis
RUT V, 1997/2000. Riset Unggulan Terpadu Seri Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Selama Penyimpanan.
Kumpulan Abstrak: 71-72. Jakarta: Kantor Menteri [Skripsi] Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Negara Riset dan Teknologi. Supardi, I dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Peng-
Girindra, A. 1990. Biokimia I. Jakarta: PT Gramedia. olahan dan Keamanan Pangan. Bandung: Alumni.
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Syofyanto, H. 1998. Efektivitas Es Germisidal Dari Bubuk
Perikanan. Jakarta: Penerbit Liberty. Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap
Hudaya, S dan S.S, Daradjat. 1982. Dasar-dasar Peng- Kesegaran Fillet Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn).
awetan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebu- [Skripsi]. Bogor: Fakultas PIK IPB.
dayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Thomas, A.N.S. 1989. Tanaman Obat Tradisional.
Katrina, A. 2000. Pengaruh Pemanasan Bumbu Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rendang Terhadap Aktivitas Antimikroba pada Wheaton, F.W dan T.B, Lawson. 1985. Processing
Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus. Aquatic Food Products. New York: John Wiley & Sons.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Wibowo, D dan Ristanto. 1998. Petunjuk Khusus Deteksi
Kimbal, J.W. 1992. Biologi Jilid I. Penerjemah: S.S Mikrobia Pangan. Yogyakarta: PAU UGM.
Tjitrosomo, dan S. Nawangsari. Jakarta: Erlangga. Wibowo, S. 1992. Budidaya Bawang. Jakarta: Penebar
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan Swadaya.
Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Yu, T.H. and C.M. Wu. 1989. Stability of allicin in garlic
Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus. juice. Jurnal Food Science 54 (4): 977-981.
ENVIRO 3 (1): 10-17, Maret 2003, ISSN: 1411-4402
 2003 PPLH-Lemlit UNS Surakarta.

You might also like