You are on page 1of 12

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATA PELAJARAN IPS SD KURIKULUM KTSP Oleh Sukma Erni

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau


E-mail: Ernie@yahoo.com

Abstract: The sosial science subject is one of the subject which can not be ignored in building attitude and national personality. On the other hand, the subject still taught through memorizing programmed by teacher for the students. Student are expected to be able to review all the materials taught that have to be memorized. This condition makes students not serious to follow the lesson. One of the models of the sosial science teaching which can make the teaching learning process more meaningful is inquiry model which consists of two model; guided and deductive. By using the two models, teachers can help the students in formulating question, determining relevant definition or concept, guide to test hypothesis made. Keywords: Elementary school student, sosial science, teaching learning strategy, inquiry model

INKUIRI adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan dasar. Melalui strategi ini, anak mengembangkan kreatifitas diri sendiri dengan bantuan yang diberikan oleh guru. Pengembangan kreatifitas anak dipentingkan dalam proses pendidikan mengingat anak secara potensial mempunyai kemampuan untuk berkreatifitas. Kreatifitas itu sendiri adalah modal dalam pencerdasan dan pendewasaaan anak. Melalui pendidikan proses pencerdasan, pendewasaan sosial dan emosional termasuk pendewasaan religius dibangun secara terarah. Sebagaimana yang tertuang dalam deklarasi PBB (UNESCO) 1996 berkenaan dengan pendidikan untuk semua dinyatakan bahwa every personchild, youth and adult shall be able to benefit from educational opportunities designed to meet their basic learning needs. These needs comprises both essential learning tools (such as literacy, oral expression, numeric, and problem solving) and the basic learning content (such as knowledge, skills, values and attitudes ), required by human being to be able to survive, to develop their full capacities to live and to work in dignity, to participated fully in development, to improve the quality of their lives, to make informed decission and to continue learning. Atas dasar itu, education for all, target pendidikan wajib bagi setiap anak di Indonesia dibangun dalam pendidikan dasar sembilan tahun. Melalui pendidikan dasar tersebut bangsa

Indonesia ke depan diharapkan dapat menjadi bangsa yang lebih baik, kuat, mempunyai sumber daya yang kreatif dalam membangun kehidupannya. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diarahkan pada pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 3) serta secara aktif mengembangkan kapasitas siswa untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukannya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut mata pelajaran yang tidak dapat diabaikan adalah ilmu pengetahuan sosial (IPS). Mata pelajaran IPS menjadi mata pelajaran yang perannya sangat diharapkan menjadi maksimal dalam pembentukan sikap, kepribadian berbangsa dan bernegara serta kemampuan penyesuaian diri dalam masyarakat sosial. Secara spesifik, pembelajaran IPS mempunyai tujuan: 1 (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalan kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar tersebut tampak perfect sebagai sebuah mata pelajaran yang optimis dapat membangun dan membentuk karakter dan kepribadian anak dalam menatap kehidupan masa depan. Namun pada kenyataannya, IPS secara material bukanlah mata pelajaran yang menarik dan mampu membuat dan membangun kepribadian siswa dengan baik. Hal ini terbukti bahwa secara makro, sebagian besar siswa tidak menseriusi mata pelajaran IPS. IPS bukan mata pelajaran yang menantang sehingga harus diprioritaskan meskipun nilai siswa sekolah dasar pada bidang mata pelajaran IPS secara umum juga tidak lebih baik dibanding mata pelajaran lain. Hal ini tidak terlepas dari sejarah IPS yang pada awalnya dipakai sebagai media ajar dalam pembentukan warga negara yang baik sesuai dengan konsep warga negara yang ada. IPS diajarkan dengan penghafalan yang diprogram oleh guru bagi siswa. Siswa diharapkan mampu mengulang seluruh bentuk materi ajar yang harus dihafalkannya. 2 Dalam prosesnya, pendidikan dasar bukanlah satu hal yang mudah, sesuai dengan kondisi anak, pendidikan yang diterapkan juga mesti menggambarkan keseimbangan dengan kondisi tersebut. Ketidaksesuaian proses pendidikan dasar dengan kondisi anak akan mengakibatkan sejumlah persoalan baru pada diri anak dan sumber daya manusia ke depan. Anak tidak dapat berkembang sesuai dengan pertumbuhan dirinya sebagai anak. Anak menjadi stress dan mengalami tekanan dengan pola pendidikan yang harus diterimanya. Anak mengalami perkembangan sepihak sehingga tidak membangun keseimbangan dalam dirinya antara intelegensi akademik dan intelegensi lain. Dengan kata lain, keterwakilan diri anak secara holistik tidak tergambar dalam proses pendidikan yang harus ditempuh dan diterimanya. Sejumlah permasalahan dalam pengembangan pendidikan dasar bagi anak tidak terlepas dari falsasah yang mendasari pengembangan pendidikan tersebut. Konstruktivisme menempatkan anak sebagai sebuah potensi personal yang akan dapat berrkembang dengan bantuan dan rangsangan terarah dari guru sebagai fasilitator agar dapat membangun diri siswa secara representatif. Salah satu model pengembangan proses pembelajaran dengan memanfaatkan potensi personal siswa ditempuh dengan strategi pembelajaran inkuiri. Inkuiri menjadi salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPS sehingga dapat membuat proses pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna. 2

Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaraan inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran IPS agar mata pelajaran ini menjadi lebih bermakna. Inkuiri dalam pendekatan pembelajaran melibatkan proses melalui pengembangan pertanyaan dan penemuan (problem solving) dalam rangka membangun pemahaman baru. 3 Dorothy J. Skeel 4 mengatakan bahwa inkuiri adalah its main concerns with students learning a generalized methode of problem solving. That methode would include sensing a problem, articulating it, hypothesizing a plausible solution, gathering data, testing hypotesis and drawing appropriate conclusions. Inkuiri dalam pembelajaran IPS lebih menekankan proses daripada produk. Diaplikasikan dengan melatih siswa dengan metoda pemecahan masalah mulai dari menetapkan masalah, memahaminya, membuat hipotesis, mengumpulkan data dan memecahkannya dengan sebuah pemecaham masalah yang tepat. Melalui inkuiri, siswa dikehendaki untuk lebih aktif, mencari dan menetapkan masalah yang berkaitan dengan pertanyan awal yang ada, memikirkan apa teori yang akan membantunya memecahkan masalah dengan melakukan pengujian hipotesis/postulat yang ditetapkan. Dengan demikian, pembelajaran IPS tidak lagi sekedar mata pelajaran yang harus dihafalkan tanpa mengetahui wujud atau realitas dari materi yang dihafalkan tersebut. Pembelajaran inkuiri juga dapat membantu siswa mengingat lebih lama dari proses pembelajaran yang ditempuhnya. Dalam implementasinya, Banks 5 menyebutkan terdapat beberapa hal yang terkait, yakni doubt-concern, problem formulation, formulation of hypothesis, definition of termconceptualization, collecting of data, evaluation and analysis of data, testing hypothesis: deriving generalizations and theories, beginning inquiry anew. Tahapantahapan tersebut digambarkan oleh Banks sebagai berikut. Doubt-concern Problem formulation Formulation of hypothesis
Definition of term-conceptualization

Theory-values

Collection of data
Evaluation and analysis of data
Testing hypothesis: Deriving generalizatioan and theories

Beginning inquiry anew

Sumber: Banks, 1990

Gambaran tersebut menjelaskan bahwa proses inkuiri menurut Banks dimulai dengan sebuah keraguan yang mesti dijelaskan. Penjelasan keraguan tersebut mesti sistematis dengan formulasi masalah yang jelas, ada hipotesis, ada teori, pengumpulan data, analisis data, dan generalisasi. Uraian Banks tentang bagaimana cara atau implementasi inkuiri lebih menonjolkan sebuah kegiatan ilmiah yang dimulai dengan sejumlah keraguan. Oleh karena itu, inkuiri dalam pandangan Banks juga sering disebut dengan scientific model of teaching. Secara implementatif, menurut Banks, model inkuiri dalam ilmu sosial dapat dimulai dengan formulasi permasalahan, membangun keraguan terhadap sesuatu yang akan dicari melalui sejumlah pertanyaan, diikuti dengan hipotesis, konseptualisasi hingga testing hipotesis. Penjelasan Banks tentang inkuiri ini lebih sederhana dalam penjelasan yang diberikan oleh Beyer 6 bahwa terdapat lima langkah yang mesti diikuti dalam pembelajaran inkuiri, yaitu (1) defining a problem, (2) developing a tentative answer, solution or plan hypothesis, (3) testing the hypothesis against relevant data, (3) drawing the conclusion about the accuracy of the hypothesis, (4) applying the conclution and generalization. Mengutip J. Ricard Suchman, inkuiri dipahami sebagai sebuah proses di mana seseorang mempelajari lingkungannya, memahami dan mencari jawaban yang memuaskannya sendiri. 7 To Suchman, inquiry is a natural way that human beings learn about their environment. Think for moment about a very young child left in a play yard with objects free to explore. The child, without any coaxing will begin to explore the objects by throwing, touching, pulling, banging them, and trying to take them apart. The child learns about the objects, and how they interact by exploring them, by developing his or her own ideas about themin short learning about them by inquiry. Prosedural kerja inkuiri dimulai dengan dengan pertanyaan yang memungkinkan untuk dijawab dengan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan berasal dari siwa secara bebas sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan pertanyaan dan menjawabnya dengan sebuah jawaban yang masuk akal. Guru membantu mengarahkan dan membiarkan siswa untuk membuktikan jawaban yang diperoleh dari pertanyaannya. Dalam proses pembuktian ini, siswa dianjurkan untuk bekerja sama melakukan eksperimen dengan bantuan guru. Jelasnya dapat dilhat dalam table berikut. Rule Rule 1: Questions Procedure The questions by the students should be phrased in such a way that they can be answered yes or no. This shifts the burden of thinking onto the students.

Rule 2: Freedom to ask questions

A student may ask as many questions as desired once they begin. This encouraged the student to use his or her previous questions to formulate new ones to pursue a reasonable theory. When students suggest a theory, the teacher should refrain from evaluating it. The teacher might simply record the theory, or ask a question about the student's theory. Students should be allowed to test their theories at any time. Students should be encouraged to work in teams in order to confer and discuss their theories. The teacher should provide materials, texts, reference books so that the students can explore their ideas.

Rule 3: Teacher response to statements of theory

Rule 4: Testing theories Rule 5: Cooperation

Rule 6: Experimenting

Sumber : Inquiry models of teaching, http:www.therteen.org/edonline/concept:class/inquiry/index.html

Pembelajaran melalui inkuiri secara umum dimulai dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Apakah dimulai dengan sebuah keraguan seperti yang dipaparkan oleh Banks, ataupun hanya ingin mengetahui dalam arti tidak mempunyai dorongan yang muncul dari sebuah keraguan. Untuk pembelajaran di tingkat sekolah dasar, sangat jarang pertanyaan yang diajukan siswa muncul dari sebuah keraguan. Rangsangan guru pada siswa membuat diarahkan pada pengembangan rasa ingin tahu yang mendalam tentang sesuatu sehingga siswa merasa perlu bertanya dan mencari jawaban. Terkait dengan peran guru dalam usaha mengembangkan krestifitas belajar anak ini Clark 8 menyatakan bahwa melalui inkuiri usaha guru untuk merangsang berpikir siswa melalui berbagai pertanyaan, pemecahan masalah, baik individual maupun kelompok dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, menurut Clark terdapat tiga jenis inkuiri dalam pembelajaran IPS, yakni (1) the socratec methode. Model ini adalah inkuiri yang digunakan untuk merangsang berpikir siswa melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang diarahkan agar siswa memperoleh konsep atau kesimpulan tertentu. Prosedurnya siswa menngajukan pertanyaan yang mengandung nilai atau kontroversial, kemudian guru bertanya sesuai dengan konsep yang terkandung dalam pertanyaan siswa dengan pertanyaanpertanyaan yang bersifat melacak atau menyelidik (probing) sampai siswa menjawab sendiri kesimpulan dari pertanyaan yang kontroversial tersebut; (2) the control and guided discussion. Model ini juga menggunakan dialog atau diskusi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan 5

yang harus dijawab siswa. Model ini dimulai dengan upaya guru menyajikan sejumlah informasi tertentu melalui bahan bacaan, film, gambar atau yang lainnya. Kemudian guru mendorong siswa untuk menggambarkan atau memahami prinsip-prinsip yang terkandung dalam topik/bahan yang disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan; (3) problem solving. Problem solving pertanyaan yang diajukan siswa kemudian dipecahkan oleh siswa sendiri melalui bantuan guru. Asamaul Khair dalam penelitiannya tentang peningkatan kinerja guru dalam pengembangan bahan ajar melalui model inkuiri 9 menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri di tingkat SD adalah model guided inquiry. Dalam model ini, siswa tidak diharuskan untuk merumuskan masalah sendiri, akan tetapi masalah sudah disajikan oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan pertanyaanpertanyaan tersebut, siswa digiring untuk memperoleh jawaban. Tentu saja pertanyaan yang diajukan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa sehingga jawaban yang diharapkan dari siswa berasal dari pengalaman-pengalaman atau hasil pengamatan siswa itu sendiri. Dalam implementasinya, inkuiri dapat menjadi sebuah proses sederhana sesuai dengan tingkat/level siswa. J. Richard Suchman mengembangkan model inkuiri secara aplikatif seiring dengan tingkat penggunaan dan kemampuan pengguna (siswa). Terdapat dua bentuk inkuiri yang secara sederhana dapat dipergunakan sebagai pengayaan strategi dalam pembelajaran IPS, yakni model inkuiri induktif dan deduktif. 10 Pemikiran inkuiri bentuk induktif dan deduktif dapat ditelusuri dari pernyataan Suchman tentang bagaimana proses kerja atau langkah pembelajaran melalui inkuiri. Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari, sedangkan inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari guru. Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk menentukan teori/konsep yang digunakan dalam proses pemecahan masalah. Penjelasan tentang bentuk demikian dapat dilihat dalam ungkapan Suchman sebagai berikut: Inquiry is the active pursuit of meaning involving thought processes that change experience to bits of knowledge. When we see a strange object, for example, we may be puzzled about what it is, what it is made of, what it is used for, how it came into being, and so forth. To find answers to questions (emphasis mine) such as these we might examine the object closely, subject it to certain tests, compare it with other, more familiar objects, or ask people about it, and for a time our searching would be aimed at finding out whether any of these theories made sense. Or we might simply cast about for information that would suggest new theories for us to test. All these activities--observing, theorizing, experimenting, theory testing---are part of inquiry. The purpose of the activity is to gather enough information to put together theories that will make new experiences less strange and more meaningful. 11 Gambaran bentuk implementasi inkuiri tersebut dapat dilihat dari bagan berikut ini.

Sumber : http:www.therteen.org/edonline/concept:class/inquiry/index.html

Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri dalam Mata Pelajaran IPS pada Tingkat Sekolah Dasar 1. Gambaran Mata pelajaran IPS SD Mata pelajaran IPS pada tingkat SD hakikatnya adalah salah satu mata pelajaran pembentukan sikap, keterampilan dan peningkatan kritisisme siswa secara sosial. Akan tetapi, dalam implementasinya, mata pelajaran IPS bukanlah salah satu mata pelajaran prioritas dalam mempelajarinya baik oleh siswa maupun guru. Hal ini terbukti dalam setiap tahun dan setiap angkatan mata pelajaran IPS hampir tidak pernah dijadikan mata pelajaran pengayaan atau pelajaran yang diharuskan untuk di-les-kan baik di sekolah ataupun di rumah. Guru bahkan sangat jarang memberikan ekerjaan rumah (PR) IPS sebagaimana PR mata pelajaran lain. Pembelajaran IPS selalu dianggap dapat diselesaikan di sekolah dan di rumah hanya tinggal menghafalkan saja. Mata pelajaran ini selalu dianggap sebagai mata pelajaran mudah yang tidak membutuhkan waktu ekstra dalam mempelajarinya sehingga terkesan diremehkan. Secara faktual, sebaran mata pelajaran IPS dibanding dengan sejumlah mata pelajaran lain dalam pengalokasian waktu pelajaran memang tidak sama. Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sebaran mata pelajaran IPS dan sains mempunyai alokasi waktu yang sama tetapi berbeda dengan matematika dan bahasa Indonesia. 12 Sebaran mata pelajaran pada tingkat SD dapat dilihat sebagai berikut. Sebaran Mata Pelajaran SD Seuai dengan JumlahWaktu No 1 2 KELAS MATA PELAJARAN Pendidikan Agama Kewarganegaraan SEKOLAH DASAR I 3 2 II 3 2 III 3 2 IV 3 2 V 3 2 VI 3 2 KET

3 4 5 6 7 8 9

Bahasa Indonesia Matematika Sains IPS Kesenian Keterampilan Pendidikan Jasmani Jumlah

8 8 2 2 2 27

8 8 2 2 2 27

6 6 4 4 2 2 2 31

6 6 4 4 2 2 2 31

6 6 4 4 2 2 2 31

6 6 4 4 2 2 2 31

Sumber: A. Tabrani Rusyan, Pedoman Mengajar IPS. Sebaran mata pelajaran dalam KBK dan KTSP sekarang mempunyai sejumlah perbedaan. Untuk kelas IV-VI, alokasi waktu untuk mata pelajaran IPS lebih sedikit dibanding dengan mata pelajaran IPA. Kendati tidak dapat dikatakan bahwa alokasi yang cukup besar secara langsung akan berdampak pada penguasaan materi, perhatian siswa dan peningkatan kemampuan anak, namun perbedaan tersebut dapat menjadi bagian dari rendahnya pembelajaran IPS di SD. Proses pembelajaran IPS di kelas I sampai kelas III SD dilakukan dengan pendekatan tematik. Hal ini pada kelas IV sampai kelas IV pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan mata pelajaran. Gambarannya dapat dilihat pada table berikut. I A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agma 2. Pendidikan PKn T T 3. Bahasa Indonesia E E 4. Matematika M M 5. IPA A A 6. IPS T T 7. Seni budaya dan keterampilan I I 8. Pend. Jasmani, olahraga dan kesehatan K K B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah *) ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran Sumber : Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Komponen Kelas dan Alokasi Waktu II III IV, V, dan VI 3 2 5 5 4 3 4 4 2 2*)

T E M A T I K

Pada kelas I sampai kelas III, seluruh mata pelajaran diajarkan dengan menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini mengharuskan guru bersikap lebih kreatif dalam pengembangan bahan ajar dan penggunaan media. Pendekatan pembalajaran IPS tematik ini maupun pendekatan materi pelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasarnya masingmasing. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, kompetensi dasar IPS SD adalah Kelas I: mengidentifikasi identitas diri, keluarga dan kerabat, menceritakan pengalaman diri, menceritakan kasih sayang antaranggota keluarga, menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga, menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga, mendeskripsikan letak rumah, dan menjelaskan lingkungan 8

rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah; Kelas II: memelihara dokumen dan koleksi benda berharga miliknya, memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita, menceritakan peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis, mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga, menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga, dan memberi contoh bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga; Kelas III: menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah, memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah, membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah, melakukan kerja sama di lingkungan rumah sekolah dan kelurahan/desa, mengenal jenis-jenis pekerjaan, memahami pentingnya semangat kerja, memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah, mengenal sejarah uang, dan mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan; Kelas IV: membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana, mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya, menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi lingkungan setempat, menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat, menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya, meneladani kepahlawanan dan patrtiotisme tokoh-tokoh di lingkungannya, mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya, mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengenal perkembangan teknologi, produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman penggunaannya, dan mengenal permasalahan sosial di daerahnya; Kelas V: mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala nasional, dari masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia, menceritakan tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha dan Islam, mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya, menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia, mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, mengharagai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamirkan kemerdekaan, dan menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan; dan Kelas VI: mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia, membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga, mengidentifikasi benua-benua, mendeskripsikan gejala alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, mengenal cara-cara menghadapi bencana alam, menjelaskan peranan Indonesia pada era global dan dampak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia, dan mengenal manfaat ekspor dan impor di Indonesia sebaga kegiatan ekonomi antar bangsa. Pengembangan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar yang terkandung dalam mata pelajaran IPS di atas pada hakikatnya tidak sederhana dan sempit. Muatan yang tergambar dalam kompetensi dasar tersebut sangat kaya dan bahkan sulit untuk terpenuhi jika guru tidak memiliki kemampuan yang baik dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, jika guru mempunyai keahlian dan sense of teaching yang mumpuni maka tujuan pembelajaran dan sejumlah standar kompetensi tersebut dengan mudah dicapai bahkan siswa dapat berkreasi sendiri memperluas bahan dasar yang dipelajari disekolah. 13 2. Diskusi Proses Pembelajaran IPS dengan Inkuiri Mata pelajaran IPS secara umum adalah sebuah mata pelajaran yang tidak menuntut konsentrasi penuh siswa bila diajarkan dengan mengacu pada bahan yang sudah tersediatext 9

book teaching oriented. Pembelajaran dengan model text book yang lebih menekankan peran guru (teacher centered) dan penghafalan siswa sebagai indikator keberhasilan tidak lagi menjadi bentuk pembelajaran yang tepat. Kebutuhan siswa dalam mengembangkan bakat dasar dan kecenderungan yang secara eksperiensif dimiliki siswa adalah modal utama dalam proses pendewasaan, pematangan dan pemantapan intelektual maupun emosional anak. Di samping itu, dengan memanfaatkan potensi dasar yang sudah dimiliki anak, guru dapat lebih kreatif sehingga anak dan guru akan menikmati pembelajaran sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan. Pembelajaran melalui inkuiri, dalam hal ini adalah salah satu model yang cukup membantu dalam mengembangkan bakat siswa. Sesuai situasi dan kondisi perkembangan emosi, moral dan intelektual anak, inkuiri dapat didesain menjadi sebuah strategi pembelajaran yang menyenangkan. Untuk tingkat dasar, model inkuiri ringan dapat dijadikan salah satu strategi pengayaan dalam pembelajaran IPS agar menjadi sebuah mata pelajaran yang menarik dan menantang. Sejalan dengan Clark dan Asmaul Khair, model inkuri yang berkesesuaian dengan siswa tingkat dasar adalah the control and guided discussion. Model ini menggunakan dialog atau diskusi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab siswa. Model ini dapat mengunakan media dengan upaya guru menyajikan sejumlah informasi tertentu melalui bahan bacaan, film, gambar atau yang lainnya. Kemudian guru mendorong siswa untuk menggambarkan atau memahami prinsip-prinsip yang terkandung dalam topik/bahan yang disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan. Demikian pula dengan bentuk inkuiri deduktif yang dikemukakan Schuman bahwa inkuiri dapat dimulai dengan cara yang sangat sederhana dalam membantu mengembangkan kreatifitas berpikir siswa.

Schuman menjelaskan bahwa inkuiri dalam pembelajaran IPS dapat dilaksanakan dengan dimulai oleh guru. Guru yang membantu merangsang pertanyaan, memberikan konsep dan prinsip yang terkait dengan proses inkuiri yang dilaksanakan di kelas. Untuk pembelajaran IPS kelas III misalnya, guru dapat menggunakan strategi inkuiri deduktif di dalam kelas. Salah satu tema yang terdapat pembelajaran IPS dapat dipakai sebagai fokus pembelajaran inkuiri. Mengenal jenis-jenis pekerjaan misalnya dapat dimulai dengan cara

10

guru bercerita tentang kehidupan di desa dan di kota, memberikan bacaan yang terkait dengan kehidupan di desa dan di kota atau mengajukan pertanyaan pada siswa apakah desa dan kota itu sama. Melalui cerita, guru terlebih dahulu menyampaikan konsep desa, kota, dan pekerjaan. Penyampaian konsep tersebut diarahkan pada penggambaran bagaimana cara orang desa dan orang kota memenuhi kebutuhan ekonomi mereka (kebutuhan makan, minum, membeli pakaian, rumah, sekolah, berobat jika sakit dll). Sesuai dengan KTSP, maka guru dapat mengarahkan pada pola hidup dan pekerjaan yang dilakukan masysarakat di mana siswa tinggal. Kemudian guru meminta siswa untuk membuat daftar sejumlah atau bentukbentuk perkerjaan yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Guru membantu membuat kategori dari sejumlah listing jenis pekerjaan yang dikemukakan siswa. Guru mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis sederhana dari listing jenis pekerjaan yang dikemukakan siswa seperti: sebagian besar pekerjaan orang desa adalah petani, sebagaian besar orang kota bekerja di lingkungan industri, hanya sedikit orang desa yang bekerja di dunia industri, dan lain-lain. Dengan berkelompok kemudian guru meminta siswa untuk membuat bukti atau penjelasan yang menguatkan hipotesis mereka berdasarkan cerita, bahan bacaan yang diberikan guru atau pengetahuan mereka sendiri. Dengan demikian, guru telah membantu siswa untuk kreatif dalam berpikir dan problem solving dengan menggunakan kemampuan siswa sendiri. Kesimpulan Pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri akan lebih menarik karena akan membuat siswa terlibat secara aktif. Melalui strategi ini dibutuhkan kemampuan guru untuk mendesain pembelajaran sesuai dengan model inkuiri. Sesuai dengan tingkat usia siswa, 14 pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri mesti dibangun dan diselaraskan dengan emosi, intelektual, dan situasi kondisi pembelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri yang tepat bagi pendidikan dasar adalah model guided atau model deduktif. Dengan kedua model strategi inkuiri tersebut, guru banyak membantu siswa dalam memformulasikan pertanyaan, menetapkan definisi atau konsep yang terkait serta mengarahkan pengujian hipotesis yang dibuat.

Catatan Akhir Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Departemen Pendidikan nasional, (Dirjen Manajemen Pedidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Tahun 2006) 2 Dorothy J. Skeel, Eelementary Social Studies Challenges for Tomorrows World (USA: Harcourt Brace & Company, 1995), hlm. 17. 3 internet based, http:www.exploratorium.edu 4 Dorothy J. Skeel, op. cit., hlm. 19. 5 James. A. Banks, Teaching Strategies for Social Studies (NewYork, London: Longman, 1990), hlm. 79. 6 B.K. Beyer, Inquiry in the Social Studies Classroom: a Strategies for Teaching (Ohio: Charles E. Merill Publishing, 1971). 7 Inquiry models of teaching, dalam, http:www.therteen.org/edonlineconcept:class/inquiry/index.html 8 Clark, L.H., Teaching Social Studies in Secondary School, a Hand Book (New York: McMillan Publishing Company, 1973). 9 Asmaul Khair, Peningkatan kinerja Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Melalui Model inkuiri pada Proses Belajar Mengajar IPS SD (Penellitian Tindakan Kelas pada kelas V SDN 02 Banjarsari Kodya Metro lampung ), tesis, PPS UPI Bandung, 2000, tidak diterbitkan. 10 http:www.therteen.org/edonline/concept:class/inquiry/index.html
1

11

Ibid. Tabrani Rusyan, Pedoman Mengajar Pengetahuan Sosial Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Dasar (Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, t.th.). 13Pengembangan proses berpikir kritis siswa ini adalah salah satu tradisi IPS dalam pengembangan bahan ajar yang dikenal dengan expanding approach.
11 12A.

12

You might also like