You are on page 1of 19

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Hayat

PENERAPAN TEKNOLOGI'ENZIMATIK MIKROBA BAG1 INDUSTRI PANGAN, FARMASI DAN KOSMETIKA


Sulistyo, J., U.S. Soeka, E. Naiola dan N. Widhyastuti
Balitbang Mikrobioiogi, Puslitbang Biologi-LIP1

ABSTRACT
Advances in enzymology are enabling commercial production of more industrial microbial enzymes and consequently multiplying the applications where they can offer advantages over traditional processes and ingredients. In addition to its simplicity of the process, economically production costs and its production is still possibly improved, the enzymatic bioprocessing is becoming an alternative technology which has a prospective future for industrial purposes of food, pharmaceutical and cosmetics. Some glycosides with interesting biological activities can be used in medicine or cosmetics. For example, arbutin has been used in cosmetics because of its inhibition of tyrosinase. Chemical synthesis of these polyphenol glycosides was widely used at first, however, substrates contain multiple hydroxyl groups of similar reactivity and chemical methods are complicated by the many protection and deprotection steps that are necessary for regioselective synthesis. The Lise of enzymes in the synthesis of the giycoside has not been extensively investigated, yet it offers several advantages over chemical methods. M'e have repolted ihe potency of several extracellular microbial enzymes such as amylase and CGT-use, protease and lipase for biosynthesis and bioprocessing of cyclodextrin, fermented coconut oil, respectively. The Iipase was furthermore used for hydrolysis of acid oils of CPO for producing valuable fatty acid esters to meet the requirement of cosmetics, pharmaceuticals and other chemical industries. The review of our previous research is a ~ n ~ e ro d clarify some potencies of crude enzymes which were derived from various sources of microorganism strains. The selected strains with activities of amylase, protease, lipase, dan CGT-use on many kinds of natural substrates containing starch, protein, lipid and oil were furthermore applied for synthesis of valuable biornaterials to meet the requirement for industries of mentioned above.

Bioproses senyawa bernilai menggunakan jasa enrlrn rr~ilrobapada krbagai substrat alami menjanjikan beberapa keunggulan. Selain prosesnya yang sederhana, biaya produksi yang ekonomis dan produksi yang dapat ditingkatkan, bioproses enzimatik juga menjadi terdosao teknologi alternakif yang ramah lingkungaa dan prospektif dajam menu~jang industri pangan, farmasi dan kosmetika. Arbutin, merupakan senyawa polifeno'l glikosida alarni yang suIit disintesis secara kimiawi. Pada penelitian ini diungkapkan s u ~ u teknik bioproses polifenof glikosida dari ekstrak daun teh hijau sebagai senyawa analogi arbutin, melalui penerapan enzirn mikroba yang memiliki kapasitas reaksi transglikosilasi. HasiI uji hayati menunjukkan bahwa polifenol glikosida sebagai produk transfer, memiliki aktivitas antimikroba dan aktivitas penghambatan enzirn tirosinase yang berpotensi menimbulkan gejala melanogenesis pada kulit manusia tanpa menimbulkan efek sampingan. Berbagai senyawa glikosida dan produk tumnannya telah dimanfaatkan secara luas dajarn industri
Pusat Antar Universitas I l m u h y a t IPf3 Bogor, 16 September 1999

Prosiding Seminar Hasil-Hasii Penelitian Bidang //mu Hayat

farmasi dan kosmetika. Pada penelitian lain dijelaskan manfaat beberapa enzim ekstraseluler dari berbagai biakan mikroba, antara lain amilase dan CGT-ase untuk biosintesis siklodekstrin, enzim protease untuk bioproses minyak kelapa fermentasi (fermikel) dan enzim lipase untuk hidrolisis minyak asarn-CPO serta biosintesis senyawa lemak pangan sebagai produk ester asam lemak yang bermanfaat bagi industri pangan, farmasi dan kosmetika. Penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan beberapa potensi enzim kasar dari berbagai sumber biakan mikroba yang menunjukkan aktivitas amilase, protease, lipase, dan CGT-ase, pada berbagai substrat alami mengandung pati, protein, lemak dan minyak untuk mensintesis berbagai biomaterial bermanfaat bagi industri pangan, farmasi dan kosmetika. Kata Kunci : bioproses enzimatik, antilase, protease, lipase, CGT-ase.

PENDAMULUAN
Kemajuan di bidang bioteknologi telah memungkinkan penerapan teknologi enzimatik bagi industri dalam memproduksi secara komersial krbagai produk pangan, minuman, deterjen, farmasi dan kimia menjadi semakin luas. Dewasa ini di Indonesia, kebutuhan enzim disektor industri semakin meningkat dari tahun ke tahun dan kebutuhan ini
hanya dapat terpenuhi rnelalui impor. Selama kurun waktu kurang lebih lima tahun terakhir,

jurnlsh irnpor enzim meningkat sekitar 200-380 ton pertahun, serta devisa yang dibelanjakan untuk kebutuhan tersebut rata-rata setiap tahunnya meningkat 1200 US $. Salah satu cara untuk n~ngantisipasiketergantungan pasokan enzim impor adalah dengan mngusahakan produkst cnzim di dalam negeri. Dalam upaya tersebut maka perlu dilakukan suatu kajiari menyeluruh mengenai enzirn-enzirn yang merniliki peranan penting bagi industri pada skala pilot. Enzim yang digunakan dalam industri pada umumnya berasal dari mikroorganisme. Pemanfaatiin mikroorganisme untuk produksi enzirn disebabkan oleh beberapa fakior, antara lain karena enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme rnudah diproduksi dalrtrn skala
be\.ir
uAtu

produksi relatif pendek, dapat diproduksi secara berkesinan~bungan, blaya leb~ll

rendah dan penanganannya leblh mudah. Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, memiiiki berbagai macam ekosistem yang berbeda-beda dengan keanakaragarnan

mikroorganisrnenya yang sangat tinggi. Sayangnya kekayaan afam tersebut sarnpal saat ini belum terrnanfaatkan secara optimal, sehingga penerapan teknologi enzlmatik untuk menunjang industri berbasis sumberdaya lokal sangat, dimungkinkan. Penggunaan enzim untuk industri non-pangan, antara lain untuk deterjen dan pasta gigi, sudah dimulai sejak awal abad 20 dengan cara penarnbahan enzim pankreat ik kedalam
Pusat Antar Universitas I!mu C-(nyat fSB Bogor, 16 September 1999

33 1

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

deterjen untuk pencucian dengan perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa enzim sudah mrupakan iinsiir yang sangat penting daIam industri non-pangan. Enzim yang u m m n y a terdapat dalam deterjen adalah protease, amilase, lipase dan selulase. Protease merupakan enzim utama yang digunakan dalam deterjen. Enzim ini berfbngsi untuk menghidrolisa noda protein pada pakaian sehingga kotoran yang rnengandung protein seperti darah, lendir, keringat dan sebagainya akan mudah tercuci. Disamping itu kotoran lainnya yang terikat pada protein juga rnenjadi lebih rnudah dihilangkan. Protease yang terdapat pada deterjen biasanya bekerja pada pH alkali dan suhu yang cukup tinggi. Penelitian mengenai protease untuk deterjen se'betulnya telah banyak dilakukan, namun mekanisme kerja protease tersebut selama proses pencucian sampal saat ini belurn diketahui secara pasti. Meskipun enzirn-enzim protease yang digunakan berasal dari golongan serine protease, akan tetapi mekanisme kerjanya berbeda. Bekrapa maszlal! seperti adsorbsi atau desorbsi kotoran, spesifisiit enzim, nilai pI dalarn hubungannya dengan p H larutan deterjen tampaknya mempunyai pengaruh yang penting. Jumlah terbesar penerapan produk-produk enzim adalah bagi industri pangan. Enzimenzirn tersebut secara eksklusif menghidrolisis berbagai biopolimer antara lain pati, selulosa, herniselulosa, protein dan lemak. Enzim-enzim ini sebagian besar diproduksi dalam bentuk supernatan yang diekstraksi sebagai hasil fermentasi mikroba, dengan biaya produksi yang rendah akan tetapi tingkat produksinya tinggi. Pentingnya penelitian mengenai selulosa dan hemiselulosa, sangat nxnunjang keberhasilan dalam proses konversi material tersebut secara ekonomis. Untuk kelangsungan suatu bioproses berbasiskan biomasa secara ekonomis begitu erat keterkaitannya dengan proses biokonversi dan pemanfaatan baik fraksi selulosa maupun hemiselulosa secara efektif. Telah diketahui bahwa mikroba tertentu dapat mensekresikan enzin~ selulase maupun xilanase dengan aktivitas sangat iinggi, sehingga mampu merombak kedua fraksi tersebur. Beberapa enzim yang lerlibat dalarn proses hidrolisis xilan, antara lain 9-xilosidase yang aktif pada rantai pendek xilooiigosaskharida dengan xilosa sebagai produk akhir. EksoP-xilanase yang menyerang xilan dan xilooiigosakharida pada ujung noil-reduksi dengan xilosa sebagai produk &hit. Endo- P-xilanase yang lebih reaktif pada xilooIigosalkharida rantai panjang dan xilan pada berbagal titik molekul. Enzim lipase diperlukan untuk rnenghidrolisis minyak dan h a i l sampingannya untuk mendapatkan produk berkadar asarn lemak dan gliserol bernilal ainggi. Lipase dari biakan
Pusat Anbr Universitas Ikw w t IP8
Bogor, 16 September 1999

332

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

mikroba sangat diperlukan dalam proses tersebut untuk menunjang industri minyak goreng krmttttt tinggi. Secara biologis, praduk olahari secara fermentasi juga iebih menguntungkan dibanding rninyak goreng konvensional, karena produk yang dihasilkan memiliki daya saing dipasaran lokal maupun regional. Saat ini, persaingan produk minyak nabati berkualitas untuk konsumen di perkotaan juga terlihat lebih tajam mengingat kecenderungan konsumen terhadap produk-produk berkadar kolesterol rendah. Trend konsumen terhadap produk atau bahan pangan berkadar kolesterol rendah itu sendiri bukan tidak beralasan, hasil riset di beberapa negara rnaju mengungkapkan adanya keterkaitan erat antara tingginya kadar kolesterol dalam darah penderita dan gejala penyakit yang berhubungan dengan jantung, tekanan darah tinggi, obesiti dan penuaan. Minyak pangan yang diproses secara fermentasi memiliki beberapa keuntungan, antara lain kernudahan dalarn cara pembuatannya. hemat energi bahan bakar, limbah yang terbentuk sedikit, tingkat ketengikan rendah dengan daya simpan Iebih lama, aroma lebih harum dan warna lebih jernih, serta bebas (negatif) kolesterol. Teknologi enzimatik juga dapat diterapkan untuk tujuan diversivikasi p:oc?uk bersubstrat minyak asam yang berasai dari rninyak sawit rnentah (CPO), antara lain menjadr lemak pangan yang bermanfaat bagi industri pangan, farmasi dan kosmetika. Minyak asarrl
itu sendiri

merupakan hasil sampingan utama pada proses penyulingan rninyak

menggunakan alkali. Minyak-minyak asarn umumnya berwarna gelap dan mengandung sekitar 40-80% asam lemak bebas, 20-50% gliserida netral, minyak yang tidak tersaponifikasi dan kotoran. Sampai saat ini, ITlinyak asam hasjll sampingan minyak kornersial sebagian besar digunakan untuk membuat sabun berkualitas rendah, padahal minyak asam memiliki potensi sangat besar sebagai bahan baku p~oduksi ester asam lemak yang diperfukan bagl industri farmasi, kimia dan kosmetika. Beberapa ilmuwan telah mengungkapkan manfaat asarn lernak dan berbagai ester
aarn Iemak berantai pendek yang sangat penting fungsinya sebagai senyawa aromatik dart

penyedap rasa dalam industri pangan. Metili dan etil ester dari asam lernak berantai panjang juga dapat dirnanfaatkan seeara baik untuk produksi alkohol Jernak serta sebagai bahan bakar pengganti pada rnesin disel (Linko, et al. 1994). Produksi ester alkohol berantai panjang dari asam lemak seGara esterifikasi dan reaksi alkohoiisis dengan katalisator kimia sudah tidak perlu diragukan lagi. M a n tetapi proses secara kimiawi tersebut mrniliki keterbatasan, antara lain asam-asam dari jenis yang lebih tidak jenuh akan mengalami polirnerlsasi atau perubahan-pembahan lain selama proses
Pusat Antar Univefsitas Ilmu %)*at SPB , l b September 1999

333

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

esterifikasi. Demikian juga, asani-asam lernak yang memiliki gmp-grup fungsional seperti epoksi dan hidroksi sulit sekali untuk diesierifikasi tanpa merusaknya teriebih ciahuiu grupgrup fungsional tersebut. Katalisis ester yang sulit dilakukan dengan rnetode kimiawi menjadi sangat mungkin menggunakan enzirn esetrase sebagai biokatalisator. Keuntungan lain dari teknologi lipase adalah bahwa enzim lipase rnelakukan aktivitas pada kondisi reaksi yang ringan (mild conditions). Tujuan dari penulisan artikel ilmiah ini adalah untuk mengoptimalkan penggunaan berbagai enzirn mikroba, antara lain amilase clan CGT-ase, protease, selulase dan hemiselulase, serta lipase dan esterase, untuk tujuan bioproses berbagai produk bernilai ekonomi tinggi yang dapat disintesis atau diproduksi dengan memanfaatkan substrat organik yang diperoleh dari bahan baku lokal.

Biakan dan surnber enzirn amilase dan CGT-ase.


Biakan Bacillus subtilis, Bacillirs nlegcrteriunz dan tiga biakan Bacilll4s sp. diperoleh dengan cara isolasi dari kacang kedelai yang telah diferrnentasi secara alarniah pada jerami segar selarna 2-3 hari. Enzim C G T - L . ~ diperoleh .~~ dengan cara ekstraksi dari kelirna biakan hasil isolasi yang telah diinkubasikan dengan penginduksi pati terlarut. Ekstraksi enzirn arnilase dan CGT-ase. Setelah biakan induk pada media agar nutrien (NA) disuspnsikan dengan 5 rnl akuades steril, selanjutnya suspensi biakan diinokulasikan pada media cair mngandung 2.0% pati terlarut, 0.5% pepton, 0. 1 % K2F-IP04,0.05% NaCl, 0.05% MgS04, 0.001 % FeS04, 0.0001% ZnS04, 0.0001% CuS04, dan 0.0001% MnS04, pada 10 n-84 bufer Na-fosfat pH 6.5. Setelah media produksi digoyang pada suhu 37BC selarna 5 hari, larutan disentrifus pada kecepatan 10.000 rpm selarnrt I5 nbenit pada 4BC. Supernatan yang terbentuk selanjutnya digunakan sebagai surnber enzirn CGT-ase kasar.

Uji aktivitas enzirn arnifase dan CGT-ase.


Carnpuran reaksi mengandung 50 p i larutan enzim CGT-ase kasar dan 450 p 11 0 rnlvf bufer Na-fosfat pH 6.5 yang mengandung 0.5% pati terlarut, diinkubasikan pada suhu 40BC selama LO menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 2.5 ml 0.5

N HCl. Setelah
334

carnpuran reaksi diberi penarnbahan 0.005% larutan IU yang mengandung 0.005% 12,
Pusat Antar Universitas I Bogor, 1 6 September 1999

h Hayat IPB

Prosiding Seminar Kasil-Kasil Penelitian Bidang llmu Hayaf

campuran dibiarkan bereaksi selama 20 menit. Selanjutnya masing-masing sampe! diukur dengan alat spektrofotometer pada serapan h 660 nm.

Uji aktivitas transglikosilasi.


Campuran reaksi (2 ml) didalam 1 ml 10 nrM bufer Na-fosfat pH 6.5 mengandung

5% pati terlarut dan 2% salah satu derivat f e n d (hidrokinon, pirokatekol, resorsinol atau
katekin), diinkubasikan pada suhu 40BC, dengan variasi waktu inkubasi 24 dan 40 jam. Setiap sampel (5-10 ml) dianalisis dengan kromatografi lapisan tipis ('FLC) yang dikembangkan dengan larutan pengembang (etiI asetat 1 asam asetat / akuades, 3 : 1 : 1 , v/v). Setelah plat-plat TLC dikeringkan pada suhu l00BC selama 1 jam, kemudian disernprot dengan larutan penirnbul warna yang mengandung 20% H2S04 dalam metanol, selanjutnya plat-plat tersebut dipanaskan pada suhu 150BC selamz 5- 10 menit.

Uji kualitatif enzim protease


Pengujian secara kualitatif dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada media agar sterilisasi mengandung 20 gram susu skim, 5 gram pepton dan 15 gram agar. Biakan bakteri yang telah berumur 2 hari diinokulasikan pada media dalam cawan agar-skim. Setelah inkubasi selarna 2-3 hari, dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri dan aktivitas enzim dengan cara mengukur garis tengah zona bening yang terbentuk disekitar koloni. Aktivitas enzim reiatif dihitung dengan nxmbagi h a i l pengukuran zona k n i n g dengan diameter koloni. Bakteri yang memiliki aktivitas enzim secara cukup signifikan, selanjutnya diuji secara kuantitatif. Produksi enzim protease Biakan yang memiliki aktivitas proieolitik secara kualitatif diukur secara kuanritatif dengan cara menumbuhkan biakan bakteri pada media calr mengandung 20% \u\u skim dan

5% gula susu Iaktosa. Sebanyak 1% (vlv) biakan berumur 2 hari diinokulas~kan pada 100 rnl
media yang sama dalam erlenmeyer-200 nL, dan diinkubasikan pada suhu karnar selama 5 hari dengan cara pengocokan di atas shaker. Setelah suspensi kultur disaring menggunakan kertas saring, larutan disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan larutan enzim dari bahan-bahan lain yang tidak teriarut. Supernatan yang diperoleh digunakan sebagai larutan enzirn kasar dan diukur aktivitasnya.

Puxlt Antar Vniversitas f !mu k y a t IPB Bogor, 16 September 1999

335

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Peneliiian Bidang Ilmu Hayat

Uji kuantitalif biakan penghasil enzim protease


Aktivitas protease diuji dengan car2 menarnbahkan sebanyak C,5 ml substrat-casein
2% dalarn 0,05 M larutan bufer fosfat pH 6,5 dan 0,s rnl larutan enzirn yang telah

diinkubasikan pada suhu 40C selama 5 menit. Selanjutnya campuran reaksi diinkubasikan pada suhu 40BC selama 10 rnenit. Reaksi enzimatis dihentikan dengan penambahan 1 rnl0,4

M asam trikhloroasetat (TCA). Selanjutnya campuran reaksi disaring menggunakan kertas


saring Whatman no. 1. Sebanyak 0,5 ml filtrat ditambah 2,5 ml 0,s M natrium karbonat, diinkubasikan terlebih dahulu selama 10 menit, kernudian ditambah 0,5 rnl pereaksi Folin. Setelah inkubasi berikutnya selama 30 menit, dilakukan pembacaan kepekatan optis (OD) dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Sebagai blanko digunakan enzim dengan perlakuan sarna akan tetapi TGA ditambahkan sebe'lurn penanlbahan substrat. Satu unit aktivitas protease dinyatakan sebagai unit enzim yang diperlukan untuk membeb~skzn1 ug tirosin. Produksi enzirn iipase
B iakan induk Bacillus FM-9 101 , Pseudolno~zasFM-920 1 , Pseudomonas FM-9202, Psertdor~lorlnsFM-9203 dan Cnmiida FM-9301 ditumbuhkan secara terpisah pada medium

rnengandung air kelapa dan skim santan, ekstrak tomat dan sakharosa pada skala 100-500mL volume gelas Erlenmeyer. Setelah disterilisasi pada suhu 121BC selarna 15 rnenit, medium yang telah didinginkan diinokulasi dengan masing-masing biakan dan digoyang diatas shaker selanla 48 jam pada suhu ruang. Medium diatur pada kisaran pH 4-6. Media yang telah diperkaya dengan enzim yang disekresikan, disentrifus p d a 10.000 rprn selama 10 rnenit dan selanjutnya digunakan sebagai starter. Bioproses minyak fermentasi
Mirlyak fcrnlentasr dapat diproses menggunakan starter (enzirn) lipase pada ekstrak

bahan mengarldung minyak dari krbagai sumberdaya nabati. Untuk rnengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi starter yang digunakan, dicobakan beberapa kornbinasi pH media, suhu inkubasi, konsentrasi starter, dan bobot ekstrak bahan. Media fermentasi terdiri dari substrat kasar rnengandung rninyak yang diinokulasi dengan start.er yang rnengandung enzirn kasar lipase yang disekresikan oleh biakan rnaupun isolat mikroba. Inokulasi dilakukan dengan menambahkan starter kedalarn substrat kasar sarnbil diaduk-aduk. Selanjutnya substrat diinkubasikan selarna 24 jam pada suhu ruang atau

Prosiding Seminar Hasil-l-lasil Penelitian Bidang llmu Hayaf

inkubator (30-40C). Setelah terbentuk 3 lapisan terdiri dari fasa minyak, protein, dan air, maks bagian airnya dapat dipisahkan dan digunakan lagi sebagai inokuian untuk pembuatan starter. Lapisan minyak dipisahkan dari protein yang telah menggumpal, untuk selanjuinya dipanaskan sebentar sarnpai gelembung air yang terbawa keluar dari minyak (10-15 menit). Selanjutnya minyak fermentasi dapat disaring menggunakan kertas saring. WidroIisis enzfmatis mirayak asam Substrat (50 gram rninyak asam) ditempatkan dalam gelas Erlenmeyer 100-mL diinkubasikan dengan 25% larutan enzim lipase dalam buffer pada suhu 50C diatas shaker selama 24 jam. Reaksi hidrolisis yang terjadi diestimasi dengan pengukuran kandungan

asam lernak bebas pada setiap sampel yang dianalisis. Emulsi lemak dihancurkan dengan cara pemanasan pada suhu 80C dan lapisan lemak yang mengandung enzim dan gliserol dipisahkan dengan cara sentrihgasi. Asam lemak bebas sebagai produk hidrolisis yang terkandung dalam lapisan lemak selanjutnya dianalisis menggunakan rnetode standar. Reaksi alkoholisis dan esterifikasi Minyak asam dan berbagai alkohol dengan perbandingan 1 : 1 rasro molar dalant gelas Erlenmeyer 100-mL diinkubasi dengan 25% larutan enzim lipase dengan cara dikocok menggunakan pengocok magnetis pada suhu 50C selama 24 jam. Setelah reaksi berakhir, campuran produk disaring untuk memisahkannya dari kotoran yang tidak terlarut. Hasil rekasi dianalisis secara kualitatif menggunakan plat-plat TLC. Sampel diencerkan dengan etanol dengan perbandingan 1 : 10. Sebanyak 0,01 mL sampel encer digunakan untuk analisis TLC. Untuk mngetahui spot produk yang tekromatografi, plat TLC dikernbangkan dalam larutan heksan/dietil eter/asam asetat (80:20: 1) selama satu jam. Setelah pengrringan beberapa saat, plat TLC disemprot dengan 0,1% 2',7'-diklorofluoresin dalam 99,5% etano1 dan selanjutnya diamati pada panjang gelombang 254 and 360 nm. Analisis kolesterol Kadar kolesterol ferrnikel dan minyak gmeag 4ainnya bitentukan dengan mengukur sebanyak 0,25 mi sarnpel minyak yang diencerkan dengan CHC13 (kiosoform) kedaiarn labu ukur berukuraa 25 ml (a). Selanjutnya ke dalarn tabung yang k r i s i 5;0 ml lamtan (a) ditambahkan kedalamnya beflurut-tumt 2,0 ml asam asetat anhidrat dan 0,1 ml asam asetat glasial dan 0,1 rnl H2S04 (asam sulfat) pekat. Setelah dikocok dan dibiarkan selama 15 menit,-campuran reaksi kemudian dibaca absorbansinya pada h 640 nm.
Pusat Antar Universitas fh kyat Bogor. 16 September 1999

337

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelifian Bidang llmu Hayaf

HASPL DAN PEMBAHASAN


Hasil iscrlasi enzim kelompok selulase dan herniselulase Selulase dan P-glukosidase merupakan enzim induktif kelompok selulase, sedangkan xilanase dan P-xilosidase rnerupakan enzim induktif kelompok hemiselulase, sehingga memerlukan pengindusi untuk produksinya. Pada percobaan pendahuluan, enzim diinduksi dengan karboksi metil selulosa (CMC), akan tetapi hanya dihasilkan unit aktivitas enzirn

P-

glukosidase yang sangat rendah, ditandai dengan tidak terukurnya unit aktivitas enzim terhadap substrat fenil P-glukosida. Pengujian menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan hasil negatif terhadap produk reaksinya. Hal tetsebut menunjukkan substitusi gugus hidroksil pada unit-unit glukosa dari CMC dapat menghamhat aktivitas enzim

glukosidase. Sedangkan eznim yang dihasigan dengan menggunakan penginduksi xilan memberikan aktivitas yang lebih besar, kurang lebih 100 kali dibandingkan dengan penginduksi CMC. Pengukuran aktivitas P-glukosidase dan P-xilosidase pada biakan kapang Metode spektrofotometri digunakan uniuk penentun aktivitas P-glukosid~sekarena metode ini cukup sensitif, praktis, mudah diperoleh dan akurat. Wasil pengukuran dinyatakan dalam unit aktivitas, yaitu pmol fen01 yang dihasilkan per menit per rnl enzirn kasar dafam kondisi optimum (40C, 15 meniti. Tabel 1 rnemperlihatkan beberapa species kapang memif iki enzim P-glukosidase dan P-AI losidase. Tabel 1. Hasil pengukuran aktivitas enzim P-glukosidase P-xilosidase dari biakan kapang.

Aspergillus rziger Asperg . - ilius Tereus Aspergillus funligatus Asperg illus awanzori Aspergillusflavus Aspergillus pufverulentus Cldosporium resinae Fusarium sp. Morzascus sp. Neurospora sitophila Penicilliurn rzotatunz Penicillium expansuni Penicilliunz steckii Rhpzopus cohnii Trichodemza viride Trichoderma konirzgii

+
338

+). posir$ada aktivitas; -), negaiifaktiviras; @, akrivitar sangat rendah.

Pusat Aniar Universitas IItw k y a t IPB Bogor, 16 September 1999

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //muHayat

Pengukuran aktivitas P-glukosidase pada biakan bakteri. Hasii-hasii peneiitian disajikan daiam pada berikut. Sebanyak 60 sampel koloni mikroba yang telah diseleksi dari 24 jenis sampel hasil survei, diperoleh sebanyak 36 isolat murni. Akan tetapi dari sebanyak 36 isolat murni tersebut hanyak diperoleh sebanyak 10 isolat murni yang memiiiki aktivitas f3-glukosidase (Tabel 2). Secara kualitatif, kesepuluh isolat murni menunjukkan seeara nyata aktivitas 13-glukosidase. Indikasi tersebut secara jelas tampak pada media selektif arbutin yang telah ditumbuhi oleh koloni-koloni isolat yang diuji. Isolat yang dinyatakan positif rnemiliki aktivitas B-glukosidase tampak dari perubahan media disekitar koloni yang sangat cepat berubah menjadi hitam atau gelap. Proses rnenghitamnya media disekitar koloni isolat mernberi indikasi bahwa telah terjadi pemutusan rantai glikosidik pada arbutin, disusul dengan pelepasan gugus hidrokinon bebas yang kemudian breaksi dengan zat k s i sehingga membentuk warna hitam atau gelap kehitam-hitaman. Sepuluh isolat bakteri selanjutnya diberi label sebagai berikut UC-I, Ye-2, YC-3, YC-4, UC-5, UC-6, Ye-7, Ye-8, UC-9 dan YC-10. Empat buah isolat yang diberi iabe! UG-

9, YC-5, Ye-10, Ye-4 menunjukkan aktivitas 8-glukosidase yang tinggi, masing-masing


sebesar 0.35; 0.30; 0.26; dan 0.24 Unit1100ml. Dibandingkan dengan hasil pengujian secara kualitatif, hasil pengujian 8-glukosidase secara kuantitatif tidak menampakkan h a i l yang nyaaa. Ada kemungkinan bahan penginduksi enzim yang digunakan kurang sesuai. Selain itu belum diperoleh kondisi yang optimal bagi proses sekresi enzim B-glukosidase secara invitro dengan menggunakan substrat avicel, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjur. Tabel 2. Uji kualitatif dan kuantitatif aktivitas 8-glukosidase pada isolat bakteri

Ejzterobacrer liquefaciens-YC 1 Enterobacter cloaca-YC2 Bacillus subtilis-'lrC3 Bacillus subfifis-UC4 Bacillus cereus-YCS Bacillus coagulans-k%6

0.20 (U/IOO ml) 0.21 (U/100 ml) 0.23 (Ufl O O ml) 0.24 (U/108 mi) 0.30 (U1100mi) 0.21 (U/100 ml) 0.22 (U/100 ml) 0.21 (U/100 ml) 0.35 (U/100 ml) 0.26 (U/100 ml)

+), zona koloni coklat kehiranran; ++), zom kolorli hitanz p e h .

Pusat Antar Universita.5 I!mu k y a t I P B Bogor, 16 September 1999

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayai

Pada Tabel 2 diatas, disajikan ilustrasi hasil identifikasi isolat-isolat yang diuji berikut kemampuan P-giukosidasenya daiam mengkataiisis reaksj. transfer pada substrat selobiosa dan akseptor n-propanol. Hasil analisis menggunakan plat-plat TLC, menunjukkan bahwa isolat-isolat dengan label UG-6, UG-7, UC-9, Ye-10 secara kualitatlf merniIiki aktivitas transfer. Isolat-isolat tersebut masing-masing adalah Bacillus coagulans, Bacillus
coagula?zs,Bacillus cereus, Bacillus cereus.

Bengujian aktivitas grotease pada biakan baktesi. Pengujian terhadap beberapa biakan bakteri menunjukkan sedikitnya ada 15 isolat terseleksi yang rnampu menghasilkan enzirn protease (Tabel 3). Isolat-isolat tersebut pada umumnya diisolasi dari produk pangan. Biak yang memiIiki aktivitas protease cukup tinggi selanjutnya diuji seecara kuantitatif. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh biak M I - I 0 sebagai biak yang merniliki aktivitas tertinggi yaitu sebesar 1,135 unidml. Tabel 3. Uji kualitatif dan kuantltatif enzirn protease pada isolat bakteri

susu kede-lai telah diuji sebagai media untuk produksii enzim protease. Diproleh hasia bahwa aktivitas praease tertinggi dihasijkm oleh isolat KMI-9 yang ditumbuhkan pada rnedia dedak ditambah dengan limbah eair tahu, yaitu sebesar 0,164 uniuml. Tingginya aktivitas enzim yang dihasilkan pada m d i a mengandung dedak kemungkinan dikarenakan kandungan protein dan karbohidratnya yang relatif tinggl datam dedak (sekitar 14% dan diatas 20%), selain dedak juga mengandung k k r a p a macarn vitamin terutama vitamin B
dan vitamin E, sehingga berfungsi sebagai suplernen metablit yang diperlukan untuk
?usat Antar Unive~itas I~ b? w V B . 16 September 1999

340

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //muHayaf

pertumbuhan biakan dalarn memproduksi protease. Dengan kata lain, dedak memiliki prospek yang cukup baik sebagai substrat untuk produksi enzirn protease, mengingat ketersediaanya yang cukup melimpah dengan harga yang relatif murah. Pengujian dan aplikasi enzim lipase pada bioproses substrat minyak. Hidrolisis enzimatik rninyak asam menggunakan enzlm Iipase dari isolae-solai rnikroba menunjukkan bahwa rninyak asam dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dalam waktu 24-48 jam. Substrat rninyak asam diinkubasikan dengan 2 5 5 0 % berbagai larutan enzim Iipase kasar. Pada kondisi reaksi tanpa bahan pelarut, kadar ALB pada minyaic asam (39,88%) justeru rneningkat setelah diinkubasi dengan lipase dari isolat FM-9202 dan FM9101, akan tetapi menurun setelah diinkubasikan dengan Iipase dari isolat M-9201, terutama pada kondisi pelarut 25% rnetanol (29,58%). Penerapan lipase untuk pengolahan CPO (kadar .4LB 7,30%), proses esterifilcasi dengan menggunakan enzim lipase, menghasilkan produk sintesis dengan kadar ALB lebih rendah yaitu 5,66%, 5,4f %, 4,35%, 4,04%, dan 3,16%, masing-rnasing menggunkan isolat FM-9 10 1, F;M-9202, FM-920 1, FM-920 1 (prehidrolisis dengan panas), dan FM-930 1 secara teknik fermentasi selama satu bulan (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh sumber enzim pada berbagai kondisi reaksi enzirnatik terhadap perubahan kadar asam lernak k b a s pada CPO dan minyak asam-CPO.

I Sumber Enzim / Suhu Reaksi


Endapan CPO dalarn bufer Endapan GPO dalam bufer Endapan GPO dalarn bufer Endapan GPO dalam bufer Endapan CPO dalarn bufer Endapan CPO dalarn buranol2010 Endapan-CPO dalarn eranol25% Endapan-CPO dalarn etanol25% Endapan-CPO dalarn rnetanol25% Suhu ruang 50 50 50 50 Suhu ruang Suhu ruang Suhu mang

Kadar AEB

Minyak asam dalarn toluena 5% Minyak asam dalam toluena 10 % Minyak asam daiarn butanol 15% Minyak asam dalarn butanol20% Minyak asam dalam butanol25%

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

Penggunaan pelarut alkohol menjadi penting mengingat karakter enzim lipase yang tidak mrnbutuhkan banyak kandungzn air untuk aktiviiasnya. Terbnkii dengan penambahan 25% akohol, kadar ALB pada endapan minyak sawif mentah (1 1,40%), turun menjadi 6,75%, 6,27%, dan 5,86%, setelah reaksi alkoholisis menggunakan enzim lipase dari isolat FM-9202, FM-9102 dan F1W-9201. Salah satu tujuan pemanfaatan reaksi alkoholisis dan esterifikasi adalah prolehan maksimum konversi minyak asarn menjadi ester asam lemak dengan sedikit residu alkohol. Akan tetapi apabila kuantitas alkohol yang digunakan berlebihan, maka reaksi berjalan lambat dan produk mengandung sejurnlah besar residu alkohol dan minyak. Idealnya perbandingan molar antara substrat dengan alkohol adalah 1 :
3 pada konsentrasi lipase 3-5% dan penambahan air minimal 3%. Sebagaimana diharapkan,

peningkatan dalam kuantitas iipase (20-50%) secara nyata meningkatkan pula konversi minyak asam menjadi ALB dalam beberapa jam pertama, tetapi setelah 7-8 jam kernudian perbedaannya menjadi harnpir seiara (Gambar 1). Menggunakan enzirn lipase pada konsentrasi tertinggi, reaksi hidrolisis harnpir mencapai total produksi dalam waktu sekitar 3 jam jhasil maksimal secara teoritis adalah 93,3%), padahal pada konsentrasi lipase 20%, hasil optimal yang dapat dicapai hanya sekitar 45%. Sekalipun demikian, konversi n ~ i n y u k asam tersebut secara total dapat diperoleh dalam waktu sekitar 8 jam, bahkan dapat dicapai pada konsentrasi lipase terendah sekalipun.

4B-

Lpase 30%

Garnbar 1. Pengamh konsentrasi enzim teihadap pembahan kadar asam !em& bebas pada reaksi transesterifikasi minyak asam-CPO.

P a t Antar Unive~itas flmu Hoyat I P B Bogor, 16 Septcmkr 1993

342

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelifian Bidang \/mu Hayat

Gambar 2 menunjukkan adanya pengaruh suhu inkubasi terhadap Iama waktu asam menjadi ALB. Pada kisaran suhu inkubasi 45-50C konversi substrat konversi mri~yak mencapai sekitar 90% daiam waktu sekitar 5-6 jam dan hampir mencapai total konversi dalain waktu 8 jam reaksi. Akan tetapi pada suhu 60C, enzim lipase mengalami inaktivasi secara nyata. Sebagaimana dilaporkan oleh Wirata dkk. (1990) bahwa suhu optirnal reaksi transesterifikasi oleh enzirn lipase dari Ca~tdida rugosa pada substrat tributirin dan I-oktanol adalah 50C. Sedangkan Mittelbach (1990), menjelaskan bahwa reaksi alkoholisis yang dikatalisis oleh lipase dari Candida sp. adalah 45-50C.

WaMu lnkubasi [dam)


Gambar 2. Pengaruh suhu inkubasi terhadap perubahan kadar asam lemak bebas pada reaksi transesterifikasi minyak asam-CPO. Pengujian aktivitas tmrmsglikosilasi pada biosintesis polifenol glikosida. Gambar 3 menunjukkan kecepatan reaksi transglikosilasi oleh enzim isolat

ilzdigenous pada ketersediaan substrat pati terlarut dan akseptor polifenol. Setelah periode
24 u jam pada kondisi reaksi optimal, enzirn dari lsolat inkubasi pada suhu 40BC s c l d ~ ~

indigenous tmsebut selain rnenghidrolisis substraa plisakharida, juga mentransfer gugus


gfukosil pada tiga jenis akseptor plifenol menjadi p r d u k transfer, masing-masing hidrokinon a-glikosida (32 nrNE), pirokatekol a-glikosida (24 &) dan resorsinol a-

glikosida (8 mh/I) maksimal dalarn waktu 12 jam reaksi. Hasil tersebut rnenunjukkan bahwa enzim dari isolat indigenous merniliki. kapasasitas reaksi transglikosilasi untuk mensintesis senyawa polifenol glikosida. Akan tetapi hasil tersebut belum mendekati hasil secara teoritis, sehlngga beium dinyatakan efektif.
Pusat Antar Universitas I!w b y a t IPB Bogor, 16 September 1999

343

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

12

24

Waktu Reaksi (Jam)

Gambar 3.

Kecepatan reaksi enzim isolat irzdigenous pada pembentukan produk transfer dari substrat pati terlarut dan akseptor polifenol.

Gambar 4 menunjukkan hasil reaksi transgfikosilasi setelah inkubasi 24 jam. Pembentukan produk transfer (polifenol a-glikosida) berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi substrat (0-20%), meskipun konsentrasi subsrrat optimal yang diperlukan untuk reaksi tersebut rnenjadi konstan pada konsentrasi substrat 10%. Sintesis produk transfer meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi akseptor plifenol (0-5-96}, akan tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi akseptor 7%. Hal tersebut dikarenakan sifat solubilitas dan toksisitas dari akseptor polifenol pada konsentrasi diatas 5% .(Garnbar 5).

0 0

40

15

20

Konsentrasi Substrat (%)


Gambar 4. Pengamh konsentrasi substrat pati terlamt pada pernbentukan produk transfer dengan akseptor polifenol oleh enzirn isolat indigenous.

Pusat Antar Universitas Iknu Bogor, 16 September 1999

m t IPB

34.4

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //muHayat

Garnbar 5.

Pengaruh konsentrasi akseptor polifenol pada pembentukan produk transfer dengan substrat pati terlarut oleh enzim lsolat indigenous.

Metoda bioproses dengan menggunakan jasa agen-agen biologi seperti enzim, mikroba dan substrat-substrat alarni yang dapat diekstraksi dari tumbuhan, menjanjikan beberapa keunggulan, sebab selain prosesnya yang sederhana, biaya produksi yang rnurah, juga produksinya dapat ditingkatkan, dengan tidak melibatkan penggunaan bahan-bahan kirnia berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan, disertai biaya produksi yang relatif murah dibandingkan proses sintesis dengan metoda kimiawi konvensional. Penelitian rnengenai protase untuk deterjen sebetulnya telah banyak dilakukan,

namun mekanisme kerja protease tersebut selama proses pencucian sampai saat ini bpvlum diketahui secara pasti. Meskipun protease yang digunakan semuanya merupakan golongan serine protease, akan tetapi mekanisme kerjanya berbeda-beda. Beberapa masaiah seperti adsorbsi dan desorbsi kotoran, spesifisits enzirn, niPai pI dalarn hubungannya dengan nilai

pH larutan deterjen, tampaknya mempunyai pengaruh yang penting


Dtanrara kberapa biakan dan lsolat bakteri yang diuji, beberapa isolat dari genera

Bacillus posltd memiliki enzim yang rnemiliki aktivitas transfer, sehingga dapat digunakan untuk peneiitian-penelitian enzimlogi secara lebih mendalarn. Hasif pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa enzim tersebut mmifiki aktivitas CGT-ase dengan kapaskas transglukosilasi pada berbagai substrat eksogen dan akseptor alkohol, antara lain metanol, etanol, propanol, butanol, etilenglikol, dan berbagai akseptor piifenol, antara lain hidrokinon, pirokatekol dan resorcinol.

Pusat Antar U n i v e ~ i t a Ilm Wayat W B Bogor, 16 September 1999

345

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

Hasil pengujian aktivitas enzimatik isolat irzdigenous yang memiliki reaksi hidrolisis tinggi pada berbagai substrat oligo dan polimer selulosa dan hemiselulosa, diterapkan untuk rnempelajari kapasitas reaksi transglikosilasi enzirn tersebut pada ketersediaan substrat polisakharida dan akseptor polifenol, telah dipaparkan dalam tulisan ini. Enzim kasar dari isolat indigenous dapat menstransferkan gugus glikosil baik pada aksepror hidrokinon, pirokatekol maupun resorsinol. Tingkat efektivitas sintesis hidrokinon glikosida sebagai produk transfer, lebih tinggi dibanding pirokatekol dan resorsinol. Senyawa polifenol dalam kadar yang tinggi, antara lain epikatekin (EC), epigalokatekin (EGC), epikatekingalat (ECG), epigalo-katekin galat (EGCG), flavandiol, asam galat dan khlorogenat, banyak terkandung dalam teh hijau. Dengan aksi antiokdatifnya yang kuat, ekstrak teh hijau diduga berpengaruh protektif terhadap sel, sehingga rnarnpu rnemberi efek melindungi terhadap tekanan oksidatif yang diakibatkan oleh tingginya kadar pencemaran udara, zat-zat beracun yang mencemari lingkungan, sengatan radiasi ultraviolet, tebalnya asap rokok, dan terkontaminasinya darah oleh akibat kecanduan alkohol serta obat-obat candu. Dengan kata lain polifenol teh hijau bisa juga disebut sebagai vitamin

E terlarut air.
Dijelaskan pula bahwa antioksidan yang ditemukan dalarn teh hGau paling sedikit
100 kali lebih efektif dibanding vitamin C, 25 kali lebih baik dibanding vitamin E, dan dua

kali lipat lebih aktlf dibanding bahan antioksidan yang terkandung dzlam anggur rnerah, dalam melindungi sel dan DNA dari kerusakan yang diduga bcrkaitan dengan penyakir kanker, jantung dan penyakit lainnya. Masalahnya, pollfenol teh hijau bukanlah senyawa yang stabil terhadap pngaruh oksidasi, cahaya dan perubahan kimia, sehingga strukturnya mudah berubah dan fungsinya sebagai biomedisin akan menurun atau bahkan hilang. Berbagai senyawa polifenol glikosida dan senyawa analognya telah dapat disintesis secara enzirnarik mnggunakan teknologi enzirnatik mikroba. Saat ini penelitian lebih diarahkan pad& rcknlh-reknik b i o ~ a iuntuk menguji efektivitas bioproduk tersebut sebagai senyawa antibakteri, antioksidan, penekan kolesterol dan antimelanogenesis yang pernanfaatannya dapat diterapkan untuk

pengembangan produk kosmetika bernllai jual tinggi. Teknologi enzimatk juga dapat diterapkan untuk penelitian bioproses enzlmatik minyak asam CPO, yang merupakan hasil sampingari proses penyulingan GPO dengan alkali. Masil penelitian menunjukkan bahwa transesterifikasi yang dikatalisis oleh enzin

P w t Antar Universitas I~w k y a t IPB Bogor, 16 September 1999

346

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelifian Bidang llmu Hayat

lipase FM-9301, dapat dimanfaatkan untuk rnensintesis asam temak bernilai tinggi yang bermanfaat bagi industri pangan, farmasi dan kosmetika.

DAFTAR PUSTAKA
Berezin, O.U,. and Y.I. Tur'yan, I. Kuselrnan, and A. Shenhar. 1996. Rapid and Complete Extraction of Free Fatty Acidsfrom Oilseed for Acid Value Determination. J. Anzer. Oil Chem. Soc. 73 ( 12): 17071 7 1 1. Ghosh, S. and D.K. Bhattacharyya. 1995.Utilization of Acid Oils in Making Valuable Fatty ~roducts by Microbial Lipase Technology. J. Amer. Oil Chern. Soc. 72 (12) : 15411544. Kitahata, S., K. Hara, K. Fujita, K. Nakano, N. Kuwahara & I ( . Kokumi. 1992. Acceptor specificity of cyclodextrin giyco~yltransferase from Bacillus stearo-thermophilus and synthesis of cr-D-glucosyl-O-P-D-ga1actosyl-(1-4)-P-D-glucoside. J. Biosci. Bioteclz. Biodzenz. 56 : 1386- 139 1. Kometani, T., Y. Terada, T. Nishimura, H. Takii & S. Okada. 1994. Transglycosyiation to Hesperdin by Cyclodextrin Glucanotransferase from an AlkalophiIic Bncillrts species in Alkaline pH and Properties of Hesperdin Glycosides. J. Biosci. Bioteclz. Biocr'le~?l. 58 : 1990- 1994. Kosugi, U. and N. Azurna. 1994. Synthesis of Triacylglycerol from Polyunsaturated Fatty Acid by lmmobilazed Lipase. J. Ar7zer. Oil Chem. SGC.71 (12) : 1397-1403. Linko, V.Y., M. L%msB, A. Huhtala, and P. Linko. 1994. Lipase Catalyzed Transesterificat ion of Rapeseed Oil and 2-Ethyl- l -Hexanol. J. Anzer. O i l Cllei~t. Soc. 71 (12): 131 1-1414. Masataka, F., T. Nishino, S. Murao, A. Hirota & S. Takenishi. 1993.Enzymatic synthesis of (+) catechin-a-giucoside and its effect on tyrosinase activity. J. Biosci. Biotech. Bioctzevn. 10 : 1666- 1669. Masataka. F.. 14 Arrikawa, R. Yamamoto, T. Nishino, T. Shin, & S. Murao. 1995.Effects of a-d m P-arbutin on activity of tyrosinase from mushroom and mouse melanoma. J. Biosci. Bioteclt. Biochem. 59 : 143-144. Nishimura, T., T. Kometami, S. Okada, N. Veno & T. Yamamoto. 1995. Inhibitory effect of hiroquin~~-cr-g1ucoside on melanin synthesis. UakQgak~r Zasshi. 115 : 526-632. Paul, R., T.V. Aken, J. Baxter & S.F. Miler. 1980. Alkyl glycoside detergent : simpler synthesis and their effect on kifietik and physical properties of cytocrom c oxidase. J. Biochem. 19 : 4108-4115.

Pusat Antar Universitas IItw k y a t IPB Bogor, 16 September I???

337

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Nmu Hayaf

Posorske, L.H. 1984. Industrial Scale Application of Enzyme to the Fats and Oil Industry. J.Amer. Oil Chem. Soc. 61 ( 1 1 ) : 1758-1760. Sakama, N and Tadasa K. 1995. Variation of inhibition modes by n-alcohols in arbutin (Hydroquinone-0-P-D-glucopyranoside)hydrolysis by P-glucosidase. Bioscie~zce Biotechiizology Bioengineering. 59 : 1352-1354. Shimada, U.,K. Maruyama, N. Nakamura, S. Nakayama, A. Sugihara, and U. Tominaga. 1995. Selective Hydrolysis of Polyunsaturated Fatty Acid-Containing Oil with Geotrichunz carzdidum Lipase. J. Amer. Oil Chern. Soc. 72 (1 2) : 1577-158I . Sil Roy, S. and D.K. Bhattacharyya. 1993. Distinction Between Enzymicall y and Chemically Catalyzed Interesterification. J.Anzer. Oil Chem. Soc. 70 (12) : 2 293- 1294. Steven, L.J. 1985. Chemical Interesterification of Palm, Palm Kernel and Coconut Oi!s. J.Anzer. Oil Chem. Soc. 62 (2) : 400-405. Sulistyo, J., U.Kamiyama, H. Ito & T. Uasui. 2994. Enzymatic synthesis of hydroquinone Pxyloside from xylooligosaccharides. Biosci. Biotech. Bioe~zg. 7 : 131 1 - I3 13. Sulistyo, J., U. Kamiyama & T-Uasui. 1995. Purification and some properties of Aspergillus p~llverulentusP-xylosidase with transxylosyIation capacity. J. Fennent. BBioefzg. I : 17-22. Sulistyo, J. 1996. Screening for J3-xylosidases possessing transfer activity and identification of Transfer products. J. Mikrob. Trop. I ( 1 ) : 7- 12. Sulistyo, J. 1996. Formation of aIkyl P-xylosides by enzymic transxyiosylation. J. Biol. Indo. 1 : 12-18. Sulistyo, J. 1997. Production of partially purified a-xylosidase of Aspergillus pulverulentus. J~tninl Mikrobiologi Tropika. I ( 2 ) , 76-83. Sulistyo, J., Y.S. Soeka, E. Triana, dan R.N.R. Napitupuiu. 1999. Penerapan Teknologi Fermentasi Pada Bioproses Ferrnentasi hainyak Kelapa (krmikel). Berita Biologi. 4 (5) : 273-279. Yamane, T., T. Suzuki, and T. Woshino. 1993. Increasing n-3 Polyunsaturated Fatty Acid 1 6 by Temperature Control of Lipase-Catalyzed Acidolysis. J. Content of Fish 0 Amer. Oil Cfiem.Soc. 70 (12) : 1285-1287.

Pusat Antar Universitas Iltw kpt IPB Bogor, 16 September 1999

348

You might also like