You are on page 1of 24

Event Banyuwangi Ethno Carnival motivated by the for Banyuwangi has a rich traditional culture and art are

extraordinary. This is showed by the number of rituals and ceremonies and cultural events by the community. Departing from the wealth of art and cultural treasures, Banyuwangi district government made ??a breakthrough with the packing of the traditional art and culture in an event called BANYUWANGI Ethno CARNIVAL (BEC), a cultural event that is expected to bridge the modernity of art and culture that had been grown locally development in the life of Banyuwangi become an event as international scale Parade to attract and bring in guests and tourists. Learning from the experience of organizing BEC 2011 year ago, the local organization hopes this year is better, more orderly and more perfect, so that the impact of the event is to accelerate the growth of the tourism sector could soon be felt by the community. The theme will be carried in the 2012 BEC was Re_Barong Osing. After witnessing the BEC, you can visit the exotic tourist spots that are common in Banyuwangi, such as Kawah Ijen, Sukamade Beach, G-Land, Bedul, Red Island, wasp Island, Rajegwesi, Grajagan, Alaspurwo, Green Bay and other other. Not an exaggeration to Banyuwangi called themselves The Sunrise of Java.

You can go to Banyuwangi by car, bus, train from Surabaya. Banyuwangi also can be reached from Bali. Drive from Surabaya takes 5-6 hours with a distance of approximately 300 km.

http://www.nugrohopedia.com/2012/12/banyuwangi-ethno-carnival-bec/

Minggu 18 November 2012, Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Banyuwang Etno Carnival 2. Banyuwangi Etno Carnival adalah karnaval budaya yang bertujuan untuk menggali dan melestarikan budaya lokal yang berkembang dan ada di Banyuwangi agar tidak punah ditelan jaman. Untuk itulah maka Pemda Banyuwangi menggelar event ini dengan tujuan melakukan pendekatan seni budaya Banyuwangi pada kalangan pemuda dengan sentuhan kontemporer, tidak terpaku pada pakem yang telah lama berkembang, tapi tetap mempertahankan unsur-unsur yang merupakan nilai luhur suatu budaya. Untuk tema pelaksanaan tahun ke-2 ini adalah Re-Barong Using. Barong adalah kesenian yang berkembang di Banyuwangi dan Bali. Khusus untuk yang berkembang di Banyuwangi, ada semacam asimilasi dengan budaya lokal lainnya. Pagelaran Banyuwangi Etno Carnival tahun ini masih di bawah Supervisi Dynand Fariz yang terkenal dengan Jember Fashion Carnivalnya. Hal ini sesuai dengan kesepakatan saat pagelaran BEC Pertama dulu, dimana pihak JFC akan menjadi supervisi BEC selama 3 tahun awal. Baru di tahun ke 4, insya Allah BEC akan berada di bawah kendali event organizer lokal. Tahun ini pegelaran BEC diikuti oleh 200 peserta yang terbagi dalam tiga kelompok: Barong Merah, Barong Hijau dan Barong Kuning. Acara yang dimulai dari jam 14.00 BBWI melalui jalan protokol di Banyuwangi antara lain: Jalan Veteran, Jalan Satsuit Tubun, Jalan PB Sudirman dan berkahir di depan Kantor Bupati Banyuwangi di Jalan Ahmad Yani. Hujan yang mengguyur sesaat menjelang acara dimulai sempat menganggagu para peserta dan pengunjung yang memadati rute acara. Begitu hujan reda penonton kembali antusias menyaksikan acara. Sementara peserta dengan wajah yang terlihat agak kepayahan tetap berlenggak-lenggok di atas jalan dengan mengenakan pakaian kebesaran mereka yang beratnya dalam keadaan normal bisa mencapai sekitar 8-12 kg, apalagi setelah terkena hujan pastinya akan bertambah berat.

Antusiasme Penonton kala terik menyapa 13.00 (Dok. Pribadi )

Penonton Menanti peserta Lewat, Meski hujan masih mengguyur mereka tetap antusias. ( Dok. Pribadi )

Sejumlah Penari Gandrung membuka arak-arakan

BEC 2012 - Dok. Pribadi

Para Penari Gandrung Banyuwangi

Peserta tamu dari ajang Jember Fashion Carnival ( JFC-2012) - Dok. Pribadi

Kru acara mengawal peserta BEC 2012 Dok. Pribadi

Barisan penonton yang masih rapi dan tertib menyaksikan acara BEC 2012 - Dok. Pribadi

Peserta Berfoto dengan pengunjung BEC 2012 -

Dok Pribadi

Salah satu peserta dari kelompok Barong Merah BEC 2012 - Dok. Pribadi

Dengan baju yang segede dan seberat itu, peserta masih ramah menyapa pengunjung. DOK. Pribadi

Kru BEC meminta penonton untuk memberi jalan pada peserta lewat. Dok. Pribadi

Salah satu kostum yang berukuran besar. Dok.Pribadi

Petugas keamanan sibuk meminta pengunjung agar tidak mengganggu jalannya event

. Dok. Pribadi

Ekspresi salah satu peserta yang terganggu ulah adi pengunjung. Dok. Prib

Satu dari sedikit peserta cowok dengan pakaian bertema gunungan wayang. Dok. Pribadi

Kru peserta tak berkutik melihat antusiasme pengunjung yang ingin berfoto. Dok. Prinbadi

Dok. Pribadi

Pakaian yang terbuat dari kain kasa dan rangka kawat. Dok. Pribadi

Kepingan DVD untuk ornamen pemanis pakaian peserta. Dok. Pribadi

perwakilan Barong Hijau Meski lelah tetap tersenyum dan melayani ajakan berfoto. Dok.

Pribadi

Peserta kecapekan bawa tongkatnya. Dok. Pribadi

Dok. Pribadi

Seorang anak kecil yang ikutan berfoto. Dok. Pribadi

Dok Pribadi

Dok. Pribadi

dok. Pribadi

dok.pribadi

dok.pribadi

dok.pribadi

Barisan pembukan kelompok barong Kuning. Dokumen Pribadi

dokumen pribadi

Peserta yang berjalan cepat karena takut diajak foto-foto penonton. Dok. Pribadi

Kru peserta sedang merapikan baju. Dok. Pribadi

Dok. Pribadi

Dok. Pribadi

Walau dandanan seram, ternyata banyak yang ingin berfoto juga. Dok. Pribadi

drum Band Sekolah Pilot Surabaya. Dok Pribadi

Dok. Pribadi

Seorang ibu yang mengumpulkan botol air mineral usai acara. Dok. Pribadi

Karyawan toko menyapu teras. Dok. Pribadi

Pekerja DKP sigap membersihkan jalan, usai peserta terakhir berlalu. Dok. Pribadi

Suasana jalan yang langsung bersih usai acara. Dok. Pribadi

Pak Polisi usai bertugas kembali ke markas. Dok. Pribadi

Polisi yang beristirahat usai mengawal peserta BEC. Dok. Pribadi

Event BEC 2012 telah usai. Beberapa catatan yang saya lihat saat menyaksikan acara ini adalah masih semrawutnya para penonton. Untuk kelancaran event di masa yang akan datang dan juga untuk mempertahankan animo peserta agar tetap tinggi, ada baiknya di sepanjang rute yang akan dilalui dipasang pembatas jalan dari besi, sehingga penonton tidak gampang merangsek masuk ke badan jalan. Selain mengganggu kenyamanan menikmati acara tahunan BEC, juga bisa mempengaruhi jumlah peserta. Karena kesulitan bergerak, di tahun yang akan datang mereka bisa tidak ikut lagi karena hal itu. Jarak antara satu peserta ke peserta yang lain terlalu jauh sehingga acara terkesan lama dan panjang. Untuk ke depannya mungkin hal ini perlu ditingkatkan, agar peserta dan penonton lebih nyaman. Penonton yang minta foto-foto sebaiknya hanya di titik-tik tertentu saja. Hal ini bisa memperlancar jalannya karnaval dan membuat peserta yang ikut dan memikul beban berat di pundaknya tidak merasa suntuk dan capek. Nilai plus yang ada di tahun ke dua ini adalah: - Karena peserta sudah melalui tahap seleksi dan workshop, maka tampilan peserta terkesan lebih bagus dan tidak asal jadi. Serta jalannya karnaval tidak membosankan karena terlalu banyaknya peserta yang ikut meramaikan. - Tema yang sudah ditentukan untuk tiap event dan dibagi dalam beberapa kelompok membuat barisan lebih mudah di organisir. - Kesigapan petugas dari DKP dalam membersihkan sampah yang biasa terserak usai acara patut diapresiasi. Begitu acara selesai, sampah yang tidak dibuang ke tempatnya langsung disapu bersih. Denpasar. 19112012.0120
http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/19/banyuwangi-etno-carnival-2012-re-barongusing-kontemporer-510173.html

Gagasan Pemkab Banyuwangi menggelar Banyuwangi Etno Carnival (BEC), semacam karnaval seperti di Jember, mulai menuai protes dari sejumlah seniman dan putra daerah yang ada di luar Banyuwangi. Proyek yang dianggarkan Rp. 700 juta itu, rencananya akan menggunakan Event

Organizer (EO) Profesional di bidang Karnaval yaitu JFC (Jember Fashion Carnaval) di bawah komando Dynand Fariz. Bahkan JFC akan dikontrak selama 3 tahun sebagai konsultan BEC, atau hingga panitia lokal mampu menyelenggarakan sendiri. Konsep BEC tidak jauh berbeda dengan JFC, karena konseptornya memang orang yang sama. Namun penggagas dan Pemkab Banyuwangi bertekad, akan menggali potensi seni-budaya Banyuwangi dalam BEC. Jaminannya, JFC hanya sebagai konsultan untuk membuat karnaval yang menarik perhatian dan menyedot turis banyak. Sementara peserta BEC harus melalui seleksi dan yang melakukan adalah panitia lokal, orangorang Banyuwangi dengan konsep yang diberikan oleh Konsultan. Menurut Samsudin Adhlawi, Penyair Banyuwangi yang sekarang menjadi GM Radar Jember, JFC tidak bisa menentuka peserta. Ini sebagai jawaban atas keraguan dan keresahan dari sejumlah kalangan, jika BEC akan digunakan ajang pamer kreasi para waria seperti JFC. Samsudin lebih jauh menjelaskan, jika kehadiran JFC itu hanya untuk menjadikan BEC lebih bagus dibanding dengan karnaval yang ada. Mengingat JFC sudah berpengalaman 10 tahun menangani karnaval, serta dianggap berhasil menyedot pengunjung lokal maupun

manca negara. Bahkan hotel-hotel di Jember menjadi penuh (full-booking) saat ada JFC, meski belum ada klarifikasi apakah mereka yang datang itu turis, atau peserta yang memang kebanyakan dari luar kota. Dasar inilah yang dijadikan Pemkab Banyuwangi dan Penggagas lain, untuk mengusung JFC yang berganti baju dengan nama BEC. Pemkab Banyuwangi tersbius banyaknya turis yang datang, karena akan paralel dengan masuknya rupiah ke Pemkab Banyuwangi. Namun seniman Banyuwangi melalui Lang Lang Sitegar dalam status Facebook-nya, justru mengecam keras rencana BEC yang dianggap melecehkan seniman Banyuwangi. Lang Lang menganggap, uang Rp. 700 juta lebih baik digunakan membangun Gedung Kesenian daripada dihambur-hamburkan untuk mewadahi kegiatan yang dipelopori (maaf) waria. Sentiman gender ini yang menjadi sorotan Lang Lang, hingga pada upaya menggalang kekuata untuk menggagalkan BEC yang direncanakan bulan Oktober mendatang. Dalam pertemuan dengan Bupati Anas di Pendopo, para seniman mengaku tidak bisa leluasa mengemukan unegunegnya. Mengingat dalam pertemuan itu, pihak Pemkab sudah mengahadirkan JFC yang rencananya menjadi konsultan BEC.

Versi Choloq Baya, GM Radar Banyuwangi yang juga ikut dalam pertemuan, seniman Banyuwangi dilihat tidak kompak. Dalam pertemuan itu, tidak terus terang menyatakan setuju dan tidak setuju dengan alasan yang masuk akal. Inilah yang akhirnya menimbulkan dugaan, ketidaksetujuan itu akibat uang yang digunakan cukup besar dan diberikan kepada orang luar. Saya kurang setuju, kalau protes dari para seniman itu semata-mata dikaitkan dengan uang. Mereka punya dasar dan alasan tersendiri, karena urat nadi mereka memang Kesenian. Jadi mereka merasa terusik, jika kesenian itu akan dikendalikan pihak luar. Ungkapan prihatin juga dikemukan Sumono Abdul Hamid, putra Banyuwangi pensiunan Krakatau Steel yang sekarang tinggal di Bogor. Menurut pemilik Blog www.padangulan.worldpress,com ini, seharusnya potensi yang ada dikembangkan bukan malah mendatangkan dari luar. Berikut kutiman komentar Pak Sumono dalam Bahasa Using: \\\\\\\Kari sekaken. kari sing duwe Visikadung berdasar sejarah Blambangan, ono pilihan..Carnival bertema Fauna( ini berdasar lambang Blambangan KEBO Mas) Carnival bertema Flora ( ini mengingat Blambangan adalah pusat logisik Majapahit)..Carnival bertema bangsa yang menjalin hubungan dan bermukim d i Blambangan, Portugis,

Inggris, Belanda, Arab( Yaman) ,China , Bugis, Palembang ( Bengkolen) , Jowo, Medura, BaliMaluku, karena ada kerajaan di Maluku arane Hitu, yang mengaku masih keturunan Sunan Giri.lan iki masih mungkin meminta partisipasi dulur kang magih exist ring Banyuwangi .insyaalloh siap Penyair Using senior, Andang Chotib Yusuf yang pernah diajak dalam pertemuan itu, mencoba menengahi mereka yang tidak setuju dan yang setuju. Menurut Andang, Bupati Banyuwangi ingin mengelompokan acara kesenian Banyuwangi dalam bentuk karnaval menjadi tiga bagian. Pertama yang bernafaskan Islam, akan digelar pada bulan Ramadhan (festival Patrol) atau Arak-arakan Endog-endogan. Kedua yang bernuansa modern, yaitu BEC yang direncanakan bulan oktober. Ketiga yang bernuansa tradisional, yaitu Festival Kuwung yang dilaksanakan setiap Hari Jadi Banyuwangi bulan Desember. Tujuan pengelompokan itu, untuk meningkatkan kunjungan wisata, serta menjaga kemurnian masing-masing. Sekarang sudah jelas, maksud dan tujuan Pemkab Banyuwangi. Namun tetap yang menjadi pertanyaan besar dari para seniman Banyuwangi. Kenapa harus kontrak dengan EO luar dalam waktu yang cukup lama? Apakah tidak ada cara lain, selain menggunakan konsultan. Misalnya dengan menggelar workshop,

pesertanya para seniman Banyuwangi yang selama ini terlibat dalam acara karnaval. Pola semacam itu, bisa menjadi seniman Banyuwangi mendapatkan wawasan tentang pengelolaan karnavl yang profesional, namun untuk mempertahankan kultur yang ada, serta terus kreatif menggali potensi yang dimilki Bumi Blambangan. Penulis: Hasan Sentot
http://sunriseofjava.com/berita-175-menyoal-banyuwangi-etno-carnival-.html

You might also like