You are on page 1of 5

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 2, Nomor 2 Oktober 2000


Halaman: 26-30

Pengaruh BAP (6-benzylaminopurine) Terhadap Daya Tumbuh Mata Tunas


Rimpang Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

DODY PRIADI, M. IMELDA, U. SOETISNA


Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
LIPI Bogor

ABSTRACT

Rhizome of arrowroot (Maranta arundinacea L.) is a source of carbohydrate that is easily digested, therefore it can
be used for diet and remedy for stomach disorder. Currently, this plant is not cultivated intensively, therefore the
production of the rhizome is very limited. The objective of this study is to obtain efficient method to propagate of the
arrowroot by investigating the effect of BAP (6-benzylaminopurine) on viability of rhizome shoot. Intact rhizome
and rhizome cuttings were exposed to BAP solution (2 and 4 mg/l) for 15 minutes prior to potted on a sterilized sand
medium. The experiments were arranged in a complete randomized design with 3 replicates, and the data resulted
were analyzed using ANOVA (analysis of variance) and LSD (least significance difference) test. The result showed
that the viability of intact rhizome shoots was lower (5,6 – 12,5%) than the rhizome cuttings. The highest viability
(86,1%) and growth rates of shoot (4.6 shoots/week) resulted from the cuttings exposed to 4 mg/l BAP. Growth rates
of leaves of intact rhizome was very low i.e. 0.3 – 0.4 leaves/week. The highest growth rates of leaves (3.9
leaves/week) were resulted from the rhizome cuttings exposed to 4 mg/l BAP solution, meanwhile the lowest growth
rates (0.5 leaves/week) obtained from rhizome cuttings exposed to 2 mg/l BAP. No significant different of those
treatment on plant height. Total roots of the rhizome cuttings exposed to 4 mg/l BAP (4.9) were significantly
different, but not for intact rhizome.

Key words: M. arundinacea, arrowroot, propagation, rhizome cuttings, BAP.

PENDAHULUAN Rimpang garut juga mengandung senyawa saponin


dan flavonoid, yang berkhasiat sebagai obat diare,
Garut (Maranta arundinacea L.) adalah rematik dan radang usus (Syamsuhidayat dan
tanaman rimpang penghasil karbohidrat yang telah Hutapea, 1991).
lama dikenal, asalnya dari Amerika Selatan namun Pembudidayaan tanaman garut belum dilakukan
kini telah tersebar ke seluruh daerah tropik. Di secara besar-besaran dan kurang intensif karena
Indonesia jenis ini banyak dijumpai di Jawa Timur, umumnya masyarakat lebih menyukai karbohidrat
terutama di daerah Kediri dan Blitar serta di Jawa asal serealia. Perbanyakan tanaman ini biasanya
Barat seperti Bogor dan Ciamis. dilakukan dengan cara menanam kembali potongan
Dibandingkan dengan karbohidrat dari tanaman rimpang yang telah cukup tua tanpa diberi
lain pati garut memiliki beberapa keunggulan. Pati perlakuan, sehingga penggandaannya sangat lambat
yang merupakan penyusun 83,7% rimpang dewasa dan daya produksinya juga rendah. Untuk
dan memiliki diameter 10–70 µm ini sangat mudah mendapatkan teknik perbanyakan yang lebih
dicerna, karena itu cocok untuk makanan bayi, para efisien, diteliti pengaruh BAP (6-benzylamino
lanjut usia serta diet selama proses penyembuhan purine) yaitu zat pengatur tumbuh dari kelompok
(Purseglove, 1975; Grieve, 1977). Di samping itu sitokinin yang berpengaruh bagi pembentukan dan
pati tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan penggandaan tunas (Hill, 1975). Dalam penelitian
dasar untuk membuat bedak dan lem. Rimpang ini, diuji kemampuan BAP dalam meningkatkan
yang ditumbuk halus dapat digunakan untuk daya tumbuh mata tunas rimpang tanaman garut.
mengobati luka dan borok pada kulit. Dalam Hasilnya diharapkan dapat diterapkan langsung
kehidupan sehari-hari di pasar tradisional daunnya oleh petani yang ingin mengembangkan tanaman
sering digunakan sebagai pembungkus (Villamayor ini, selain itu juga sebagai bahan studi kelayakan
dan Jukema dalam Flach dan Rumawas, 1996). perbanyakan garut secara in vitro (kultur jaringan).
PRIADI dkk. – Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan Maranta arundinacea L. 27

BAHAN DAN METODE media pasir steril yang ditempatkan dalam dalam
bak plastik berukuran 40 x 30 x 12 cm. Penyiraman
Rimpang garut untuk bahan penelitian diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan bahan tanaman
dari daerah Sentul, Kabupaten Bogor. Rimpang tersebut di atas, dengan menggunakan air PAM.
tersebut dibuang akar-akarnya, dicuci hingga bersih Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8
dengan air mengalir kemudian dikeringanginkan minggu. Parameter yang diamati meliputi daya
selama 24 jam untuk mengurangi kontaminan yang tumbuh tunas (%), nilai rataan laju pemunculan
masih menempel di permukaan rimpang. Dalam tunas dan daun, tinggi tanaman, jumlah dan
penelitian ini, digunakan rimpang yang utuh dan panjang daun serta jumlah akar. Percobaan disusun
stek rimpang satu ruas yang mengandung dua mata menurut Rancangan Acak Lengkap. Data hasil
tunas dengan ukuran seragam. percobaan dianalisis menggunakan analisis sidik
Media yang digunakan adalah pasir yang telah ragam (ANOVA) dan uji beda nyata terkecil (LSD)
diautoklaf pada suhu 121ºC selama 30 menit (Steel & Torrie, 1991).
dengan tekanan 1-1,5 atm untuk mematikan biji-
biji rumput dan patogen yang merugikan tanaman
(Hartmann et.al., 1990). Perlakuan yang diberikan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah rimpang utuh dan stek rimpang yang
direndam dalam larutan BAP (6- Daya tumbuh tunas
benzylaminopurine) dengan konsentrasi 2 dan 4 Daya tumbuh tunas dari rimpang utuh sangat
mg/l selama 15 menit. Perlakuan pada rimpang rendah yaitu berkisar antara 5,6% pada kontrol dan
utuh meliputi rimpang utuh (kontrol), rimpang utuh 12,5% pada rimpang yang disayat. Daya tumbuh
yang disayat dan rimpang utuh yang disayat dan tunas dari stek rimpang umumnya lebih tinggi dari
diberi 2 mg/l BAP. Pada stek rimpang pada rimpang utuh. Persentase tertinggi (86,1%)
perlakuannya meliputi stek rimpang utuh (kontrol), diperoleh dari stek yang direndam dalam 4 mg/l
stek rimpang yang dibelah, stek rimpang yang BAP, sedangkan persentase terendah (29,6%)
diberi 2 mg/l BAP dan stek rimpang yang diberi 4 diperoleh dari stek yang direndam dalam 2 mg/l
mg/l BAP. Jadi semuanya ada 7 perlakuan, 3 BAP.
perlakuan pada rimpang utuh dan 4 perlakuan pada Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pada
stek rimpang. setiap buku rimpang garut terdapat mata tunas yang
Setiap perlakuan dilakukan pada 3 buah mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
rimpang/stek rimpang yang ukurannya seragam. individu baru apabila rimpang tersebut dipotong-
Semua bahan tanaman tersebut ditumbuhkan pada potong menjadi stek yang mempunyai dua mata

4 mg/l BAP

2 mg/l BAP

Dibelah

Kontrol

Disayat + 2 mg/l BAP

Disayat

Kontrol

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Daya tumbuh (%)

Rimpang utuh Stek rimpang

Gambar 1. Daya tumbuh mata tunas rimpang garut (utuh dan stek) pada pasir steril (umur 8 minggu).
28

tunas. Pemotongan rimpang menjadi stek rimpang Hasil tersebut membuktikan bahwa rangsangan
dapat merangsang pertumbuhan mata tunas yang mekanis dapat mempercepat munculnya tunas,
dorman. Menurut Hartmann et.al. (1990) pada maka pada percobaan selanjutnya dilakukan
setiap buku rimpang yang leptomorph terdapat pemotongan rimpang utuh menjadi stek satu yang
mata tunas samping yang berpotensi untuk tumbuh, memiliki 2 mata tunas. Menurut Purseglove (1975),
sedangkan pada sisi lain dari rimpang hampir untuk perbanyakan garut, rimpang utuh dapat
semua mata tunasnya dorman Pembelahan stek dibuat menjadi stek yang mempunyai 2-4 buku.
rimpang menjadi dua bagian ternyata tidak dapat Perendaman stek dalam larutan BAP bertujuan
meningkatkan jumlah tanaman, sehingga perlakuan untuk merangsang pertumbuhan tunas sampingnya,
tersebut tidak efektif. mengingat salah satu pengaruh BAP adalah untuk
Konsentrasi BAP hingga 4 mg/l nampaknya merangsang pertumbuhan tunas samping Hill
belum cukup kuat untuk menumbuhkan semua (1975),
mata tunas rimpang garut, sehingga konsentrasi Baik stek rimpang yang direndam maupun yang
BAP perlu ditingkatkan lagi (Gambar 1). tidak direndam dalam larutan BAP, sebagian besar
tunas muncul pada minggu pertama setelah tanam.
Laju pemunculan tunas Namun pada stek rimpang yang direndam dalam
Pada rimpang utuh yang disayat baik direndam larutan 2 mg/l BAP, tunas dihasilkan umumnya
maupun tidak direndam dalam larutan 2 mg/l BAP, pada minggu kedua setelah tanam. Laju
tunas muncul pada minggu pertama. Namun pada pemunculan tunas pada stek yang dibelah ataupun
rimpang utuh tanpa perlakuan (kontrol), tunas tidak adalah sama, yaitu 2,6 tunas/minggu. Stek
muncul lebih lambat yaitu pada minggu ketiga rimpang yang direndam dalam larutan 4 mg/l BAP
setelah tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan laju pemunculan tunas tertinggi (4,6
rimpang utuh tanaman garut memerlukan tunas/minggu), sedangkan stek rimpang utuh yang
rangsangan mekanis berupa sayatan untuk direndam dalam 2 mg/l BAP hanya menghasilkan
mematahkan dormansi tunas sampingnya. Laju satu tunas/minggu (Gambar 2).
pemunculan tunas pada rimpang utuh yang disayat Gambar 2 menunjukkan bahwa kombinasi
dan direndam dalam larutan 2 mg/l BAP lebih perlakuan terbaik untuk mempercepat munculnya
rendah dari pada yang tidak direndam (0,4 tunas adalah stek rimpang yang direndam dalam
tunas/minggu) dan hingga minggu ke delapan tidak larutan 4 mg/l BAP. Perendaman stek rimpang
ada lagi tunas baru yang muncul. Keadaan tersebut dalam larutan 2 mg/l BAP tidak mempercepat
membuktikan bahwa munculnya tunas dari munculnya tunas, tunas baru muncul pada minggu
rimpang utuh bukan karena pengaruh BAP tetapi ke dua setelah tanam.
akibat rangsangan mekanis.

50 100

40 80
Tunas muncul (%)

Tunas muncul (%)

30 60

20 40

10 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Umur (minggu) Umur (minggu)

Rimpang utuh Stek rimpang


Rimpang utuh yang disayat Stek rimpang yang dibelah
Rimpang utuh yang disayat + 2 mg/l BAP Stek rimpang + 2 mg/l BAP
Stek rimpang + 4 mg/l BAP

Gambar 2. Laju pemunculan tunas pada tanaman garut asal rimpang utuh dan stek rimpang yang ditanam dalam
media pasir steril.
PRIADI dkk. – Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan Maranta arundinacea L. 29

50 100

40 80

Daun muncul (%)


Daun muncul (%)

30 60

20 40

10 20

0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Umur (minggu) Umur (minggu)


Rimpang utuh Stek rimpang
Rimpang utuh yang disayat Stek rimpang yang dibelah
Stek rimpang + 2 mg/l BAP
Rimpang utuh yang disayat + 2 mg/l BAP
Stek rimpang + 4 mg/l BAP

Gambar 3. Laju pemunculan daun pada tanaman garut asal rimpang utuh dan stek rimpang yang ditanam dalam
media pasir steril.

Laju pemunculan daun Tabel 1. Pengaruh BAP terhadap pertumbuhan tunas


Pada rimpang garut yang utuh, rimpang kontrol, rimpang tanaman garut utuh
rimpang yang disayat dan rimpang yang disayat
dan direndam dalam larutan 2 mg/l BAP, daun Tinggi Jumlah Panjang Jumlah
Perlakuan tanaman daun/tan. daun akar/tan
pertama muncul pada minggu ke 4, ke 2 dan ke 1,
(cm) (cm)
dengan laju pemunculan rata-rata daun 0,3; 0,5 dan
-Rimpang utuh 31,0 a 2,5 b 16,3 a 10,0 a
0,4 daun/minggu. Hal tersebut membuktikan (Kontrol)
bahwa BAP mempunyai pengaruh yang positif -Rimpang utuh 30,8 a 4,5 a 13,4 a 10,8 a
dalam merangsang pembentukan daun pertama + disayat
pada tunas rimpang utuh. -Rimpang utuh 44,0 a 4,3 a 15,3 a 14,7 a
Keadaan sebaliknya terjadi pada stek rimpang + disayat + 2
yang direndam dalam BAP. Pada hampir semua mg/l BAP
perlakuan, daun pertama muncul pada minggu ke 3,
kecuali pada stek yang dibelah dan direndam dalam Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam
larutan 2 mg/l BAP, yang daun pertamanya muncul satu kolom tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata
terkecil (LSD) pada taraf 5%.
pada minggu ke 4. Sama halnya dengan tunas, laju
tertinggi pemunculan daun pada stek diperoleh dari Jumlah dan panjang daun
stek yang direndam dalam larutan 4 mg/l BAP, Pengamatan terhadap jumlah daun dari tunas
yaitu 3,9 daun/minggu. Laju terendah (0,5 yang berasal dari rimpang utuh dan stek rimpang,
daun/minggu) dijumpai pada stek rimpang yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dengan
direndam dalam 2 mg/l BAP (Gambar 3). kontrol. Perlakuan sayatan pada rimpang utuh yang
direndam dan yang tidak direndam dalam larutan 2
Tinggi tanaman mg/l BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah
Perlakuan pada rimpang utuh dan stek dengan daun. Stek yang direndam dalam larutan 4 mg/l
sayatan dan perendaman dalam larutan 2 mg/l BAP menghasilkan jumlah daun paling rendah
BAP, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (1,5) dibandingkan dengan kontrol atau perlakuan
terhadap tinggi tanaman. Hal tersebut lainnya.
membuktikan bahwa pada konsentrasi 2 mg/l, BAP Panjang daun tunas yang berasal dari rimpang
tidak mempunyai pengaruh terhadap tinggi utuh yang disayat dan direndam ataupun tidak
tanaman garut. direndam dalam larutan 2 mg/l BAP tidak berbeda
30

nyata dengan kontrol. Demikian pula pada rimpang berfungsi untuk menyerap air dan zat hara. Oleh
yang distek sebelum ditanam. karena itu daya tumbuh tertinggi tunas (86,1%)
mempunyai korelasi positif dengan jumlah akar
Tabel 2. Pengaruh BAP terhadap pertumbuhan tunas pada stek rimpang.
stek rimpang tanaman garut

Perlakuan Tinggi Jumlah Panjang Jumlah KESIMPULAN DAN SARAN


tanaman daun/tan. daun/tan akar/tan
(cm) (cm)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa per-
Stek rimpang 14,8 a 2,2 bc 6,3 a 6,8 ab
tumbuhan tunas dari stek rimpang garut lebih baik
(kontrol)
Stek rimpang 12,5 a 2,5 c 5,6 a 7,7 b dari pada rimpang utuh. Konsentrasi BAP 4 mg/l
yang dibelah dapat mempercepat laju pertumbuhan tunas stek
Stek 10,6 a 1,8 abc 5,1 a 6,6 ab rimpang. Untuk memperoleh jumlah tunas yang
rimpang+ 2 optimal perlu dicoba konsentrasi yang lebih tinggi
mg/l BAP atau zat pengatur tumbuh (sitokinin) yang lain.
Stek 10,1 a 1,5 a 5,2 a 4,9a
rimpang+ 4
mg/l BAP
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam
Grieve, M. 1977. A Modern Herbal. London: Jonathan Cape.
satu kolom tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata Hartmann, H.T., D.E. Kester, & F.T. Davies. 1990. Plant
terkecil (LSD) pada taraf 5%. Propagation: Principles and Practices. 5th ed. London:
Prentice-Hall International Inc.
Jumlah akar Hill, A.T. 1975. Endogenous Plant Growth Substances.
Southampton: Edward Arnold Publishers Ltd.
Jumlah akar pada rimpang utuh tidak berbeda
Jesco, T. & J. Sebanek. 1992. The Root As Integral Part of The
nyata tetapi pada stek rimpang yang direndam Plant. In Physiology of the plant root system p.1-30. J.
dalam 4 mg/l BAP (4,9) berbeda nyata, sedangkan Kolek & V. Kozinka (Eds.). Dordrecht: Kluwer Academic
perlakuan lainnya tidak berbeda nyata dengan Publishers.
kontrol. Berbagai zat pengatur tumbuh terutama Purseglove, J.W. 1975. Tropical Crops. Monocotyledone.
Longman Group Limited. London.
sitokinin dan giberelin disintesis pada tunas dan Syamsuhidayat, S.S. & J.R. Hutapea. 1991. Inventaris
kemudian dialirkan kepada akar. Selain itu dampak Tanaman Obat Indonesia I. Departemen Kesehatan, Badan
kegiatan hormonal pada tunas ditandai dengan Litbang Kesehatan. Jakarta.
meningkatnya kandungan giberelin dan sitokinin Steel, R.G.D & J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur
Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi II. Jakarta:
pada akar (Jesko, 1992). Selain itu hubungan
Gramedia.
fisiologis kedua bagian tanaman tersebut sangat Villamayor, F.G. Jr. & J. Jukema. 1996. In Plant Resources of
erat, tunas berfungsi untuk menyerap energi foton South East Asia. No. 9. Plants Yielding non-seed
dari sinar matahari pada proses fotosintesis di carbohydrates. M. Flach & F. Rumawas (Eds.). Prosea,
samping sebagai alat transpirasi, sedangkan akar Bogor, Indonesia.

You might also like