You are on page 1of 9

1

THE EFFECT OF CUPPING THERAPY IN DECREASING BLOOD PRESSURE FOR HYPERTENSION PATIENT Agustin Widyo Purwandari*, Sagiran** *
Mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta ** Dosen Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran , dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT Background: Nowadays, hypertension is one of the major problem in primary health care, because high prevalence and far reaching consequences. Various effort in managing of hypertension patients had be performed both pharmacologically and alternative. Altrenative therapy with cupping method is not new thing in the realm of indonesian people. Cupping therapy is good for use in hypertension patient, because cupping therapy has no side effect. Objectives: This research to was aimed to investigate the effect of cupping therapy in decreasing blood pressure in hypertension patient. Methods : The research design is quasi experimental with one group pre-test and post-test without control group. The subject of the research is essential hypertension person which meet inclusion eligibility, that is in more than forty five years old, and not take alcohol. Subject of this research are 25 patients. All of subjects were treated with cupping twice, and the intervention interval was two week. Measuring blood presure were performed at the before of wet cupping and after cupping. The research result will be analyzed using paired t test, and repeated anova. Result and Conclusion: The result using paired t test indicates the reduction of systolic blood pressure in once was about 14,6 12,823 mm Hg and diastolic blood pressure was 2,6 10,012mm Hg. The reductions of systolic blood pressure in twice was about 16,00 10,000 mm Hg and diastolic blood pressure was 1,40 9,845 mm Hg. The reductions of systolic blood pressure showed a significant correlation (p<0,05), while diastolic blood pressure had no significant correlation (p>0,05). The result using repeated anova also had significant correlation in systolic blood pressure before cupping therapy with systolic blood pressure after cupping therapy two weeks later. While diastolic blood pressure had no significant correlation (p>0,05). This result indicates cupping therapy can decrease blood pressure in hypertension patient. Key words: cupping therapy, decreasing blood pressure, hypertension.

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Agustin Widyo Purwandari*, Sagiran** *
Mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta ** Dosen Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran , dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK Latar Belakang: Saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup penting dalam pelayanan kesehatan primer, hal ini dikarenakan angka prevalensinya yang tinggi, dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan. Berbagai upaya dalam penatalaksanaan penderita hipertensi sudah dilakukan yaitu secara pengobatan medis maupun alternatif. Pengobatan alternatif dengan metode bekam bukanlah hal baru dikalangan masyarakat indonesia. Terapi bekam baik digunakan pada pasien hipertensi, karena tidak mempunyai efek samping. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan satu group pre-test dan post-test tanpa group kontrol. Subyek penelitian berjumlah 25 orang yang terdiri dari penderita hipertensi esensial yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berumur lebih dari 45 tahun dan tidak minum alkohol. Semua subjek diberikan perlakuan bekam sebanyak dua kali dengan interval waktu dua minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan pembekaman. Hasil penelitian diuji statistik menggunakan analisis t berpasangan dan repeated anova. Hasil dan Kesimpulan: Hasil analisis menggunakan t berpasangan menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada sekali pembekaman sebesar 14,6 12,823 mm Hg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,6 10,012 mm Hg. Pada kelompok minggu ke-2 terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 16,00 mm Hg 10,000 mm Hg dan tekanan darah diastolik sebesar 1,40 9,845 mm Hg. Penurunan rata-rata tekanan darah sistolik terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) sedangkan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) pada pembekaman sekali dan pembekaman dua mingu kemudian. Pada analisis dengan repeated anova juga terdapat hubungan yang bermakna pada tekanan darah sistolik antara sebelum pembekaman minggu ke-0 dengan pembekaman pada dua minggu kemudian. Sedangkan pada tekanan darah diastolik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kata kunci: hipertensi, penurunan tekanan darah, terapi bekam.

PENDAHULUAN Saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup penting dalam pelayanan kesehatan primer. Hal ini dikarenakan angka prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi dan 5% sisanya adalah hipertensi renal atau sekunder. Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta jiwa tetapi hanya 4% yang termasuk hipertensi terkontrol. Pengobatan hipertensi dilakukan dengan terapi obat-obatan dan merubah gaya hidup. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah hingga kembali normal atau sampai level yang masih dapat ditoleransi penderita. Selain itu, juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita, dan mencegah komplikasi yang terjadi. Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas masing-masing dalam pengobatan hipertensi, akan tetapi karena sebagian besar kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya, maka obat tersebut harus diminum seumur hidup karena bersifat sebagai preventif. Pengkonsumsian obat dalam jangka panjang dapat menimbulkan bermacam-macam efek samping. Keadaan seperti ini memerlukan penanganan yang serius sehingga perlu penerapan terapi alternatif untuk menurunkan tekanan darah. Salah satu terapi alternatif tersebut ialah bekam yang merupakan warisan dari Nabi Muhammad SAW. Bekam dipilih sebagai salah satu alternatif untuk menangani penyakit hipertensi dikarenakan terapi bekam tidak mempunyai efek samping. Terapi bekam juga dapat memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi secara umum sehingga dapat menurunkan tekanan darah4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam usaha mencari pengobatan yang murah dan efektif.

METODE Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan satu group pre-test dan post-test tanpa group kontrol. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non-random sampling dan secara accidental. Perlakuan bekam dilakukan pada pagi hari dan menghindari terapi bekam pada hari rabu dan minggu. Hal ini dilakukan sesuai dengan hadist yang menyatakan bahwa bekam dilarang dilakukan pada hari rabu dan minggu. Subjek penelitian ini adalah penderita hipertensi essensial yang memenuhi kriteria inklusi yakni berusia lebih dari 45 tahun dan tidak minum alkohol. Subjek juga diseleksi melalui proses wawancara secara langsung kepada responden, dengan turut menjaga kerahasiaan data-data yang dianggap para responden tidak ingin diketahui orang lain. Pembekaman pada pasien subjek dilakukan dua kali dengan interval waktu dua minggu. Pemilihan waktu dua minggu dikarenakan sesuai dengan pelaksanaan bekam sebaiknya diberikan waktu 2-3 minggu pada titik yang sama5. Prosedur pembekaman meliputi persiapan peralatan yang akan dipakai antara lain cupping set, hand pump, lancet pen, lanset, kapas, alkohol 70%, sarung tangan, dan kassa steril. Selanjutnya memakai sarung tangan dan memasang cupping set ukuran sedang yang berfungsi alat penghisap (hand pump) dalam keadaan steril. Langkah selanjutnya yakni membersihkan daerah yang akan dibekam menggunakan alkohol untuk disinfektan. Setelah prinsip steril dilakukan, alat bekam diletakkan di daerah yang sudah ditentukan. Kemudian pompa secukupnya sebanyak 8-10 kali hingga cupping set menempel kokoh di daerah pembekaman dan diamkan selama 5-7 menit. Setelah 5-7 menit penutup cupping set bagian atas dibuka agar udara dapat masuk, sehingga cupping set mudah diambil. Setelah itu dilakukan sayatan atau tusukan menggunakan lancet pen pada bekas bekam yang pertama. Lalu pasang kembali cupping set pada lokasi sayatan, dan diamkan selama 5-7 menit hingga darah kotor keluar. Darah kotor yang keluar dibersihkan menggunakan kassa steril hingga bersih. Semakin parah penyakit seseorang, maka darah yang keluar semakin merah kehitaman.

Gambar 1. Penderita Hipertensi yang di Terapi Bekam HASIL Dibawah ini dicantumkan hasil penelitian mengenai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan minggu ke-0 dan minggu ke-2. Tabel 1. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Disaat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Bekam (Minggu 0) Test Sistolik Diastolik Pre Post Pre Mean 180.00 165.40 92.80 Std. Deviation 25.166 20.510 12.339 Selisih 14,612,823 2,610,012 P 0.000* 0.206

Post 90.20 10.255 Keterangan : *p: signifikan uji paired t test

Tabel 2. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Disaat Sebelum dan Sesudah Perlakuan Bekam (Minggu 2)

Test Sistolik Pre

Mean 179.00 163.00 94.00

Std. Deviation 23.936 24.580 12.500

Selisih 16,0010,00 1,409,845

P 0.000* 0.484

Post Diastolik Pre

Post 92.60 12.000 Keterangan : *p: signifikan uji paired t test Tabel 3. Hasil analisis Data Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Bekam, Sebelum dan Sesudah Bekam 2 Minggu Kemudian. Tekanan Darah Sistolik P Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Bekam 0.000* Tekanan Darah Sistolik Sebelum Bekam 2 Minggu 0.733 Kemudian-Tekanan Darah Sistolik Sebelum Bekam Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekam 2 Minggu 0.000* Kemudian-Tekanan Darah Sistolik Sebelum Bekam Tekanan Darah Sistolik Sebelum Bekam 2 Minggu 0,000* Kemudian-Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekam Tekanan Darah Sistolik Setelah Bekam 2 Minggu 0.421 Kemudian-Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekam Tekanan Darah Sistolik Sesudah Bekam 2 Minggu 0.000* Kemudian-Tekanan Darah Sistolik Sebelum Bekam 2 Minggu Kemudian Keterangan: *p: signifikan uji repeated anova Tabel 4. Hasil analisis Data Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Bekam, Sebelum dan Sesudah Bekam 2 Minggu Kemudian. Tekanan Darah Diastolik P Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam-Tekanan 0.206 Darah Diastolik Sebelum Bekam Tekanan Darah Diastolik Sebelum Bekam 2 Minggu 0.702

Kemudian-Tekanan Darah Diastolik Sebelum Bekam

Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam 2 Minggu 0.938 Kemudian-Tekanan Darah Diastolik Sebelum Bekam Tekanan Darah Diastolik Sebelum Bekam 2 Minggu 0,124 Kemudian-Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam 2 Minggu 0.261 Kemudian-Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam Tekanan Darah Diastolik Sesudah Bekam2 Minggu 0.484 Kemudian-Tekanan Darah Diastolik Sebelum Bekam 2 Minggu Kemudian PEMBAHASAN Pada penelitian ini pembekaman satu kali dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 14,6 12,823 mm Hg tekanan darah diastolik sebesar 2,6 10,012 mm Hg pada penderita hipertensi. Sedangkan pada pembekaman yang dilakukan dua minggu kemudian dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 16,00 10,000 mm Hg dan tekanan darah diastolik sebesar 1,40 9,845 mm Hg. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik semakin menurun setelah intervensi yang kedua. Berdasarkan pada hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada penurunan rata-rata tekanan darah sistolik, sedangkan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) pada minggu ke-0 dan pada minggu ke-2. Setelah itu dilakukan analisis data menggunakan repeated anova untuk mengetahui pengaruh bekam yang dilakukan intervensi sekali dengan dua kali. Pada penelitian ini didapatkan terdapat pengaruh antara tekanan darah sistolik sebelum perlakuan bekam dengan tekanan darah sistolik setelah perlakuan bekam dua minggu kemudian, dan tekanan darah sistolik setelah perlakuan bekam dengan tekanan darah sistolik sebelum perlakuan bekam dua minggu kemudian. Sedangkan pada tekanan darah diastolik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna, hal ini dikarenakan semua nilai p> 0,05. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian, karena penurunan tekanan darah diastolik hanya bermakna secara klinis tetapi tidak secara uji statistik.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada penderita hipertensi penurunan tekanan darah sistolik lebih jelas dibandingkan tekanan darah diastolik6. Tekanan darah sistolik berhubungan dengan masa ventrikuler kiri, sedangkan tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh frekuensi jantung dan tahanan perifer vaskular. Frekuensi jantung dipengaruhi oleh beberapa hal seperti stimulasi pada semua sarafkutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan. Selain itu, dapat dipengaruhi juga oleh input emosional dari sistem saraf pusat. Terapi bekam akan mempengaruhi sistem saraf nyeri yang mengakibatkan pengeluaran endorfin dan dapat meningkatkan kerja jantung, sehingga dapat mempengaruhi aliran balik vena dan curah jantung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bekam dapat menurunkan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik. Dengan demikian bekam dapat direkomendasikan untuk hipertensi terutama hipertensi dengan tekanan darah sistolik yang tinggi. Pengaruh positif bekam terhadap penurunan tekanan darah dimungkinkan melalui beberapa mekanisme yakni keluarnya beberapa zat berbahaya seperti serotonin, histamin, bradikinin melalui darah. Selain itu, bekam dapat membuat kapiler tubuh an pembuluh darah kulit berdilatasi, terjadi proses relaksasi pada otot-otot yang kaku, dapat menstimulasi syaraf permukaan kulit, dapat menghasilkan endorphin melalui traktus spino thalamicus, dan peningkatan kerja jantung. Walaupun program intervensi hanya bermakna pada penurunan tekanan darah sistolik tetapi sangat besar pengaruhnya pada populasi orang dewasa tua. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik 2 mm Hg secara bertahap dapat menurunkan risiko penyakit stroke sebanyak 17% dan penyakit jantung koroner sebanyak 9%7. Hasil penelitian uji klinis menunjukkan bahwa penurunan prevalensi penyakit kardiovaskular berhubungan dengan terapi yang dilakukan terhadap tekanan darah sistolik8. KESIMPULAN

Bekam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi khusunya tekanan darah sistolik. SARAN Menggunakan terapi bekam secara teratur sebagai pendamping dalam penatalaksanaan hipertensi. DAFTAR PUSTAKA 1. Gray, H.H., Dawkins, K.D., et al. (2002). Lecture Notes: Kardiologi (Edisi 4) (A. Agoes & H. Oemar, penerjemah). Jakata: Erlangga. 2. Armilawaty., Amalia, H., & dAmiruddin, R. (2007). Hipertensi dan Faktor Risikinya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS 2007. Diakses 16 Februari 2009, B3KAM\HIPERTENSI\Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi New Paradigm for Public Health.htm 3. Yasin, S.B. (2005). Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis (H. Murtadlo, penerjemah). Solo: Al-Qowam. (Buku asli diterbitkan 2001). 4. Hidayat, W. (2008). Pengaruh tehnik bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi [Versi alektronik]. 5. Fatahillah, A. (2006). Keampuhan bekam pencegahan dan penyembuhan penyakit ala Rasulullah. Jakarta: Qultum Media. 6. William, D.M., Frank, I.K., dan Victor, L.K. (1986). Exercise physiology; energy, nutrition, and human performance, Second, ed. By Lea & Fefiger. 7. American College of Sports Medicine. Exercise and hypertension. Med sci Sports Exerc (2004). 8. Lioyd-Jonses, D.M., Evans, J.C., Larson, G.M., ODonnell, J.C., & Levy, D. (1999). Differential impact of systolic and diastolic blood pressure level on JNC-VII staging. Journal Hypertension, 34 : 38-385.

You might also like