You are on page 1of 8

Pathophysiology Diaper Rash Diapers are occlusive thus inhibiting evaporation and make the skin becomes moist

, facilitate maceration, and facilitate the proliferation of microorganisms , as well as easier trauma friction. Moist skin have a higher susceptibility to friction , making it easier blisters when exposed to friction rubber diapers or plastic pants on the surface of the skin . An increase in temperature in the diaper area as diapers inhibit evaporation heat loss . Increasing the temperature resulted in vasodilation and spur inflammation . Urine improve skin hydration and pH of 4.38 be approximately neutral pH of 7.05 . When the skin is too wet will more easily be abrasion or infection , and the stratum corneum becomes more permeable to irritants . Faecal organisms interact with urine that will produce more ammonia and will increase the pH . At higher pH lipase and protease pda stool encouraged to irritate the skin and increase its permeability to other irritants . It is estimated that the enzyme urease bacteria cause inflammation of the skin to stimulate the role of ammonia urine lipase and protease in the stool

If the baby is wearing a diaper then automatically closed the baby's skin, causing long exposure by urine, feces, detergents, and even chemicals found in diapers making the skin becomes moist. Excessive moisture in baby's skin is what triggers the onset of diaper rash

Diaper rash is one of the most common skin problems that occur in early infancy. This is because the baby's skin is very delicate and sensitive skin caused by a relatively thin and acidic pH of the skin more susceptible to irritation and infection. As a result, the baby's skin becomes red and make the baby becomes fussy and uncomfortable. It is therefore necessary for the proper treatment of perianal reduce the incidence of diaper rash in infants.

Diaper rash had signs like skin around the area inflamed , reddish , and sometimes blisters that make the baby becomes fussy and uncomfortable ( Suririnah , 2009) . Diaper rash is often found

in infants or children under the age of 2 years . Almost all infants with diaper rash had experienced a higher incidence between the ages of 9-12 months as many as 7-35 %. The incidence of diaper rash is different in every country . Research in the United states that 1020 % of diaper rash found in the practice of pediatric specialists and research in the UK found 25% of the 12,000 four -week -old infant diaper rash . The research conducted in Italy showed prevalence of 15.2 % and 19.4 % peak incidence in those aged 3-6 months . Diaper rash is also occupied the top spot of the amount of skin diseases in infants who handled many hospitals . Cipto Mangunkusumo as many as 1 out of 3 babies and toddlers have experienced diaper rash.

Although diaper rash is not a fatal disorder , but if allowed to be expanded so as to interfere with the growth of the baby . When grown in the future , is not likely to feel embarrassed because of patches that appear when the baby will be lasting into adulthood

Virgin coconut oil is a processed form of fresh coconut meat production process does not go through the stages of heating and without the use of chemicals .

The process of making a VCO with centrifugation method is as follows coconuts have been harvested and stored for several days sabutnya peeled and removed the meat from the shell . Then the shredded coconut meat and coconut milk squeezed . After the milk allowed to stand for 15-30 minutes to form two layers , kanil at the top and at the bottom of the water . Kanil is emulsion composed of water , protein , and oil . Kanil moved in a clean place and then conducted screening with machine centrifuge at full speed for 15 minutes . Round will cause the emulsion dispersed or fragmented . At that moment the air around it to act as a coagulant protein to pull oil from the oil and water . After that kanil dididiamkan for 2-4 hours to form three layers namely VCO , blondho , and water . VCO is then taken and cleared up and the water level is lowered through the screening process . Of practice in the field as much oil as raw material for 10-15 coconuts obtained VCO 1 liter

5 . Content of Virgin Coconut Oil The main components of virgin coconut oil is a saturated fatty acid approximately 90 % consisting of lauric acid , myristic , caprylic , and palmitate . While 10 % are unsaturated fatty acids such as oleic and linoleic . Virgin coconut oil is known as a high lauric oils containing saturated fatty acids (saturated fatty acids) called glycerol and form a medium -chain triglycerides or medium chain triglyseride ( MCT ) . MCT has functional properties as antiviral and anti- bacterial . Viruses and bacteria are generally protected by a lipid membrane which unites the DNA of organisms with other cellular materials . MCT will damage the membrane by means of embedding and weaken the membrane , which in turn opens the membrane and causes discharge of fluid content in the body of the virus or bacteria . When this occurs in the body , the remains of bacteria and viruses are destroyed by white blood cells ( Alam, 2006) . In the human body lauric acid is converted into monolaurin , a monoglyceride compounds that are anti- viral , anti- bacterial , and anti- protozoa . By its nature , monolaurin used by the human immune system to destroy viruses such as HIV , herpes simplex , cytomegalovirus , influenza , listeria monocytogen , helicobacter pylori , giardia lamblia and ( Darmoyuwono , 2006) .

In addition it contains lauric acid , virgin coconut oil also contains capric acid is a fatty acid that has a very strong anti-microbial qualities . In the human body , medium chain fats will be converted into useful monokaprat to inhibit the growth of bacteria and viruses , such as herpes simplex virus , HIV , and bacteria Neisseria gonorhoeae . Myristic acid is known to absorb oil and dirt on the skin , caprylic acid in its use as an anti- microbial to eliminate certain bacteria , viruses , yeasts and fungi , as well as oleic acid which serves to remove dead cells and restores skin elasticity ( Alam, 2006) .

In addition , Price ( 2003) also states if used topically , virgin coconut oil will react with skin bacteria into the form of free fatty acids as found in sebum . Sebum itself is composed of medium chain fatty acids such as that of the VCO so as to protect the skin from the dangers of

pathogenic microorganisms . Free fatty acids also help create an acidic environment on the skin so as to block the disease-causing bacteria ( Alam, 2006) .

Patofisiologi Ruam Popok Popok bersifat oklusif sehingga menghambat penguapan dan membuat kulit menjadi lembab, memudahkan maserasi, dan memudahkan proliferasi mikroorganisme, serta lebih mudah terjadi trauma gesekan. Kulit yang lembab mempunyai kerentanan yang lebih tinggi terhadap gesekan, sehingga lebih mudah lecet apabila terkena gesekan karet popok atau celana plastik pada permukaan kulit. Adanya kenaikan suhu di area popok karena popok menghambat penguapan hilangnya panas. Peningkatan suhu ini berakibat vasodilatasi dan memacu inflamasi. Urin meningkatkan hidrasi kulit maupun pH dari 4,38 menjadi pH netral sekitar 7,05. Saat kulit terlalu basah akan lebih mudah menjadi abrasi atau infeksi, dan stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap iritan. Organisme pada feses berinteraksi dengan urin yang akan menghasilkan lebih banyak amoniak dan akan meningkatkan pH. Pada pH yang lebih tinggi enzim lipase dan protease pda feses terpacu untuk mengiritasi kulit dan meningkatkan permeabilitas terhadap iritan lain. Diperkirakan bahwa enzim urease bakteri menimbulkan inflamasi kulit dengan peran amoniak urin yang memacu enzim lipase dan protease pada feses

Jika bayi memakai popok maka kulit bayi otomatis tertutup sehingga terjadi paparan yang cukup lama oleh urin, kotoran, deterjen, dan bahkan bahan kimia yang terdapat pada popok sehingga membuat kulit menjadi lembab. Kelembaban yang berlebihan pada kulit bayi inilah yang memicu timbulnya ruam popok Ruam popok merupakan salah satu masalah kulit yang paling umum terjadi pada periode bayi. Hal ini dikarenakan kulit bayi masih sangat peka dan sensitif yang disebabkan oleh kulitnya yang relatif tipis dan pH kulitnya lebih asam sehingga mudah mengalami iritasi dan infeksi. Akibatnya kulit bayi menjadi kemerahan dan membuat bayi menjadi rewel dan tidak nyaman. Oleh karena itu diperlukan perawatan perianal yang benar untuk menurunkan insidensi ruam popok pada bayi.

Ruam popok memiliki tanda-tanda seperti kulit di sekitar daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan, dan kadang lecet yang membuat bayi menjadi rewel dan tidak nyaman (Suririnah, 2009). Ruam popok kerap dijumpai pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun. Hampir semua bayi pernah mengalami ruam popok dengan angka kejadian yang lebih tinggi antara usia 9-12 bulan yaitu sebanyak 7-35% (Putra, 2012). Angka kejadian ruam popok berbeda-beda di setiap negara. Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 10-20% ruam popok dijumpai pada praktek spesialis anak dan penelitian di Inggris menemukan sebanyak 25% dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok. Adapun penelitian yang dilakukan di Italia menunjukkan prevalensi 15,2% dan insiden puncak 19,4% pada mereka yang berusia 3-6 bulan. Ruam popok juga menduduki posisi teratas dari jumlah penyakit kulit pada bayi yang banyak ditangani RS. Cipto Mangunkusumo yaitu sebanyak 1 dari 3 bayi dan balita pernah mengalami ruam popok (Tina, 2011; Putra, 2012). Walaupun ruam popok bukan merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan akan semakin meluas sehingga dapat menganggu pertumbuhan bayi. Ketika sudah dewasa kelak, bukan tidak mungkin akan merasa malu karena bercak yang muncul sewaktu bayi akan membekas hingga dewasa (Manulang, 2010).

Virgin coconut oil merupakan bentuk olahan dari daging kelapa segar yang proses produksinya tidak melalui tahapan pemanasan dan tanpa penggunaan bahan kimia.

Proses pembuatan VCO dengan metode sentrifugasi adalah sebagai berikut buah kelapa yang telah dipanen dan disimpan selama beberapa hari dikupas sabutnya dan dikeluarkan daging dari tempurungnya. Kemudian daging kelapa diparut dan diperas santannya. Setelah itu santan

didiamkan selama 15-30 menit sehingga terbentuk dua lapisan, kanil pada bagian atas dan air pada bagian bawah. Kanil adalah emulsi yang terdiri dari air, protein, dan minyak. Kanil dipindahkan dalam tempat bersih dan kemudian dilakukan pemutaran dengan mesin sentrifuse pada kecepatan penuh selama 15 menit. Putaran akan menyebabkan emulsi terdispersi atau terpecah. Pada saat itu udara di sekitarnya bertindak sebagai koagulan untuk menarik minyak protein dari minyak dan air. Setelah itu kanil dididiamkan selama 2 - 4 jam sehingga terbentuk tiga lapisan yaitu VCO, blondho, dan air. VCO kemudian diambil dan dijernihkan serta diturunkan kadar airnya melalui proses penyaringan. Dari praktek di lapang untuk bahan baku kelapa sebanyak 10 - 15 butir kelapa didapatkan VCO sebanyak 1 liter

Kandungan Virgin coconut oil Komponen utama virgin coconut oil adalah asam lemak jenuh sekitar 90% yang terdiri atas asam laurat, miristat, kaprilat, dan palmitat. Sementara 10% merupakan asam lemak tak jenuh berupa oleat dan linoleat. Virgin coconut oil dikenal sebagai minyak laurat tinggi yang mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang bernama gliserol dan membentuk trigliserida rantai sedang atau medium chain triglyseride (MCT). MCT memiliki sifat fungsional sebagai antivirus dan anti bakteri. Virus dan bakteri pada umumnya dilindungi oleh membran lipid yang menyatukan DNA organisme dengan bahan selular lainnya. MCT akan merusak membran dengan cara melekatkan dan memperlemah membran yang pada akhirnya membuka membran serta menyebabkan keluarnya isi cairan dalam tubuh virus atau bakteri. Apabila hal ini terjadi di dalam tubuh, sisa-sisa bakteri dan virus akan dihancurkan oleh sel darah putih (Alamsyah, 2006). Di dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monolaurin, yaitu sebuah senyawa monoglyceride yang bersifat anti virus, anti bakteri, dan anti protozoa. Dengan sifatnya itu, monolaurin digunakan oleh sistem kekebalan tubuh manusia untuk menghancurkan virus-virus seperti HIV, herpes simplex, cytomegalovirus, influenza, listeria monocytogen, helicobacter pylori, dan giardia lamblia (Darmoyuwono, 2006). Selain mengandung asam laurat, virgin coconut oil juga mengandung asam kaprat yaitu asam lemak yang memiliki kualitas anti mikroba sangat kuat. Di dalam tubuh manusia, lemak berantai

sedang ini akan diubah menjadi monokaprat yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan virus, seperti virus herpes simplex, HIV, serta bakteri neisseria gonorhoeae. Asam miristat diketahui mampu menyerap minyak dan kotoran di kulit, asam kaprilat dalam penggunaannya sebagai anti mikroba dapat menghilangkan bakteri tertentu, virus, ragi dan fungi, serta asam oleat yang berfungsi untuk mengangkat sel-sel mati dan mengembalikan elastisitas kulit (Alamsyah, 2006). Selain itu, Price (2003) juga menyatakan jika dipakai secara topikal, virgin coconut oil akan bereaksi dengan bakteri-bakteri kulit menjadi bentuk asam lemak bebas seperti yang terkandung dalam sebum. Sebum sendiri terdiri dari asam lemak rantai sedang seperti yang ada pada VCO sehingga melindungi kulit dari bahaya mikroorganisme patogen. Asam lemak bebas juga membantu menciptakan lingkungan yang asam di atas kulit sehingga mampu menghalau bakteri-bakteri penyebab penyakit (Alamsyah, 2006).

You might also like