You are on page 1of 12

AMPL NTT Newsletter

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat Juli 2010

Media Informasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Daftar isi
Jangan Sampai Kota Kupang ke banjiran

Jangan Sampai Kota Kupang Kebanjiran


Perkembangan Kota Kupang yang diikuti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan bangunan, peningkatan sarana prasarana dan aktivitas kota lainnya, menyebabkan semakin sempitnya ruang penyerapan air ke tanah. Beberapa tahun belakangan ini, terjadinya genangan, banjir di musim hujan di beberapa bagian Kota Kupang. Membutuhkan perencanaan prasarana draianse kota. Perencanaan bukan hanya untuk mengatasi permasalahan sekarang, tetapi untuk antisipasi dampak negativedi masa yang akan datang

Kapankah AMPL Dianggap Penting ?

Mencari Sistem Pengelolaan SPAM Amanuban yang mempuni Replikasi Pokja AMPL Timor Tengah Utara Konverda Anak NTT Hasilkan 8 Duta Anak Ke Kongres Anak Indonsia IX 2010 Sistem DEWATS Kami Sangat Butuh Air. (Suara dari Desa Halimodok Belu) Sistem draenase yang baik, Kota Terhindar dari Banjir

10 11

12

Ingin Tau kah Anda, bagaimana kondisi sistem prasarana drainase di Kota Kupang. Prasarana drainase merupakan prasarana untuk mengalirkan kelebihan limpasan air permukaan/ hujan maupun aktivitas manusia serta pencegahan banjir dan genangan. Tahun ini di Provinsi NTT khususnya di Kota Kupang musim hujan lebih panjang dari rata-rata bulan hujan. Tahun ini dari November-Mei daripada musim hujan ditahun sebelumnya yang biasanya bulan November-Maret. Kondisi ini ikut menentukan volume air hujan yang dihasilkan yang mengalir dalam saluran drainase. Saluran primer yang dipakai di Kota Kupang ini adalah Kali Dendeng yang bermuara di pantai LLBK (Teddys Bar), Kali Liliba yang bermuara di Pantai Oesapa, Kali Merdeka yang bermuara di Pantai Oeba. Saluran sekunder adalah saluran pada pinggiran jalan utama kota. Saluran-saluran ini sebagai tempat pembuangan limbah domestic, industri dan aktivitas perkotaan lainnya. Kecenderungan yang terjadi jika volume hujan yang besar, mengakibatkan tidak tertampungnya saluran sekunder tidak teralir dengan baik untuk menuju saluran drainase primer. Kondisi ini mengakibatkan bagian ruas jalan Kota Kupang mengalami genangan, banjir sehingga dapat menghampat aktivitas kota. Pertimbangan sistem saluran drainase ini adalah berdasarkan morfologi, kemiringan lereng, geologi permukaan, tata guna lahan dan porositas batuan. BerBersambung ke hal 3

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 2

Pengantar Salam AMPL, Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga News Letter AMPL NTT edisi III ini dapat diterbitkan oleh Sekretariat Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) menjadi kebutuhan dasar yang sangat penting bagi semua orang dan berpengaruh terhadap aspek pembangunan lainnya. Dalam upaya meningkatkan Koordinasi pembangunan sektor AMPL tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penyebaran informasi Pembangunan AMPL melalui Newsletter ini. New Letter AMPL-NTT ini diharapkan menjadi salah satu bentuk komitmen kita bersama untuk pencapaian target MDGs (Millenium Development Goals). Selain itu, newsletter ini juga dapat dijadikan sebagai forum pembelajaran bersama oleh berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan AMPL di NTT khususnya. Melalui media ini kami selaku Pimpinan Daerah mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembangunan di bidang AMPL ini, semoga media ini dapat bermanfaat bagi Pembangunan AMPL khususnya dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya. Kiranya Tuhan Selalu Menyertai Kita Semua Agustus 2010 Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya

cuci tangan pakai sabun

AMPL NTT Newsletter

Halaman 3

dasarkan rencana Tata ruang Kota kupang terbaru satuan kemampuan lahan (SKL) untuk drainase terbagi SKL untuk Drainase Tinggi adalah daratan rendah (daratan pantai dan sungai) memiliki sudut kemiringan 5%-10% meliputi sebagian besar perbukitan dan perbukitan selatan. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untuk Drainase Menengah adalah perbukitan dengan kemiringan sudut lereng 5-30% atau >30%, terdapat di sebagian besar wilayah Kota Kupang. SKL untuk Drainase Rendah adalah dataran rendah berawa terdapat di bagian tengah Kecamatan Oebobo dan Kelapa Lima. Maka dari itu dalam perkembangan Kota Kupang, yang diikuti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan bangunan, peningkatan sarana prasarana dan aktivitas kota lainnya, membutuhkan perencanaan prasarana draianse kota. Perencanaan bukan hanya untuk mengatasi permasalahan sekarang, tetapi untuk antisipasi dampak negative di masa yang akan datang. Arahan pengembangan sistem jaringan drainase yang berhirarki dalam Rencana Tata Ruang Kota Kupang, diantaranya: Mengatur kembali sistem jaringan drainase kota yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya, baik secara kualitas maupun kuantitas Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran pembuangan yang ada dan sungai-sungai yang dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan air hujan agar tidak terjadi luapan akibat air hujan tidak dapat dialirkan dengan cepat Normalisasi catchment area seperti laut dan sungai yang mengalami sedimentasi agar kapasitas daya tampungnya dapat dioptimalkan Pengembangan kanal-kanal terbuka sebagai sistem jaringan drainase primer (utama) yang dibangun dengan konstruksi beton yang alirannya disesuaikan dengan kondisi topografi Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder (drainase pengumpul) pada setiap sisi jalan dengan menggunakan lapis perkerasan (lining) yang alirannya berdasarkan topografi, sehingga tidak terjadi genangan di badan jalan pada musim hujan Pembuatan sistem saluran drainase tersier yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan drainase kota, terutama di wilayah permukiman yang belum ada jaringan drainase dan di wilayah permukiman baru. Diharapkan dalam proses pelaksanaan ini Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peran serta masyarakat melalui kemitraan. Perencanaan pembangunan dapat berbasis masyarakat sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan saluran sekitar lingkungan masyarakat, pemeliharaan parasarana lingkungan yang telah disiapkan oleh pemerintah. Masyarakat sebagai salah satu stakeholder pembangunan ini harus didukung bersama dalam menghasilkan perencanaan pembangunan yang terintegrasi (Gabriel, Adu).

TIM REDAKSI: Mamun Patty, SH MSi Talo Thomas Ramsis Y. Tella David Makuago Jacobus B. Botoor Robi lay

Sekretariat Pokja AMPL Provinsi NTT Kantor Bappeda Provinsi (Bidang PP. III) Jl. Polisi Militer 2 Kupang Telp/fax. (0380) 833462 832975

SEHATI SESUARA MEMBANGUN NTT BARU

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 4

Kapankah AMPL dianggap Penting


Untuk
menciptakan generasi penerus yang genius sebagian besar hanya dilahirkan oleh orang- orang yang hidup dikota, lalu bagaimana dengan saudara saudara kita di daerah pelosok perdesaan? Salah satu hak dasar adalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang kita tahu oleh sebagain pemerintah daerah masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting. Hal itu dapat dilihat dari Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang hanya memuat sepersekian persen untuk program Air Minum dan penyehatan lingkungan. Hasil study Water and Sanitation (WSP) tahun 2008, buruknya kondisi sanitasi berpotensi mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar Rp.57 triliun atau mencapai 120.000/kapita / tahun, studi ini baru hanya berfokus pada sub sector sanitasi. Hal ini dapat menjadi bahan refleksi bagi pengambil kebijakan didaerah. Salah satu kesepakatan bangsabangsa, Millenium Develobment Gols (MDGs) yakni Tahun 2015, 50% penduduk dunia yang belum mendapat akses Air minum dan penyehatan lingkungan harus terlayani. Indonesia adalah salah satu Negara yang menantangani kesepakatan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan dimasukannya program air minum dan penyehatan lingkungan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Bab IV butir 20 yakni pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi. Semua ini dapat disimpulkan bahwa pembangunan sector air minum dan sanitasi merupakan satu kesatuan yang perlu mendapat penanganan yang lebih baik!!! Lalu Bagaimana dengan pemerintah daerah, apakah mereka juga dapat berkomitmen yang sama? Bahwa Air minum dan penyehatan lingkungan sudah saatnya menjadi prioritas! Timbul Pertanyaan Besar? Khusus untuk Nusa Tenggara Timur yang marak dikenal dengan program anggaran menuju rakyat (anggur merah) sangat tepat karena Program air minum dan penyehatan lingkungan langsung menyentuh kebutuhan dasar dari masyarakat. Pertanyaannya, Kapankah pembangunan AMPL di anggap Penting ? Bisakah pembangunan AMPL menjadi sebuah isu prioritas bagi pemerintah daerah kita ? (wassalam. Obbie B. Botoor)

AMPL NTT Newsletter

Halaman 5

Gemuruh tepuk tangan terdengar begitu sambutan pembukaan pelatihan fasilitator pembangungan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan tanggal 21- 25 Juni 2010 di aula hotel JW Marriot Surabaya dibuka oleh Bapak Nugroho Tri Utomo perwakilan Direktur Permukiman dan perumahan rakyat. Akhir dari sambutannya Beliau berpesan agar pelatihan ini memberikan manfaat kepada kita , khusunya peserta. Segera setelah pelatihan ini peserta dapat menyusun rencana kerja di daerah masingmasing dan menjadi fasilitator yang handal dan berkomitmen menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat, pokja AMPL, para pemangku kepentingan lainnya, untuk memajukan daerah khususnya melalui sector AMPL sebagai upaya bersama dan berkontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan. Peserta pelatihan ini berasal dari kalangan Birokrat, LSM dan Perguruan Tinggi, utusan dari beberapa provinsi, kami semua banyak sekali diberikan materi oleh bapak dan ibu dari Bappenas, waspola facility dan dari Direktorat Perumahan dan Permukiman, yang menyangkut cara bagaimana seorang fasilitator itu bekerja antara lain memahami konteks pembangunan AMPL termasuk konsep dasar fasilitasi, mencermati isu dan permasalahan AMPL,cara komunikasi dan advokasi AMPL,kemudian bagaimana merancang komunikasi dan advokasi, sampai pada mendesain fasilitasi, dan yang terakir kami melakukan praktek memfasilitasi sebuah acara tentang AMPL.

Kami para peserta merasa bersyukur telah mendapatkan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kapasitas pengetahuan kami tentang fasilitator.Dari sini kami merasa terbebani dengan sebuah tugas yang amat berat yakni dapatkah kita mengimplementasikan pengetahuan yang sudah kami dapat dari pelatihan iniuntuk itu kami seluruh peserta membangun suatu kesepakatan bahwa setelah selesai pelatihan ini diharapkan agar komunikasi bisa terjalin dengan baik dan terbentuknya jejaring sebagai media bertukar pengalaman, memperkaya pengetahuan dan memperkuat dukungan antar wilayah dan juga ketika seluruh peserta kembali kedaerah masing- masing.Akhir kata kami fasilitator Pembangunan AMPL selalu siap bila ada kabupaten/ kota yang ingin mengadakan pelatihan fasilitator kami siap membantu untuk mendesain dan sebagai pemateri dalam acara tersebut, untuk Provinsi NTT hubungi Sekretariat Pokja AMPL Provinsi NTT,d/a.Kantor Bappeda Provinsi NTT(Bidang PP.III) Jl.Polisi Militer No.2 Kupang. Telp/fax.(0380) 833462 832975 atau via email; obbiebotoor@yah oo.com. (Obbie B.Botoor)

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 6

Kunjungan Belajar di Togo-togo:

Mencari sistem pengelolaan SPAM Amanuban Timur yang mumpuni

Mungkinkah Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Ibu Kota Kecamatan (IKK) untuk melayani 8 desa di Kecamatan Amanuban Timur akan mengalir dengan lancar tanpa tersendat? Memang perlu disadari, keberlanjutan suatu SPAM, tidak terkecuali SPAM IKK Amanuban Timur sangat tergantung dari sistem pengelolaan yang mau dibangun dan kesadaran masyarakat untuk menjaga keberlanjutan operasionalnya. Jika kedua hal ini diabaikan, maka mungkin saja pipa boleh makin dekat tapi air makin jauh.
SPAM IKK Amanuban Timur memang telah dibangun sejak 2 tahun lalu oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) melalui Dinas Kimpraswil Kabupaten TTS. Proyek ini telah dikerjakan sejak 2 tahun lalu. Sumber airnya dari mata air Sonbilo di desa Billa untuk melayani kebutuhan air minum di 8 desa, yaitu Bila, Oeekam, Mnelaanen, Fatukopa, Taebone, Besnam, Teluk dan Oelet. Sejak awal rencana dibangunnya SPAM IKK ini, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang (Kimtaru) TTS telah berjalan bersama-sama dengan Plan Indonesia Program Unit (PU) SoE. Hal ini mengingat Plan sebagai mitra pemerintah Kabupaten TTS, senantiasa berkomitment untuk ikut serta dalam pemenuhan

Jejaring

AMPL NTT Newsletter

Halaman 7

pemenuhan hak-hak anak, termasuk hak untuk mendapatkan air bersih yang memadai. Di samping itu, proyek ini berada di wilayah desa-desa dampingan Plan Indonesia PU SoE. Di sini Plan Indonesia PU SoE yang berperan dalam mempersiapkan sosial masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan SPAM IKK Amanuban Timur tersebut. Hingga kini pengerjaan fisik proyek ini sudah hampir rampung. Sehingga untuk menjamin kelancaran pengelolaannya nanti, maka perlu dicari suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang mumpuni. Untuk itu, pada beberapa waktu lalu Plan Indonesia PU SoE memfasilitasi digelarnya sebuah Lokakarya untuk mencari model pengelolaan SPAM IKK Amanuban Timur. Lokakarya itu dihadiri perwakilan masyarakat dari 8 desa yang terdiri dari Kepala Desa dan tokoh adat, Tokoh Masyarakat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) TTS dan Pemda TTS. Lokakarya itu akhirnya berhasil ditimba kesepakatan bahwa pengelolaan SPAM IKK Amanuban Timur harus didasarkan atas asas Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat di 8 desa penerima manfaat dengan pembinanya adalah Instansi Teknis Pemerintah Kabupaten (Pemkab) TTS. Untuk memperkuat gambaran dan sebagai bahan referensi mengenai sistem pengelolaan yang telah disepakati, maka Plan Indonesia PU SoE memfasilitasi sejumlah pemangku kepentingan yang merupakan wakil peserta lokakarya melakukan Kunjungan Belajar di Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Togo-Togo, Kabupaten Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan. Para tokoh yang ikut serta dalam studi banding ini antara lain, Kundrat Marianan dan Buce Liu dari unsur DPRD TTS, Jack Benu dan Eli Nitiano dari unsur Dinas Kimtaru TTS, Daniel Taneo perwakilan dari unsur tokoh masyarakat, Oky Laisnima mewakili forum Daerah Aliran Sungai (DAS) TTS, Didi Haryadi dari Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) Soe. Juga 2 orang perwakilan dari Plan Indonesia PU Soe, Pramodhana Purnalaksita (PUM) dan Robert Nufninu (WASH Fasilitator). BPAM Togo-togo dipilih sebagai tempat belajar, karena BPAM Togo-togo merupakan salah satu model SPAM yang pengelolaannya secara mandiri oleh masyarakat dengan jangkauan pelayanan meliputi enam Desa. Dari kunjungan belajar itu banyak data yang berhasil digali. Sari dari data itu antara lain, BPAM Togo-togo pada awal berdirinya mendapat pendampingan dari Plan Indonesia Jeneponto. Namun sistemnya murni dibangun oleh masyarakat. Motor utamanya adalah seorang tokoh agama yang secara gigih dan tak kenal lelah menyadarkan masyarakat untuk membangun sistem pengelolaannya. Walaupun pernah mengalami masa pasang-surut, namun BPAM Togo-togo terus berbenah dan mengevaluasi diri hingga akhirnya menjadi BPAM yang murni dikelola masyarakat secara mandiri. Hingga kini BPAM Togo-togo telah membuka 1.318 sambungan rumah (SR) yang tersebar di 6 desa. Semoga saja ada pelajaran dari Togo-togo yang dapat diaplikasi dalam pengelolaan SPAM IKK Amanuban Timur. (Robert Nufninu, WASH Fasilitator PU SoE)

AMPL - NTT

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 8

REPLIKASI POKJA AMPL TIMOR TENGAH UTARA


berbasis masyarakat , maka Plan Indonesia Program Unit Kefa bersama Bappeda Kabupaten TTU bekerjasama menyelenggarakan Lokakarya pembentukan Pokja AMPL TTU yang bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten TTU 1 Maret 2010

Menyadari pentingnya pembangunan AMPL

Lokakarya dihadiri oleh perwakilan dari

Pokja AMPL Pusat (Pak Husein dan Pak Oswar), Pokja AMPL Provinsi. Sedangkan peserta kabupaten terdiri dari perwakilan dari PDAM, Dinas Kesehatan, Bapedalda, Pemuka Agama, Yabiku (Yayasan Bife Kuan), pihak penyelenggara (Bappeda Kabupaten TTU dan PUM /Program Unit Manager Plan Indonesia). Unit Manager Plan Indonesia Ferdinandus Sudirman, mengemukakan masalah utama pembangunan AMPL di Kabupaten TTU antara lain : 1) Adanya degradasi regulasi terhadap pemusatan pemukiman yang mengharuskan berada di sepanjang pinggir jalan untuk mempercepat pelayanan sehingga menyebabkan hilangnya komunitas masyarakat yang dekat dengan air; 2) Adanya perbedaan paradigma persoalan air yang semula bersifat sosial bergeser pada sifat ekonomis karena investasi, kesulitan daerah untuk menyediakan sarana prasarana investasi daerah, dan ; 3) Kebijakan penganggaran yang belum berpihak pada pembangunan AMPL. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara , menyadari bahwa akses masyarakat terhadap air bersih masih sangat rendah yang setiap tahun berimplikasi pada timbulnya penyakit seperti diare dan ISPA termasuk rendahnya penggunaan jamban berakibat praktek BAB di sembarang tempat. Permasalahan beruntun yang terjadi adalah konflik pengelolaan air minum yang bersumber dari mata air Mutis dimana digunakan oleh 2 (dua) kabupaten yang melibatkan penduduk/suku setempat, berkurangnya debit air akibat penebangan hutan dan adanya penambangan mangan. Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada , maka sudah saatnya pembangunan AMPL di Kabupaten TTU di fasilitasi dan dikoordinasi dalam rangka percepatan pembangunan AMPL untuk mencapai target MDGs. Wadah yang diharapkan adalah Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan). Namun pada Lokakarya pembentukan Pokja AMPL ini, masih terdapat kendala kendala teknis berkaitan dengan perampungan draft SK Pokja AMPL.Kegiatan berlangsung lancar, dan ditutup oleh Kepala Bappeda Kabupaten TTU pada jam. 16.00 Wita. Sebagai rencana tindak lanjut disepakati bahwa Draft SK Pokja AMPL akan digodok lagi , kemudian anggota terpilih akan dilantik oleh Bupati pada kesempatan terpisah. (Selfina Naibobe, ST )

AMPL NTT Newsletter

Halaman 9

KHPPIA (Kelangsungan Hidup, Perkembangan, Perlindungan Ibu dan Anak)

KONFERDA ANAK NTT HASILKAN 8 DUTA ANAK KE KONGRES ANAK INDONESIA IX 2010
Wagub NTT Suksesnya pelaksanaan Konverda Anak NTT, merupakan salah satu bentuk komitmen Pemerintah untuk terus memberikan perhatian terbaik terhadap pemenuhan hak asasi anak

Anak

merupakan tunas dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Itu berarti masa depan Negara nantinya sangat ditentukan oleh seberapa besar mereka diberi ruang dan kesempatan optimal, untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Dengan kata lain perkembangan Negara sangat ditentukan oleh kesiapan mereka saat ini. Berangkat dari kenyataan inilah maka perlindungan anak (child protection) menjadi penting dan bersifat mendesak yang harus dilakukan segera. Dengan demikian, anak dalam perkembangnya kelak, tumbuh secara sehat (fisik, mental), percaya diri, dan memiliki harga diri, berkarakter kuat, cerdas dengan berbagai pemikiran inovatif dan kreatif, sehingga memiliki kepribadian yang tangguh dan mandiri yang mampu mentrasformasikan nilai-nilai kehidupan berbangsa yang lebih baik. Terkait dengan terpilihnya 8 (delapan) Anak yang akan menjadi Duta Anak NTT pada kegiatan Kongres Anak Indonesia IX Tahun 2010, di Provinsi Kepualauan Bangka Belitung tanggal 23 Juli 2010. Atas terpilihnya duta anak NTT, Wakil Gubernur menyampaikan proficiat dan apresiasi setinggitingginya, kiranya berbagai bekal pengetahuan, keterampilan yang diperoleh selama Konferda, senantiasa dikembangkan, dan dipertahankan. Sebelum keberangkatan ke Pangkal Pinang, Duta Anak NTT bertemu dan berdialog dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur, yang bertempat di ruangnya. Dalam pertemuan tersebut, Gubernur menyampaikan proficiat serta mengahrapkan agar Duta-Duta Anak NTT mampu menunjukan citra diri sebagai Anak NTT yang terkenal dengan budaya ketimuran yang selalu mengendepankan kesantunan, saling menghagai dan menghormati dalam bingkai kebersamaan dan persaudaraan. Selain itu, Gubernur juga mengharapkan agar anak-anak dapat mempromosikan budaya, kesenian dan Pariwisata agar dikenal luas oleh sesama anak-anak dari berbagai daerah, se Indonesia. Hasil pelaksanaan Kongres Anak Indonesia IX Tahun 2010, di Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 23 Juli 2010, lalu menempatkan seorang Anak NTT terpilih sebagai Duta Pendidikan yakni Newton Bernoully Saylendra Jefons. Sedangkan Franclin S.P. Neoname dipercayakan untuk memberikan sambutan lisan mewakili anak-anak Indonesia pada acara pembukaan Kongres Nasional. Selain itu juga terpilih sebagai Sekretaris Presidium selama kegiatan dan menjadi MC pada acara penutupan. Duta Anak NTT lainnya yakni Charles Seran menduduki peringkat I Pemimpin Muda Indoensia atas prestasinya sebagai Ketua Forum Anak NTT yang eksis menyuarakan dan memasyarakatkan penegakkan hak-hak anak di Provinsi NTT, dengan tema Pengembangan Bakat dan Minat Anak melalui Forum Anak Masih dalam suasana peringatan Hari Anak Indonesia, Biro Pemberdayaan Perempuan Setda NTT bekerja sama dengan WVI Provinsi NTT, menyelenggarakan kegiatan Pelayanan Akte Gratis (0-5) tahun, di beberapa Kecamatan di Kota Kupang,di yakni (Kec. Oebobo, Alak, Maulafa dan Kelapa Lima). Dalam kegiatan yang disatukan dengan peringatan Hari Koperasi, (23/7), Gubernur Nusa Tenggara Timur menyerahkan secara simbolis Akte Kelahiran kepada 700 orang anak. Kegiatan serupa juga dilakukan di beberapa Kecamatan Kabupaten Kupang yakni Kec. Takari dan Kupang Tengah, (26/27 Juli) kepada 200 orang anak. Gubernur Nusa Tenggara Timur dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahwa penyerahan Akte Kelahiran ini merupakan bentuk pengakuan pemerintah terhadap pentingnya sebuah identitas seorang anak sebagai makluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya, bila seorang anak tidak memiliki Dokumen kelahiran, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Perliindungan Anak, maka ia akan kehilangan moment-moment bersejarah sepanjang hidupnya, sekaligus rentan terhadap tindakan-tindakan yang merugikan diri anak yang bersangkutan*

Volume III : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 10

SISTEM DEWATS
(Decentralized Wastewater Treatment Systems) Untuk Sistem Sanitasi Sederhana, Diaplikasikan Di Panti Asuhan MARIAE GRIGNIAN LOUIS DE MONFORT Di Kupang, NTT Panti Asuhan, yang didirikan pada tanggal 30 November 1996, yang dihuni 50 anak anak, dari umur 10 bulan sampai 16 tahun. Selain itu 6 suster dan 8 staff tinggal disana yang peduli dan menjalankan Panti Asuhan setiap harinya. Panti Asuhan hanya mengandalkan sumur gali dengan kedalaman sampai 20 meter yang mereka gunakan setiap harinya dengan cara di timba. Jadi konsekwensinya, air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga panti sangat terbatas. Walaupun mereka mengalami kelangkaan air, namun untuk urusan sanitasi, mereka masih menggunakan air bersih untuk membersihkan diri setelah BAB. Akhir September tahun 2008 BALIFOKUS menerima sedikit dana dari Kedutaan Besar Jerman untuk meningkatkan sistem sanitasi di Panti Asuhan Mariae Grignian Louis De Monfort yang berlokasi di Sikumana, Kota Kupang, NTT. Dalam kaitan dengan beberapa tantangan teknis, proyek harus selesai dikerjakan pada akhir Maret tahun 2009. Panti Asuhan juga menyediakan 3 kali makan untuk anak anak dan remaja. Mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak. Setiap minggunya mereka harus membeli kayu bakar dengan kisaran Rp. 100.000 150.000,-, jadi setiap bulannya mereka bisa menghabiskan sekitar Rp. 400.000 600.000,- hanya untuk kayu bakar saja. Panti Asuhan selain menjalankan Sekolah Dasar dan juga menyediakan keterampilan untuk anak anak muda. Panti Asuhan memelihara ternak ayam, babi, dan kambing untuk mendukung perekonomian panti dan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi anak anak. Menanggapi terbatasnya suplai air dan kebutuhan teknologi di Panti Asuhan, BALIFOKUS membantu memasangkan modul DEWATS (Decentralised Wastewater Treatment System) berbahan baku fiberglass yang terdiri dari 1 unit biodigester, 1 unit bak sedimentasi dan 6 septiktank bersusun yang di pabrikasi oleh perusahaan fiberglass lokal atas dasar desain dari kami. Total biaya untuk komponen system sanitasi sederhana ini sekitar Rp. 91.000.000,Kotoran hewan ternak dan kotoran manusia dari toilet disalurkan ke biodigester untuk memproduksi cukup gas dan bisa digunakan untuk memasak. Air keluaran dari pengolahan limbah sistem DEWATS aman untuk lingkungan dan bisa digunakan untuk mengairi kebun dan tanaman jagung. Dampak positif proyek untuk lingkungan sekitar adalah : a. Memperbaiki kondisi sanitasi di lingkungan Panti Asuhan. b. Menambah pengetahuan suster, staff, dan anak anak tentang isu isu sanitasi dan teknologi sederhana DEWATS, dan bagaimana mengoperasikan dan merawatnya. c. Mengurangi biaya untuk kayu bakar. Setelah 1 bulan pertama menggunakan gas dari biodigester, biaya suster untuk kayu bakar berkurang Rp. 100.000,-. Pembiayaan di harapkan menjadi lebih banyak berkurang di bulan bulan kedepannya setelah sistem mulai dan berjalan 3 bulan. d. Peningkatan kapasitas orang lokal terutama untuk tukang tukang lokal. Panti Asuhan ini bisa cukup menjadi contoh untuk Panti Asuhan yang lain di Kupang dan wilayah lainnya terutama daerah daerah yang kekurangan air.***(yuyun/chris/mar2009)

Lahan yang berbatu, tantangan teknis pada saat mengimplementasikan sistem

Kondisi terakhir setelah proyek selesai

Produksi biogas yang dihasilkan digunakan untuk memasak

AMPL NTT Newsletter

Halaman 11

Kami sangat butuhkan air minum. Kami sangat berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan perpipaan di desa kami karena air Kata-kata ini terlontar dari mulut Kepala Desa Halimodok, Bapak Hendrikus Tes ketika memberikan kata sambutan pada saat rapat bersama Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Belu, drg. Falentinus Pareira dengan masyarakat Desa Halimodok dan Bauho di Kantor Desa Halimodok, Jumat (26 Mei 2010). proses suksesi, konsentrasi masyarakat terarah pada pemilihan kepala desa. Perubahan iklim yang sangat ekstrim di Belu juga menyebabkan pekerjaan perpipaan di Desa Bauho dan Halimodok terhambat (musim hujan yang tidak menentu pada awal tahun ini). Tenaga teknis yang menangani pekerjaan SAB menjadi kendala tersendiri karena kurang profesional dan tidak punya komitmen untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Bertolak dari masalah yang dihadapi, masyarakat lewat Kepala Desanya sepakat untuk merampungkan pekerjaan perpipaan ini. Komitmen masyarakat ini muncul di samping karena tuntutan kebutuhan mereka, juga desakan dari Kepala Bappeda Kab. Belu, drg. Falens Pareira, untuk secepatnya menyelesaikan pembangunan SAB Jika pipa-pipa yang ada di Kantor Desa ini belum terpasang sebelum tanggal 17 Agustus tahun ini, maka saya selaku Kepala Bappeda akan angkat pipa dan mengalihkan program ke desa lain yang lebih membutuhkannya, kata drg. Falens. Di bawah koordinasi Camat Tasifeto Timur masyarakat menyusun jadwal kerja dan membagi kelompok kerja agar pekerjaan yang dilaksanakan lebih efisien dan efektif. Kepala Desa mengeluarkan Keputusan Desa untuk finalisasi Pembangunan SAB baik di Desa Halimodok maupun Desa Bauho. Menurut Kepala Desa Bauho, Bapak Edmund Atean, esensi adalah memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam upaya finalisasi pembangunan SAB dan sanitasi. Bagi masyarakat yang tidak bekerja sesuai jadwal dan kelompok kerja yang telah disepakati, harus membayar denda per hari Rp. 25.000. Uang yang ada dipakai untuk biaya makan minum para tukang/ teknisi yang bekerja. Keputusan Desa ini juga berlaku di Desa Halimodok. Saya sebagai Kepala Desa sudah membayar denda karena sehari tidak bekerja. Saya membawa ayam 1 ekor sebagai denda, dan ayam itu dipakai untuk lauk waktu masyarakat dan teknisi melanjutkan pekerjaan perpipaan di Dusun Lianain, Desa Halimodok, kata Bapak Hendrik Tes. Pertemuan dengan Kepala Bappeda dan monitoring oleh Pak Reza Hendrawan (PO Technical Unicef) pada tanggal 30 Juni-1 Juli 2010 yang lalu berdampak sangat signifikan. Kini, instalasi pipa di Dusun Lianain, Desa Halimodok sudah memasuki perkampungan. Sedangkan instalasi pipa di Desa Bauho baru dilakukan dari sumber mata air menuju reservoir Bauho. Masyarakat tetap berkomitmen bahwa sebelum tanggal 17 Agustus, pekerjaan SAB di Desa Bauho dan Halimodok sudah rampung. (yos ruang)

Pertemuan diatas bermaksud mengidentifikasi permasalahan seretnya pembangunan Sarana Air Bersih (SAB) di Halimodok dan Bauho, berikut mencari solusi untuk finalisasi pembangunan SAB dan Sanitasi di dua desa intervensi dukungan Unicef tersebut. Pernyataan Bapak Hendrik, demikian beliau biasa disapa, merupakan representan dari kerinduan masyarakatnya akan air bersih yang direncanakan mengalir masuk ke rumah-rumah warga (perpipaan system sambungan rumah/SR). Pemerintah Kabupaten Belu dengan dukungan Unicef berupaya menjawab kerinduan mereka dengan mengusung Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPLBM) yang diimplementasikan sejak tahun 2008. Dari hasil identifikasi masalah, kendala utama yang ditemukan adalah minimnya partisipasi masyarakat Yang disebabkan oleh minimnya leadership dari stakeholder Desa dan kendala tenaga teknis yang kurang profesional dan bertanggung jawab dalam menangani pekerjaan SAB. Suksesi kepala desa pada dua Desa pada dua desa intervensi sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Selama masa transisi dan

Volume IiI : Lestarikan lingkungan sehat

Halaman 12

Sistem Drainase yang Baik, Kota Larantuka Terhindar dari Banjir

Banjir pada musim penghujan, yang pernah menelan korban puluhan jiwa luka, meninggal dan rusaknya permukiman dan sarana dan prasarana kota. Pemerintah Daerah harus memperhatikan sistem drainase kota sebagai satu kesatuan penataan struktur ruang kota, selain memenuhi kebutuhan jaringan utilitas kota, juga sistem drainase yang dapat mengurangi resiko bencana yang mungkin terjadi.
Beberapa bagian dari Kota Larantuka sering terjadi banjir jika musim penghujan turun. Lokasi banjir ini seperti melanda Kelurahan Weri, Larantuka, Postoh dan Lokea. Badan jalan dan permukiman penduduk menjadi jalur banjir menuju ke pantai. Bencana banjir bandang pun pernah terjadi di Kota Lantuka. Bencana ini terjadi pada 2 peristiwa di bulan Februari 1979 dan terulang kembali di bulan Mei tahun 2004 lalu. Bencana banjir bandang ini menelan puluhan korban jiwa dan rusaknya permukiman dan sarana dan prasarana kota. Kondisi ini pemerintah kota sangat perlu memperhatikan sistem drainase kota sebagai satu kesatuan penataan struktur ruang kota, selain memenuhi kebutuhan jaringan utilitas kota, juga sistem drainase yang dapat mengurangi resiko bencana yang mungkin terjadi. Banjir yang terjadi dipengaruhi topografi Kota Larantuka berada pada 0-45%, dimana Kota berada dibawah lereng gununu Ile Mandiri. Dipengaruhi juga oleh vegetas tutupan lahan/ erosi parit di lahan bagian hulu DAS, kondisi sistem drainase eksisting yang kurang memadai antara saluran tersier, saluran pengumpul (sekunder) dan saluran utama (primer), yang belum memperhatikan resiko bencana banjir. Saluran utama (primer) yang belum terencana dengan baik sebagai saluran utama yang dapat menampung kapasitas air. Perencanaan sistem prasarana drainase Kota Larantuka tidak hanya untuk wilayah hilir saja, tetapi memperhatikan daerah Hulu DAS, dengan memperhatikan resiko bencana. Perwujudan sistem peringatan dini (Early Warning Sistem) terhadap resiko bencana banjir, terutama banjir bandang yang sering melanda kota Larantuka. Pemerintah Daerah perlu memperhatikan sistem prasarana drainase kota, dimana sistem prasarana ini ikut mendukung dalam antisipasi bencana banjir bandang yang sering melanda Kota Larantuka. Adanya perencanaan wilayah yang berbasis bencana merupakan upaya mengurangi resiko bencana yang dapat terjadi, sehingga dapat mengurangi korban jiwa, kerusakan infrastruktur kota sehingga aktivitas Kota Larantuka dapat tetap berjalan lebih baik (GDH).

You might also like