You are on page 1of 8

J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No.

2

2004 FMIPA Universitas Lampung 129
Studi Kualitas Air Way Seputih Berdasarkan Indeks Kepadatan dan
Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Biologi

Tugiyono

Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung
Jl. Sumantri BrojonegoroNo. 1 Bandar Lampung 35145

Abstract

Way Seputih River is one of the longest river belong to Lampung Tengah Government
its long is 173 km. Way Seputih River has many purpose for communities living at
around it, such as; source of drink water, washing, agriculture, fisheries both cultivated
and captured, and sewerage disposal from domestic and industry activities. All of those
are potent to change the Way Seputih water quality. Water quality monitoring can be
used biological indicator instead physical and chemical parameter analysis. Plankton
density and diversity index have been validated to biological monitoring tool. The
purpose of this research is to know the Way Seputih water quality by plankton density
and diversity index as biological indicator. There were 8 stations subjectively
determined based on different land used. Research results denote that Way Seputih
River is categorized as moderate polluted condition, except 7
th
station is heavy polluted
condition because of eutrophication. The secondary data of physical and chemical factor
having closed relationship with plankton diversity index are salinity, N-NH
3
, and N-
NO
3
with correlation value 0.716, 0.784, and 0.787 respectively.

Keywords: Way seputih, Water quality, Plankton

Pendahuluan

Way Seputih merupakan sungai yang
terpanjang di wilayah Kabupaten Lam-
pung Tengah, denngan panjang sungainya
193 km yang daerah alirannya melewati
berbagai macam guna tata lahan seperti:
perkampung, persawahan, perladangan
dan kawasan industri. Di daerah aliran
sungai Way Seputih terdapat 21 industri
dengan berbagai bidang usaha dan limbah
cair perhari sekitar 13.120m
3 1
. Di-
samping itu Way Seputih dimanfaatkan
oleh penduduk sekitar untuk keperluan
mandi, cuci, membuang hajat (kakus),
irigasi dan usaha perikanan baik tangkap
maupun budidaya. Sehingga kualitas
sungai tersebut sangat mudah berubah
dan setiap perubahan kualitas yang
disebabkan salah satu kegiatan akan
berdampak terhadap kegiatan lainnya
sehingga akan menimbulkan konflik
kepentingan, seperti terjadinya kematian
masal ikan dikeramba Way Pegadungan
anak sungai Way Seputih terjadi di
pertengahan Tahun 2003. Karena pada
dasarnya sungai merupakan perairan
terbuka yang mengalir dan mendapat
masukan dari berbagai masukan yang
berasal dari daerah sekitarnya, yang
sebagian besar berasal dari aktifitas
manusia yang tinggal disekitar sungai
2
.

Besarnya potensi limbah baik domistik
maupun industri memerlukan perhatian
semua pihak, baik masyarakat, Indus-
triawan, dan pemerintah, karena penye-
bab utama terjadi pencemaran suatu ling-
kungan adalah limbah
3
, untuk menjaga
kualitas air sungai yang berguna bagi
kelangsungan kehidupan biota air
maupun masyarakat pengguna. Upaya
pengelolaan lingkungan dengan usaha
unit pengolaan limbah setiap perusahan
dan kesadaran akan masyarakat tidak
membuang langsung maupun tidak
Tugiyono, Studi Kualitas Air

2004 FMIPA Universitas Lampung 130
langsung sampah atau limbah rumah
tangga ke sungai atau saluran air, serta
kontrol atau pemantuan dari semua pihak
sangat diperlukan.

Metode pemantuan terhadap perubahan
kualitas air salah satunya dapat dilakukan
dengan menggunakan biota air (indikator
biologi) selain dengan analisis parameter
fisika-kimia air. Indikator biologi adalah
spesies atau populasi hewan, tumbuhan,
atau mikroorganisme, yang kehadiranya
atau perkembangannya sebagai tanggapan
atau respon terjadinya perubahan
lingkungan dan mudah diamati setiap
terjadi perubahan
4
. Studi indeks diversitas
organisme bentik, plankton dan
penyebaran penutupan rumput laut
banyak digunakan sebagai indikator
biologi terhadap perubahan lingkungan
perairan
5
. Salah satu manfaat plankton
adalah untuk mengetahui adanya pen-
cemaran dengan mengetahui kemelim-
pahan dan keanekaragaman jenis plank-
ton, misalnya skeletonema sp dan Brachi-
onus sp populasinya akan melimpah pada
perairan yang kaya akan bahan organik
6
.
Berdasarkan indeks keanekaragaman (H)
plankton, perairan dapat di kelompokan
kualitasnya sebagai berikut; jika nilai H
> 3 berarti perairan bersih atau tidak
tercemar, 3 < H < 1 ,berarti perairan
tercemar sedang atau ringan dan H < 1,
berarti perairan tercemar berat
7
.
Perubahan plankton sangat dipengaruhi
oleh masuknya berbagai faktor kimia dan
fisika air yang masuk dari daerah
sekitarnya, seperti sekitar mulut sungai
besar, plankton biasanya sangat subur
karena di sini mempunyai kandungan
nutrisi yang kaya dan kolom air yang
stabil
6
.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di aliran Sungai
Way Seputih bagaian hilir yang masuk
Wilayah Kapupaten Lampung Tengah.
Pengambilan sampel berdasarkan perbe-
daan rona lingkungan atau tata guna lahan
yang meliputi; daerah pemukiman,
perkebunan, peladangan, dan kawasan
industri, dalam penelitian ini ditentukan 8
lokasi pengambilan sampel disajikan
dalam gambar 1. Analisis sampel air
dilakukan di Laboratorium Instrumentasi
Jurusan Kimia dan pengamatan plankton
di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi,
Fakultas MIPA, Universitas Lampung.
Alat yang digunakan plankton net nomor
25 (ukuran mata jaring = 0,0535 mm),
mikroskop cahaya, Sedgwick-Raffer
Counter (SR) volume 1 ml, DO meter,
termometer (celsius), pipet pastor ujung
tumpul, dan peralatan untuk analisis
parameter fisika-kimia air di Labora-
torium Instrumentasi. Bahan yang
digunakan foramalin 4%, dan bahan
untuk analisi kimia. Pengambilan plank-
ton dengan menggunakan metode peme-
katan/penyaringan dari air sungai seba-
nyak 50 liter, yang pengambilan diberba-
gai tempat dengan menggunakan ember
kemudian di komposit. Sedangkan untuk
sungai yang dalam digunakan metode
tarik secara vertikal dengan panjang
tarikan dan diameter mulut plankton net
dicatat, untuk perhitungan volume air
yang tersaring. Plankton yang tersaring di
kumpulkan dalam botol flakon bervolume
30 ml difiksasi dengan formalin 4%.
Plankton tersaring diamati ditentukan
kepadatan plankter per liter air sungai,
dan indeks keanekaragaman untuk me-
nentukan kualitas perairan sungai berda-
sarkan penggelompokan dari Mason
7
.

Sebagai data pendukung berupa data
parameter fisika-kimia air, air sampel
diambil dengan jeligen volume 2l, pada
masing-masing lokasi pengambilan
sampel plankton, kemudian dianalisis di
Laboratorium Intrumentasi. Parameter
yang dianalisis mengacu pada Peraturan
Pemerintah nomor 82 Tahun 2001,
tentang Pengelolan kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, yang
meliputi: suhu, pH, salinitas, oksigen
J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No. 2

2004 FMIPA Universitas Lampung 131
terlarut, BOD
,
amonia (N-NH
3
), nitrit (N-
NO
2
), nitrat (N-NO
3
), cianida (CN), sulfat
(SO
4
) dan sulfida (H
2
S).

Perhitungan /analisis plankton:

1. Kepadatan plankton per liter ditentukan
dengan rumus
8
:
N =
(a x 1000) b
L

Keterangan:
N = jumlah plankter perliter air sungai
a = rata-rata jumlah plankter teramati
dalam SR (1 ml)
b = volume hasil penyaringan plankton
(dalam ml)
L = volume air sungai yang disaring
(dalam liter)

2. Indeks keanekaragaman (diversitas)
jenis plankton menggunakan rumus
Shannon-Weaver dengan rumus
9
:
H = - pi ln pi
Keterangan:
H = indeks keanekaragaman
pi = kemelimpahan jenis plankter i,
dengan pi = ni / N
ni = jumlah individu jenis i.
N = jumlah total seluruh plankter.

3. Untuk melihat hubungan antara
parameter fisika-kimia air dengan
kemelimpahan dan keanekaragaman
plankton dianalisis dengan analisis
korelasi.



Gambar 1. Titik pengambilan sampel plankton dan air

Hasil dan Pembahasan

Hasil perhitungan kepadatan dan
keanekaragaman plankton serta peng-
golongan kualitas sungai menurut skala
Mason
7
di masing-masing stasiun atau
titik pengamatan disajikan dalam Tabel 1.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa secara
keseluruhan atau sepanjang aliran utama
Way Seputih berdasarkan indeks
diversitas dikatagorikan dalam kondisi
tercemar sedang, kecuali pada stasiun 7
adalah tercemar berat. Hal ini dapat
dikatakan bahwa kontribusi masing-
masing rona lingkungan atau tataguna
lahan baik perkampungan, perladangan
dan perkebunan, perikanan dan industri
Tugiyono, Studi Kualitas Air

2004 FMIPA Universitas Lampung 132
Tabel 1. Hasil perhitungan kepadatan dan keanekaragaman plankton serta
penggolongan kualitas air Way Seputih

Stasiun Lokasi Jml
spesies
D ID Katagori

1 Gunung Sugih, Kec. Gunung Sugih 16 102000 1,99 Tercemar sedang
2 Muara W Tipo, Seputih, Buyut
Udik. Kec. Gunung Sugih
13 187500 2,33 Tercemar sedang
3 Sriwijaya Mataram, Kec. Bandar
Mataram
14 90750 1,89 Tercemar sedang
4 Bumi Nabung Ilir, Kec. B. Nabung 13 92250 1,76 Tercemar sedang
5 Surabaya Ilir, Kec. Seputih
Surabaya
16 187500 1,65 Tercemar sedang
6 Sadewa, Kec. Bandar Surabaya 15 54000 1,84 Tercemar sedang
7 Sabang (muara Way Pegadungan),
Kec. Bandar Surabaya
10 603750 0,81 Tercemar berat
8 Cabang ( 1 km dari muara W
Seputih), Kec. Bandar Surabaya
11 199500 1,22 Tercemar sedang
Keterangan
D : Densitas (kepadatan) plankter per liter air sungai
ID : Indeks diversitas (keanekaragaman) plankton

memberi kontribusi terhadap perubahan
kualitas air sungai pada proposi yang
hampir sama. Keadaan ini juga didukung
dari data sekunder parameter fisika-kimia
air yang menunjukkan kisaran hasil yang
hampir sama, kecuali salinitas. Hasil
analisis parameter fisika-kimia air pada
kedelapan stasiun pengamatan disajikan
padaTabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air Way Seputih

St Suhu
(
o
C)
pH Sal DO BOD
5
N- sebagai CN SO
4
H
2
S
NH
3
NO
2
NO
3

1 28,3 7,08 1,56 4,2 46 0,28 0,18 0,62 0,019 4,25 0,015
2 28,2 7,03 1,81 3,9 35 0,29 0,06 0,62 0,017 4,27 0,015
3 28,5 6,90 1,73 3,6 39 0,31 0,15 0,51 0,016 5,68 0,018
4 28,3 6,83 1,65 3,5 34 0,30 0,16 0,35 0,019 3,02 0,013
5 28,2 6,84 1,80 3,6 33 0,20 0,90 0,42 0,013 2,56 0,019
6 28,4 7,24 12,50 3,7 29 0,22 0,11 0,24 0,015 2,65 0,022
7 28,3 7,43 13,30 3,8 45 0,17 0,33 0,22 0,011 2,15 0,011
8 28,3 7,27 13,80 3,4 28 0,18 0,30 0,21 0,010 2,70 0,010

Tabel 2 memperlihatkan bahwa salinitas
jauh lebih tinggi pada satsiun 6, 7 dan 8.
Hal ini membuktikan bahwa air laut jauh
masuk ke aliran Way Seputih sampai
pada satsiun 6 yaitu di Desa Sadewa
Kecamatan Bandar Surabaya. yang
berjarak kurang lebih 7 km dari muara
sungai. Perbedaan salinitas ini yang
menyebabkan rendahnya jumlah jenis
plankton yang terdapat ke tiga stasiun
tersebut, karena hewan atau plankton air
tawar akan mengalami pengkerutan dan
menyusut apabila memasuki lingkungan
perairan yang hipertonik (air bersalinitas
tinggi),
10
sehingga hanya jenis plankton
yang toleran terhadap lingkungan payau
yang berkembang. Hubungan anatara
salinitas dengan indek diversitas sangat
J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No. 2

2004 FMIPA Universitas Lampung 133
kuat dengan nilai korelasi r = -0,716 dan
nilai signifikasi 0,046.

Penurunan jumlah jenis tersebut di ikuti
dengan meningkatnya jumlah individu
Cosinodiscus sp pada 7 dan 8 tersebut
yaitu 450750 individu/liter untuk staisun
7 dan 135750 individu/liter untuk stasiun
8. Hal ini diduga bahwa pada kedua
stasiun ini merupakan muara Sungai
Pegadungan yang banyak digunakan
untuk budidaya ikan dengan sistem
keramba apung, dan muara kanal ke
lakasi Tambak Udang PT. Bratasena
Central Pertiwi, sehingga daerah ini kaya
akan nutrien yang berasal dari sisa pakan
ikan maupun udang. Ledakan populasi
atau blooming plankton merupakan
dampak meningkatnya konsentrasi zat
hara dalam perairan, hal ini merupakan
gambaran kesuburan perairan dan adanya
pencemaran organik yang tinggi
6
. Pening-
katan kepadatan individu (plankter)
menyebabkan menurunnya nilai indek
keanekaragaman jenis, hal ini terlihat dari
nilai korelasi antara keduanya dengan
nilai r = -0,76 dengan nilai signifikasi
0,28.

Peningkatan jumlah individu plankton
dengan cepat atau blooming dikarenakan
adanya proses eutrophikasi. Proses
eutrofikasi adalah proses pengkayaan
nutrient bagi tumbuhan perairan termasuk
phytoplankton, proses ini dikarenakan
masuknya nutrient yang berasal dari akti-
fitas manusia seperti aliran permukaan
yang kaya akan pupuk, dan pembauangan
dari limbah yang mengandung bahan
organik, yang menyebabkan hipertrofi,
nutrient berada dalam konsentrasi yang
berlebih. Perairan yang hipertrofi akan
didominasi oleh tumbuhan air atau phyto-
plankton yang tumbuh dengan subur.
Keadaan ini akan menyebabkan perbe-
daan oksigen antara siang dan malam
yang sangat menyolok, sehingga meng-
ganggu keseimbangan ekosistem per-
airan. Pada waktu siang perairan akan
jenuh dengan oksigen dari proses foto-
sinthesis tumbuhan air dan phitoplankton,
sebaliknya pada waktu malam kombinasi
antara respirasi biota perairan baik
tumbuhan maupun hewan air dan
dekomposisi detritus menyebabkan ter-
jadi pengurangan oksigen secara cepat,
hal ini berakibat kematian terhadap orga-
nisme lain yang ada di perairan tersebut
11
.

Sedangkan parameter fisika-kimia air
yang mempunyai hubungan kuat terhadap
indeks diversitas selain salinitas adalah
nitrogen sebagai amonia dan sebagai
nitrat, masing-masing dengan nilai
korelar secara berturut-turut: 0,784 dan
0,787, matrik korelasi antar parameter
terukur disajikan dalam Tabel 3.

Pentingnya nilai nitrogen baik dalam
bentuk amonia maupun nitrat dalam hu-
bungan dengan nilai diversitas jenis
plankton dikarenakan keberadaan nitro-
gen dalam perairan diduga berasal dari
sisa pakan/pellet udang maupun ikan
yang disebut sebagai sumber nitrogen
organik. Sumber utama nitrogen adalah
protein yang terkandung dalam pakan
atau pellet udang maupun ikan yang
terbuang keperairan melalui saluran
pembuang tambak maupun kerambah
apung. Disamping itu sumber nitrogen
juga dapat berasal dari limbah atau
buangan yang mengandung senyawa
protein organik lainya seperti bangkai
biota laut maupun senyawa anorganik
seperti pupuk nitogen (Urea, ZA dan
lainnya) yang banyak digunakan dalam
pertanian maupun pertambakan.

Nitrat adalah bentuk nitrogen dapat dise-
rap oleh tumbuhan atau phytoplankton
yang menjadi sumber protein dan se-
lanjutnya menjadi sumber makanan bagi
hewan perairan, pada tingkat rantai
makanan selanjutnya, sehingga dengan
demikian plankton disebut mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi bagai
ekosistem perairan
9
. Pembentukan nitrat
berasal dari.

Tugiyono, Studi Kualitas Air

2004 FMIPA Universitas Lampung 134
Tabel 3. Matrik korelasi antar parameter yang terukur

Pr.mater analisis SUHU pH SALI DO BOD N-NH
3
N-NO
2
N-NO
3
CN SO
4
H
2
S D ID
SUHU Pearson 1.000 .061 .153 -.178 .062 .270 -.427 -.146 .084 .452 .303 -.270 -.014
Sig. . .887 .717 .673 .885 .518 .291 .730 .843 .261 .466 .519 .974
pH Pearson .061 1.000 .888** .154 .120 -.665 -.215 -.561 -.597 -.457 -.352 .619 -.617
Sig. .887 . .003 .715 .777 .072 .608* .148 .118 .255 .393 .102 .103
SALI Pearson .153 .888** 1.000 -.280 -.264 -.787* -.036 -.850 -.754* -.626 -.255 .473-.716*
Sig. .717 .003 . .502 .528 .020 .933 .008 .031 .097 .542 .237 .046
DO Pearson -.178 .154 -.280 1.000 .712* .261 -.321 .618 .462 .288 .105 .076 .360
Sig. .673 .715 .502 . .048 .533 .438 .102 .250 .488 .805 .858 .381
BOD Pearson .062 .120 -.264 .712* 1.000 .222 -.156 .419 .267 .306 -.230 .438 -.102
Sig. .885 .777 .528 .048 . .597 .711 .301 .523 .460 .584 .278 .810
N-NH
3
Pearson .270 -.665 -.787* .261 .222 1.000 -.551 .744* .895** .812* .208 -.591 .784*
Sig. .518 .072 .020 .533 .597 . .157 .034 .003 .014 .621 .123 .021
N-NO
2
Pearson -.427 -.215 -.036 -.321 -.156 -.551 1.000 -.215 -.499 -.461 .112 .245 -.369
Sig. .291 .608 .933 .438 .711 .157 . .608 .208 .250 .793 .559 .369
N-NO
3
Pearson -.146 -.561 -.850** .618 .419 .744* -.215 1.000 .694 .774* .207 -.376 .787*
Sig. .730 .148 .008 .102 .301 .034 .608 . .056 .024 .623 .359 .020
CN Pearson .084 -.597 -.754* .462 .267 .895** -.499 .694 1.000 .558 .285 -.603 .787*
Sig. .843 .118 .031 .250 .523 .003 .208 .056 . .151 .494 .113 .021
SO
4
Pearson .452 -.457 -.626 .288 .306 .812* -.461 .774* .558 1.000 .216 -.462 .650
Sig.) .261 .255 .097 .488 .460 .014 .250 .024 .151 . .608 .249 .081
H
2
S Pearson .303 -.352 -.255 .105 -.230 .208 .112 .207 .285 .216 1.000 -.547 .533
Sig. .466 .393 .542 .805 .584 .621 .793 .623 .494 .608 . .161 .174
D Pearson -.270 .619 .473 .076 .438 -.591 .245 -.376 -.603 -.462 -.547 1.000 -.76*
Sig. .519 .102 .237 .858 .278 .123 .559 .359 .113 .249 .161 . .028
ID Pearson -.014 -.617 -.716* .360 -.102 .784* -.369 .787* .787* .650 .533-.762* 1.000
Sig. .974 .103 .046 .381 .810 .021 .369 .020 .021 .081 .174 .028
Ket.
** : Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* : Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
D : Densitas (kepadatan) plankton per liter air sungai
ID : Indeks diversitas ( keanekargaman) jenis plankton




















J. Sains Tek., Agustus 2004, Vol. 10, No. 2

2004 FMIPA Universitas Lampung 135
dekomposisi bahan organik yang berupa
sisa pakan atau organik lainnya dengan
proses yang disebut nitrifikasi yang
melibatkan rangkai microorganisme.
Sebaliknya dari nitogen bentuk nitrat
dapat dirubah ke bentuk nitogen gas oleh
bakteri denitrifikasi, hanya terbatas dalam
kondisi anaerob, dengan proses seperti
pada Gambar 2 berikut:










Gambar 2. Proses perubahan senyawaan nitrogen

Proses nitrifikasi dan denitrifikasi sangat
tergantung pada oksigen terlarut dalam
air, dan oksigen terlarut sangat tergantung
pada masuk bahan organik, dan
seterusnya, hubungan ini dapat terlihat
pada Tabel 3. Sehingga setiap perubahan
satu parameter akan berhubungan dengan
parameter lainnya yang akhirnya
berhubungan dengan perubahan indeks
diversitas plankton. Demikian juga
sebalik blooming/peledakan populasi
plankton sebagai akibat respon terhadap
masuknya nutrient atau bahan organik
akan mempengaruhi terhadap kandungan
oksigen terlarut diperairan yang akan
berbahaya bagi keseimbangan ekosistem
tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sungai Way Seputih berdasarkan
nilai indek
diversitas/keanekaragaman
plankton setelah dikelompokan
berdasarkan pengelompokan
Mason
7
dalam katagori tercemar
sedang kecuali pada stasiun 7
tergolong tercemar berat yang
diduga karena adanya proses
eutrofikasi.
2. Salinitas, nitrogen sebagai ammo-
nium dan sebagai nitrat, meru-
pakan parameter fisika-kimia air
yang mempunyai hubungan yang
kuat dengan indek diversitas
plankton.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapakan terimakasih
kepada Bapedalda Provinsi Lampung,
atas bantuan pendanaan dalam penelitian
ini, dan Dr. Henrie Buchari, M.Si, atas
semua bantuan yang telah diberikan.

Daftar Pustaka

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Tengah. 2002. Lampung
Tengah Dalam Angka 2002. Gunung
Sugih.

2. Handayani, S.T., Suharto, B. dan
Marsoedi. 2001. Penentuan status
kualitas perairan Sungai Brantas Hulu
dengan biomonitoring makrozo-
obenthos: tinjauan dari pencemaran
bahan organik
http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual_li
brary/mlg_serial/pdfmaterial/
biosains (access 19 Nopember 2003).

(1) (2 ) (3)
NH
4
+
NO
2
-
NO
3
-
kondisi aerob
Nitrogen
organik
NH
4
+
NO
2
-
NO
3
-
N
2
kondisi anerob
ammonium nitrit nitrat
denitrifikasi
Keterangan
Proses 1 berlansung
secara anaerob
maupun, proses 2 dan
3 diikat oleh bakteri
nitrosomonas dan
nitobacter secara
berurutan
11
.
Tugiyono, Studi Kualitas Air

2004 FMIPA Universitas Lampung 136
3. Palar, H. 1994. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta. Jakarta.

4. Hellawell, J.M. 1989. Biologycal
Indicator of Fresh Water Pollution
and Environmental Management.
Elsevier Applied Science. New York.

5. Department of Environmental Protec-
tion, 1996. Southern Metropolitan
Coastal Water Study (1991-1994).
Perth, Western Australia, Report No
17.

6. Arinardi, O.H., Sutomo, A.B.,. Yusuf,
S.A, Trimaningsih.,E. Asnaryanti dan
Priyono, S.H. 1997. Kisaran Keme-
limpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan
Timur Indonesia. Puslibang Ose-
anologi-LIPI.


























7. Mason, C.F. 1981. Biology of Fresh
Water Pollution. Longman. New
York.

8. Welch, P.S., 1948. Limnological
Methods. Mc. Graw-Hill Book Com-
pany INC. London.

9. Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar
Ekologi. Edisi ketiga. Penerjemah:
Samingan, T. Gadjah Mada Univer-
sity Press. Yogyakarta.

10. Ward, J.A., and Hetzel, H.R. 1980.
Biology: Today and Tommorow. West
Publishing CO. St. Paul. Minnesota.

11. Dobson, M., and C. Frid. 1998.
Ecology of Aquatic Systems. Long-
man. England.

You might also like