You are on page 1of 26

PENGUJIAN SIMULTAN : BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC)*

Etty Murwaningsari Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

Abstract
The objective of this research are to identify the direct and indirect influences of leverage, disclosure, size, timeliness, persistence and growth to the firms Earning Response Coefficient (ERC). This research examine 60 manufacturing companies listed in Jakarta Stock Exchange and issues audited financial statement since 2003-2006. The statistical methods used to test the hypothesis is Structural Equation Model (SEM). The empirical result of this research indicates that leverage has negative influence to ERC. Test results suggest that by using the direct path analysis, both disclosure and timeliness have positive significant influences to ERC, while both leverage and firms size have negative significant influences to ERC. The subsequent test indicates that leverage and size, each has non-significant influence to disclosure and timeliness, respectively. The control variable Auditor Reputation and Earning Growth have positive significant influence to disclosure and ERC respectively, Auditors Opinion has negative significant influence to timeliness, whereas Earning Persistence has non-significant influence to ERC. The last test (indirect path analysis) both leverage and size have no influences to ERC through disclosure and timeliness, respectively. Thus it can be concluded that neither disclosure nor timeliness constitutes an intervening variable. Keywords: size, leverage, disclosure, timeliness, persistence, growth, auditors opinion, auditors reputation PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menyatakan laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Informasi laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang banyak mendapat perhatian. Studi yang dilakukan oleh Beaver dkk (1979) menunjukkan bahwa laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga saham. Sedangkan Lev dan Zarowin (1999) menggunakan ERC sebagai alternatif untuk mengukur value relevance informasi laba. Rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi. * Artikel ini ditulis saat mengikuti mata kuliah program S3 di PIA Universitas Indonesia. 1

Kebutuhan akan pembandingan laba antar perusahaan dan untuk memahami perbedaaan kualitas yang digunakan sebagai penilaian yang didasarkan pada laba, maka perlu dilakukan pengukuran atas kualitas. Kualitas laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, namun terdapat pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan kualitas laba. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio sedangkan pendekatan kualitatif berdasarkan pendapat (judgement) atau pandangan yang berlandaskan logika, pengalaman, dan wawasan. Kualitas laba tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya laba yang dilaporkan, melainkan menurut Siegel (1990) dalam Adhariani (2005) meliputi understatement dan overstatement dari laba (bersih), stabilitas komponen dalam laporan laba rugi, realisasi resiko asset, pemeliharaan atas modal, dan dapat merupakan prediktor laba masa depan (Predictive value). Dalam penelitian ini dapat mengukur informasi laba yang di dalamnya terkandung kualitas laba, pengukuran ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) yang merupakan proksi dari kualitas laba. Walaupun informasi laba merupakan hal yang paling direspon oleh investor karena memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, namun informasi laba saja kadang tidak cukup untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor karena ada kemungkinan informasi tersebut bias. Biasnya informasi laba antara lain disebabkan oleh penyampaian laporan keuangan yang tidak tepat waktu dan adanya praktek manajemen laba serta ketidak cukupan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Penelitian kualitas informasi laba yang dipengaruhi oleh tepat atau tidak tepatnya waktu pelaporan keuangan, telah dilakukan oleh Kenley dan Stubus (1972) dalam Anissa (2004) bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dapat berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Menurut Dyer dan McHugh (1975) berpendapat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan karakteristik penting bagi laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian Syafrudin (2004), ketepatan waktu merupakan salah satu cerminan dari kualitas kinerja perusahaan dan karenanya mencerminkan kredibilitas atau kualitas informasi (termasuk informasi laba) akuntansi yang dilaporkannya dan karenanya berpengaruh terhadap ERC. Penelitian tentang hubungan luas pengungkapan sukarela dengan ERC masih jarang dilakukan dengan hasil yang tidak konsisten. Lang dan Lundholm (1993) menguji faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan menemukan bahwa perusahaan yang

mempunyai korelasi return dan earnings (ERC) rendah lebih banyak melakukan pengungkapan, dengan kata lain ERC berhubungan negatif dengan luas pengungkapan. Selain pengungkapan sukarela dan ketepatan waktu laporan keuangan yang terbukti mempengaruhi ERC, peneliti lain mencoba mengaitkan size dengan ERC (Easton dan Zmijewski,1989) dan leverage dengan ERC (Dhaliwal dkk, 1991). Lebih luas lagi, penelitian meliputi faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela diantaranya leverage dan reputasi auditor telah dilakukan oleh Meek, Robert dan Gray (1955). Sedangkan Dyer dan Hugh,1975 telah meneliti faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu laporan keuangan seperti size dan opini audit terhadap ERC. Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu peneliti mencoba mengembangkan lebih lanjut dari penelitian yang telah dilakukan secara terpisah oleh peneliti sebelumnya dengan cara menggabungkan beberapa variabel tersebut dan menggunakan metode Path Analysis untuk mengamati pengaruh variabel langsung dan tidak langsung terhadap ERC dengan variabel pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan sebagai variabel intervening dari leverage, dan size, dan beberapa variabel control yaitu reputasi audit, opini audit, persistensi dan growth. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Menguji variabel langsung yang mempengaruhi Earning Response Coefficient a. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap disclosure? b. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap ERC? c. Apakah disclosure berpengaruh signifikan terhadap ERC? d. Apakah size berpengaruh signifikan terhadap timeliness? e. Apakah size berpengaruh signifikan terhadap ERC? f. Apakah timeliness berpengaruh signifikan terhadap ERC? 2. Menguji variabel tidak langsung yang mempengaruhi ERC a Apakah leverage melalui disclosure berpengaruh signifikan terhadap ERC? b. Apakah size melalui timeliness berpengaruh signifikan terhadap ERC? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh leverage, disclosure, size, timeliness, terhadap Earning Response Coefficient

2. 3.

Pengaruh leverage terhadap disclosure Pengaruh size terhadap timeliness.

4. Pengaruh leverage terhadap ERC melalui disclosure sebagai variabel intervening 5. Pengaruh size terhadap ERC melalui timeliness sebagai variabel intervening Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi : 1. BAPEPAM dan penyusun SAK,: membantu untuk mengembangkan, mengubah, menambah dan menjelaskan standar akuntansi yang berlaku untuk menciptakan pasar modal yang efisien. 2. Emiten, Investor dan Profesi Akuntansi : Pengetahuan mengenai voluntary disclosure serta pentingnya timeliness pelaporan keuangan yang merupakan minimal dua hal yang saling terkait untuk mendorong agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat untuk analisis dan pengambilan keputusan investasi. KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosures) Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang pengungkapan adalah keputusan Bapepam No. Kep-38/PM/1996. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosures) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosures). Pengertian Pengungkapan Sukarela menurut Meek dkk. (1995) adalah sebagai berikut : Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai laporan tahunan. Karena perusahaan memiliki keleluasan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. 2. Ketepatan Waktu (Timeliness) Laporan Keuangan Timeliness merupakan salah satu tujuan kualitatif laporan keuangan selain relevance, understandability, verifiability, neutrality, comparability dan completeness ( APB Statements No.4).

Bapepam

bersama

Bursa

Efek

Jakarta

(BEJ)

menetapkan

keputusan

No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi dari Ikatan Akuntansi Indonesia yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan disertai pendapat akuntan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari sejak tanggal berakhirnya tahun buku dan wajib diumumkan ke publik paling tidak melalui dua surat kabar harian berbahasa Indonesia. 3. Pengertian Earnings Response Coefficient (ERC) Umumnya dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earnings Response Coefficient, yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Pengertian Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient) menurut Cho dan Jung (1991) adalah sebagai berikut : Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan unexpected earning. Cho dan Jung ( 1991) mengklasifikasi pendekatan teoritis ERC menjadi dua kelompok yaitu (1) model penilaian yang didasarkan pada informasi ekonomi (information economics based valuation model) seperti dikembangkan oleh Holthausen dan Verrechia (1988) dan Lev (1989) yang menunjukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal informasi laba (ERC) merupakan fungsi dari ketidakpastian di masa mendatang. Semakin besar noise dalam system pelaporan perusahaan (semakin rendah kualitas laba), semakin kecil ERC dan (2) model penilaian yang didasarkan pada time series laba (time series based valuation model) seperti dikembangkan oleh Beaver, Lambert dan Morse (1980). 4. Variabel Kontrol a. Hubungan Reputasi auditor terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan Keuangan Audit dilakukan sebagai wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerima dalam konsep agensi (Mesier, 2003). Variabel ini digunakan untuk melihat interaksi antara reputasi auditor the big four (Ernst&Young, Price Waterhouse and Coopers, KPMG, Deloitte) dan non-the big four dalam

mempengaruhi pengungkapan laporan tahunan. Variabel ini menggunakan dummy, perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four dicatat dengan 1 sedangkan yang tidak dicatat 0. Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda terhadap kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar ERC. b. Hubungan opini audit dengan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para csalon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru memgenai keadaan perusahaan di pasar modal. Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan keuanghan secara tepat. Hipotesis ini memberikan makna bahwa manajemen memandang penting opini audit sehingga sesegera mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai berita baik (good news). c. Hubungan Persistensi Laba dengan ERC Definisi persistensi laba menurut Scott (2003) adalah revisi laba yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Semakin tinggi persistensi laba maka semakin tinggi ERC, hal ini berkaitan dengan kekuatan laba. Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Kormendi dan Lipe (1987) menunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan positif dengan ERC. Collins dan Kothari (1989) juga menemukan hubungan yang positif antara estimasi ERC dan persistensi dengan menggunakan perubahan laba sebagai proksi untuk unexpected earnings. Berbeda dengan Ali dan Zarowin (1992) yang menemukan bahwa estimasi error pada ERC secara negatif berhubungan dengan persistensi. Hal

ini disebabkan beberapa analisa sebelumnya terhadap hubungan antara ERC dan persistensi adalah berlebihan. d. Hubungan Pertumbuham Laba terhadap ERC Penelitian tentang pertumbuhan laba dan koefisien respon laba telah dikemukakan oleh Collins dan Kothari (1989). Pertumbuhan laba diukur dengan rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan laba mempunyai hubungan yang positif dengan koefisien respon laba. Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa kesempatan tumbuh berdampak pada laba masa depan dan begitu juga dengan ERC. Dengan kata lain, semakin tinggi kesempatan suatu perusahaan untuk tumbuh maka akan semakin tinggi ERC. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan ERC. B. Skema Pengujian Simultan antara Variabel Langsung dan Tidak Langsung.
Variabel Independen Variabel Intervening
Ha1

Variabel Dependen

Leverage

Ha2

Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)


Ha3

Variabel Kontrol Reputasi Auditor

Earnings Response Coefficient (ERC)

Ha5

Size

Ketepatan Waktu (Timeliness)


Ha4

Ha6

Variabel Kontrol Opini Audit

Variabel Kontrol Persistensi Growth

C. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh leverage terhadap ERC Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba yaitu ERC. Perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal. Dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba perusahaan maka semakin negatif respon pemegang saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menggantungkan kreditur. Harris dan Raviv (1990) menyatakan bahwa besarnya hutang menunjukkan kualitas perusahaan serta prospek yang kurang baik pada masa mendatang. Untuk perusahaan dengan hutang yang banyak, peningkatan laba akan menguatkan posisi dan keamanan bondholders daripada pemegang saham. Dhaliwal dan Reynolds (1994) mengkombinasikan model penilaian perusahaan dengan model penetapan harga opsi untuk menunjukkan bahwa koefisien respons laba akuntansi merupakan fungsi negatif dari default risk dan resiko sistematiknya. Ha1: Terdapat pengaruh negatif antara leverage dengan ERC. 2. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan sukarela Meek, Robert dan Gray (1955) menyatakan semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin besar pula agency cost. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Suripto (1999) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Karakteristik perusahaan dilambangkan dengan ukuran perusahaan (total asset), rasio leverage dan likuiditas sebagai variabel independent, sedangkan variabel dependennya adalah indeks pengungkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan. Akan tetapi secara individu, variabel-variabel tersebut tidak mampu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan.

Ainun dan Rakhman (2000) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan leverage keuangan memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap indeks kelengkapan pengungkapan. Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin. Sedang tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Perusahaan dengan rasio hutang atas modal yang tinggi akan menyediakan informasi lebih banyak untuk memenuhi tuntutan debitur jangka panjang dibandingkan dengan perusahaan dengan rasio rendah. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) tinggi. Apabila menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage lebih tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut Ha2:Terdapat pengaruh positif antara leverage dengan pengungkapan sukarela 3. Pengaruh pengungkapa sukarela terhadap ERC Gelb dan Zarowin dalam Adhariani (2005) menguji hubungan antara luas pengungkapan sukarela dan keinformatifan harga saham menemukan bahwa future ERC untuk perusahaan dengan luas pengungkapan sukarela yang tinggi secara signifikan lebih besar daripada future ERC perusahaan dengan luas pengungkapan sukarela yang rendah. Gelb dan Zarowin tidak secara khusus menguji hubungan antara luas pengungkapan sukarela dengan current ERC, mereka menyatakan bahwa hubungan antara pengungkapan dan current ERC mungkin positif atau negatif. Mungkin positif, karena biasanya perusahaan yang banyak mengungkapkan informasi adalah perusahaan yang memiliki kabar baik (good news), dan Basu (1977) menemukan bahwa good news firms memiliki laba yang lebih persisten dan ERC yang lebih tinggi. Namun, ada kemungkinan pengaruhnya negatif, dengan alasan bahwa berkurangnya ketidakpastian karena meningkatnya luas pengungkapan

sukarela akan berpengaruh pada menurunnya keinformatifan laba. Dengan kata lain, investor akan lebih mendasarkan prediksi laba di masa yang akan datang pada informasi yang diberikan pada pengungkapan sukarela perusahaan. Kemudian penelitian pun dikembangkan, dimana beberapa peneliti mencoba untuk menguji apakah terdapat pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap ERC. Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2002) menghasilkan kesimpulan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap ERC, dan kesimpulan ini tetap konsisten setelah memasukkan variabelvariabel kontrol yang dianggap mempengaruhi ERC. Namun, hasil dari uji sensitivitas dengan menggunakan model return fundamental menunjukkan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, walaupun tidak signifikan Adhariani (2005) melakukan penelitian terhadap 90 perusahaan manufaktur pada periode 1998-2000, juga menghasilkan kesimpulan bahwa voluntary disclosures level berpengaruh positif terhadap ERC. Kesimpulan ini tetap konsisten setelah peneliti memasukkan variabel kontrol: nilai buku per saham, leverage, dan opini audit. Hasil uji sensitivitas juga menunjukkan kesimpulan yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti (2006) terhadap 47 perusahaan yang terdaftar di BEJ sampai dengan 31 Desember 2002, kembali menunjukkan hasil yang serupa, yakni kesimpulan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap ERC. Ha3: Terdapat pengaruh positif antara pengungkapan sukarela dengan ERC 4. Pengaruh size terhadap ERC Ukuran perusahaan (size) dalam isu ERC digunakan sebagai proksi atas keinformatifan harga saham. Easton dan Zmijewski (1989) menemukan variabel size tidak signifikan dalam menjelaskan ERC. Namun demikian, variabel ini dapat digunakan sebagai variabel kontrol atas perusahaan besar dan kecil. Chaney dan Jeter (1991) yang menunjukkan bahwa besaran perusahaan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap ERC. Maka ukuran perusahaan ini digunakan sebagai proksi dari keinformatifan harga saham. Untuk menguji hubungan ukuran perusahaan dengan ERC dalam jangka panjang ( long window). Semakin banyak sumber informasi pada perusahaan besar, akan meningkatkan ERC.

10

Collins dan Kothari (1989), menemukan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan ERC. Hubungan negatif karena banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan, saat pengumuman laba pasar kurang bereaksi. Dari uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha4: Ukuran perusahaan (size) berpengaruh negatif terhadap ERC 5. Pengaruh size terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan Perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibanding perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya, karena perusahaan besar banyak disorot oleh masyarakat (Dyer dan Hugh,1975). Kemudian menurut Schwartz dan Soo (1996) bahwa perusahaan besar mempunyai pengetahuan lebih tentang peraturan yang ada. Oleh karena itu perusahaan besar lebih mentaati peraturan mengenai ketepatan waktu dibanding perusahaan kecil. Hasilnya menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh dengan ketepatan waktu pelaporan. Oktorina dan Suharli (2005) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka kemungkinan keterlambatan pelaporan keuangan semakin kecil. Jadi mereka menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara keterlambatan waktu pelaporan keuangan dan besarnya perusahaan. Sedangkan Givoly dan Palmon dan Annisa (1982) menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan. Owushu dan Ansah (2000) menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan merupakan prediktor signifikan dari ketepatan waktu pelaporan. Ha5: Terdapat pengaruh positif antara size terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan 6. Pengaruh ketepatan waktu pelaporan keuangan terhadap ERC Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan faktor yang menimbulkan pertanyaan bagi pengguna laporan keuangan mengenai kredibilitas ataupun kualitas laporan tersebut. Penelitian tentang hubungan ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan ERC belum banyak dilakukan. Syafrudin (2004) meneliti pengaruh ketidaktepatan waktu pada ERC. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap kredibilitas atau kualitas laba. Ini didasarkan pada

11

argumentasi bahwa ketidaktepatan waktu, bagi pemakai informasi akan dipersepsikan bahwa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah informasi yang mengandung noise (gangguan). Adapun noise yang timbul ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laba yang pada akhirnya tercermin pada ERC. Ha6: Terdapat pengaruh signifikan antara ketepatan waktu laporan keuangan dengan ERC. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory dan laporan tahunan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pojok BEJ di Universitas Trisakti. Sampel perusahaan manufaktur yang didapat sebanyak 60 perusahaan, selama 4 tahun berturut-turut, sehingga didapatkan pooling data dengan unit analisis n = 4 x 60 = 240. Dengan demikian asumsi besar n yang dikehendaki metode analisis data dengan SEM, yaitu n > 100, pada penelitian ini telah terpenuhi. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling method, artinya sampel sengaja dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Menerbitkan laporan keuangan audited selama periode pengamatan penelitian, yaitu dari tahun 2003 s.d. 2006 2. Memiliki data lengkap yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini dan secara konsisten dilaporkan di ICMD. 3. Saham perusahaan aktif diperdagangkan, mengacu S.E bPT BEJ No. 03/BEJ.II.I/I/1994. yaitu frekuensi perdagangan lebih dari 75 kali dalam 3 bulan. B. Pengukuran Variabel Variabel 1. Variabel Dependen Earnings Response Coefficient (ERC) 2. Variabel Intervening Voluntary disclosures (pengungkapan sukarela) Pengukuran ERC diperoleh dari regresi antara CAR dan UE

Menurut Meek dkk. (1995), Pengukuran luas pengungkapan sukarela menggunakan indeks (disclosures index), diperoleh

12

Timeliness (ketepatan waktu) pelaporan keuangan

dengan: VD = Jumlah item informasi yang dipenuhi Jumlah total item informasi yang mungkin dipenuhi Timeliness yaitu rentang waktu pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (auditan) kepada publik yaitu lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan sampai tanggal penyerahan ke Bapepam. Variabel ini dilambangkan oleh TIME. DER = Debt to equity ratio = Total hutang Total modal sendiri Logaritma Natural (Ln) Total Aktiva

3. Variabel Independen a. Leverage b. Ukuran Perusahaan (Size) 4. Variabel Kontrol a. Opini audit

b. eputasi auditor

b. Persistensi Laba

Pemberian opini audit oleh auditor independent Opini audit diukur dengan skala ordinal, dimana: Opini wajar tanpa pengecualian diberi nilai 4 Wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas diberi nilai 3 Wajar dengan pengecualian diberi nilai 2 Tidak wajar diberi nilai 1 Tidak memberikan pendapat diberi nilai 0. KAP big 4 dianggap mempunyai reputasi yang baik (nominal)Dummy 1 = KAP Big 4 0 = KAP non Big 4 (Kormendi & Lipe, 1987) Slope regresi atas Xit = a + bXit-1 + Et Xit = laba perusahaan i pada periode t Xit-1 = laba perusahaan i pada periode t-1 b = persistensi laba Market to Book Ratio = Market Capitalization dibagi Book Value of Equity (Collins dan Kothari, 1989)

c. Pertumbuhan Laba (Growth) C. Metode Analisis Data

Pengolahan data menggunakan program AMOS (Analysis of Moment Structures) version 6. Dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Structural Equation Modeling mensyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Pengujian ini dilakukan pada saat operasi Amos berjalan. Terdapat dua cara pegujian normalitas yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu distribusi data dapat dikatakan

13

normal apabila nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih kecil dari nilai kritik tabel + 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.05 (p-value 5%). (Hair, edisi 5, hal 71), jika sebuah variabel adalah normal secara multivariat, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya. 2. Uji Multicolinearity dan Singularity Untuk melihat apakah terdapat Multicolinearitas dan Singularity dalam sebuah kombinasi variabel, peneliti perlu mengamati determinant matrix covariance. Untuk mendeteksi adanya multicoliniarity hanya disebutkan determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas, tanpa ada angka absolut. 3. Uji Kesesuaian Model Sebelum menganalisa hipotesa yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian kesesuaian model (goodness-of-fit model). Pengujian dilakukan dengan melihat beberapa kriteria pengukuran, yaitu : a) Absolute fit measure yaitu mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan). Kriterianya sbb: 2 atau Chi-Square Statistic. Dalam uji ini yang diperlukan adalah nilai yang tidak signifikan. Semakin kecil maka semakin baik model tersebut. 0.05 b) goodness-of-fit- Index (GFI), kriteria dari GFI adalah > 0,90 atau mendekati 1 semakin baik. Incremental fit measures yaitu ukuran untuk membandingkan model yang diajukan (proposed model) dengan model lain yang dispesifikasi oleh peneliti. Kriterianya : Normed fit index (NFI), tingkat penerimaannya adalah . 0,90 atau mendekati 1 semakin baik. Comparative fit index (CFI ). Indeks ini tidak dipengaruhi oleh sampel sehingga sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Tingkat penerimaannya adalah > 0,90 atau semakin mendekati 1 akan semakin baik. c) Parsimonious fit measures, yaitu melakukan adjusment terhadap pengukuran fit untuk dapat diperbandingkan antar model dengan jumlah koefisien yang berbeda. Kriterianya dengan melihat nilai: Normed chi-square. The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi dengan degree of freedom akan menghasilkan probability. Dalam uji ini nilai terbaik adalah minimal 0,05 atau diatas

14

indeks Normed chi-square (CMIN/DF). Indeks yang memiliki acceptabel fit batas bawah = 1 dan batas atas : 2, 3, atau 5.

Sebelum pengujian hipotesa, terlebih dahulu dilakukan tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung variabel Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan rumus : CARi(-5,+5) = t=-5+5 ARit Dalam hal ini: CARi(-5,+5) : abnormal return kumulatif perusahaan i selama periode pengamatan kurang lebih 5 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan. (5 hari sebelum, 1 hari tanggal publikasi dan 5 hari setelah tanggal penyerahan laporan keuangan ke Bapepam) : abnormal return perusahaan i pada hari t

ARit

(a) Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model sesuaian pasar (market adjusted model). Hal ini sesuai dengan Jones (1999) yang menjelaskan bahwa estimasi return sekuritas terbaik return pasar saat itu. Abnormal return diperoleh dari: ARi,t = Ri,t Rm,t Dimana: CARi,[t1,t2] = cumulative abnormal return perusahaan i pada hari ke t, [t-5,t+5] adalah panjang interval return (periode akumulasi) dari t-5 hingga t+5 ARi,t = abnormal return perusahaan i pada periode ke- t Ri,t = Return perusahaan pada periode ke-t Rm,t = return pasar pada periode ke-t i,t = standar error Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus mencari Returns saham harian dan Returns pasar harian. Returns saham harian dihitung dengan rumus : Rit = (Pit-Pit-1)/Pit-1 Dimana: Rit = returns saham perusahaan i pada hari t Pit = harga penutupan saham i pada hari t Pit-1 = harga penutupan saham i pada pada hari t-1. Returns pasar harian dihitung sebagai berikut : Rmt = (IHSGt-IHSGt-1)/IHSGt-1

15

Dimana: Rmt = returns pasar harian IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari t IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada hari t-1. (b) Unexpected Earnings sebagai variabel independen yang diperhitungkan dengan model random walk. Unecpected Earnings (UE) diartikan sebagai selisih laba akuntansi yang direalisasi dengan laba akuntansi yang diharapkan oleh pasar. UE diukur sesuai dengan penelitian Kalaapur (1994) : (EPSit EPSit-1) __________ Pit-1

UEit =

Dalam hal ini: UEit : unexpected earnings perusahaan i pada periode t EPSit : earnings per share perusahaan i pada periode t EPSit-1 : earnings per share perusahaan i pada periode t-1 sebelumnya t (t-1 Pit-1 : harga saham sebelumnya 2. Earnings Response Coefficient (ERC) akan dihitung dari slope 1 pada hubungan CAR dengan UE (Teets and Wasley 1996) yaitu : CARit = 0 + 1UEit + 2Rit + it Dalam hal ini : CARit = abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda amatan + 5 hari dari publikasi laporan keuangan UEit = unexpected earnings it = komponen error dalam model atas perusahaan i pada perioda t 3. Pengujian Hipotesa (1) Pengujian langsung antara Leverage, Size dan Voluntary Disclosure serta Timeliness laporan keuangan terhadap ERC. Pengujian hipotesa menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui hubungan simultan pada variabel yang diuji. (Hair, 1995). Hubungan fenomena teoritis, riset empiris dan pengembangan hipotesis bisa dilihat dari path diagram dalam SEM sangat fundamental. Penyebaran ke persamaan struktural : Uji Ha2 : Disc = 0 + 1LEV + 2RA + it Uji Ha4 :

16

Time = 0 + 1Size + 2OA + it Uji Ha1, Ha3, Ha5, Ha6 : ERC = 0 + 1 Disc + 2 TIME + 3 LEV + 4 SIZE + 5 EP + 6 EG + it Dalam hal ini : ERCit = koefisien respon laba perusahaan pada periode t (dari persamaan 1) Discit = pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) Time = ketepatan waktu pelaporan keuangan (timeliness) EPit = persistensi laba perusahaan i pada periode t EGit = pertumbuhan laba perusahaan i pada periode t EPrit = laba perusahaan i pada periode t LEVit = leverage perusahaan i pada periode t SIZEit = besaran perusahaan i pada periode t RAit = reputasi auditor OAit = opini audit = komponen error perusahaan i pada periode t it Kriteria Uji Hipotesis : Membandingkan nilai C.R. dengan t-tabel. Jika C.R. > t-tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya jika C.R. < t-tabel maka Ho gagal ditolak atau p-value dengan level of significant 5% (alpha 0,05). Jika p-value < alpha 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. (2) Pengujian Tidak Langsung antara Leverage dan Size tehadap ERC dengan Voluntary Disclosure dan Timeliness Laporan Keuangan sebagai Variabel Intervening Pada pengujian intervening, dasar pengambilan keputusan adalah membandingkan koefisien pengaruh tidak langsung dengan koefisien pengaruh langsung. Jika koefisien pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) lebih besar daripada koefisien pengaruh langsung (Dirrect Effect), maka variabel yang diuji merupakan variabel intervening, dan sebaliknya. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Asumsi Outlier Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Dalam analisis ini outlier dievaluasi dengan analisis terhadap multivariate outlier dengan menggunakan kriteria Mahalanobis Distance. Jarak Mahalanobis dievaluasi dengan menggunakan chisquare (2) pada derajat bebas (df) sebesar jumlah variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini jumlah variabel yang digunakan adalah 9. Oleh karena itu semua kasus

17

yang mempunyai Mahalanobis Distance lebih besar dari 2 (df=9;p=0,05) = 16,919 adalah outlier multivariate. Dari hasil pengujian, diketahui bahwa terdapat kasus dengan nilai Mahalanobis Distance lebih dari 16,919. Artinya asumsi outlier terhadap data atau observasi penelitian tidak terpenuhi. Langkah selanjutnya adalah menghilangkan data yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya. Setelah data yang terlihat ekstrim tinggi atau rendah dihilangkan dari observasi berdasarkan Mahalanobis-nya, maka tidak ditemukan lagi permasalahan outlier. B. Pengujian Normalitas Suatu distribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai C.R . skewnes maupun kurtosis lebih kecil dari nilai kritik tabel + 1,96, tingkat signifikansi 0.05 (p-value 5%). Tabel 1. Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Leverage Reputasi Auditor Size Opini Audit Earning Persistensi Earning Growth Disclosure Timeliness ERC Multivariate

Skewnes
1.497 -0.245 -0.243 1.198 0.333 0.549 0.738 0.135 -0.010

C.R.
6.320 -1.034 -1.024 5.061 1.405 2.319 3.118 0.570 -0.043

Kurtosis
2.112 -1.940 0.037 -0.564 0.594 -0.710 0.119 1.509 0.299 -3.861

C.R.
4.460 -4.096 0.079 -1.190 1.254 -1.499 0.251 3.187 0.632 -1.419

Pada tabel diatas, dengan analisis secara univariate, diketahui bahwa variabel Reputasi Auditor, SIZE, Opini, Persistensi Laba, Growth, Disclosure, Timeliness dan ERC berdistribusi normal karena nilai C.R. skewnes atau C.R. kurtosis kurang dari nilai kritik tabel + 1,96. Namun untuk variabel Leverage nilai C.R. skewnes atau C.R. kurtosis lebih besar dari nilai kritik tabel + 1,96 sehingga distribusi data dinyatakan tidak normal. Jika pengujian dianalisis secara multivariate, diketahui bahwa C.R. kurtosis sebesar -1,419 kurang dari nilai kritik tabel + 1,96. Maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data adalah normal secara multivariate. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal untuk sebagian variabel secara univariate dan terdistribusi normal secara multivariate. Oleh karena itu asumsi normalitas dapat terpenuhi. Hair (edisi 5, hal

18

71) menyebutkan jika sebuah variabel adalah normal secara multivariate, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya.

C. Pengujian Multicolinearity dan Singularity Untuk melihat apakah terdapat multicolinearitas dan singularity dalam sebuah kombinasi variabel, peneliti perlu mengamati determinant matrix covariance. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas. Pada model penelitian yang digunakan, nilai determinan matrik kovarians yang diperoleh dari hasil perhitungan AMOS adalah 6,601. Nilai tersebut dapat dinyatakan menjauh dari nilai nol. Namun pengujian multicolinearitas dan singularity dapat diuraikan secara rinci melalui Sampel Covariance Matrix. Tabel 2. Sampel Covariance Matrix
OA EG EP SIZE RA LEV TIME DISC ERC OA 0.184 -0.010 0.037 0.043 -0.033 -0.065 -0.175 -0.004 -0.010 EG EP SIZE RA LEV TIME DISC -0.010 0.037 0.043 -0.033 -0.065 -0.175 -0.004 0.328 -0.031 0.296 0.130 -0.111 -0.154 0.009 -0.031 0.330 0.214 0.003 0.004 0.035 0.003 0.296 0.214 2.322 0.206 0.270 -0.115 0.028 0.130 0.003 0.206 0.246 -0.088 -0.130 0.005 -0.111 0.004 0.270 -0.088 1.177 0.330 -0.001 -0.154 0.035 -0.115 -0.130 0.330 2.379 -0.001 0.009 0.003 0.028 0.005 -0.001 -0.001 0.003 0.111 -0.045 -0.057 0.067 -0.132 0.032 0.006 ERC -0.010 0.111 -0.045 -0.057 0.067 -0.132 0.032 0.006 0.213

Pada tabel diatas, nilai kovarian antar variabel masih dapat dikategorikan besar, walaupun terdapat beberapa nilai kovarian cenderung mendekati nilai nol. Dengan demikian maka asumsi multikolinearitas terpenuhi karena tidak terdapat multikolinearitas dalam data penelitian. D. Pengujian Kesesuaian Model Sebelum menganalisa hipotesa yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian kesesuaian model (goodness-of-fit model). Hasil kesesuaian model di bawah ini : Tabel 3. Pengukuran Tingkat Kesesuaian (goodness-of-fit model) Pengukuran Goodness-of-fit Chi-square Batas Penerimaan Yang Disarankan semakin rendah Nilai 30,872 19

p-value GFI NFI CFI Normed chi-square

> 0,05 mendekati 1 mendekati 1 mendekati 1 Min. 2,3 atau 5

0,001 0,943 0,766 0,833 2,807

Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai chi-square sebagai syarat utama pada uji kesesuaian model sebesar 30,872 dengan p-value 0,001. Sehingga uji kesesuaian model dengan melihat nilai chi-square kurang dapat terpenuhi. Dengan demikian uji kesesuaian perlu ditinjau dari kriteria absolute fit measure lainnya, seperti goodness-of-fit index (GFI) menunjukkan nilai sebesar 0,943. Incremental fit measures yang diamati berdasarkan NFI adalah 0,766. dan CFI adalah 0,833. Pada kriteria parsimonious fit measures sebesar 2,807 telah memenuhi kriteria. E. Pengujian Hipotesa Berikut ini diuraikan pengujian hipotesa secara langsung maupun secara tidak langsung. Tabel 4. Hasil Pengujian Pengaruh Langsung
Path Analisis H1 : H2 : H3 : H4 : H5 : H6 : LEV LEV DISC SIZE SIZE TIME ERC DISC ERC ERC TIME ERC Estimat e -0.172 0.017 0.188 -0.229 -0.032 0.148 C.R. (t-value) -2.053 0.177 2.355 -2.502 -0.337 1.859 p-value 0.040 0.859 0.019 0.012 0.736 0.063 Kesimpulan negatif, signifikan positif, tidak signifikan positif, signifikan negatif, signifikan negatif, tidak signifikan positif, signifikan (alpha 10%)

Tabel 5. Hasil Pengujian Varibel Control


Path RA OA EP EG DISC TIME ERC ERC Estimate C.R. (t-value) p-value Kesimpulan positif, signifikan (alpha 10%) negatif, signifikan negatif, tidak signifikan positif, signifikan

0.187 -0.262 -0.096 0.425

1.931 -2.794 -1.141 4.752

0.053 0.005 0.254 0.000

Pada model penelitian yang diajukan ini, terdapat empat variabel kontrol yaitu Reputasi Auditor, Opini Auditor, Persistensi Laba dan Growth. Hasil pengujian yag

20

ditunjukkan pada tabel diatas, diketahui bahwa : terdapat pengaruh positif yang signifikan pada level 10% antara reputasi auditor terhadap indeks pengungkapan sukarela (p-value 0,053 < alpha 0,10); terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara opini audit terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan (p-value 0,005 < alpha 0,05); dan terdapat pengaruh positif signifikan antara growth terhadap koefisien respon laba ( p-value 0,000 < alpha 0,05). Hanya satu variabel kontrol yang tidak terbukti berpengaruh signifikan yaitu persistensi laba terhadap ERC. Tabel 6. Hasil Pengujian Pengaruh Tidak Langsung
Path Analysis Direct Path Analysis : LEV ERC LEV DISC DISC ERC SIZE ERC SIZE TIME TIME ERC Indirect Path Analysis : LEV DISC SIZE TIME Estimate -0.172 0.017 0.188 -0.229 -0.032 0.148 ERC ERC 0,003 -0,005 Kesimpulan negatif, signifikan positif, tidak signifikan positif, signifikan negatif, signifikan negatif, tidak signifikan positif, signifikan (alpha 10%) berpengaruh sangat lemah berpengaruh sangat lemah

Pada pengujian hipotesa pengaruh tidak langsung melibatkan variabel intervening sebagai variabel perantara. Pengujian koefisien indirect effect 0,003. Diamati dari nilai koefisien tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh tidak langsung antara leverage terhadap ERC sangat lemah sekali dan dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap koefisien respon laba (ERC) melalui disclosure. Disamping itu koefisien pengaruh langsung lebih besar daripada koefisien pengaruh tidak langsung. Dengan demikian perumusan masalah, apakah leverage melalui disclosure berpengaruh terhadap ERC tidak dapat dibuktikan. Pengujian koefisien indirect effect -0,005. Diamati dari nilai koefisien tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh tidak langsung antara size terhadap ERC sangat lemah sekali. Sehingga dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara ukuran perusashaan yang diproksikan oleh logaritma natural total asset terhadap koefisien respon laba (ERC) melalui timeliness. Disamping itu koefisien pengaruh langsung lebih besar daripada koefisien pengaruh tidak langsung. Dengan demikian perumusan masalah apakah size malalui timeliness berpengaruh terhadap ERC tidak dapat dibuktikan.

21

Gambar 1. Model Hipotesa

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bukti empiris menunjukkan hasil terdapat pegaruh negatif antara leverage terhadap Earning Response Coeficient (ERC). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) dan penelitian Dhaliwal dan Reynolds (1994). 2. Hasil pengujian membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara leverage dengan pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini sejalan dengan Meek, Robert dan Gray (1955) dan Jensen dan Meckling (1976). Disamping itu, hasil penelitian ini juga sejalan denngan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainun dan Rakhman (2000). 3. Pengujian pengaruh pngungkapan sukarela dengan ERC mennunjukkan temuan yang sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, misalnya Widiastuti (2002), Adhariani (2005) dan Nugrahanti (2006) juga berpendapat bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap ERC. 4. Ukuran perusahaan (size) dalam isu ERC digunakan sebagai proksi keinformatifan harga saham. Penelitian memasukkan variabel size sebagai variabel control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan

22

terhadap ERC. Semakin besar ukuran perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih dari perusahaan yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Chaney dan Jeter (1991) dan Collins dan Kothari (1989). 5. Pengujian pada pengaruh size terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tidak ditemukan hasil yang signifikan. Hasil penelitian ini pun tidak sejalan dengan Dyer dan Hugh (1975), Schwartz dan Soo (1996), Oktorina dan Suharli (2005), Givoly dan Palmon dan Annisa (1982) dan Owushu dan Ansah (2000). 6. Hasil penelitian ini membuktikann bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap ERC. Namun penelitian tentang pengaruh ketepatan waktu pelaporan keuangan terhadap ERC belum banyak dilakukan. Hasil penelitian yang ditemukan penulis adalah sejalan dengan Syafrudin (2004). 7. Diclosure dalam penelitian ini bukan merupakan variabel intervening bagi hubungan antara leverage dengan ERC. Dengan demikian perumusan masalah, apakah leverage melalui disclosure berpengaruh terhadap ERC tidak dapat dibuktikan.Demikian pula ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Timeliness) tidak terbukti sebagai variabel intervening pada hubungan antara ukuran perusahaan terhadap ERC. Dengan demikian perumusan masalah apakah size malalui timeliness berpengaruh terhadap ERC tidak dapat dibuktikan. B. Keterbatasan Penelitian Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini : 1. Penggunaan checklist mengakibatkan kesulitan membedakan kualitas ungkapan sukarela antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. 2. Penelitian ini mengesampingkan signifikansi perhitungan koefisien (ERC) dalam persamaan UE terhadap CAR. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jumlah sampel yang mempunyai ketersediaan data secara konsisten selama 4 tahun. 3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan kejadian-kejadian lain yang mempunyai konsekuensi ekonomi, misalnya pembagian dividen, merger ataupun perubahan kebijakan akuntansi. Kejadian-kejadian yang menyebabkan adanya konsekuensi ekonomi tersebut mengakibatkan ERC yang dihasilkan tidak cukup baik karena adanya compounding effect.

23

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaanperusahaan manufaktrur sehingga generalisasi hasil temuan dan rekomendasi penelitian ini kurang dapat diberlakukan untuk obyek penelitian di luar perusahaan manufaktur. 5. Penelitian mengenai koefisien respon laba sebenarnya merupakan penelitian runtut waktu yang memerlukan kurun waktu amatan yang cukup panjang untuk memperoleh koefisien respon laba sedangkan pengamatan yang dilakukan hanya empat periode. C. Saran Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukanan diatas, maka penulis memberikan saran untuk penelitian berikutnya yaitu: 1. Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan perbaikan dalam penilaian luas ungkapan sukarela dengan memberi bobot pada tingkat kerincian suatu item informasi yang diungkapkan oleh perusahaan sehingga indeks ungkapan menjadi lebih teliti. 2. Perlu penambahan data untuk menghitung ERC yang lebih panjang dan diperluas industrinya, serta mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi reaksi pasar. 3. Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan penggunaan pendekatan pooled crosssectional agar dapat meningkatkan jumlah sample dan meningkatkan daya generalisasi, atau penggunaan firm specific regression untuk mendapatkan estimat ERC yang lebih baik. Hal ini didasarkan pada penelitian Teets dan Wasley (1996) yang menunjukkan bahwa estimat ERC yang dihasilkan dari firm specific regression adalah 13 kali lebih besar dari estimat ERC yang dihasilkan dari regresi cross-sectional. Selanjutnya menurut Teets dan Wasley (1996) bahwa estimat ERC yang dihasilkan dari regresi cross-sectional akan downward bias relatif terhadap estimat ERC yang dihasilkan dari regresi firm-specific. 4. Pengukuran unexpected earning (UE) sebagai indikator untuk menghasilkan ERC, dapat menggunakan beberapa pengukuran selain EPS, misalnya laba operasi dan laba bersih tahunan. 5. Perlu pengembangan variabel lain yang mempengaruhi ERC pada pengujian mendatang bisa menggunakan ukuran lain untuk menguji sensitivitas seperti mempertimbangkan life cycle perusahaan, corporate governance dan variabel conservatism, free cashflow, rasio pembayaran dividend, capital expenditure, spesialisasi industri auditor, dan lain-lain.

24

DAFTAR PUSTAKA Adhariani (2005) Tingkat Keluasan Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan dan Hubungannya Dengan Current Earnings Response Coefficient (ERC). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 2, No.1 : 24-57 Ali, A. Dan P. Zarowin, 1992, Permanent vs. Transitory Components of Annual Earnings and Estimation Error in Earning Response Coefficients. Journal of Accounting and Economics, 15, 249-64 Ainun dan Fuad Rachman (2000), Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 115 No.I pp.70-82 Annisa, Nur. (2004). Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Kajian atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit. Balance, 2, 45-53. Basu, Sudipto (1977) The conservatism principle and the asymmetric timeliness of earnings. Journal of accounting and economics. 24, pp. 3-37 Beaver, W.R. Lambert dan D,. Morse. 1980. The information content of security prices. Journal of Accounting and Economics. 24 pp.3-37 Beaver, W.H. Clark, R, W.F. Wright. 1979. The Association between unsystemic security returns and the magnitude of earning forecast error. Journal of Accounting Research. 17 pp.316-340 Chandrarin, G., 2002. The Impact of Accounting Methods of Translation Gains (Losses) on the Earnings Response Coefficients. Proceeding Articles on SNA 5 24-35. Chaney, P.K. dan D.C. Jeter, 1991, The Effect of Size on the Magnitude of Long Window Earnings Response Coefficients", Contemporary Accounting Research 8, No.2 : 540-560. Cho, J.Y and K. Jung. (1991). Earnings Response Coefficient: A Sythesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. 10: 85-116. Dyer, J.C.IV. and A.J. McHugh,1975. The Timeliness Of The Australia Annual Report. Journal of Accounting Research. Autumn pp.204-220. Easton, P.D. dan M. Zmijewski. 1989. Cross-sectional Variation in the Stock Market Response to Accounting Earnings Announcements. Journal of Accounting and Economics 11:117-141. Gelb, David dan Paul Zarowin. Corporate Disclosure Policy and the Informativeness of Stock Prices. Style sheet. http//papers.ssrn.com (Juni 2000) Givoly, D and D. Palmon. (1982). Timeliness of Annual Earning Announcement: Some Empirical Evidence. The Accounting Review. 57. July. Pp.486-508. Hair, Anderson, Tatham, Black (1995). Multivariate Data Analysis. 5th ed. Pearson Education Holthausen dan Verrechia (1988). The Effect of Sequential Information Release on The Variance of Price Changes In An Intertemporal Multi Assets Market. Journal of Accounting Research 26 (spring), pp.82-106 Fitriani (2001). Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib Dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. : Universitas Padjajaran dan Ikatan Akuntan Indonesia pp.133-154. Jensen-Meckling (1976)The Agency Theory Of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost And Ownership Structure Journal of Financial Economics 3 : 305-360

25

Kalapur, Sanjay, 1994, Dividend Payour Ratio as Determinant of Earnings Response Coefficient, Journal of Accounting and Economics. 17: 359-375 Kormendi, R dan R. Lipe, 1987, Earnings Innovations, Earnings Persistance, and Stock Return, Journal of Business 60:323-345. Kothari S.P. and R.G. Sloan, 1999 Information in prices about future earnings : Implications for earnings response coefficients. Journal of accounting and economics, 15, 143-71 Lang M dan R.J. Lundholm. 1993. Cross sectional determinants of analysist rating of corporate disclosure. Journal of accounting research, 31 : 246-271. Lev (1989). On usefulness of earnings : Lesson ans directions from two decades of empirical research. Journal of Accounting Research 27 (supplement) pp. 153-192 Lipe, R.C., 1990, The Relations Between Stock Return, Accounting Earnings and Alternative Information, Accounting Review (Januari): 49-71. Meek, Robert dan Gray (1955) Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan Nugrahanti, Yeterina Widi (2006) Hubungan Antara Luas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Dengan Earnings Response Coefficient Dan Volume Perdagangan Pada Saat Pengumuman Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol XII No.2 : 152-171. Oktorina, Megawati dan Michell Suharli. (2005). Studi Empiris Terhadap Faktor-Faktor Penentu Kepatuhan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2 (119-132) Owusu, Stephen amd Ansah. (2000). Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange. Journal Accounting and Business. Vol.30.Pp.241. Suripto, Bambang, 1999. The Firm Characteristic Effect To Extent Of Voluntary Disclosure In The Annual Report. Simposium Nasional Akuntansi, II : 1-17 Schwartz, K., dan Soo, B., 1996. Evidence of Regulatory Non-Compliance with SEC Disclosure Rules on Auditor Changes. The Accounting Review 4th Ed. October. Syafrudin, M. (2004). Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan pada Earnings Response Coefficient: Studi di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi, VII: 754-765. Teets, W.R. dan C.E. Wasley. 1996. Estimating Earning Response Coefficients: Pooled versus Firm Specific Models. Journal of Accounting and Economics. 21, 279-295 Teoh, S.H., and T.J., Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and Earning Response Coefficients. The Accounting Review. 68, April: 346-366 Weston, Fred J and Thomas E, Copeland, 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 9 Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta Widiastuti, Harjanti, 2002. Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI: 1314-1326.

26

You might also like