You are on page 1of 9

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

110
ANALISIS FINANSIAL RUGI-LABA PADA USAHA TERNAK
KAMBING DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF
DAN SEMI INTENSIF DI PEDESAAN
(Financial Analysis on Cost Benefit of Intensive and Semi Intensive Goat
Farming System in Village Level)
S. RUSDIANA, B. WIBOWO dan R. ELIZABETH
Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E59, Bogor 16151
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A Yani No.70, Bogor
ABSTRACT
The research was conducted in the District Citeureup, Bogor regency of West J ava Province. The
research objective was to analyze the income statement of the goat business as an additional income in rural
areas. Research conducted by survey method using questionnaires and interviews conducted by a simple
random (purposive random sampling). The number of samples studied were 26 respondents. Secondary data
and primary data obtained and analyzed in a descriptive qualitative and economic analysis which is calculated
based on the income from the reduction between total revenue and total expenditure in cash out flow by
using. Profit and loss analysis is a state where a result of income minus expenses within a certain period. The
results of goat husbandry business with semi-intensive business net income of Rp. 2.154.007/year, R/C ratio
1.4 for intensive effort Rp. 2.691.486/year, R/C ratio of 1.9. This can increase the income of farmers in
maintaining the welfare of his family and the need for the application of technological innovations introduced
so that the goat business more commercially and can be maintained presence of goats in the days to come.
Key Words: Analysis, Financial, Goats in Farmer Income
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis rugi laba dari usaha kambing sebagai tambahan pendapatan di pedesaan.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang
dilakukan secara acak sederhana (purposive random sampling). J umlah sampel yang diteliti sebanyak
26 responden. Data sekunder dan data primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif
serta analisis ekonomi yang dihitung berdasarkan hasil pendapatan dari hasil pengurangan antara total
penerimaan dan total pengeluaran secara cash out flow dengan menggunakan analisis rugi laba yaitu suatu
keadaan dimana tingkat penjualan sama besar dengan biaya (biaya tetap dan biaya variabel). Hasil penelitian
dari usaha pemeliharaan ternak kambing dengan pendapatan bersih untuk usaha semi intensif sebesar
Rp. 2.154.007, R/C rasio 1,4 dan usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486,3 R/C rasio 1,9. Hal ini menunjukkan
bahwa pendapatan petani masih dapat mempertahankan kesejahteraan keluarganya.
Kata Kunci: Analisis, Finansial, Rugi Laba, Kambing, Peternak

PENDAHULUAN
Di Indonesia ternak kambing mempunyai
kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan
sumber daging sapi dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi) dan
merupakan alternatif penyedia daging yang
perlu dipertimbangkan dimasa mendatang.
Secara sosial penduduk Indonesia terbiasa
mengkonsumsi daging kambing dan pada
dasarnya kebutuhan domestik belum terpenuhi
sehingga peningkatan produksi kambing
potong akan terserap oleh pasar (TATANG,
2003). Daging kambing merupakan salah satu
daging yang berkualitas baik dan layak
dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
111
masyarakat (SOEPRANIANONDO, 2009). Ternak
kambing yang ada di Indonesia termasuk yang
ada di Provinsi Jawa Barat (di Kecamatan
Citeureup) lebih sering digembalakan atau
diabur dan pada saat menjelang senja ternak
kambing pulang sendiri ada pula di cari oleh
pemiliknya. Mengingat sifat dan reproduksinya
yang cepat dan adaptasinya yang tinggi
terhadap berbagai kondisi agroekosistem maka
ternak kambing banyak dipelihara di pedesaan
(SIMON, 2010).
Pemeliharaan ternak kambing dipandang
sangat cocok dalam kondisi lahan pertanian,
karena ternak kambing dikenal mudah
beradaptasi pada berbagai kondisi
agroekosistem pedesaan serta merupakan usaha
komplementer dalam suatu sistem pertanian
tanaman pangan WINARSO (2010). Secara
biologis ternak kambing cukup produktif dan
adaptif dengan kondisi lingkungan setempat,
sehingga memudahkan pengembangannya.
Pengembangan ini dapat lebih diarahkan keluar
Jawa mengingat besarnya sumberdaya alam di
daerah-daerah tersebut cukup potensial.
(KETUT, 2004).
Usaha ternak kambing merupakan salah
satu sumber pertumbuhan baru dalam
menunjang pendapatan petani disamping usaha
pertanian lainnya (SAENAB et al., 2005)
berpendapat bahwa salah satu faktor penentu
dalam keberhasilan usaha dari ternak
ruminansia adalah jaminan ketersediaan
tanaman pangan yang berkualitas. Tantangan
yang sering dihadapi dalam pengembangan
usaha ternak adalah kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan melalui
perbaikan produksi dan kualitas ternak dengan
jalan pembinaan kepada petani yang daerahnya
potensial. Ketersediaan lahan pertanian, lahan
kosong perkebunan, tegalan, sawah dan ladang,
merupakan lahan yang potensial untuk
menyediakan hijauan pakan ternak baik rumput
atau berbagai limbah pertanian yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan usahaternak
ruminansia, khususnya kambing.
Berkaitan dengan peningkatan kebutuhan
atau permintaan akan daging, ternak kambing
mempunyai potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan di daerah Citeureup. Ternak
kambing mempunyai pangsa pasar khusus
karena semakin banyak konsumen yang
memilih daging kambing (pola konsumsi back
to natura). Berdasarkan latar belakang tersebut
maka suatu penelitian dilakukan di Kecamatan
Citeureup Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh
usaha ternak kambing melalui analisis rugi-
laba (profit loss).
MATERI DAN METODE
Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2010. Penelitian dilaksanakan
dengan metode survei menggunakan kuesioner
dan wawancara yang dilakukan secara acak
sederhana dengan teknik (purposipe random
sampling). Jumlah sampel yang diteliti
sebanyak 26 responden. Masing-masing 13
responeden pemeliharaan semi intensif dan 13
responden pemeliharaan intensif. Pemilihan
lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan
bahwa Kecamatan Citeureup merupakan
kantong produksi ternak kambing. Data
sekunder dan primer yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif kualitatif serta analisis
ekonomi skala kecil di tingkat petani.
Sedangkan analisis fungsi ekonomi dihitung
berdasarkan tingkat pendapatan berdasarkan
dari hasil pengurangan antara total penerimaan
dan total pengeluaran secara cash out flow,
analsis rugi laba yaitu suatu perhitungan antara
penerimaan (output) dengan pengeluaran
(input) yang dihitung untuk periode satu tahun
(LIMBONG, 1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum wilayah
Sebagian besar penduduk di Desa Citeureup
mempunyai mata pencaharian sebagai petani,
buruh tani, sedangkan lahan di perkebunan
merupakan lahan terbesar di Kecamatan
Citeureup menyusul kebun campuran dan
lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan
bahwa daerah ini memiliki prospek
pengembangan usaha tanaman pangan, sayuran
dan palawija yang menunjang pengembangan
ternak kambing. Populasi ternak kambing di
Kabupaten Bogor sekitar 110.980 ekor dan di
Kecamatan Citeureup sekitar 10.995 ekor
dimana Kecamatan Citeureup merupakan salah
satu Kecamatan yang mempunyai populasi
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
112
ternak kambing menempati peringkat ke 1
(satu) dari 35 Kecamatan atau sekitar 16,01%
dari total populasi yang ada di Kabupaten
Bogor (DISNAK KABUPATEN BOGOR, 2009).
Profil peternak kambing
Pada umumnya peternak memelihara
kambing sampai umur kurang dari 6 tahun,
terutama pada ternak induk. Namun demikian
pada umumnya ternak kambing dijual setelah
beranak 3 kali walaupun posisi harga ternak
kambing itu murah dipasaran. Sedangkan
untuk jantan akan dijual pada umur yang masih
relatif muda yaitu pada umur antara 8 13
bulan. Kepemilikan ternak kambing di
Kecamatan Citeureup berkisar berjumlah 2 5
ekor/KK. Dengan status milik sendiri.
Hasil survei menunjukkan bahwa fungsi
dan peranana ternak kambing dalam sistem
usahatani di Kecamatan Citeureup adalah
sebagai sumber pendapatan dilain pihak petani
untuk menambah pendapatan maka petani
menanam padi, jagung, ubu kayu, ubi jalar dan
kacang tanah. Karakteristik dan fungsi dari
ternak kambing dalam pemeliharaan di tingkat
peternak terlihat pada Tabel 1.
Data pada Tabel. 1 memperlihatkan bahwa
peranan ternak kambing sebagai sumber
tambahan pendapatan pada pemeliharaan
masing-masing pemeliharaan semi intensif dan
intensif masing-masing mencapai 30,76 dan
45,6%.
TINGKAT KEPEMILIKAN TERNAK
KAMBING DI PETERNAK
Jumlah kepemilikan ternak kambing dalam
usaha pemeliharaan ternak merupakan faktor
yang mempengaruhi suatu usaha yang
dijalankan oleh petani di Kecamatan Citeureup
diperlihatkan Tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik petani (responden) dan fungsi pemeliharaan ternak kambing
Fungsi ternak kambing di pedesaan
J umlah responden
pemelihara
semi intensif
%
J umlah responden
pemelihara intensif
%
Sebagai sumber tambahan pendapatan 4 30,76 6 46,16
Sebagai usaha pokok 5 38,46 2 15,38
Sebagai tabungan 3 23,07 3 23,08
Sebagai pengisi waktu 1 7,69 2 15,38
Lama pemeliharaan:
1 5 tahun 5 42,85 6 46,15
>6 tahun 8 57,15 7 53,85
Tabel 2. J umlah kepemilikan ternak kambing per peternak (ekor)
Semi intensif (n =13) Intensif (n =13)
Uraian
J umlah Rataan % J umlah Rataan %
Betina dewasa 34 2,61 50,80 30 2,30 50,11
Betina muda 11 0,86 16,16 8 0,61 13,29
Betina anak 7 0,53 10,27 6 0,45 9,80
J antan dewasa 2 0,15 2,90 9 0,59 12,85
J antan muda 6 0,46 8,91 5 0,38 8,28
J antan anak 8 0,61 11,82 3 0,23 5,01
J umlah 68 5,16 100 61 4,59 100

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
113
Rataan kepemilikan ternak kambing pada
pemeliharaan semi intensif dan intensif
masing-masing sebanyak 5,16 ekor/peternak
dan 4,59 ekor/peternak. Setiap peternak
mempunyai ternak kambing pada berbagai
umur, namun demikian proporsi status
fisiologis pada ternak betina dewasa
menempati proporsi tertinggi pada kedua
sistem pemeliharaan ini yaitu masing-masing
sebesar 2,61 ekor/peternak atau sekitar 50,80%
dan 2,30 ekor/peternak atau sekitar 50,11%.
Keadaan ini menggambarkan bahwa pola
usahapemeliharaan ternak kambing merupakan
usaha pemeliharaan untuk mendapatkan
keturunannya (pembibitan). Diharapkan
pemeliharaan kambing menjadi andalan dalam
sumber tambahan pendapatan untuk menujang
kesejahteraan keluarga petani di pedesan.
Sistem pemeliharaan ternak kambing di
Kecamatan Citeureup seluruhnyadikandangkan
pada malam hari, baik pada pemeliharaan semi
intensif maupun pemeliharaan intensif,
sehingga peternak dituntut untuk menyediakan
bangunan kandang. Pada sistem pemeliharaan
semi intensif yang menonjol adalah adanya
kegiatan penggembalaan pada siang hari atau
diikat pindah pada berbagai lokasi (di areal
kebun, di areal lahan penggembalaan yang
terbuka) dimana lahan tersebut ditumbuhi
berbagai jenis hijauan pakan (leguminose,
rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dan
sisa limbah hasil pertanian). Sedangkan dalam
usaha pemeliharaan secara intensif maka
ternak kambing tidak dikeluarkan dari
kandang, kecuali pada saat-saat akan di
mandikan atau dijemur di tempat yang tidak
jauh dengan kandang.
Curahan tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan untuk
pemeliharaan ternak kambing baik dalam
sistem pemeliharaan secara semi intensif
maupun secara intensif dihitung berdasarkan
aktivitas peternak dalam keseharian yang
dikonversikan dengan hari orang kerja (HOK)
pada usaha tani setempat. Secara rinci
perhitungan tercantum pada Tabel 3. Pada
pemeliharaan semi intensif dengan ternak yang
dipelihara 5,16 ekor dan 4,59 ekor yang
diintensif dapat dihitung dan berdasarkan
konversi hari orang kerja (HOK) adalah 5 jam
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.
Curahan tenaga kerja peternak usaha
kambing pada sistem semi intensif dan sistem
intensif dalam 1 tahun masing-masing sebesar
185,5 HOK dan 160,4 HOK. Sedangkan
alokasi tenaga kerja pada sistem semi intensif
tertinggi pada kegiatan digembalakan sebesar
138 HOK pertahun dari seluruh tenaga yang
dicurahkan. Pada pemeliharaan intensif alokasi
tenaga kerja paling tinggi pada kegiatan
mencari rumput yaitu sebesar 110,7 HOK.
Tabel 3. Rata-rata curahan tenaga kerja di lokasi penelitian
Sistemsemi intensif (n =13)
J enis pekerjaan
Total (jam/hari) Rata-rata J am/tahun HOK Rp/tahun
Menggembala 25,00 1,90 692,00 138,00 692.300
Mengambil hijauan 3,50 0,30 108,00 21,60 108.000
Perawatan ternak 5,00 0,38 138,40 27,70 138.461
J umlah 33,50 2,50 927,60 185,50 938.761
Sistemintensif (n =13)
J enis pekerjaan
Total (jam/hari) Rata-rata J am/tahun HOK Rp/tahun
Menggembala 2,00 0,15 55,30 11,07 55.384
Mengambil hijauan 20,00 2,53 553,80 110,7 553.846
Perawatan ternak 7,00 0,53 193,80 38,7 193.846
J umlah 29,00 2,23 802,90 160,4 803.076
5 jam kerja dihitung 1 HOK Rp. 5000

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
114
Jika diperhitungkan dalam nilai rupiah
dengan konversi tenaga kerja 1 hok sebesar
Rp. 5000 maka nilai curahan tenaga kerja
untuk pemeliharaan semi intensif dan inetnsif
masing-masing adalah Rp. 927.692/tahun dan
Rp. 803.076/tahun. Petani ternak tersebut
merasa untung, karena petani, mudah mencari
rumput, mudah menjual ternak, mudah
memelihara ternaknya karena daya dukung
pakan tersedia dan kotoran kandang
dikembalikan ke lahan petani sendiri yang
bermanfaat untuk kesuburan tanaman.
HASIL PENJUALAN TERNAK
KAMBING SELAMA SATU TAHUN
Hasil penjualan ternak kambing di peternak
selama satu tahun terlihat pada Tabel 4.
Penerimaan dari hasil penjulanan ternak
kambing merupakan penyumbang pendapatan
dengan rataan yang di jual pada sistem semi
intensif sebesar 6,99 ekor/tahun per peternak
dengan nilai total sebesar Rp. 4.274.856/
tahun/peternak. Sedangkan pada sistem intensif
adalah 7,05 ekor/tahun per peternak dengan
nilai sebesar Rp. 4.736.800/tahun/peternak.
Hasil penjualan ternak tertinggi pada
pemeliharaan semi intensif maupun sistem
intensif yakni pada penjulan kambing jantan
dewasa masing-masing sebear 1,54 ekor/tahun
dan 1,61 ekor/tahun.
HASIL PERHITUNGAN DARI USAHA
TERNAK KAMBING DI PEDESAAN
Penerimaan tunai hanya terkonsentrasi pada
penjualan ternak kambing per tahun dan tidak
dialokasikan penjualan pupuk kandang, karena
semuanya dimanfaatkan untuk pupuk dilahan
peternak. Untuk melihat Analisis rugi laba,
yang di hitung berdasarkan penerimaan di
kurangi dengan biaya-biaya selama
pemeliharaan, hasil perhitungan tercantum
pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 4. Rataan jumlah hasil penjualan kambing selama satu tahun di lokasi penelitian
Sistem
Semi intensif (n =13)
Uraian
J umlah (ekor)
Rata-rata/peternak
(ekor)
Rata-rata harga
(Rp/ekor)
J umlah (Rp)/
peternak
Betina dewasa 19 1,46 835.000 1.219.100
Betina muda 14 1,07 470.714 503. 664
Betina anak 11 0,85 127.071 108.010
J antan dewasa 20 1,54 1.107.785 1.705.989
J antan muda 15 1,15 538.392 619.151
J antan anak 12 0,92 129.285 118.942
J umlah 91 6,99 - 4.274.856
Intensif (n =13)
Uraian
J umlah (ekor)
Rata-rata/peternak
(ekor)
Rata-rata harga
(Rp/ekor)
J umlah (Rp)
Betina dewasa 18 1,38 819.307 1.130.644
Betina muda 15 1,15 551.076 633.737
Betina anak 12 0,92 161.077 148.191
J antan dewasa 21 1,61 1.282.692 2.065.134
J antan muda 15 1,15 568.496 653.770
J antan anak 11 0,84 125.385 105.323
J umlah 92 7,05 - 4.736.800
Hitungan ini berdasarkan hasil penjualan tahun 2009
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
115
Penerimaan rata-rata dari hasil penjualan
ternak kambing selama satu tahun di tingkat
petani dengan pemeliharaan semi intensif
Rp. 4.274.856,58/tahun/peternak, dan intensif
Rp. 4.736.799,55/tahun/peternak kedua bentuk
perhitungan ini belum di kurangi upah atau
biaya tenaga kerja keluarga yang dihitung
berdasarkan hasil wawancara dari peternak
kambing bahwa 5 jam kerja di hitung dengan
1 HOK dengan harga Rp. 5.000/hari. Usaha
pemeliharaan ternak kambing di daerah
penelitian dinyatakan oleh petani ternak itu
sendiri untung, karena petani ternak kambing
selama ini tidak pernah menghitung biaya
tenaga kerja karena masih memanfaatkan
tenaga kerja keluarga.
ANALISIS FINANSIAL SECARA
EKONOMI MIKRO
Analisis ini merupakan suatu metode
analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara beberapa variabel dalam
kegiatan usaha pemeliharaan ternak kambing
yang dilakukan oleh peternak kecil, sehingga
dapat digambarkan seberapa besar keuntungan
yang di dapat oleh peternak yang dihitung
selama satu tahun.
Tabel 5 dan 6 merupakan hasil analisis
biaya dan pendapatan usaha ternak kambing
dengan asumsi, dengan skala usaha yang relatif
besar untuk ukuran di perdesaan, usaha semi
intensif dengan biaya per tahun Rp. 2.210.849
Tabel 5. Analisis rugi laba usaha pemeliharaan kambing semi Intensif selama 2 tahun
Uraian Volume
Rata-rata/harga
(Rp)
J umlah (Rp)
A. Biaya investasi dan penyusutan
1. Kandang kambing (unit) 1 unit 537.749,00 537.749,00
2. Penyusutan kandang/5 tahun 215.099,00
3. Peralatan kandang (paket) 1 paket 125.750,00 125.750,00
J umlah (2 +3) 340.849,00
B. Biaya variabel
1. Tenaga kerja keluarga (HOK) 370 5.000,00 1.850.000,00
2. Pakan konsentrat (kg) - - -
3. Pakan hijauan (kg) - - -
4. Obat-obatan ( paket) 1 paket 20.000,00 20.000,00
J umlah (1 +2 +3) 1.870.000,00
Total (A +B) 2.210.849,00
C. Hasil penjualan kambing
1. Betina dewasa (ekor) 1,46 835.000,00 1.219.100,00
2. Betina muda (ekor) 1,07 470.714,28 503.664,27
3. Betina anak (ekor) 0,85 127.071,42 108.010,70
4. J antan dewasa (ekor) 1,54 1.107.785,71 1.705.989,00
5. J antan muda (ekor) 1,15 538.392,85 619.151,77
6. J antan anak (ekor) 0,92 129.285,71 118.942,85
J umlah 6,99 - 4.274.856,58
Pendapatan kotor 4.274.856,58
Pendapatan bersih 2.154.007,00
R/C 1,40
Analisis rugi laba ini di hitung berdasarkan hasil penjualan pada tahun 2009
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
116
Tabel 6. Analisis rugi laba hasil usaha pemeliharaan kambing intensif selama 2 tahun
Uraian Volume Rata-rata/harga (Rp) J umlah (Rp)
A. Biaya investasi dan penyusutan 1
1. Kandang kambing (unit) 625.096,15 625.096,15
2. Penyusutan kandang/5 tahun 1 250.038,00
3. Peralatan dan kandang (paket) 175.275,00 175.275,00
J umlah (2 +3) 425.313,00
B. Biaya variabel
1. Tenaga kerja keluarga (HOK) 320 5.000,00 1.600.000,00
2. Pakan konsentrat (kg) - - -
3. Pakan hijauan (kg) - - -
4. Obat-obatan (Paket) 1 20.000,00 20.000,00
J umlah 1.620.000,00
Total (A +B) 2.045.313,00
C. Hasil penjualan kambing
1. Betina dewasa (ekor) 1,38 819.307,69 1.130.644,61
2. Betina muda (ekor) 1,15 551.075,92 633.737.30
3. Betina anak (ekor) 0,92 161.076,92 148.190,66
4. J antan dewasa (ekor) 1,61 1.282.692,31 2.065.134.61
5. J antan muda (ekor) 1,15 568.495,92 653.770,30
6. J antan anak (ekor) 0,84 125.384,61 105.323,07
J umlah 7,05 - 4.736.799,55
Pendapatan kotor 4.736.799,55
Pendapatan bersih 2.691.486,00
R/C 1,90
Analisis rugi-laba ini di hitung berdasarkan hasil penjualan pada tahun 2009
dan usaha intensif sebesar Rp. 2.045.313
sebagian besar untuk biaya tenaga kerja dan
penyusutan kandang, sedangkan biaya variabel
per tahun untuk usaha semi intenisif sebesar
Rp.1.870.000 dan usaha intensif Rp. 1.620.000
sebagian besar merupakan biaya penyusutan
kandang dan tenaga kerja keluarga. Pendapatan
kotor usaha semi intensif sebesar Rp.
4.274.856,58/tahun dan intensif sebsar Rp.
4.736.799,55/tahun, pendapatan bersih usaha
semi intensif sebesar Rp. 2.154.007/tahun, R/C
rasio 1,4 usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486/
tahun, R/C rasio 1,9 tidak berbeda jauh dengan
hasil penelitian UTOMO et al. (2005) dengan
pendapatan bersih Rp. 2.372.960/tahun dengan
pemeliharaan ternak kambing 8 ekor betina dan
1 ekor pejantan selama satu tahun.
ASPEK SOSIAL EKONOMI
Pengembanganbiakan ternak kambing
merupakan salah satu pendukung dalam
pemeliharaan ternak kambing terutama yang
berkaitan dengan tujuan memperoleh nilai
tambah pendapatan bagi peternak. Salah satu
prinsip pengembangbiakan adalah usaha
memperoleh keturunan yang berkualitas tinggi
sesuai dengan yang diharapkan oleh petani
ternak kambing. Pemeliharaan ternak kambing
di peternak salah satunya dapat dijadikan
sebagai usaha pokok petani. WINARSO (2010)
berpendapat bahwa ternak kambing dapat
memperbaiki kehidupan dan menaikkan tingkat
gizi para petani dan kesejahteraan keluarga
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
117
Aspek sosial terhadap keberadaan ternak
kambing merupakan hal penting yang perlu
dipertimbangkan. Betapapun baiknya suatu
program pengembangan ternak, bila aspek
sosial khususnya penerimaan peternak terhadap
program tersebut kurang baik, maka program
tersebut tidak bermanfaat. Tabel 7
memperlihatkan respon petani ternak terhadap
usaha pemeliharaan ternak kambing, terlihat
bahwa 69,24% peternak responden
menyatakan senang memelihara ternak
kambing, meskipun beberapa peternak
menyatakan sama saja 23,07% dan ada dua
orang yang tidak senang sekitar 7,69%, dengan
alasan bahwa induk kambing yang dipelihara
tidak pernah melahirkan yang menjadi
berkurang menghasilkan pendapatan bagi
peternak.
Tabel 7. Respon peternak kambing dengan cara
pemeliharaan semi intensif dan intenif
(n =26)
Uraian J umlah responden Persentase
Senang 18 69,24
Sama saja 6 23,07
Tidak senang 2 7,69
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa petani dalam kepemilikan
ternak kambing rata-rata 4,59-5,16 ekor/
peternak dari berbagai umur. Penggunaan
tenaga kerja keluarga tertinggi pada
pemeliharaan secara semi intensif yaitu di
gembalakan sekitar 138 HOK/tahun dan secara
intensif 110,7 HOK/tahun. Pendapatan kotor
usaha semi intensif sebesar Rp. 4.274.856,58/
tahun dan intensif sebesar Rp. 4.736.799,55/
tahun, pendapatan bersih usaha semi intensif
sebesar Rp. 2.154.007/tahun, R/C rasio 1,4
usaha intensif sebesar Rp. 2.691.486/ tahun,
R/C rasio 1,9.
Peternak masih memiliki aset ternak untuk
dipelihara masing-masing sebanyak 5,16 ekor
pada semi intensif 4,59 ekor pada intensif
untuk dikemudian hari. Hal ini dapat
meningkatkan pendapatan petani dalam
mempertahankan kesejahteraan keluarganya
dan perlu adanya penerapan introduksi inovasi
teknologi sehingga usaha ternak kambing lebih
komersial dan dapat dipertahankan
kerberadaan ternak kambing di masa-masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
DISNAK KABUPATEN BOGOR. 2009. Propinsi J awa
Barat. Data Statistik Peternakan. Dinas
Peternakan Kabupaten Bogor.
GITINGER. J .P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-
Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas
Indonesia, J akarta.
LIMBONG.W.H dan W.P. SITORUS. 1987. Pengantar
Tataniaga Pertanian J urusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian Bogor.
QOMARIYAH, S. MIHARDJ A dan R. IDI. 2001.
Pengaruh kombinasi kuning telur dengan air
kelapa terhadap daya tahan hidup dan
abnormalitas spermatozoa domba priangan
pada penyimpanan 5C. Pros. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor, 17 18 September 2001. Puslitbang
Peternakan, Bogor. hlm. 172 177.
RIZAL, M., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF, B.
PURWANTARA dan P. SITUMORANG. 2003.
Kriopreservasi semen domba Garut dalam
pengencer Tris dengan konsentrasi laktosa
yang berbeda. Media Kedokteran Hewan 19:
79 83.
SAENAB. A dan WARYAT. 2005. Strategi
pengembangan tanaman pakan ternak di
wilayah perkotaan. Pros. Lokakarya Nasional
Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16 September
2005. hlm. 83 36.
SIMON, P.G. 2010. Beberapa alternatif skema
percepatan perkembangan dan penyebaran
bibit kambing Boerka. Pros. Seminar Nasional
Membangun Sistem Inovasi di Perdesaan.
Bogor, 15 16 Oktober 2009. BBP2TP,
Bogor. hlm. 246 255.
SOEPRANIANONDO, K. 2009. Sistem integrasi
peternakan kambing dengan konsep tanpa
limbah. Pros. Lokakarya Nasional. Sistem
Integrasi Tanaman Ternak Pengembangan
J ejaring Penelitian dan Pengkajian. Bogor,
J anuari 2009. Puslitbang Peternakan, Bogor.
hlm. 236 267.
SUTAMA, I-K. 2004. Tatangan dan peluang
peningkatan produktivitas kambing melaui
inovasi teknologi reproduksi. Pros. Lokakarya
Nasional Kambing Potong. Bogor, 6 Agustus
2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm,
51 60.
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
118
TAMBING, S.N., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF, B.
PURWANTARA, I-K. SUTAMA dan P.Z.
SITUMORANG. 2003. Kualitas semen beku
kambing Saanen pada berbagai jenis
pengencer semen. Hayati 10:146 150.
TATANG, M.I. 2003. Strategi penelitian hijauan
mendukung pengembangan ternak kambing
potong di Indonesia. Wartazoa 13(1): 22 29.
UTOMO, U., T. HERAWATI dan S. PRAWIRODIGDO.
2005. Produktivitas induk dalam usaha ternak
kambing kondisi pedesaan. Pros. Seminar
Nasional. Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Bogor, 12 13 September 2005.
Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 660 665.
VISWANATH, R dan P. SHANNONP. 2000. Storage of
bovine semen in liquid frozen state. Anim.
Reprod. Sci. 62: 23 53.
WINARSO.B. 2010. Prospek dan kendala
pengembangan agribisnis ternak kambing dan
domba di Indonesia. Pros. Seminar Nasional.
Peningakatan Daya Saing Agribisnis
Berorientasi Kesejahteraan Petani. PSE-KP,
Bogor. hlm. 246 264.
YILDIZ, C., A. KAYA, M. AKSOY dan T TEKELI. 2000.
Influence of sugar supplementation of the
extender on motility, viability and acrosomal
integrity of dog spermatozoa during freezing.
Theriogenology 54: 579 585.
YULNAWATI, H. MAHESHWARI, M. RIZAL dan
HERDIS. 2010. Maltosa Mempertahankan
Viabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau
Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair. J.
Veteriner 11(2): 126 132.
YULNAWATI, M. GUNAWAN, HERDIS, HERA
MAHESHWARI dan MUHAMMAD RIZAL. 2009.
Peranan Gula sebagai krioprotektan
ekstraseluler dalam mempertahankan kualitas
semen beku kerbau lumpur. Pros. Seminar
Nasional Potensi dan Pengembangan
Peternakan Maluku dalam Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional. Ambon 2 Maret
2009. J urusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura Ambon. hlm. 236 250.

You might also like