@ Edisi 6
David A. Tomb
i
BUKU ASLI BERSTIKER HOLOGRAM 3 DIMENS!BAB7:PERILAKU BUNUH DIRI 95
. Beautrais AL, Joyce PR, Mulder RT, et all. Prevalence and comorbidity
of mental disorders in persons making serious suicide attemps. Am
J Prychiatry 1996;153:1009-1014.
. Arora RC, Meltzer HY. Serotonergic measures in the brains of
suicide victims. Am J Psychiatry 1989; 146:730-736.
. Krakowski M. Neurologic neuropsychologic correlates of vio-
lence. Pychiatrie Ann 1997; 674-678.
. NichoffD. The biology of violence. New York: The Free Press, 1999.
. Volavka J. Neurology of violence. Washington, DC: American Psy-
chiatric Press 1995,
. Coccaro EF. Kavoussi RJ. Berman ME, ct al. Intermittent explo-
sive disorder-revised: development, reliability, and validity, of re-
search criteria. Comp Psychiatry 1998; 39:368-376.
. McElroy SL, Soutullo CA. Beckman DA, ert al. DSM- IV inter-
mittent explosive disorder: a report of 27 cases. J Clin Pyychiatry
1998; 59:203-210
. Citrome L., Volavka J. Psychopharmacology of violence, part II.
Prychiatric Ann 1997; 27:696-703.
. Ratey JJ, Gordon A. The psychopharmacology of aggression.
Psychopharmacol Bull 1993; 29:65-73.
. Fuller RW. The influence of fluoxetine on aggressive behavior.
‘Neuropsychopharmacology 1996;14:77-81.
(SAMPLE }Bab 8
Gangguan Ansietas
Ansietas (cemas) dapat ditemukan di mana-mana; tidak demikian
dengan gangguan ansictas. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang
tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai
dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung,
unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan
oleh kecemasan tersebur. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya
dengan rasa cemas, atau dapat juga meperlihatkan gejala lain seperti
fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut
dilawan. Rasa takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan
gambaran gejala ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas,
penyebab rasa takut biasanya jelas dan dapat dipahami. Suatu gambaran
yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang
tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi)—yaitu
ego alien dan ego distonik. Gejala-gejala ini cenderung menjadi kondisi
relaps kroni$—waspadalah terhadap kemungkinan bunuh diri.
Ansietas diperantarai oleh suatu sistem kompleks yang melibatkan
(sedikitnya) sistem limbik (amigdala, hipokampus), talamus, korteks
frontal secara anatomis dan notepinefrin (lokus seruleus), serotonin
(nukleus rafe dorsal) dan GABA (reseptor GABA, berpasangan dengan
reseptor benzodiazepin) pada sistem neurokimia. Hingga saat ini
belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut dalam
menimbulkan ansietas.
96BAB 8: GANGGUAN ANSIETAS 97
ANSIETAS RINGAN KRONIS
Keregangan, mudah marah, takut pada sesuatu yang akan terjadi, dan
perhatian mudah teralih adalah hal yang umum terjadi (terutama pada
pasien medis dan psikiacrik); seringkali berkaitan dengan faktor lingkungan,
dan ditatalaksana dengan psikoterapi suportif serta terapi berorientasi
realita. Penggunaan obat-obatan untuk jangka panjang sedikit manfaatnya,
mengingat adiksi iatrogenikt adalah masalah yang setius. Ansietas ringan,
berusia singkat dan diinduksi lingkungan (GANGGUAN PENYESUAIAN
DENGAN ANSIETAS, DSM-IV hal. 626, 309.24) umumnya sembuh
sejalan dengan menghilangnya stres.
ANSIETAS KRONIS YANG CUKUP BERAT
Diagnosis GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH (DSM-IV hal.
435, 300.02) ditegakkan bila terdapat ansietas kronis yang lebih berat
(berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala ber-
tambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons oto-
nom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air
kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik napas,
gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan ter-
jadi. Ada kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki kom-
ponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan
sederhana serta depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien;
meningkatkan risiko bunuh diri) (1). Biasanya pada kondisi ini tidak
ditemukan etiologi stres yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.
Pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi.
Antidepresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya cukup efektif dan
aman untuk pengobatan ganguan ansietas menyeluruh (2). Gunakan
benzodiazepin dengan tidak berlebihan (diazepam, 5 mg per oral, 3—4
kali/hari atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek (beberapa
minggu hingga beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan
untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian
buspiron untuk pengobatan awal atau untuk penggunaan kronis (20-30
mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan.
cfek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya efektivitas buspiron.BAB 8: GANGGUAN ANSIETAS 99
tetapi kaitannya dengan gen tertentu belum ditemukan. Gangguan
panik dapat timbul bersama-sama dengan depresi mayor (50%), bunuh
diri, fobia spesifik dan sosial, dan alkoholisme (30%) (tetapi risiko
pada anggota keluarga hanya ada pada gangguan panik dan fobia
sosial). Gangguan panik ini lebih banyak muncul pada perempuan
dibanding laki-laki (2:1), terutama pada mereka yang mengalami masa
kecil yang kacau atau berpisah dengan orang tua pada usia awal yang
cukup menyulitkan (gangguan cemas berpisah). Dalam bentuk yang
lebih ringan, secara klinis, gangguan panik cenderung menjadi gangguan
cemas menyeluruh, walaupun muncul sebagai gangguan yang khas.
Sebagai tambahan, sepertiga pasien dengan panik juga mengalami
agorafobia (GANGGUAN PANIK DENGAN AGORAFOBIA, DSM-
IV hal. 402, 300.21; lihat keterangan di bawah). Kedua gangguan ini
terjadi bersamaan pada sekitar 2,5% dari seluruh populasi. Pasien harus
mengeluarkan biaya besar untuk pemeriksaan angina, tirotoksikosis,
atau keluhan abdominal. Pengobatan efektif untuk gangguan panik:
1. Penggunaan obat-obatan penting pada gangguan panik. Beberapa
obat yang efektif tersedia, walaupun reaksi terhadap obat-obat
tersebut tidak dapat diduga. Beberapa pasien mungkin berespons
pada dosis awal pengobatan dengan efek disforia atau ditandai rasa
gugup, maka mulailah dengan perlahan. Pertimbangkan:
‘A. SSRI, di samping obat seroronergik yang lain seperti klomipramin (4).
B, Antidepresan trisiklik (misal, imipramin atau desipramin,
150-300 mg/hari); cunggu respons hingga 2-3 minggu.
C. MAOI (terutama fenelzin, 30-75 mg/hari atau lebih); biasanya
efeltif pada pasien dengan spektrum yang luas, tetapi buruh 4—
6 minggu untuk berespons.
D. Klonazepam (1—5Smg tiap 2x/hari); berefek sedatif tetapi cukup
menjanjikan.
E. Alprazolam (0,5—2 mg tiap 3-4x/hari) en pemberi respons
yang cepat; tetapi depresi, potensi adi lan kebutuhan akan
dosis yang teratur dapat menimbulkan masalah.
E. Obat-obar lain yang biasanya efektif termasuk B-bloker (pro-
pranolol), karbamazepin (400-1200mg/hari), valproat (500—
3000 mg/hari) dan verapamil (240-480 mg/hari).100 BUKU SAKU PSIKIATRI
Pada umumnya, pengobatan dilanjutkan hingga 6 bulan setelah
ada perbaikan, kemudian seeara perlahan dihentikan. Sayangnya,
derajat kekambuhan biasanya tinggi, sehingga “rumatan setengah
dosis” dapat lebih bekerja dengan baik.
2. Terapi kognitif-perilaku seharusnya dikombinasikan dengan pemberian
obat-obaran (lihat diskusi di bawah ini tentang “agorafobia”) (5).
Psikoterapi suportif dapat digunakan pada kondisi akut, tetapi
tidak memperbaiki keadaan atau: mencegah relaps.
ANSIETAS DENGAN RASA TAKUT SPESIFIK:
GANGGUAN FOBIA
Fobia adalah rasa takut yang kuat dan menetap serta tidak sesuai dengan
stimulus, tidak rasional bahkan bagi si penderita sendiri, yang menyebab-
kan penghindaran objek maupun situasi yang ditakuti tersebut. Apabila
cukup menimbulkan penderitaan dan ketidakmampuan maka disebut
sebagai GANGGUAN FOBIA. Rasa takut yang umum, ringan, sering
muncul, tetapi bersifat sementara (misal, rakut pada kegelapan, ketinggian,
ular) tidak didiagnosis sebagai fobia. Fobia dapat menjadi lebih parah dan
dapat berkurang hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun walaupun
dapat menghilang secara tiba-tiba. Akan tetapi, pada kasus berat, fobia
dapat terus berlanjut hingga puluhan tahun dan secara perlahan berubah
menjadi gangguan depresi. Rasa takut pada fobia dapat menyeluruh pada
tahap perkembangannya (misal, takut pada toko digeneralisasikan dengan
takut pada jalan di depan toko, kemudian digeneralisasikan lagi menjadi
takut pada seluruh area perbelanjaan).
Lebih dari 12% populasi mungkin menderita gangguan fobia pada
beberapa situasi, tetapi hanya kurang dari 1% yang secara bermakna
menimbulkan ketidakmampuan. Banyak kasus dimulai secara tiba-tiba
pada wanita dari keluarga yang stabil saat usia 15-30 tahun. Ansietas
yang muncul hanya dengan membayangkan, dapat mendominasi gambaran
schari-hari, atau ansictas dapat timbul hanya ketika objek fobia
dihadapkan secara langsung. Lalu, rasa lega muncul ketika melatikan diri
karenanya, hal ini menguatkan timbulnya pola penghindaran—seperti
suatu lingkaran setan. Pasien fobia berisiko terhadap penyalahgunaan