You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 2, Hlm.

285-296, August 2019


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v11i2.23007

PERUBAHAN KIMIA, MIKROBIOLOGIS DAN KARAKTERISTIK GEN HDC


PENGKODE HISTIDIN DEKARBOKSILASE PADA IKAN TONGKOL ABU-ABU
Thunnus tonggol SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN

CHEMICAL, MICROBIOLOGY CHANGES AND DETECTION OF HDC GENE ON


LONGTAIL TUNA Thunnus tonggol DURING CHILLING TEMPERATURE STORAGE

Mala Nurilmala1*, Asadatun Abdullah1, Vicentius Marco Matutina1, Nurjanah1,


Roza Yusfiandayani2, M. Fedi A. Sondita2 dan Hanifah Husein Hizbullah1
1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
2
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB, Bogor
*E-mail: malanm28@yahoo.com

ABSTRACT
Histamine is a biogenic amine that appear during post moterm phase on the fish flesh that contain
high content of histidine. The higher level of histamine can be reduced by good handling practice to
maintain fish quality for example: using chilling temperature. This research aimed to determine
chemical and microbiology changes from longtail tuna Thunnus tonggol and the time when hdc gene
can be detected during chilling temperature storage 8±3°C. This research design was a completely
randomized design (CRD) with parameters of differences in fish storage time (1,2,3,4,5,6,7 days) and
ice ratio 1:1. The results showed that the tuna fish experienced quality deterioration for 7 days of
storage. Organoleptic values and pH decreased during storage and on the seventh day the fish were in
the rigormortis phase. TVB and TPC values increased during storage and on the sixth day storage has
passed the safe limit for consumption. Histamine levels of this tuna on the seventh day were 1.96 ppm.
HDc gene detection using the PCR method showed negative results in each treatment. The protein
profile that was formed during storage displayed to separate because of the cathepsin activity.

Keywords: HDC gene, histamine, PCR, protein profile, TPC, TVB

ABSTRAK
Histamin merupakan senyawa amin biologis yang dapat terbentuk dari histidin bebas dalam daging
ikan pada fase post rigor. Laju pertumbuhan histamin dapat diperlambat dengan cara menjaga mutu
ikan menggunakan suhu dingin. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lama waktu
penyimpanan, perubahan kimia dan mikrobiologis ikan tongkol Thunnus tonggol serta waktu
terdeteksinya gen hdc selama penyimpanan suhu 8±3°C. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan parameter perbedaan waktu penyimpanan ikan (1,2,3,4,5,6,7
hari) dan perbandingan es 1:1. Hasil penelitian menunjukkan ikan tongkol abu-abu mengalami
kemunduran mutu selama 7 hari penyimpanan. Nilai organoleptik dan pH mengalami penurunan
selama penyimpanan dan pada hari ketujuh ikan berada pada fase rigormortis. Nilai TVB dan TPC
meningkat selama penyimpanan dan pada penyimpanan hari keenam sudah melewati batas aman
untuk dikonsumsi. Kadar histamin pada hari ketujuh yaitu 1,96 ppm. DNA berhasil di-isolasi dan
terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi belum efektif, sehingga diperlukan optimalisasi metode
PCR. Profil protein yang terbentuk selama penyimpanan berdasarkan hasil SDS-PAGE mulai terpisah
karena adanya aktivitas enzim katepsin.

Kata kunci: gen HDC, histamine, PCR, profil protein, TPC, TVB

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 285
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC . . .

I. PENDAHULUAN Salah satu cara untuk menghambat


laju pertumbuhan histamin adalah dengan
Indonesia memiliki kekayaan laut dan cara menjaga ikan agar tidak mengalami
potensi ikan yang melimpah. Sumber daya kemunduran mutu. Kemunduran mutu pada
perikanan yang melimpah dapat memberikan ikan terjadi akibat adanya pengaruh enzim,
peluang yang tinggi dalam memasok total reaksi biokimia dari tubuh, serta aktivitas
kebutuhan konsumsi protein di Indonesia. bakteri. Teknik penanganan ikan yang paling
Tongkol abu-abu Thunnus tonggol termasuk umum dilakukan untuk menjaga kesegaran
ke dalam kelompok ikan Scombridae yang ikan adalah penggunaan suhu dingin. Suhu
mempunyai nilai ekonomis tinggi dalam rendah memperlambat pertumbuhan bakteri
perikanan Indonesia. Data statistik me- pembusuk dan proses-proses biokimia yang
nunjukkan produksi ikan tongkol abu-abu berlangsung dalam tubuh ikan sehingga
pada tahun 2010-2011 mengalami menghambat kemunduran mutu (Gelman et
peningkatan sebesar 31,29% dengan rata-rata al., 2001). Penggunaan suhu dingin dapat
produksi 103 ribu ton (KKP, 2013). Tingkat memperpanjang masa simpan ikan. Pada
konsumsi ikan scrombroid di Indonesia suhu 15-20C, ikan dapat disimpan hingga
diduga belum optimal karena adanya rasa dua hari, dan pada suhu 5C tahan selama 5-
khawatir dapat menyebabkan alergi atau 6 hari, sedangkan pada suhu 0C dapat
keracunan setelah dikonsumsi. Salah satu mencapai 9-14 hari (Sitakar et al., 2016).
jenis keracunan yang sering terjadi setelah Histamin dapat digunakan sebagai
mengonsumsi ikan adalah Scombrotoxin. indikator kebusukan pada ikan karena
Scombrotoxin merupakan racun alami terbentuk akibat aktivitas bakteri dengan gen
yang terdapat pada ikan air laut terutama histidine decarboxylase (HDC) yang mampu
famili Scombridae, yaitu keracunan akibat melakukan dekarboksilasi histidin menjadi
histamin setelah mengonsumsi ikan. histamin. Bakteri pembentuk histamin sulit
Prasetiawan et al. (2013) menyatakan dideteksi secara konvensional, karena
histamin merupakan senyawa amin biologis jumlahnya sedikit dibandingkan bakteri lain
heterosiklik primer aktif yang terbentuk pada pada ikan segar yang ditangkap. Oleh karena
fase post rigor pada daging ikan yang banyak itu dibutuhkan metode deteksi cepat gen
mengandung histidin bebas. Persyaratan HDC dengan PCR, sehingga diperlukan
mutu dan keamanan ikan segar yang penelitian tentang penyimpanan ikan tongkol
ditetapkan dalam SNI 2729:2013 adalah pada suhu dingin yang bertujuan mengetahui
kadar histamin pada ikan segar yaitu lama waktu penyimpanan ikan yang baik
maksimum 100 mg/kg (BSN, 2013). Ikan agar produk masih aman untuk dikonsumsi
tongkol, tuna, dan cakalang merupakan dari segi karakteristik kimia, mikrobiologis
beberapa jenis ikan yang berasal dari famili dan deteksi gen HDC pembentuk histamin.
Scombridae sehingga berpotensi menimbul-
kan Scombrotoxin. Scombrotoxin terbentuk II. METODE PENELITAN
apabila penanganan dan pengolahan ikan
kurang baik sehingga terbentuk histamin 2.1. Waktu dan Tempat
akibat aktivitas bakteri pendegradasi histidin Penelitian ini dilaksanakan pada
yang memilki enzim histidin dekarboksilase bulan April sampai Juni 2018. Penelitian ini
(Mangunwardoyo et al., 2007). Bakteri yang dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik
mampu menghasilkan enzim histidin dekar- Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium
boksilase umumnya termasuk ke dalam Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium
kelompok Enterobacteriaceae dan Biomolekuler Hasil Perairan, Laboratorium
Bacillaceae (Indriati et al., 2006). Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian
Bogor, dan Laboratorium Balai Besar

286 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.

Pengujian Penerapan Hasil Perikanan adalah 1:1 dengan suhu berkisar antara 8-
(BBP2HP) Jakarta. 13°C. Perbandingan jumlah es dengan berat
ikan tetap dipertahankan 1:1 dengan cara
2.2. Bahan dan Alat mengganti total berat es yang hilang atau
Bahan utama yang digunakan dalam mencair dengan berat es yang baru setelah
penelitian ini adalah ikan tongkol (Euthynnus dikurangi jumlah berat ikan yang hilang.
affinis) dan es balok yang dipecahkan. Bahan Styrofoam diberi lubang pada bagian bawah
kimia yang digunakan pada penelitian kali ini untuk mengeluarkan es yang mencair.
adalah akuades, TCA 7%, asam borat, Metode penyusunan ikan di dalam styrofoam
K2CO3, HCl, larutan garam fisiologis, media dibuat sama pada saat ikan didapatkan. Ikan
PCA (Plat Count Agar), akuades, media LB kemudian disimpan dalam styrofoam selama
(Lactose Broth), buffer ATL, buffer AL, 7 hari dalam keadaan tidak disiangi dan
buffer AW1, buffer AW2, buffer AE, prot k, dibungkus oleh plastik. Analisis yang
etanol 96%, agarose, buffer TBE 1x, primer dilakukan selama proses penyimpanan yaitu
hdc fw, primer hdc rv akrilamid, bis- pengukuran morfometrik, uji organoleptik
akrilamid, buffer tris HCl, SDS 10%, APS (BSN, 2013), uji nilai pH (Apriyantono et
10%, TEMED, protein marker, metanol, al., 1989), uji kadar TVB, uji TPC, uji
glasswool, NaOH 1 N, HCl 0,1N, orto- histamin, analisis gen hdc pengkode histidin
ptalatdikarbosidehid (OPT) 0,1%, H3PO4 dekarboksilase (Takahashi et al., 2003) dan
3,75 N, dan resin penukar ion. SDS-PAGE (Nurilmala et al., 2017) setiap
Alat yang digunakan pada penelitian hari selama 7 hari penyimpanan dan analisis
ini antara lain Styrofoam (Akri Kurnia proksimat.
Kencana, Indonesia), penggaris, scoresheet
organoleptik ikan segar berdasarkan SNI 2.3.1. Pengukuran Morfometrik
2729:2013, micropipette (Thermo Scientific, Pengukuran morfometrik dilakukan
Amerika Serikat), microtube, centrifuge untuk mengetahui sampel yang digunakan
(Corning, Amerika Serikat), PCR (Analytik selama proses penelitian memiliki berat dan
Jena, Jerman), elektroforesis (Scie-Plas, ukuran yang seragam. Parameter yang dilihat
Inggris), vortex (Biosan, Latvia), pH meter untuk pengukuran morfometrik adalah berat
(Hanna Instrument, Amerika Serikat), tabung total, panjang total, panjang baku, panjang
reaksi (Pyrex, Amerika Serikat), erlenmeyer cagak, tinggi, dan lebar ikan.
(Pyrex, Amerika Serikat), cawan petri
(Pyrex, Amerika Serikat), cawan Conway 2.3.2. Uji Organoleptik
(RRC, Indonesia), buret (Pyrex, Amerika Pengujian organoleptik merupakan
Serikat), homogenizer (Nissei Ace, Cina), pengujian yang bersifat subjektif yang
waterbath (F-ScientificLabs, Indonesia), dilakukan dengan menggunakan panca indera
SDS-PAGE (PeQLab, Jerman), kolom resin manusia. Manfaat dilakukannya uji
(Pyrex, Amerika Serikat), dan spektro- organoleptik adalah untuk mengetahui dan
flourometer (Agilent Cary Eclipse, Amerika menilai standar suatu produk baik dari segi
Serikat). rasa, tekstur, aroma, warna serta bentuk,
pengujian organoleptik mengacu pada (SNI
2.3. Prosedur Penelitian 2729:2013) untuk ikan segar.
Ikan tongkol diperoleh dari Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Kamal-Jakarta dalam 2.3.3. Analisis Komposisi Kimia
keadaan baru ditangkap dan segar. Ikan Analisis proksimat yang dilakukan
kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam pada penelitian kali ini meliputi analisis
berisi es curai untuk proses transportasi. kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
Perbandingan jumlah es dengan berat ikan abu, dan kadar karbohidrat. Proses analisis

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 287
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC . . .

proksimat yang dilakukan pada penelitian Keterangan: ΣC = jumlah koloni pada cawan
kali ini mengacu pada AOAC (2005). yang dihitung, n1 = jumlah cawan pada
pengenceran pertama yang dihitung, n2 =
2.3.4. Uji Nilai pH jumlah cawan pada pengenceran kedua yang
Pengukuran nilai pH dilakukan meng- dihitung, dan d = pengenceran pertama yang
gunakan pH meter yang telah dikalibrasi dihitung.
terlebih dahulu dengan buffer standar pH 4
dan 7. Daging ikan diambil dan ditimbang 2.3.6. Analisis Total Volatile Base (TVB )
sebanyak 10 g. Daging ikan tersebut Penentuan kadar TVB didasarkan
kemudian dicampur dengan akuades se- pada proses penguapan senyawa volatil pada
banyak 90 mL kemudian dihomogenkan. daging ikan. Sampel ditimbang sebanyak 15
Sampel yang telah homogen kemudian g kemudian dihaluskan. Sampel kemudian
diukur menggunakan pH meter (Apriyantono dicampurkan dengan larutan TCA 7%
et al., 1989). sebanyak 45 mL. Sampel kemudian disaring
menggunakan kertas saring. Sebanyak 1 mL
2.3.5. Analisis Kadar Total Plate Count filtrat diambil dan dimasukkan ke dalam
(TPC) outter chamber.
Prinsip kerja analasis TPC adalah Larutan K2CO3 sebanyak 1 mL
pertumbuhan mikroorganisme setelah ditambahkan ke dalam outter chamber sisi
inkubasi dalam media agar. Sampel lainnya serta asam borat ke dalam inner
ditimbang secara aseptik sebanyak 10 g chamber dari cawan Conway. Cawan
kemudian dilarutkan dalam 90 mL larutan tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam.
garam fisiologis. Larutan ini merupakan Sampel yang telah diinkubasi kemudian
pengenceran 10-1. Sebanyak 1 mL pada dititrasi menggunakan HCl 0,02 N. Nilai
larutan pengenceran 10-1 diambil meng- kadar TVB suatu sampel dapat ditentukan
gunakan pipet kemudian dicampurkan ke dengan rumus:
dalam 9 mL larutan garam fisiologis
sehingga menjadi pengenceran 10-2, hal yang Kadar TVB (mg N/100 g) =
dilakukan untuk pengenceran 10 -3, 10-4, dan
10-5, dan seterusnya sesuai dengan kondisi (Vs-Vb) x N x 14,007 x fp x100
sampel. Satu mL larutan dari setiap ….....…… (2)
Berat sampel
pengenceran diambil dan dimasukkan ke
dalam cawan steril menggunakan pipet steril. Keterangan: Vs = Volume titrasi sampel (mL),
Media Plate Count Agar (PCA) sebanyak 12- Vb = Volume titrasi blanko (mL), N =
15 mL ditambahkan dan ke dalam cawan Normalitas HCl, dan Fp = Faktor pengenceran.
yang sudah berisi sampel yang sudah
didinginkan sehingga mencapai suhu 45°C 2.3.7. Analisis Histamin
dan diamkan hingga agar berubah menjadi Jaringan daging ikan di-ekstrak
padat. Setelah itu, cawan dimasukkan ke menggunakan metanol dan histamin di-
dalam inkubator dengan posisi terbalik pada konversi ke dalam bentuk OH. Zat-zat
suhu 35°C selama 48 jam. Tahap selanjutnya histamin selanjutnya dimurnikan melalui
adalah perhitungan jumlah koloni yang resin penukar ion dan diubah ke bentuk
terlihat pada cawan. Jumlah koloni yang derivatnya dengan senyawa OPT.
dihitung berkisar antara 25-250. Nilai TPC Besarnya histamin diukur secara
suatu sampel dapat ditentukan dengan rumus: fluorometri pada panjang gelombang eksitasi
350 nm dan emisi 444 nm, mengacu pada
ΣC
N= ………….. (1) metode BSN (2013).
[(1 x n1)+(0,1 x n2)] x (d)

288 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.

2.3.8. Analisis Gen HDC Pengkode 2.4. Analisis Data


Histidin Dekarboksilase Analisis data pada penelitian ini
Analisis kadar histamin dilakukan dilakukan menggunakan rancangan acak
dengan menggunakan metode Polymerase lengkap (RAL). Faktor yang mempengaruhi
Chain Reaction (PCR) yang akan membaca pada penelitian kali ini adalah perbedaan
bakteri penghasil enzim histidin dekar- waktu penyimpanan ikan dengan per-
boksilase (HDC) mengacu pada metode bandingan es 1:1. Pengujian dilakukan
Takahashi et al. (2003). Sampel yang dengan dua kali ulangan. Data dianalisis
digunakan diberi perlakuan, yaitu berupa secara statistik dengan analisis ragam
ikan dan bakteri hasil enrichment dari daging (ANOVA).
ikan tersebut. Proses analisis terdiri dari
beberapa tahap, yaitu metode enrichment III. HASIL DAN PEMBAHASAN
bakteri, isolasi DNA menggunakan kit
komersial Qiagen DNeasy Blood & Tissue Hasil morfometrik ikan tongkol pada
Kit, pengukuran kualitas DNA, dan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
pengujian sampel dengan PCR. Berdasarkan analisis morfologi diperoleh
nilai rata-rata bobot total 2110 gram, panjang
2.3.9. SDS-PAGE (Sodium Dodecyl total 53,04 cm; panjang baku 46,25 cm;
Sulfate-Polyacrylamide Gel) panjang cagak 48,93 cm; tinggi 21 cm; dan
Pembuatan gel untuk SDS-PAGE lebar 8,49 cm. Griffiths et al. (2010)
dilakukan dengan mencampurkan akrilamid, menyatakan ikan tongkol abu-abu dapat
bis-akrilamid, buffer tris-HCl, SDS 10%, mencapai panjang total maksimum 142 cm
APS 10% dan TEMED. Gel yang digunakan dan berat 35,6 kg. 13
pada penelitian kali ini menggunakan
konsentrasi gel pemisah yaitu 15% dan gel
pengumpul yaitu 3% mengacu pada metode Panjang Total
Panjang Cagak
(Nurilmala et al., 2017).
Sampel daging dicampurkan dengan
akuades dengan perbandingan 1:2 kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 6000 g selama Tinggi
30 menit dan diambil supernatant.
Supernatan dicampur dengan buffer dengan
perbandingan 1:1 dan dipanaskan pada suhu
Panjang Baku
85°C selama 10 menit. Sampel sebanyak 10
µL dan protein marker sebanyak 5 µL Gambar 3 Morfologi ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol).
dimasukkan dalam sumur. Running Gambar 1. Morfologi ikan tongkol abu-abu
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan
Thunnus tonggol.dengan ukuran atau bagian tubuh
elektroforesis dilakukan pada 150 Volt dan
ikan. Tiap spesies ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Karakter
15 mA selama 3 jam. morfometrik yang diukurPerbedaan
pada penelitian kali ini adalah bobotsuatu
total, panjang total,
Marker yang digunakan yaitu protein morfometrik pada
panjang baku, panjang
spesies ikan dapat disebabkan oleh morfometrik
cagak, tinggi, dan lebar ikan. Hasil pengukuran
marker standar (Thermo scientific-USA)
ikan tongkol dapat dilihat pada Tabel 1
dengan ukuran 10-260 kDa. Elektroforesis perbedaan pertumbuhan pada setiap individu.
dihentikan bila migrasi dye mencapai batas Pertumbuhan suatu individu makhluk hidup
Tabel 1 Morfometrik ikan tongkol abu-abu
±1 cm di bagian bawah gel. Proses staining dipengaruhi oleh faktor internal meliputi
Parameter Nilai
selama 60-90 menit dan proses destaining jenis kelamin, keturunan, umur, dan penyakit
Bobot Total (gram) 2110 ± 0,14
dilakukan sampai diperoleh pita protein latar atau parasit, serta faktor eksternal meliputi
lingkungan Panjang total (cm)
dan 53,04 ± 1,42 makanan
ketersediaan
belakang relatif jernih.
(Nuzapril Panjang
et al., Baku
2013).(cm) 46,25 ± 1,14
Panjang cagak (cm) 48,93 ± 1,09
Tinggi (cm) 21 ± 1,18
Lebar (cm) 8,49 ± 0,75
n=14
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 289
Pengukuran morfometrik ikan tongkol pada penelitian ini memperoleh nilai
rata-rata bobot total 2110 gram, panjang total 53,04 cm; panjang baku 46,25 cm;
panjang cagak 48,93 cm; tinggi 21 cm; dan lebar 8,49 cm. Griffiths et al. (2010)
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC . . .

Gambar 2 menunjukkan nilai organo- adalah ikan yang mempunyai sifat sama
leptik dari semua parameter mengalami seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa,
penurunan selama penyimpanan suhu dingin. maupun teksturnya. SNI 2729:2013
Hari pertama sampai dengan hari ketiga ikan mengatakan ikan segar secara organoleptik
masih memiliki kualitas yang sangat baik dan memiliki karakteristik mata cerah dan
masuk dalam kriteria ikan segar karena cemerlang, bau segar spesifik jenis, tekstur
memiliki nilai organoleptik berkisar 7-9. Ikan elastis, padat, dan kompak (BSN, 2013).
yang baik adalah ikan yang segar. Ikan segar

10 9d 10
8.3c 8b 8.4e
7.7d 7.6cd

Nilai organoleptik
Nilai organoleptik

8 7.2c 8 7.1bc 7ab 6.6ab


6.6a 6.3a a 6.4a
6
6 6
4 4
2 2
0 0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari) Waktu penyimpanan (hari)

(a) (b)

10 9e 10 8.7e
8.2d 7.9d
7.6c
Nilai organoleptik
Nilai organoleptik

7b 7b 6.7ab 7.2c
8 6.3a 8 6.5b 6.4b 6b
5.3a
6 6
4 4
2 2
0 0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari) Waktu penyimpanan (hari)

(c) (d)
10 9e 10 8.8e
8d 7.5c 7.9d 7.7d
Nilai organoleptik
Nilai organoleptik

8 6.9b 6.6b 8 7.1c


6.1a 6a 6.5b 6ab 5.7a
6 6
4 4
2 2
0 0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari) Waktu penyimpanan (hari)

(e) (f)

Gambar 2. Nilai organoleptik (a) mata, (b) insang, (c) lendir, (d) daging, (e) bau, dan (f)
tekstur ikan tongkol selama penyimpanan suhu dingin.

290 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.

Hari keempat ikan tongkol mulai berikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak
memasuki fase rigor mortis. Fase ini ikan tongkol abu-abu (p<0,05). Kadar lemak
merupakan tahapan sebelum terjadinya fase ikan tongkol abu-abu mengalami penurunan.
post rigor dan kebusukan oleh mikroba. Ikan Penurunan kadar lemak pada ikan tongkol
tongkol masih memiliki kualitas yang cukup abu-abu diakibatkan oleh hilangnya fraksi
baik pada fase ini, dan masuk dalam kriteria trigliserda yang disebabkan oleh oksidasi
ikan agak segar karena memiliki nilai lemak (Kusuma et al., 2017). Beberapa
organoleptik berkisar 5-6. Ekasari et al. faktor yang mempengaruhi komposisi lemak
(2017) dalam penelitiannya menyatakan ikan ikan antara lain musim, suhu, habitat, spesies
tongkol mulai memasuki fase rigormortis ikan, umur, jenis kelamin dan kebiasaan
pada hari keempat sampai dengan hari makan (Pratama et al., 2011). Hasil uji t-test
kedelapan. Fase rigor pada ikan tongkol menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan
ditandai dengan tekstur yang mengeras dan suhu dingin tidak berpengaruh nyata
kaku, mata berubah menjadi sedikit cekung, terhadap kadar air ikan tongkol abu-abu
insang berubah menjadi kecoklatan, lendir (p>0,05). Kandungan protein sangat di-
permukaan tubuh masih transparan, bau pengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan,
netral, dan daging yang kurang cemerlang. kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan
Fase rigor mortis berlangsung sampai kondisi lingkungan (Pramono et al., 2007).
pengamatan hari ketujuh. Gambar 3 menunjukkan perubahan
Tabel 1 memperlihatkan komposisi nilai pH ikan tongkol abu-abu selama
kimia ikan tongkol pada awal dan akhir penyimpanan suhu dingin. Nilai pH pada
penyimpanan suhu dingin Hasil uji t-test pengamatan hari pertama (H1) sebesar 5,58.
menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan Nilai pH ikan tongkol mulai terjadi pada
suhu dingin tidak berpengaruh nyata ter- penurunan pada hari ke-4 sampai dengan hari
hadap kadar air ikan tongkol abu-abu ke-7. Nilai pH yang dihasilkan pada
(p>0,05) Kadar air mempunyai peranan penelitian kali ini berada pada kondisi asam.
penting dalam menentukan daya awet bahan Wijayanti et al. (2006) menyatakan bahwa
pangan karena dapat memengaruhi sifat fisik, penyimpanan ikan cakalang pada suhu
perubahan fisik dan umur simpan. Hasil uji t- ±11°C berada pada kondisi asam yaitu
test menunjukkan bahwa perlakuan penyim- berkisar antara 5,83-6,42. Sormin et al.
panan suhu dingin tidak berpengaruh nyata (2016) mengatakan pada fase rigor mortis,
terhadap kadar abu ikan tongkol abu-abu beberapa spesies ikan seperti tuna dan
(p>0,05). Tingginya tingkat kadar abu dapat makarel mengalami penurunan pH sampai
disebabkan masih adanya kandungan mineral 5,4. Susanto et al. (2011) menyatakan bahwa
yang tidak terbakar dengan sempurna seperti variasi perubahan nilai pH tergantung pada
Na, Ca, dan P (Landeng et al., 2017). spesies, proses penangkapan, kondisi
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa biologis, variasi musim, dan metode
perlakuan penyimpanan suhu dingin mem- penanganan.

Tabel 1. Komposisi kimia ikan tongkol awal dan akhir penyimpanan suhu dingin.

Waktu Penyimpanan
Komposisi Kimia
Awal Akhir
Kadar Air (%) 73,70 ± 0,20a 73,26 ± 0,53a
Kadar Abu (%) 1,53 ± 0,11a 1,58 ± 0,08a
Kadar Lemak (%) 0,41 ± 0,14a 0,23 ± 0,08b
Kadar Protein (%) 22,64 ± 0,38a 21,79 ± 0,29a

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 291
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC

8 Al-Busaidi et al. (2017) menyatakan


nilai TVB ikan tongkol abu-abu yang
7 disimpan pada suhu 8°C mengalami
5.58a a
5.58a 5.61a 5.53 5.49 5.37a 5.35a
a
6 peningkatan yaitu mulai dari 7,35 mgN/100 g
Nilai pH

pada hari pertama sampai dengan 21,99


5 mgN/100 g pada hari kesembilan. Nilai TVB
4
akan terus meningkat selama proses
kemunduran mutu berlangsung. Peningkatan
3 kandungan TVB pada daging ikan selama
2
penyimpanan disebabkan karena adanya
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 degradasi protein dan derivatnya oleh mikro-
Waktu penyimpanan (hari) organisme yang menghasilkan senyawa basa
yang mudah menguap seperti
Gambar 3. Nilai pH ikan tongkol abu-abu Trimethylamine (TMA), amoniak, dan H2S
selama penyimpanan suhu dingin. (Husni et al., 2014).

25 19.14a21.15a 7 6.23b
b
5.40b 5.49b5.54b 5.69b 5.91
17.10a
Nilai TPC (Log CFU/g)
6
Nilai TVB (mgN/100g)

20 a 17.47a 17.53a
14.03a14.81 4.24a
5
15
4
10
3
5 2
0 1
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
0
Waktu penyimpanan (hari) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Waktu penyimpanan (hari)
Gambar 4. Nilai TVB ikan tongkol selama
penyimpanan suhu dingin. Gambar 5. Nilai TPC ikan tongkol abu-abu
selama penyimpanan suhu dingin.
Gambar 4 menunjukkan perubahan
nilai TVB ikan tongkol abu-abu selama Gambar 5 menunjukkan perubahan
penyimpanan suhu dingin. Nilai TVB pada nilai TPC ikan tongkol abu-abu selama
pengamatan hari pertama (H1) sebesar 14,03 penyimpanan suhu dingin. Nilai TPC pada
mgN/100 g dan terus mengalami peningkatan pengamatan hari pertama (H1) sebesar 4,24
sampai dengan hari ketujuh (H7) yaitu log CFU/g dan terus mengalami peningkatan
sebesar 21,13 mgN/100 g. Nilai tersebut sampai dengan hari ketujuh (H7) yaitu
menunjukkan ikan tongkol abu-abu masih sebesar 6,23 log CFU/g. SNI 2729: 2013
layak dikonsumsi sampai hari ketujuh. menyatakan syarat mutu ikan segar adalah
Nurjanah et al. (2004) menyebutkan bahwa memiliki nilai TPC sebesar 5x105 CFU/g
ikan termasuk sangat segar apabila nilai TVB atau setara dengan 5,70 log CFU/g (BSN
kurang dari 10 mgN/100 g. Ikan dengan nilai 2013). Hal ini menunjukkan ikan pada hari
TVB antara 10-20 mgN/100 g masuk dalam penyimpanan keenam dan ketujuh sudah
kriteria segar. Nilai TVB antara 20-30 tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini diduga
mN/100 g merupakan batas penerimaan ikan karena ikan tongkol terkontaminasi dengan
untuk dikonsumsi sedangkan jika nilai TVB es yang digunakan dan juga mikroba yang
lebih dari 30 mgN/100 g termasuk ikan berkembang di dalam tubuh ikan.
busuk.

292 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.

Pengujian kadar histamin pada (2016) menyatakan ikan tuna yang disimpan
penelitian kali ini dilakukan pada ikan yang pada suhu 4°C memiliki kadar histamin yang
sudah disimpan selama 7 hari pada suhu stabil sampai dengan hari penyimpan
dingin. Hasil analisis menunjukkan ikan kedelapan. Histamin tidak akan terbentuk
tongkol abu-abu yang telah disimpan selama selama ikan tetap disimpan dalam suhu di
7 hari pada suhu dingin memiliki kadar bawah 5°C (Alasalvar and Taylor, 2002).
histamin sebesar 1,96±0,05 ppm. SNI Hasil pengamatan PCR dengan
2729:2013 tentang ikan segar menyatakan primer hdc menggunakan elektroforesis pada
syarat kadar histamin pada ikan segar yaitu berbagai perlakuan (Gambar 6 a-d)
maksimal 30 ppm (BSN, 2013). Hal ini menunjukkan DNA berhasil di-isolasi dan
menunjukkan bahwa ikan tongkol yang terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi
disimpan pada suhu dingin selama 7 hari belum efektif, sehingga diperlukan optimalisasi
masih layak untuk dikonsumsi. Al-Busaidi et metode PCR. Mangunwardoyo et al. (2007)
al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan menyatakan kadar histamin yang dihasilkan
ikan tongkol abu-abu yang disimpan pada oleh tiap bakteri berbeda-beda. Bakteri yang
suhu 0°C setelah 15 hari memiliki kadar mampu memproduksi histamin paling besar
histamin sebesar 4 ppm. Silbande et al. adalah Enterobacter sp.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6. Hasil PCR ikan tongkol selama penyimpanan suhu dingin dengan (a) tanpa
enrichment kit Qiagen (b) enrichment kit GenCheck (c) enrichment kit Qiagen (d)
enrichment Kit GenCheck. H1 = pengamatan hari pertama, H2 = pengamatan hari
kedua, H3 = pengamatan hari ketiga, H4 = pengamatan hari keempat, H5 =
pengamatan hari kelima, H6 = pengamatan hari keenam, H7 = pengamatan hari
ketujuh.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 293
22 Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC

kDa kDa
237
IV. KESIMPULAN
184
150
128 Ikan tongkol abu-abu mengalami
100
72-89 kemunduran mutu selama 7 hari
75 69
59
penyimpanan dalam suhu dingin. Nilai
organoleptik mengalami penurunan selama
50
penyimpanan dan pada hari ketujuh ikan
37
berada pada fase rigormortis. Nilai pH ikan
tongkol abu-abu mengalami penurunan
selama penyimpanan suhu dingin. Nilai TVB
ikan tongkol abu-abu mengalami
10
peningkatan selama penyimpanan suhu
Marker H1 H3 H5 H7
dingin, namun masih dalam batas aman.
Gambar 9 SDS-PAGE ikan tongkol abu-abu selama penyimpanan suhu dingin.
Nilai TPC ikan tongkol abu-abu mengalami
Gambar 7. SDS-PAGE ikan tongkol selama peningkatan selama penyimpanan suhu
penyimpanan
Pita protein yang terdeteksi pada Gambar suhu dingin. jenis yang sama
10 menunjukkan dingin dan pada penyimpanan hari keenam
dengan ketebalan yang berbeda-beda. Profil protein ikan tongkol abu-abu
mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin. Profil protein pada sudah melewati batas aman untuk
Pita protein
pengamatan hari pertama sampai dengan yang hari terdeteksi pada adanya
ketujuh menunjukkan dikonsumsi. Histamin ikan tongkol abu-abu
penumpukan protein pada bobot molekul 72-89 kDa. Pada setiap pengamatan
Gambar 7 menunjukkan jenis yang sama mulai muncul pada hari ketujuh yaitu sebesar
Nampak pita protein mulai terpisah. Pemecahan protein tersebut berkaitan dengan
dengan
menurunnya pH yangluas dan ketebalan
menyebabkan aktifnya enzimyang berbeda-
katepsin sehingga mampu 1,96 ppm dan masih batas aman untuk
memecahbeda.
protein menjadi
Profil komponen
protein yangikan
lebih sederhana.
tongkol Nurhayati
abu-abu et al. (2010)
menyebutkan bahwa aktivitas enzim katepsin akan meningkat selama proses
dikonsumsi. DNA berhasil di-isolasi dan
mengalami
kemunduran mutu, sehinggaperubahan
pita protein akan selama penyimpanan
terpisah dan terlihat semakin tipis.terdeteksi gen hdc, namun hasil amplifikasi
Pada
suhu pengamatan
dingin.hariProfil
pertamaprotein
sampai dengan
pada hari kelima menunjukkan
pengamatan belum efektif, sehingga diperlukan
adanya bobot molekul protein sebesar 237 kDa. Ladrat et al. (2003) mengatakan
hari myosin
terdapat protein pertama sampai
heavy chain (MHC)dengan
pada bobotharimolekulketujuh optimalisasi metode PCR. Profil protein yang
sekitar 200 kDa.
menunjukkan
Hal ini menunjukkan pada ikanadanya penumpukan
tongkol abu-abu terdapat proteinprotein
MHC yang dapat terbentuk selama penyimpanan mulai
digunakan dalam pembentukkan gel pada surimi.
pada bobot molekul 72-89 kDa. Pada setiap terpisah karena adanya aktivitas enzim
Deteksipengamatan
Gen hdc Ikan Tongkol nampak pita Penyimpanan
Abu-abu selama protein mulai Suhu Dingin katepsin.
terpisah karena adanya denaturasi protein.
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik in vitro yang
digunakanPemecahan
untuk melakukan protein
replikasitersebut berkaitan
atau amplifikasi dengan
bagian spesifik UCAPAN TERIMAKASIH
dari berjuta
lipatan DNA hanya dalam beberapa
menurunnya pH yang jam (Prayoga dan Wardaniaktifnya
menyebabkan 2015). Proses PCR
dilakukan dengan mereaksikan, ekstrak DNA, enzim DNA polimerase, dan primer
enzim
dalam larutan katepsin
buffer yang sesuai.sehingga
Reaksi PCRmampu dilakukan memecah
dengan bantuan alat Terima kasih kepada Program
thermocycle.
protein menjadi
Ekstrak DNA komponen
yang digunakan harus murni. yang
Kemurnianlebih
ekstrak DNA Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional
mempengaruhi hasil PCR dimana jika pada ekstrak DNA banyak pengotornya,
sederhana. Nurhayati et al. (2010) Gelombang 1 Tahun Anggaran 2018 Nomor:
menyatakan bahwa aktivitas enzim katepsin 12/INS-1/PPK/E4/2018 a.n Dr. Mala
akan meningkat selama proses kemunduran Nurilmala SPi, MSi, tanggal 9 Maret 2018
mutu, sehingga pita protein akan terdegradasi antara Direktorat Pengembangan Teknologi
dan terlihat semakin tipis. Industri Kementrian Riset, Teknologi dan
Pada pengamatan hari pertama Pendidikan Tinggi dan Lembaga Penelitian
sampai dengan hari keenam menunjukkan dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut
adanya bobot molekul protein sebesar 237 Pertanian Bogor (LPPM IPB).
kDa. Ladrat et al. (2003) menyatakan
terdapat protein myosin heavy chain (MHC) DAFTAR PUSTAKA
pada bobot molekul sekitar 200 kDa. Hal ini
menunjukkan pada ikan tongkol abu-abu Alasalvar, C.T. and Taylor. 2002. Seafoods –
terdapat protein MHC yang dapat digunakan quality, technology and nutraceutical
dalam pembentukan gel pada surimi. applications. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Berlin. 224 p.

294 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Nurilmala et al.

https://doi.org/10.1007/978-3-662- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).


09836-3 2013. Data produksi perikanan
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. tangkap nasional. [Internet]. [diunduh
Puspitasari, Y. Sedarnawati, dan S. pada 2018 Juli 20] Tersedia pada:
Budianto. 1989. Petunjuk https://data.go.id/dataset/produksi-
laboratorium analisis pangan. Pusat perikanan-tangkap-nasional.
Antar Universitas Pangan dan Gizi. Kusuma, A.A., E.N. Dewi I. Wijayanti.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2017. Perbedaan jumlah nutrisi yang
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2013. hilang pada bandeng beku non cabut
SNI 2729:2013. Ikan segar. Badan duri dan cabut duri selama
Standarisasi Nasional. Jakarta. 20 p. penyimpanan suhu rendah. J.
Ekasari, D., I.K. Suwetja, dan L.A.D.Y. Pengolahan Hasil Perikanan
Montolalu. 2017. Uji mutu ikan Indonesia, 20(1): 153-163.
cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Ladrat, C., V.V. Bagnis, J. Noel, J.
ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar Fleurence. 2003. In vitro proteolysis
di TPI Tumpua selama penyimpanan of myofibrillar and sarcoplasmic
dingin. J. Media Teknologi Hasil proteins of white muscle of sea bass
Perikanan, 5(2):134-141. (Dicentrarchus labrax): effect of
Gelman, A., L. Galtman, V. Drabkin, and S. cathepsins B, D, and L. Food
Harpaz. 2001. Effect of storage Chemistry. 81(6): 517-525.
temperature and preservative https://doi.org/10.1016/S0308-
treatment on shelf life of the pond- 8146(02)00481-8
raised freshwater fish, silver perch Landeng, P.J., E. Suryanto, L.I. Momuat.
(Bidyanus bidyanus). J. Food 2017. Komposisi proksimat dan
Protection, 64:1584-159. https://doi. potensi antioksidan dari biji jagung
org/10.4315/0362-028X-64.10.1584 manado kuning (Zea mays L.).
Griffiths, S.P., G.C. Fry, F.J. Manso, D.C Chemistry Progress, 10(1): 36-44.
Lou. 2010. Age and growth of Mangunwardoyo. W., R.A. Sophia, E.S.
longtail tuna (Thunnus tonggol) in Heruwati. 2007. Seleksi dan
tropical and temperate waters of the pengujian aktivitas enzim L-Histidine
central Indo-Pacific. J. of Marine Decarboxylase dari bakteri
Science, 67: 125-134. pembentuk histamin. Makara Sains,
https://doi.org/10.1093/icesjms/fsp22 11(2): 104-109. https://doi.org/10.
3 7454/mss.v11i2.292
Husni, A., A. Ustadi, Hakim. 2014. Nurhayati. T., E. Salamah, E. Irfan,, R.
Penggunaan ekstrak rumput laut Nugraha. 2010. Aktivitas enzim
Padina sp. untuk peningkatan daya katepsin dan kolagenase pada kulit
simpan filet nila merah yang ikan bandeng (Chanos chanos)
disimpan pada suhu dingin. Agritech. selama periode kemunduran mutu.
34(3): 239-246. https://doi.org/10. Akuatik J. Sumberdaya Perairan,
22146/agritech.9451 4(1):13-17.
Indriati, N., Rispayeni. E.S. Heruwati. 2006. Nurilmala M., A. Abdullah, T. Nurhayati, A.
Studi bakteri pembentuk histamin Zakiah. 2017. Panduan praktikum
pada ikan kembung peda selama matakuliah biomolekuler hasil
proses pengolahan. J. Pascpanen dan perairan. IPB Press. Bogor.
bioteknologi Kelautan dan Nurjanah, I. Setyaningsih, Sukarno, M.
Perikanan, 2(1): 88-99. Muldani. 2004. Kemunduran mutu
ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 2, August 2019 295
Perubahan Kimia, Mikrobiologis dan Karakteristik Gen HDC

selama penyimpanan pada suhu Sitakar, N.M., Nurliana, F. Jamin, M. Abrar,


ruang. Buletin Teknologi Hasil Z.H. Manaf, dan Sugito. 2016.
Perikanan, 7(1): 37-42. Pengaruh suhu pemeliharaan dan
Nuzapril. M., N. Widyorini, N. Afiati. 2013. masa simpan daging ikan nila
Analisis morfometrik dan faktor (Oreochromis niloticus) pada
kondisi pada cumi-cumi Photololigo penyimpanan suhu -20°C terhadap
chinensis dan Photololigo duvauceli total jumlah bakteri. J. Medika
yang didaratkan di beberapa TPI Veterinaria, 10(2): 163-165.
pantai utara Jawa Tengah. Sormin, R.D., F. Pattipeilohy, and N.
Diponegoro J. of Maquares, 2(4): 18- Koritelu. 2016. The effect of cool box
27. insulator on the temperature
Pramono, T.B., D. Sanjayasari, and P.H.T. characteristics and quality of
Soedibya. 2007. Optimasi pakan Decapterus russelly (Rüppell, 1830)
dengan level protein dan energi during chilling preservation. Aquatic
protein untuk pertumbuhan calon Procedia, 7:195-200. https://doi.org/
induk Ikan Senggaringan (Mystus 10.1016/j.aqpro.2016.07.027
nigriceps). J. PROTEIN., 15(2): 153- Takahashi, H., B. Kimura, M. Yoshikawa
157. and T. Fujii. 2003. Cloning and
Prasetiawan. N.R., T.W. Agustini, and W.F. sequencing of the histidine
Ma’ruf. 2013. Penghambatan decarboxylase genes of gram
pembentukan histamin pada daging negative, histamine producing
ikan tongkol (Euthynnus affinis) bacteria and their application in
selama penyimpanan. J. Pengolahan detection and identification of these
Hasil Perikanan Indonesia. 16(2): organism in fish. Applied and
151-158. http://dx.doi.org/10.17844/ Environmental Microbiology,
jphpi.v16i2.8049 69(5):2568-2579. https://doi.org/10.
Pratama, R.I., M.Y. Awaluddin, and S. 1128/AEM.69.5.2568-2579.2003
Ishmayana. 2011. Analisis komposisi Wijayanti, I., F. Swastawat, and T.W.
asam lemak yang terkandung dalam Agustini. 2006. Pola perubahan k-
ikan tongkol, layur dan tenggiri dari value dan ORP ikan cakalang
Pameungpeuk, Garut. J. Akuatika. (Katsuwonus pelamis) pada suhu
2(2): 1-10. rendah (±11°C). J. Pesisir Laut, 2(1):
Silbande, A., S. Adenet, S. Smith-Ravin, J. 1-12.
Joffraud, K. Rochefort, and F. Leroi .
2016. Quality assessment of ice- Received : 16 November 2018
stored tropical yellowfin tuna Reviewed : 18 January 2019
(Thunnus albacares) and influence of Accepted : 04 July 2019
vacuum and modified atmosphere
packaging. Food Microbiology, 60:
62-72. https://doi.org/10.1016/j.fm.
2016.06.016

296 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like