You are on page 1of 25

PEMBATASAN-PEMBATASAN KONSTITUSIONAL HAK WARGA NEGARA UNTUK MEMILIH DAN DIPILIH DALAM JABATAN-JABATAN KENEGARAAN

Oleh: Rosjidi Ranggawidjaja

Abstract The rights to elect and the rights to be elected are the citizens constitutional rights, it is regulated in the positive law, are the office of the President or VicePresident of the Republic of Indonesia, Head of Regional autrhorities (Governors/Vice-Governors, Regents/Vice-Regents, Mayors/Vice-Mayors), and the members of House of Representatives, the Regional Representative Council, and also the Regional House of Representatives. The rights of citizen to elect the states office, implisitly regulated in the 1945 Constitution. Only the requirements to become President/Vice-President are regulated. The qualification of Head of Regional autrhorities, and the members of House of Representatives, the Regional Representative Council, and also the Regional House of Representatives are regulated in the organic law. Kinds of the qualification for Head of Regional autrhorities, and the members of House of Representatives, the Regional Representative Council, and also the Regional House of Representatives are the prosedural qualification, adminitrative qualification, and the qualification related the psysical and non-psysical of the candidat. About the qualification of age of the candidat, are various. The minimum age are Twenty-one years old (members of House of Representatives, the Regional Representative Council, and also the Regional House of Representatives), twentyfive old (Regents/Vice-Regents and Mayors/Vice-Mayors), thirty old (Governors/ViceGovernors), and thirty-five (President or Vice-President). And for the votters are seventeen years old. That qualifications are the limitation for the right of citizen. However, the citizens constitutional rights are protected by the constitution. The constitution is the basic law to devided the rights of the citizen, and afterwards it regulated by the laws.

I. PENDAHULUAN Para ahli masih berbeda pendapat dalam menetapkan ruang lingkup hak asasi manusia1 (the human rights) tergantung dari generasinya. Hak asasi manusia pada generasi pertama berkenaan dengan hak-hak sipil dan politik.2 Hak asasi manusia pada generasi kedua berkenaan dengan hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Pada generasi ketiga berkaitan dengan pengertian hak-hak dalam pembangunan, dan hak asasi manusia generasi keempat adalah konsepsi hak asasi manusia yang dilihat dalam persepetif yang bersifat horizontal. Yang disebut terakhir ini berkaitan dengan faktor-faktor penindasan antar kelompok masyarakat, misalnya antar produser dan konsumen.3 Sementara itu, hak-hak asasi manusia dapat dibeda-bedakan dalam (1) hak-hak asasi pribadi (personal rights); (2) Hak-hak asasi ekonomi (property rights); (3) Hakhak asasi politik (political rights); (4) hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legalequality); (5) hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights); dan (6) hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata-cara peradilan dan perlindungan (procedural rights).4 Dalam praktek penyelenggaraan negara, perlindungan atau jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak warga negara (citizens rights) atau hak-hak konstitusional warga negara (the citizens constitutional rights), telah dimuat dalam UUD negara RI baik dalam UUD 1945 asli, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, dan bahkan UUD 1945 baru (sesudah diubah empat kali). Dalam UUD 1945 baru

1 Sebenarnya cukup disebut hak asasi saja, tanpa kata manusia, karena tidak dikenal hak asasi untuk flora maupun fauna. 2 Menurut Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2007, hlm 623, hak-hak sipil mencakup (a) hak untuk menentukan nasib sendiri;(b) hak untuk hidup;(c) hak untuk tidak dihukum mati; (d) hak untuk tidak disiksa; (e) hak untuk tidak ditahan secara sewenang-wenang; (f) hak atas peradilan yang adil, independen, dan tidak berpihak. Sedangkan hakhak politik mencakup: (a) hak untuk berekspresi atau menyampaikan pendapat; (b) hak untuk berkumpul dan berserikat; (c) hak untuk mendapatkan persamaan perlakuan di depan hukum; (d) hak untuk memilih dan dipilih. 3 Ibid, hlm 623-625. 4 Ramdlon Naning, Cita dan Citra Hak-hak Asasi Manusia di Indonesia, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1983, hlm 17.

ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia dan hak warga negara adalah Pasal 27 ayat (1) dan (2); Pasal 28, Pasal 28A hingga Pasal 28I, Pasal 29 ayat (2); Pasal 30 ayat (1); Pasal 31 ayat (1); serta Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2). Konkritisasi dari ketentuan-ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dalam undang-undang dan peraturan perundang-undangan di bawahnya. Jabatan-jabatan kenegaraan yang dimaksud dalam tulisan ini hanya terbatas pada jabatan Presiden/Wakil Presiden, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Untuk persyaratan jabatan Presiden/Wakil Presiden dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, UUD 1945 hanya merumuskan persyaratan untuk Calon Presiden dan calon Wakil Presiden. 5 Anehnya, dalam rumusan Pasal 6 ayat (2)-nya disebutkan bahwa syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Ada kesan bahwa persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 dianggap kurang lengkap. Oleh karenanya UUD 1945 (dalam hal ini MPR) memberikan delegation of rule making power atau delegatie van

wetgevendemacht kepada pembentuk undang-undang. Namun, DPR dan Presiden (sebagai pembentuk undang-undang), menetapkan persyaratan-persyaratan yang bersifat menambah ketentuan Pasal 6 ayat (1) UUD 1945 tersebut. Untuk jabatan di legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) UUD 1945 hanya menyebutkan bahwa anggota DPR, anggota DPD dan anggota DPRD dipilih melalui pemilihan umum.6 Selain ketentuan tersebut tidak ada satu pasal atau ayat-pun dalam UUD 1945 yang mengatur mengenai persyaratan menjadi anggota DPR, DPD

5 Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 6 ayat (1) UUD 1945 Perubahan Ketiga). Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang (Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 Perubahan Ketiga) 6 Lihat Pasal 18 ayat (3), Pasal Pasal 19 ayat (1), Pasal 22C ayat (1) dan Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 baru.

dan DPRD. Oleh karenanya tidak ada delegasi kepada pembentuk undang-undang untuk mengatur lebih lanjut mengenai persyaratan menjadi anggota DPR, DPD dan DPRD. UUD 1945 hanya memberikan delegasi dalam hal susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah (Pasal 18 ayat (7)), susunan DPR (Pasal 19 ayat (2)), susunan dan kedudukan DPD (Pasal 22C ayat (4)), syarat-syarat dan tata cara pemberhentian anggota DPR (Pasal 22B), syarat dan tata cara pemberhentian anggota DPD (Pasal 22D ayat (4)). Bila demikian, dapatkah undang-undang

mengatur mengenai hal-hal yang tidak diatur dalam UUD 1945, khususnya yang berkaitan dengan kelembagaan negara? Sementara itu untuk jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah, hanya ditetapkan bahwa keduanya dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis.7 Sama halnya dengan untuk keanggota DPR, DPD dan DPRD, UUD 1945 tidak mengatur mengenai persyarat-persyaratan untuk menjadi Kepala Daerah. Berdasarkan uraian-uraian di muka maka menarik untuk dikaji secara hukum tentang pelaksanaan hak politik warga negara, khususnya tentang hak untuk memilih dan dipilih. Hak warga negara untuk menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan (legislatif, eksekutif maupun yudisial), khususnya untuk memilih dan dipilih dalam jabatan Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD dan kepala daerah/wakil kepala daerah. Dalam prakteknya pelaksanaan hak-hak konstitusional tersebut yang kemudian diatur dalam undang-undang, memunculkan sejumlah pembatasan-pembatasan tertentu. Melalui undang-undang dimuat persyaratanpersyaratan tambahan berupa persyaratan administrasi (WNI sejak kelahiran,

7 Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 Perubahan Ketiga)

bertempat tinggal di wilayah NKRI, terdaftar sebagai pemilih, dsb), persyaratan yang bersifat prosedural (didukung dan diajukan oleh partai politik, izin dari atasan bagi pejabat-pejabat tertentu, dsb), persyaratan yang menyangkut keadaan fisik (misalnya tentang umur, kemampuan jasmani) dan non-fisik yang bersifat kerohanian (bertaqwa kepada Tuhan YME, setia kepada Pancasila, UUD dan cita-cita proklamasi, dsb).

II. PERMASALAHAN

Hak-hak politik warga negara ditetapkan dalam UUD 1945 baru sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28, Pasal 28D ayat (3), Pasal 28E ayat (3)8. Secara umum tersirat hak untuk memilih bdan dipilih. Meskipun demikian, dari ketentuan pasal-pasal tersebut, hanya Pasal 28 yang memerintahkan untuk diatur lebih lanjut dengan undang-undang (shall be further regulated by law). Artinya pelaksanaan dari ketentuan tersebut diserahkan kepada pembentuk undang-undang. Meskipun hanya Pasal 28 UUD 1945 yang mengisyaratkan akan ditetapkan dengan undang-undang (organik), ketentuan-ketentuan lain yang ada dalam pasalpasal UUD 1945 kemudian diatur lebih lanjut dengan undang-undang, seperti

misalnya syarat-syarat untuk memilih dan syarat-syarat untuk dipilih dalam sesuatu jabatan kenegaraan (misalnya untuk memilih dan dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, untuk memilih dan dipilih menjadi anggota DPR, DPD, dan DPRD; untuk

8 Pasal 27(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang. Pasal 28D ayat (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Pasal 28E ayat (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

memilih dan dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah). Berkaitan dengan hak memilih dan hak dipilih tersebut di atas ada permasalahan yang menarik untuk dikaji secara hukum, yaitu: 1. Apakah undang-undang telah menambah persyaratan-persyaratan untuk

menduduki jabatan Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota serta anggota DPR,DPD dan DPRD? 2. Apakah persyaratan-persyaratan tambahan yang diatur dalam undang-

undang tersebut bersifat membatasi hak warga negara untuk memilih dan dipilih? 3. Haruskah ada perbedaan persyaratan umur untuk menduduki jabatan

Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR,DPD dan DPRD serta untuk dipilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota?

III. PENGATURAN HAK MEMILIH DAN DIPILIH WARGA NEGARA

Undang-undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis tertinggi, memuat aturanaturan terpokok, baik berupa prinsip-prinsip hukum (legal principles) atau ketentuanketentuan atau norma-norma hukum (legal norms). Dalam pembukaan (preamble) terdapat pernyataan politik, cita hukum dan tujuan negara, bahkan terdapat pernyataan moral , yaitu pernyataan rasa syukur terhadap Tuhan YME atas terciptanya suatu negara dan tatanan bernegara. Di dalam undang-undang dasar termuat hak-hak asasi (manusia) dan warga negara; susunan ketatanegaraan yang

bersifat mendasar; serta pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat mendasar. Selain dalam undang-undang dasar, hal-hal yang menjadi materi pokok undangundang dasar, dijabarkan atau dirinci dalam undang-undang organik (organic law). Undang-undang organik sebagian bagian yang tidak terpisahkan dari undangundang dasar, mengatur lebih lanjut apa yang diperintahkan oleh undang-undang dasar untuk diatur lebih lanjut dengan undang-undang.9 Namun dalam

kenyataannya, tidak sedikit undang-undang yang mengatur lebih lanjut ketentuan undang-undang dasar, tetapi menyimpang dari apa yang dikehendaki pembentuk undang-undang dasar, sehingga memungkinkan untuk diuji materil (constitutional review) ke Mahkamah Konstitusi.

A. Pengaturan dalam UUD 1945. Sebagaimana dimaklumi, undang-undang dasar atau konstitusi suatu negara berisi tiga hal pokok, yaitu: pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia, dan warganegara; kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan yang ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.10 termuat pula dalam UUD 1945. Preamble atau pembukaan UUD 1945 alinea Pertama secara umum telah memberikan isyarat mengenai pandangan bangsa Indonesia yang berkaitan dengan hak asasi, yaitu: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
9 Dalam UUD 1945 digunakan istilah yang beraneka ragam, yaitu: diatur lebih lanjut dengan undang-undang (Pasal 2(1);Pasal 6(2)); lebih lanjut diatur dalam undang-undang ( Pasal 6A(5)); diatur dengan undang-undang (Pasal 11 (3); 15; 18(1); 18A(1); 19(2); 22A; 22C(4); 22E(6); 23A; 23C; 23D; 23G(2); 24A(5); 24B(4); 24C(6);26(3); 30(5); 31 (3); 36C); diatur dalam undang-undang (Pasal 16; 17(4); 18(7); 18B(2); 18B(2); 20A(4);22B; 22D(4); 24(3); 33(5)); berdasarkan undang-undang (Pasal 18A (2)); ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 23(1); 23B; 25;25A; 28); dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 28I (5)). 10 JG Steenbeek dalam De Beproefde Grondwet, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemantri dalam bukunya yang berjudul Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1979, hlm 44-45.

Hal tersebut

dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Sejalan dengan itu maka hak warga negara di bidang politik (khususnya hak memilih dan hak dipilih) merupakan sesuatu yang harus dijamin oleh negara. Dalam UUD 1945 sesudah dilakukan perubahan pertama hingga keempat 11, ketentuan mengenai hak warga negara di bidang politik termuat dalam Pasal 27. Pasal 28, Pasal 28D (3), Pasal 28E (3). Pasal 27 ayat (1) menyatakan: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Kemudian, Pasal 28 menyatakan: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Sementara itu dengan makna yang sama, Pasal 28D ayat (3) menyatakan: Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.12 Kemudian Pasal 28E ayat (3) menyatakan: Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Ketentuan tersebut menggambarkan adanya hak politik warga negara Indonesia untuk dapat menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan. (pemerintahan dalam arti luas, meliputi bidang legislatif, eksekutif dan yudisial; namun dalam konteks

tulisan ini hanya jabatan-jabatan di bidang legislatif dan eksekutif yang dipilih secara langsung). Dengan perkataan lain rumusan tersebut menjamin hak warga negara untuk dipilih guna menduduki jabatan-jabatan kenegaraan tersebut. Selain hak untuk dipilih, ketentuan tersebut menggambarkan adanya hak warga negara untuk memilih. Sementara itu, hak warga negara untuk memilih juga tersurat dan tersirat dalam
11 Penulis lebih senang menyebutnya dengan UUD 1945 baru. 12 Menurut hemat penulis, ketentuan Pasal 28D ayat (3) tersebut secara substansi sama dengan rumusan Pasal 27 ayat (1), demikian pula ketentuan Pasal 28E ayat (3) overlaping dengan ketentuan Pasal 28.

ketentuan Pasal 1(2); Pasal 2(1); Pasal 6A (1); Pasal 19 (1) dan Pasal 22C(1) UUD 1945.13 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal tersebut diatur dalam undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD; undang-undang tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta undang-undang tentang Pemerintahan Daerah.14

B. Pengaturan dalam undang-undang. Pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai hak memilih dan hak untuk dipilih diatur dalam beberapa undang-undang antara lain dalam undang-undang tentang pemilihan umum badan lebislatif (DPR,DPD, DPRD); undang-undang tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; undang-undang tentang

pemerintahan daerah. Dalam ketiga undang-undang tersebut (yang menjadi bahan pokok bahasan) diatur mengenai persyaratan dan prosedur untuk melaksanakan hak memilih dari warga negara dan hak untuk dipilih. Ketiga undang-undang tersebut adalah: (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diubah untuk keduakalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008; (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
13 Pasal 1 (2): Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Pasal 2 (1): Majellis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum, dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Pasal 6A (1): Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pasal 18 (3):Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.. Pasal 18 (4): Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. (pengertian demokratis tersebut dalam UU No. 32 Tahun 2004 diartikan sebagai dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasal 19 (1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. Pasal 22C(1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. 14 Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 jo. Undang-undang No. 12 Tahun 2008,.Undang-undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

(3) Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

1. Pengaturan hak untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat. Sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 1(1); Pasal 2(1); Pasal 6A (1); Pasal 19 (1) dan Pasal 22C(1) ditetapkan beberapa undang-undang. Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD ditetapkan persyaratanpersyaratan untuk menjadi anggota DPR, DPD dan DPRD. Untuk menjadi anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota syarat sbb:15 a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia; e. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat; f. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945; g. tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; h. sehat jasmani dan rohani;
15 Pasal 50 UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD.

seseorang harus memenuhi

i. terdaftar sebagai pemilih; j. bersedia bekerja penuh waktu; k. mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan yang tidak dapat ditarik kembali; l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPD sesuai peraturan

perundangundangan; m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara; n. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; o. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan; dan p. mendapat dukungan minimal dari pemilih dari daerah pemilihan yang bersangkutan. Selain persyaratan-persyaratan tersebut di atas, seseorang bakal calon harus menyampaikan kelengkapan administrasi. Kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota harus dibuktikan dengan: a. kartu tanda Penduduk Warga Negara Indonesia.

b.

bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, STTB, syahadah, sertifikat, atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah.

c. surat keterangan tidak tersangkut perkara pidana dari Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat; d. surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani; e. surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih; f. surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang

ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup; g. surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup; h. surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara; i. j. kartu tanda anggota Partai Politik Peserta Pemilu;

surat penyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu) partai politik untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai

cukup; k. surat penyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu) daerah pemilihan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.16

2. Pengaturan hak untuk dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Dalam UU No. 42 Tahun 2008 sebagai pelaksanaan dari Pasal 6 UUD 17 (khususnya) UUD 1945, seseorang untuk dapat diajukan sebagai bakal calon Presiden dan Wakil Presiden harus dipenuhi persyarat-persyaratan tertentu. Ketentuan Pasal 6 ayat(1) UUD 1945 hanya menetapkan syarat-syarat berkaitan dengan: a. Kewarganegaraan; b. Penghianatan terhadap negara; c. Kemampuan secara rohani dan jasmani. Sementara itu dalam UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden ditetapkan persyaratan-persyaratan yang cukup banyak, ada sebanyak 18 item.18 Dengan demikian terdapat penambahan persyaratan sebanyak 15 item. Bila hal itu dibandingkan dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang Tata-cara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI, yang menetapkan adanya 14 syarat. UUD 1945 asli dalam Pasal 6 ayat (1) hanya menetapkan: Presiden ialah orang Indonesia asli. Jadi, ada penambahan persyaratan 13 item.

16 Pasal 50 UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 17 Pasal 6 ayat (1) UUD 1945 Perubahan Ketiga menyatakan: Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 18 Lihat Lampiran II.

3. Pengaturan hak untuk dipilih menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam Pasal 18 UUD 1945 disebutkan bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah Daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Kemudian dalam Pasal 42 ayat (5) UU No. 32 Tahun 2004 ditetapkan bahwa: Kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.(cetap miring dari Penulis). Dalam Pasal 56 diatur kembali hal yang sama, yaitu:

1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu


pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan


oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dari rumusan tersebut dapat ditafsirkan bahwa seseorang bakal calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang, memiliki hak untuk dipilih menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Menurut ketentuan Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2008, calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat; d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota; e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter; f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya; i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan; j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara; k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; l. dihapus; m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai

NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak; n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri; o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selarna 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah; dan q. mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatannya.19

Ternyata, bahwa persyaratan-persyaratan administrasi yang harus dilengkapi oleh seseorang bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah begitu banyak.

IV. BENTUK-BENTUK PEMBATASAN HAK MEMILIH DAN DIPILIH A. Pembatasan Hak Memilih Setiap undang-undang pemilihan umum selalu mencantumkan asas-asas pemilihan umum. Dalam UU No. 10 Tahun 2008, misalnya, ditetapkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (Pasal 2). Asas umum, artinya bahwa setiap warganegara yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan berhak untuk ikut memilih, untuk menentukan pilihan sesuai hati nuraninya. Hal itu sesuai dengan ketentuan UUD 1945 Pasal 28 jo. Pasal 28E ayat (3), yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (cetak miring dari Penulis). Pernyataan untuk mengeluarkan pendapat tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
19 Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2008

Dalam ketentuan undang-undang ada pembatasan, yaitu mengenai persyaratan umur maupun persyaratan prosedur.20 Undang-undang menyatakan bahwa seorang WN yang telah berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih (Pasal 19 dan 20 UU No. 10 Tahun 2008; Pasal 24 ayat (5), Pasal 68 dan 69 UU No. 32 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2008; Pasal 27 dan 28 UU No. 42 Tahun 2008). Artinya, mereka yang belum berumur 17 tahun atau belum kawin, tidak memiliki hak memilih. Artinya, bahwa seorang warga negara yang berumur di bawah 17 tahun tidak berhak untuk memilih. Pertanyaannya: Apakah umur 17 tahun merupakan batas minimal seseorang memiliki hak memilih? Mengapa UndangUndang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menetapkan batas minimal (untuk seorang perempuan) adalah 16 tahun?21 Selain itu dalam undang-undang pemilihan umum DPR,DPD, DPRD dan pemilihan umum Presiden/Wakil Presiden juga terdapat ketentuan bahwa seseorang yang memiliki hak memilih harus terdaftar dalam daftar pemilih (yang dimaksud adalah Daftar Pemilih Tetap atau DPT). Walhasil, mereka yang tidak terdaftar tidak dapat melaksanakan haknya, padahal kemungkinan hal itu terjadi disebabkan oleh kelalaian petugas yang berwenang melakukan pendaftaran pemilih. Kelalaian tersebut, atau mungkin ada unsur kesengajaan, menimbulkan seseorang warga negara kehilangan hak memilih.22 Pembatasan tersebut dapat dikategorikan sebagai persyaratan prosedural. Apa pun persyaratan yang ditetapkan akan merupakan suatu pembatasan terhadap hak memilih warga negara. Lepas dari persoalan bahwa hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk melakukan

konstitusional review terhadap undang-undang, yang jelas bahwa hak memilih


20 Lihat Lampiran I 21 Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 22 Meskipun MK dalam putusan yang bekaitan dengan hal itu telah melakukan terobosan dengan diperbolehkannya pemilih menggunakan hak pilihnya dengan memperlihatkan KTP, tetapi harus disertai dengan kartu keluarga. Artinya pemilih hanya dapat melaksanakan haknya apabila berada di tempat dimana dia tercatat sebagai penduduk berdasarkan KTP dan KK. Pemilih tidak dapat menggunakan haknya di tempat lain, kecuali mereka yang membawa formulir C.

seseorang warga negara yang dijamin dalam UUD dan harus dilindungi, telah dibatasi oleh undang-undang pemilihan umum, yang didalamnya terdapat

pembatasan umur, pembatasan prosedural, dan pembatasan secara adminsitrasi.23 Selain kedua hal tersebut, jika memperhatikan ketentuan Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 Perubahan Kedua, terdapat pembatasan lain yang dapat dikategorikan sebagai pembatasan moral.24 Sementara itu dalam ketentuan Pasal 28J ayat (2) tersirat maksud adanya pembatasan hak warga negara oleh undang-undang, yaitu sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.25

B. Pembatasan Hak Dipilih Untuk dipilih dalam jabatan kenegaraan (Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta anggota DPR,DPD, dan DPRD), ditetapkan persyaratan-persyaratan tertentu. Untuk jabatan Presiden dan Wakil Presiden, UUD 1945 menentukan: Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 6 UUD 1945 Perubahan Ketiga). Persyaratan
23 Lihat lebih lanjut antara lain Pasal 57, 58 dan 59 UU No. 10 Tahun 2008 tentang Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Pasal 16 sampai dengan Pasal 20 UU No. 24 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 24 Pasal 28J (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.**) 25 Pasal 28J ayat (2) menyatakan: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

dan prosedur pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dalam undang-undang. Dalam UU No. 42 Tahun 2008 ditetapkan syarat-syarat dan prosedur pencalonan.26 Sementara itu perintah Pasal 6 UUD 1945 hanya untuk materi yang bersangkutan dengan tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, bukan syarat-syarat calon Presiden dan Wakil Presiden. Untuk menjadi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah persyaratannya ditetapkan dalam Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2004 yang telah diubah untuk kedua kalinya dengan UU No. 12 Tahun 2008. Dalam ketentuan Pasal 58 tersebut ditetapkan: 1. persyaratan-persyaratan administrasi (WNI sejak kelahiran, bertempat tinggal di wilayah NKRI, terdaftar sebagai pemilih, menyerahkan daftar kekayaan pribadi, tidak sedang dalam status sebagai penjabat kepala daerah, dsb); 2. persyaratan yang bersifat prosedural (didukung dan diajukan oleh partai politik, izin dari atasan bagi pejabat-pejabat tertentu, dsb); 3. persyaratan yang menyangkut keadaan fisik calon (misalnya tentang umur, kemampuan jasmani) dan non-fisik yang bersifat kerohanian (, bertaqwa kepada Tuhan YME, setia kepada Pancasila, UUD dan cita-cita proklamasi, dsb. Apakah persyaratan-persyaratan tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu pembatasan? Semakin banyak persyaratan yang diwajibkan, maka akan semakin banyak pula pembatasan-pembatasan tersebut. Hanya orang atau warga negara yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 58 UU No. 32 tahun 2004 itulah yang dapat menjadi calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Mengenai persyaratan umur, misalnya, ditetapkan bahwa:
26 Lihat Lampiran II, III dan IV.

a. berusia

sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon

gubernur/wakil gubernur dan;


b. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon

bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota; Persyaratan umur minimal merupakan pembatasan bagi warga negara untuk menjadi gubernur/wakil gubernur dan untuk menjadi bupati/wakil bupati serta walikota/wakil walikota. Jadi, warga negara yang berumur di bawah itu tidak dapat mencalonkan diri menjadi kepala daerah! Belum lagi persyaratan-persyaratan lain! Sementara UUD 1945 tidak mengaturnya! Demikian pula dengan hak dipilih untuk menjadi anggota DPR, DPD dan DPRD. UUD 1945 hanya menetapkan bahwa keanggotaan badan-badan tersebut dipilih melalui pemilihan umum. Persyaratan-persyaratan untuk menjadi anggota DPR, DPD dan DPRD diatur dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 50 berisi persyaratan administrasi (WNI sejak kelahiran, bertempat tinggal di wilayah NKRI, terdaftar sebagai pemilih, dsb), persyaratan yang bersifat prosedural (didukung dan diajukan oleh partai politik, izin dari atasan bagi pejabat-pejabat tertentu, dsb), persyaratan yang menyangkut keadaan fisik calon (misalnya tentang umur, kemampuan jasmani) dan non-fisik yang bersifat kerohanian (bertaqwa kepada Tuhan YME, setia kepada Pancasila, UUD dan cita-cita proklamasi, dsb. Lagi-lagi persyaratan umur ditetapkan berbeda dengan persyaratan menjadi Presiden/Wakil Presiden, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, bahkan berbeda pula dengan persyaratan untuk memilih. Persyaratan umur untuk memilih ditetapkan 17

tahun, sementara untuk dipilih menjadi anggota DPR, DPD, dan DPRD seorang calon harus telah berumur 21 tahun. Demikian pula persyaratan pendidikan. Untuk menjadi anggota DPR, DPD, DPRD (provinsi, kabupaten dan kota) ditetapkan sama yaitu berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat atas. Persyaratan tersebut juga sama untuk calon Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota. Jadi, persyaratan pendidikan untuk jabatan-jabatan tersebut di atas disamaratakan. Persyaratan umur ada perbedaan, yaitu: a. untuk Presiden/Wakil Presiden berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima tahun); b. untuk DPR, DPD, dan DPRD berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun; c. untuk Gubernur/Wakil Gubernur berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun; dan d. untuk Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota berusia sekurangkurangnya 25 (dua puluh lima) tahun. Dengan demikian ada tingkat-tingkat perbedaan umur untuk menduduki jabatanjabatan kenegaraan tersebut. Dimulai dari umur 21 tahun, 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun. Apakah perbedaan persyaratan umur tersebut mencerminkan adanya suatu diskriminasi?. Mengapa pula ada perbedaan persyaratan umur untuk memilih dan dipilih? Bagaimana jika persyaratan umur minimal tersebut berlaku untuk semua jabatan kenegaraan tersebut, dan juga berlaku untuk persyaratan memilih dan adalah bahwa

dipilih? Terlepas dari persoalan-persoalan tersebut, yang pasti

persyaratan-persyaratan tersebut menggambarkan adanya pembatasan-pembatasan

hak memilih dan dan hak dipilih. Ini berarti pula adanya pembatasan hak konstitusional warga negara di bidang politik. Sebagai bahan pembanding dapat dilihat The Constitution Of The Republic Of The Philippines (Adopted by The Constitutional Commission of 1986) yang antara lain menetapkan persyaratan-persyaratan tersebut, khususnya mengenai batas umur minimal, kewarganegaraan, dsb ditetapkan dalam UUD.27 Dengan demikian dalam undang-undang organiknya tidak terlalu banyak penambahan-penambahan yang dianggap berlebihan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Undang-undang telah menambah persyaratan-persyaratan untuk menduduki jabatan kenegaraan (Presiden/Wakil Presiden, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, anggota DPR,DPD, dan DPRD; karena terdapat sejumlah

pembatasan hak-hak memilih dan dipilih yang dimiliki warga negara, baik yang berhubungan dengan kondisi fisik dan non-fisik calon, yang

menyangkut persyaratan-persyaratan yang bersifat prosedural, dan yang menyangkut persyaratan-persyaratan administrasi. 2. Persyaratan-persyarat tambahan yang diatur dalam undang-undang bersifat
27 Section 3 : Section 4 : Section 2 : No person may be elected President unless he is a natural-born citizen of the Philippines, a registered voter, able to read and write, at least forty years of age on the day of the election, and a resident of the Philippines for at least ten years immediately preceding such election. There shall be a Vice-President who shall have the same qualifications and term of office and be elected with and in the same manner as the President. He may be removed from office in the same manner as the President. The Vice-President may be appointed as a Member of the Cabinet. Such appointment requires no confirmation. The President and the Vice-President shall be elected by direct vote of the people for a term of six years which shall begin at noon on the thirtieth day of June next following the day of the election and shall end at noon of the same date six years thereafter. The President shall not be eligible for any reelection. No person who has succeeded as President and has served as such for more than four years shall be qualified for election to be the same office at any time.

membatasi hak-hak warga negara yang akan mencalonkan, karena tanpa dipenuhinya persyarat-persyaratan tersebut mereka tidak akan dikabulkan oleh KPU. Bakal calon yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang akan dicoret pada waktu dilakukan verifikasi. 3. Pembentuk undang-undang menetapkan perbedaan persyaratan umur minimal untuk dipilih menjadi Presiden/Wakil Presiden (35 tahun), anggota DPR,DPD dan DPRD (21 tahun) serta untuk dipilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur (30 tahun), Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota (25 tahun). B. Saran 1. Batas minimal umur untuk memilih sebaiknya ditinjau lagi, disesuaikan

dengan perkembangan, atau setidak-tidaknya disamakan dengan batas minimal seseorang untuk kawin (16 tahun menurut UU Perkawinan). Dalam situasi dewasa ini umur 16 tahun (baik bagi pria maupun wanita) sudah dapat dianggap memenuhi kriteria dewasa. 2. Batas minimal umur untuk dipilih dalam jabatan kenegaraan baik sebagai Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah sebaiknya diseragamkan dan diambil batas minimal yaitu 21 tahun. 3. Dalam undang-undang dasar dimuat persyaratan-persyaratan minimal untuk jabatan-jabatan Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, seperti kewarganegaraan sejak kelahiran (natural born), umur minimal. Pendelegasian pengaturan lebih lanjut dalam undang-undang), harus secara jelas ditetapkan substansi/materinya. Jangan

ada delegasi blanco. VI. DAFTAR BACAAN Bagir Manan (Editor), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Kumpulan Esai Guna Menghormati Prof.Dr. R.Sri Soemantri Martosoewignjo, SH, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1996. Mulyana W Kusumah, Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia, Suatu Pemahaman Kritis, Alumni, Bandung, 1981. Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2007. Ramdlon Naning, Cita dan Citra Hak-hak Asasi Manusia di Indonesia, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1983 Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1979. Undang-Undang Dasar 1945 asli dan UUD 1945 baru. The Constitution Of The Republic Of The Philippines (Adopted by The Constitutional Commission of 1986) Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Undang-undang Nomor 10 Tahun 208 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 jo. Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI. Abstrak

Hak untuk memilih dan hak untuk dipilih sebagai hak konstitusional warganegara, yang diatur dalam hukum positif, hanya terkait dengan jabatan Presiden/Wakil Presiden, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dan anggota DPR, DPD, serta DPRD. Hak warga negara untuk memilih jabatan-jabatan tersebut tidak diatur secara eksplisit dalam UUD 1945. Hak untuk dipilih dalam jabatan-jabatan kenegaraan tersebut, tersirat dari persyaratan-persyaratan yang ditentukan untuk jabatan tersebut. UUD 1945 hanya mengatur persyaratan jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Persyaratan untuk menjadi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, anggota DPR,DPD, dan DPRD diatur dalam undang-undang (organik). UUD 1945 tidak menetapkan persyaratan-persyaratan anggota DPR,DPD. DPRD dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Oleh karenanya UUD 1945 tidak memerintahkan hal itu diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Persyaratanpersyaratan tersebut diatur dalam undang-undang. Persyaratan-persyaratan tersebut berupa persyaratan prosedural, persyaratan administrasi dan persyaratan yang berkaitan dengan pribadi calon (fisik dan non-fisik). Persyaratan umur minimal untuk jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, antara 21 tahun(anggota DPR,DPD, dan DPRD), 25 tahun (Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota), 30 tahun(Gubernur/Wakil Gubernur) dan 35 tahun (Presiden/Wakil Presiden). Persyaratan umur minimal untuk pemilih adalah 17 tahun. Hakekatnya persyaratan-persyaratan tersebut merupakan pembatasan terhadap hak untuk memilih dan hak untuk dipilih, yang merupakan hak politik warga negara yang dijamin dalam undang-undang dasar. Seharusnya pembatasan tersebut diatur dalam undang-undang dasar, baru kemudian diatur lebih lanjut dalam undangundang.

You might also like