Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Histamine is a biogenic amine that appear during post moterm phase on the fish flesh that contain
high content of histidine. The higher level of histamine can be reduced by good handling practice to
maintain fish quality for example: using chilling temperature. This research aimed to determine
chemical and microbiology changes from longtail tuna Thunnus tonggol and the time when hdc gene
can be detected during chilling temperature storage 8±3°C. This research design was a completely
randomized design (CRD) with parameters of differences in fish storage time (1,2,3,4,5,6,7 days) and
ice ratio 1:1. The results showed that the tuna fish experienced quality deterioration for 7 days of
storage. Organoleptic values and pH decreased during storage and on the seventh day the fish were in
the rigormortis phase. TVB and TPC values increased during storage and on the sixth day storage has
passed the safe limit for consumption. Histamine levels of this tuna on the seventh day were 1.96 ppm.
HDc gene detection using the PCR method showed negative results in each treatment. The protein
profile that was formed during storage displayed to separate because of the cathepsin activity.
ABSTRAK
Histamin merupakan senyawa amin biologis yang dapat terbentuk dari histidin bebas dalam daging
ikan pada fase post rigor. Laju pertumbuhan histamin dapat diperlambat dengan cara menjaga mutu
ikan menggunakan suhu dingin. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lama waktu
penyimpanan, perubahan kimia dan mikrobiologis ikan tongkol Thunnus tonggol serta waktu
terdeteksinya gen hdc selama penyimpanan suhu 8±3°C. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan parameter perbedaan waktu penyimpanan ikan (1,2,3,4,5,6,7
hari) dan perbandingan es 1:1. Hasil penelitian menunjukkan ikan tongkol abu-abu mengalami
kemunduran mutu selama 7 hari penyimpanan. Nilai organoleptik dan pH mengalami penurunan
selama penyimpanan dan pada hari ketujuh ikan berada pada fase rigormortis. Nilai TVB dan TPC
meningkat selama penyimpanan dan pada penyimpanan hari keenam sudah melewati batas aman
untuk dikonsumsi. Kadar histamin pada hari ketujuh yaitu 1,96 ppm. DNA berhasil di-isolasi dan
terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi belum efektif, sehingga diperlukan optimalisasi metode
PCR. Profil protein yang terbentuk selama penyimpanan berdasarkan hasil SDS-PAGE mulai terpisah
karena adanya aktivitas enzim katepsin.
Kata kunci: gen HDC, histamine, PCR, profil protein, TPC, TVB
Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 285
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC . . .
286 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.
Pengujian Penerapan Hasil Perikanan adalah 1:1 dengan suhu berkisar antara 8-
(BBP2HP) Jakarta. 13°C. Perbandingan jumlah es dengan berat
ikan tetap dipertahankan 1:1 dengan cara
2.2. Bahan dan Alat mengganti total berat es yang hilang atau
Bahan utama yang digunakan dalam mencair dengan berat es yang baru setelah
penelitian ini adalah ikan tongkol (Euthynnus dikurangi jumlah berat ikan yang hilang.
affinis) dan es balok yang dipecahkan. Bahan Styrofoam diberi lubang pada bagian bawah
kimia yang digunakan pada penelitian kali ini untuk mengeluarkan es yang mencair.
adalah akuades, TCA 7%, asam borat, Metode penyusunan ikan di dalam styrofoam
K2CO3, HCl, larutan garam fisiologis, media dibuat sama pada saat ikan didapatkan. Ikan
PCA (Plat Count Agar), akuades, media LB kemudian disimpan dalam styrofoam selama
(Lactose Broth), buffer ATL, buffer AL, 7 hari dalam keadaan tidak disiangi dan
buffer AW1, buffer AW2, buffer AE, prot k, dibungkus oleh plastik. Analisis yang
etanol 96%, agarose, buffer TBE 1x, primer dilakukan selama proses penyimpanan yaitu
hdc fw, primer hdc rv akrilamid, bis- pengukuran morfometrik, uji organoleptik
akrilamid, buffer tris HCl, SDS 10%, APS (BSN, 2013), uji nilai pH (Apriyantono et
10%, TEMED, protein marker, metanol, al., 1989), uji kadar TVB, uji TPC, uji
glasswool, NaOH 1 N, HCl 0,1N, orto- histamin, analisis gen hdc pengkode histidin
ptalatdikarbosidehid (OPT) 0,1%, H3PO4 dekarboksilase (Takahashi et al., 2003) dan
3,75 N, dan resin penukar ion. SDS-PAGE (Nurilmala et al., 2017) setiap
Alat yang digunakan pada penelitian hari selama 7 hari penyimpanan dan analisis
ini antara lain Styrofoam (Akri Kurnia proksimat.
Kencana, Indonesia), penggaris, scoresheet
organoleptik ikan segar berdasarkan SNI 2.3.1. Pengukuran Morfometrik
2729:2013, micropipette (Thermo Scientific, Pengukuran morfometrik dilakukan
Amerika Serikat), microtube, centrifuge untuk mengetahui sampel yang digunakan
(Corning, Amerika Serikat), PCR (Analytik selama proses penelitian memiliki berat dan
Jena, Jerman), elektroforesis (Scie-Plas, ukuran yang seragam. Parameter yang dilihat
Inggris), vortex (Biosan, Latvia), pH meter untuk pengukuran morfometrik adalah berat
(Hanna Instrument, Amerika Serikat), tabung total, panjang total, panjang baku, panjang
reaksi (Pyrex, Amerika Serikat), erlenmeyer cagak, tinggi, dan lebar ikan.
(Pyrex, Amerika Serikat), cawan petri
(Pyrex, Amerika Serikat), cawan Conway 2.3.2. Uji Organoleptik
(RRC, Indonesia), buret (Pyrex, Amerika Pengujian organoleptik merupakan
Serikat), homogenizer (Nissei Ace, Cina), pengujian yang bersifat subjektif yang
waterbath (F-ScientificLabs, Indonesia), dilakukan dengan menggunakan panca indera
SDS-PAGE (PeQLab, Jerman), kolom resin manusia. Manfaat dilakukannya uji
(Pyrex, Amerika Serikat), dan spektro- organoleptik adalah untuk mengetahui dan
flourometer (Agilent Cary Eclipse, Amerika menilai standar suatu produk baik dari segi
Serikat). rasa, tekstur, aroma, warna serta bentuk,
pengujian organoleptik mengacu pada (SNI
2.3. Prosedur Penelitian 2729:2013) untuk ikan segar.
Ikan tongkol diperoleh dari Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Kamal-Jakarta dalam 2.3.3. Analisis Komposisi Kimia
keadaan baru ditangkap dan segar. Ikan Analisis proksimat yang dilakukan
kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam pada penelitian kali ini meliputi analisis
berisi es curai untuk proses transportasi. kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
Perbandingan jumlah es dengan berat ikan abu, dan kadar karbohidrat. Proses analisis
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 287
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC . . .
proksimat yang dilakukan pada penelitian Keterangan: ΣC = jumlah koloni pada cawan
kali ini mengacu pada AOAC (2005). yang dihitung, n1 = jumlah cawan pada
pengenceran pertama yang dihitung, n2 =
2.3.4. Uji Nilai pH jumlah cawan pada pengenceran kedua yang
Pengukuran nilai pH dilakukan meng- dihitung, dan d = pengenceran pertama yang
gunakan pH meter yang telah dikalibrasi dihitung.
terlebih dahulu dengan buffer standar pH 4
dan 7. Daging ikan diambil dan ditimbang 2.3.6. Analisis Total Volatile Base (TVB )
sebanyak 10 g. Daging ikan tersebut Penentuan kadar TVB didasarkan
kemudian dicampur dengan akuades se- pada proses penguapan senyawa volatil pada
banyak 90 mL kemudian dihomogenkan. daging ikan. Sampel ditimbang sebanyak 15
Sampel yang telah homogen kemudian g kemudian dihaluskan. Sampel kemudian
diukur menggunakan pH meter (Apriyantono dicampurkan dengan larutan TCA 7%
et al., 1989). sebanyak 45 mL. Sampel kemudian disaring
menggunakan kertas saring. Sebanyak 1 mL
2.3.5. Analisis Kadar Total Plate Count filtrat diambil dan dimasukkan ke dalam
(TPC) outter chamber.
Prinsip kerja analasis TPC adalah Larutan K2CO3 sebanyak 1 mL
pertumbuhan mikroorganisme setelah ditambahkan ke dalam outter chamber sisi
inkubasi dalam media agar. Sampel lainnya serta asam borat ke dalam inner
ditimbang secara aseptik sebanyak 10 g chamber dari cawan Conway. Cawan
kemudian dilarutkan dalam 90 mL larutan tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam.
garam fisiologis. Larutan ini merupakan Sampel yang telah diinkubasi kemudian
pengenceran 10-1. Sebanyak 1 mL pada dititrasi menggunakan HCl 0,02 N. Nilai
larutan pengenceran 10-1 diambil meng- kadar TVB suatu sampel dapat ditentukan
gunakan pipet kemudian dicampurkan ke dengan rumus:
dalam 9 mL larutan garam fisiologis
sehingga menjadi pengenceran 10-2, hal yang Kadar TVB (mg N/100 g) =
dilakukan untuk pengenceran 10 -3, 10-4, dan
10-5, dan seterusnya sesuai dengan kondisi (Vs-Vb) x N x 14,007 x fp x100
sampel. Satu mL larutan dari setiap ….....…… (2)
Berat sampel
pengenceran diambil dan dimasukkan ke
dalam cawan steril menggunakan pipet steril. Keterangan: Vs = Volume titrasi sampel (mL),
Media Plate Count Agar (PCA) sebanyak 12- Vb = Volume titrasi blanko (mL), N =
15 mL ditambahkan dan ke dalam cawan Normalitas HCl, dan Fp = Faktor pengenceran.
yang sudah berisi sampel yang sudah
didinginkan sehingga mencapai suhu 45°C 2.3.7. Analisis Histamin
dan diamkan hingga agar berubah menjadi Jaringan daging ikan di-ekstrak
padat. Setelah itu, cawan dimasukkan ke menggunakan metanol dan histamin di-
dalam inkubator dengan posisi terbalik pada konversi ke dalam bentuk OH. Zat-zat
suhu 35°C selama 48 jam. Tahap selanjutnya histamin selanjutnya dimurnikan melalui
adalah perhitungan jumlah koloni yang resin penukar ion dan diubah ke bentuk
terlihat pada cawan. Jumlah koloni yang derivatnya dengan senyawa OPT.
dihitung berkisar antara 25-250. Nilai TPC Besarnya histamin diukur secara
suatu sampel dapat ditentukan dengan rumus: fluorometri pada panjang gelombang eksitasi
350 nm dan emisi 444 nm, mengacu pada
ΣC
N= ………….. (1) metode BSN (2013).
[(1 x n1)+(0,1 x n2)] x (d)
288 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.
Gambar 2 menunjukkan nilai organo- adalah ikan yang mempunyai sifat sama
leptik dari semua parameter mengalami seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa,
penurunan selama penyimpanan suhu dingin. maupun teksturnya. SNI 2729:2013
Hari pertama sampai dengan hari ketiga ikan mengatakan ikan segar secara organoleptik
masih memiliki kualitas yang sangat baik dan memiliki karakteristik mata cerah dan
masuk dalam kriteria ikan segar karena cemerlang, bau segar spesifik jenis, tekstur
memiliki nilai organoleptik berkisar 7-9. Ikan elastis, padat, dan kompak (BSN, 2013).
yang baik adalah ikan yang segar. Ikan segar
10 9d 10
8.3c 8b 8.4e
7.7d 7.6cd
Nilai organoleptik
Nilai organoleptik
(a) (b)
10 9e 10 8.7e
8.2d 7.9d
7.6c
Nilai organoleptik
Nilai organoleptik
7b 7b 6.7ab 7.2c
8 6.3a 8 6.5b 6.4b 6b
5.3a
6 6
4 4
2 2
0 0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari) Waktu penyimpanan (hari)
(c) (d)
10 9e 10 8.8e
8d 7.5c 7.9d 7.7d
Nilai organoleptik
Nilai organoleptik
(e) (f)
Gambar 2. Nilai organoleptik (a) mata, (b) insang, (c) lendir, (d) daging, (e) bau, dan (f)
tekstur ikan tongkol selama penyimpanan suhu dingin.
290 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.
Hari keempat ikan tongkol mulai berikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak
memasuki fase rigor mortis. Fase ini ikan tongkol abu-abu (p<0,05). Kadar lemak
merupakan tahapan sebelum terjadinya fase ikan tongkol abu-abu mengalami penurunan.
post rigor dan kebusukan oleh mikroba. Ikan Penurunan kadar lemak pada ikan tongkol
tongkol masih memiliki kualitas yang cukup abu-abu diakibatkan oleh hilangnya fraksi
baik pada fase ini, dan masuk dalam kriteria trigliserda yang disebabkan oleh oksidasi
ikan agak segar karena memiliki nilai lemak (Kusuma et al., 2017). Beberapa
organoleptik berkisar 5-6. Ekasari et al. faktor yang mempengaruhi komposisi lemak
(2017) dalam penelitiannya menyatakan ikan ikan antara lain musim, suhu, habitat, spesies
tongkol mulai memasuki fase rigormortis ikan, umur, jenis kelamin dan kebiasaan
pada hari keempat sampai dengan hari makan (Pratama et al., 2011). Hasil uji t-test
kedelapan. Fase rigor pada ikan tongkol menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan
ditandai dengan tekstur yang mengeras dan suhu dingin tidak berpengaruh nyata
kaku, mata berubah menjadi sedikit cekung, terhadap kadar air ikan tongkol abu-abu
insang berubah menjadi kecoklatan, lendir (p>0,05). Kandungan protein sangat di-
permukaan tubuh masih transparan, bau pengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan,
netral, dan daging yang kurang cemerlang. kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan
Fase rigor mortis berlangsung sampai kondisi lingkungan (Pramono et al., 2007).
pengamatan hari ketujuh. Gambar 3 menunjukkan perubahan
Tabel 1 memperlihatkan komposisi nilai pH ikan tongkol abu-abu selama
kimia ikan tongkol pada awal dan akhir penyimpanan suhu dingin. Nilai pH pada
penyimpanan suhu dingin Hasil uji t-test pengamatan hari pertama (H1) sebesar 5,58.
menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan Nilai pH ikan tongkol mulai terjadi pada
suhu dingin tidak berpengaruh nyata ter- penurunan pada hari ke-4 sampai dengan hari
hadap kadar air ikan tongkol abu-abu ke-7. Nilai pH yang dihasilkan pada
(p>0,05) Kadar air mempunyai peranan penelitian kali ini berada pada kondisi asam.
penting dalam menentukan daya awet bahan Wijayanti et al. (2006) menyatakan bahwa
pangan karena dapat memengaruhi sifat fisik, penyimpanan ikan cakalang pada suhu
perubahan fisik dan umur simpan. Hasil uji t- ±11°C berada pada kondisi asam yaitu
test menunjukkan bahwa perlakuan penyim- berkisar antara 5,83-6,42. Sormin et al.
panan suhu dingin tidak berpengaruh nyata (2016) mengatakan pada fase rigor mortis,
terhadap kadar abu ikan tongkol abu-abu beberapa spesies ikan seperti tuna dan
(p>0,05). Tingginya tingkat kadar abu dapat makarel mengalami penurunan pH sampai
disebabkan masih adanya kandungan mineral 5,4. Susanto et al. (2011) menyatakan bahwa
yang tidak terbakar dengan sempurna seperti variasi perubahan nilai pH tergantung pada
Na, Ca, dan P (Landeng et al., 2017). spesies, proses penangkapan, kondisi
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa biologis, variasi musim, dan metode
perlakuan penyimpanan suhu dingin mem- penanganan.
Tabel 1. Komposisi kimia ikan tongkol awal dan akhir penyimpanan suhu dingin.
Waktu Penyimpanan
Komposisi Kimia
Awal Akhir
Kadar Air (%) 73,70 ± 0,20a 73,26 ± 0,53a
Kadar Abu (%) 1,53 ± 0,11a 1,58 ± 0,08a
Kadar Lemak (%) 0,41 ± 0,14a 0,23 ± 0,08b
Kadar Protein (%) 22,64 ± 0,38a 21,79 ± 0,29a
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 291
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC
25 19.14a21.15a 7 6.23b
b
5.40b 5.49b5.54b 5.69b 5.91
17.10a
Nilai TPC (Log CFU/g)
6
Nilai TVB (mgN/100g)
20 a 17.47a 17.53a
14.03a14.81 4.24a
5
15
4
10
3
5 2
0 1
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
0
Waktu penyimpanan (hari) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari)
Gambar 4. Nilai TVB ikan tongkol selama
penyimpanan suhu dingin. Gambar 5. Nilai TPC ikan tongkol abu-abu
selama penyimpanan suhu dingin.
Gambar 4 menunjukkan perubahan
nilai TVB ikan tongkol abu-abu selama Gambar 5 menunjukkan perubahan
penyimpanan suhu dingin. Nilai TVB pada nilai TPC ikan tongkol abu-abu selama
pengamatan hari pertama (H1) sebesar 14,03 penyimpanan suhu dingin. Nilai TPC pada
mgN/100 g dan terus mengalami peningkatan pengamatan hari pertama (H1) sebesar 4,24
sampai dengan hari ketujuh (H7) yaitu log CFU/g dan terus mengalami peningkatan
sebesar 21,13 mgN/100 g. Nilai tersebut sampai dengan hari ketujuh (H7) yaitu
menunjukkan ikan tongkol abu-abu masih sebesar 6,23 log CFU/g. SNI 2729: 2013
layak dikonsumsi sampai hari ketujuh. menyatakan syarat mutu ikan segar adalah
Nurjanah et al. (2004) menyebutkan bahwa memiliki nilai TPC sebesar 5x105 CFU/g
ikan termasuk sangat segar apabila nilai TVB atau setara dengan 5,70 log CFU/g (BSN
kurang dari 10 mgN/100 g. Ikan dengan nilai 2013). Hal ini menunjukkan ikan pada hari
TVB antara 10-20 mgN/100 g masuk dalam penyimpanan keenam dan ketujuh sudah
kriteria segar. Nilai TVB antara 20-30 tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini diduga
mN/100 g merupakan batas penerimaan ikan karena ikan tongkol terkontaminasi dengan
untuk dikonsumsi sedangkan jika nilai TVB es yang digunakan dan juga mikroba yang
lebih dari 30 mgN/100 g termasuk ikan berkembang di dalam tubuh ikan.
busuk.
292 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.
Pengujian kadar histamin pada (2016) menyatakan ikan tuna yang disimpan
penelitian kali ini dilakukan pada ikan yang pada suhu 4°C memiliki kadar histamin yang
sudah disimpan selama 7 hari pada suhu stabil sampai dengan hari penyimpan
dingin. Hasil analisis menunjukkan ikan kedelapan. Histamin tidak akan terbentuk
tongkol abu-abu yang telah disimpan selama selama ikan tetap disimpan dalam suhu di
7 hari pada suhu dingin memiliki kadar bawah 5°C (Alasalvar and Taylor, 2002).
histamin sebesar 1,96±0,05 ppm. SNI Hasil pengamatan PCR dengan
2729:2013 tentang ikan segar menyatakan primer hdc menggunakan elektroforesis pada
syarat kadar histamin pada ikan segar yaitu berbagai perlakuan (Gambar 6 a-d)
maksimal 30 ppm (BSN, 2013). Hal ini menunjukkan DNA berhasil di-isolasi dan
menunjukkan bahwa ikan tongkol yang terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi
disimpan pada suhu dingin selama 7 hari belum efektif, sehingga diperlukan optimalisasi
masih layak untuk dikonsumsi. Al-Busaidi et metode PCR. Mangunwardoyo et al. (2007)
al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan menyatakan kadar histamin yang dihasilkan
ikan tongkol abu-abu yang disimpan pada oleh tiap bakteri berbeda-beda. Bakteri yang
suhu 0°C setelah 15 hari memiliki kadar mampu memproduksi histamin paling besar
histamin sebesar 4 ppm. Silbande et al. adalah Enterobacter sp.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6. Hasil PCR ikan tongkol selama penyimpanan suhu dingin dengan (a) tanpa
enrichment kit Qiagen (b) enrichment kit GenCheck (c) enrichment kit Qiagen (d)
enrichment Kit GenCheck. H1 = pengamatan hari pertama, H2 = pengamatan hari
kedua, H3 = pengamatan hari ketiga, H4 = pengamatan hari keempat, H5 =
pengamatan hari kelima, H6 = pengamatan hari keenam, H7 = pengamatan hari
ketujuh.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 293
22 Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC
kDa kDa
237
IV. KESIMPULAN
184
150
128 Ikan tongkol abu-abu mengalami
100
72-89 kemunduran mutu selama 7 hari
75 69
59
penyimpanan dalam suhu dingin. Nilai
organoleptik mengalami penurunan selama
50
penyimpanan dan pada hari ketujuh ikan
37
berada pada fase rigormortis. Nilai pH ikan
tongkol abu-abu mengalami penurunan
selama penyimpanan suhu dingin. Nilai TVB
ikan tongkol abu-abu mengalami
10
peningkatan selama penyimpanan suhu
Marker H1 H3 H5 H7
dingin, namun masih dalam batas aman.
Gambar 9 SDS-PAGE ikan tongkol abu-abu selama penyimpanan suhu dingin.
Nilai TPC ikan tongkol abu-abu mengalami
Gambar 7. SDS-PAGE ikan tongkol selama peningkatan selama penyimpanan suhu
penyimpanan
Pita protein yang terdeteksi pada Gambar suhu dingin. jenis yang sama
10 menunjukkan dingin dan pada penyimpanan hari keenam
dengan ketebalan yang berbeda-beda. Profil protein ikan tongkol abu-abu
mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin. Profil protein pada sudah melewati batas aman untuk
Pita protein
pengamatan hari pertama sampai dengan yang hari terdeteksi pada adanya
ketujuh menunjukkan dikonsumsi. Histamin ikan tongkol abu-abu
penumpukan protein pada bobot molekul 72-89 kDa. Pada setiap pengamatan
Gambar 7 menunjukkan jenis yang sama mulai muncul pada hari ketujuh yaitu sebesar
Nampak pita protein mulai terpisah. Pemecahan protein tersebut berkaitan dengan
dengan
menurunnya pH yangluas dan ketebalan
menyebabkan aktifnya enzimyang berbeda-
katepsin sehingga mampu 1,96 ppm dan masih batas aman untuk
memecahbeda.
protein menjadi
Profil komponen
protein yangikan
lebih sederhana.
tongkol Nurhayati
abu-abu et al. (2010)
menyebutkan bahwa aktivitas enzim katepsin akan meningkat selama proses
dikonsumsi. DNA berhasil di-isolasi dan
mengalami
kemunduran mutu, sehinggaperubahan
pita protein akan selama penyimpanan
terpisah dan terlihat semakin tipis.terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi
Pada
suhu pengamatan
dingin.hariProfil
pertamaprotein
sampai dengan
pada hari kelima menunjukkan
pengamatan belum efektif, sehingga diperlukan
adanya bobot molekul protein sebesar 237 kDa. Ladrat et al. (2003) mengatakan
hari myosin
terdapat protein pertama sampai
heavy chain (MHC)dengan
pada bobotharimolekulketujuh optimalisasi metode PCR. Profil protein yang
sekitar 200 kDa.
menunjukkan
Hal ini menunjukkan pada ikanadanya penumpukan
tongkol abu-abu terdapat proteinprotein
MHC yang dapat terbentuk selama penyimpanan mulai
digunakan dalam pembentukkan gel pada surimi.
pada bobot molekul 72-89 kDa. Pada setiap terpisah karena adanya aktivitas enzim
Deteksipengamatan
Gen hdc Ikan Tongkol nampak pita Penyimpanan
Abu-abu selama protein mulai Suhu Dingin katepsin.
terpisah karena adanya denaturasi protein.
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik in vitro yang
digunakanPemecahan
untuk melakukan protein
replikasitersebut berkaitan
atau amplifikasi dengan
bagian spesifik UCAPAN TERIMAKASIH
dari berjuta
lipatan DNA hanya dalam beberapa
menurunnya pH yang jam (Prayoga dan Wardaniaktifnya
menyebabkan 2015). Proses PCR
dilakukan dengan mereaksikan, ekstrak DNA, enzim DNA polimerase, dan primer
enzim
dalam larutan katepsin
buffer yang sesuai.sehingga
Reaksi PCRmampu dilakukan memecah
dengan bantuan alat Terima kasih kepada Program
thermocycle.
protein menjadi
Ekstrak DNA komponen
yang digunakan harus murni. yang
Kemurnianlebih
ekstrak DNA Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional
mempengaruhi hasil PCR dimana jika pada ekstrak DNA banyak pengotornya,
sederhana. Nurhayati et al. (2010) Gelombang 1 Tahun Anggaran 2018 Nomor:
menyatakan bahwa aktivitas enzim katepsin 12/INS-1/PPK/E4/2018 a.n Dr. Mala
akan meningkat selama proses kemunduran Nurilmala SPi, MSi, tanggal 9 Maret 2018
mutu, sehingga pita protein akan terdegradasi antara Direktorat Pengembangan Teknologi
dan terlihat semakin tipis. Industri Kementrian Riset, Teknologi dan
Pada pengamatan hari pertama Pendidikan Tinggi dan Lembaga Penelitian
sampai dengan hari keenam menunjukkan dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut
adanya bobot molekul protein sebesar 237 Pertanian Bogor (LPPM IPB).
kDa. Ladrat et al. (2003) menyatakan
terdapat protein myosin heavy chain (MHC) DAFTAR PUSTAKA
pada bobot molekul sekitar 200 kDa. Hal ini
menunjukkan pada ikan tongkol abu-abu Alasalvar, C.T. and Taylor. 2002. Seafoods –
terdapat protein MHC yang dapat digunakan quality, technology and nutraceutical
dalam pembentukan gel pada surimi. applications. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Berlin. 224 p.
294 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 295
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC
296 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt