Professional Documents
Culture Documents
................................................................................. Persamaan 1
AK=
80
................................................................................... Persamaan 2
Dimana :
N = Jumlah Pukulan
r = Besar Pukulan (rebound)
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
16
bm
=
(b)
........................................................................... Persamaan 3
Dimana :
bm = kuat tekan beton rata-rata
N = Jumlah Pukulan
b = kuat tekan beton
2.5.3 Estimasi Standar Deviasi
Menghitung standard deviasi :
S =
(bmb)2
1
1
............................................................... Persamaan 4
Dimana :
bm = kuat tekan beton rata-rata
N = Jumlah benda uji
b = kuat tekan beton
S = standar deviasi / mutu pelaksanaan
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
21
Ada banyak standar dalam menentukan nilai mutu pelaksanaan yang
berkaitan erat terhadap hasil pelaksanaan. Dalam pengujian hammer pada tahap
konstruksi standar deviasi penting untuk dihitung sebagai langkah dalam menilai
mutu pelaksanaan yang telah dilaksanakan dan sebagai acuan dalam perhitungan
mutu beton karakteristik. Setiap pengujian hammer dianjurkan berpedoman pada
1 peraturan bisa berupa ASTM,ACI atau British standar. Sebagai contoh berikut
merupakan tabel nilai standar deviasi :
Tabel 4 : PBI hal.40
Isi Pekerjaan Deviasi Standar (Kg/cm
2
)
Sebutan Jumlah beton
(m
3
)
Baik sekali Baik Dapat
diterima
Kecil <1000 45 < SD 55 55 < SD 65 65 < SD 85
Sedang 1000-3000 35 < SD 45 45 < SD 55 55 < SD 75
Besar >3000 25 < SD 35 35 < SD 45 45 <SD 65
Tabel 5 : ACI 214-77 (Revised 1989)
Sebutan Lapangan (MPa) Laboratorium/Trial Mix (MPa)
Excelent < 3,0 < 1,5
Very good 3,0 - 3,5 1,5
Good 3,5 - 4,0 1,5 - 2,0
Fair 4,0 - 5,0 2,0 - 2,5
Poor > 5,0 > 2,5
2.5.4 Estimasi Kuat Tekan Karakteristik
Menghitung kuat tekan beton karakteristik :
bk
=
bm
(k
1
xSxk
2
)................................................ (Persamaan 5)
dimana :
bm= Kuat tekan beton rata-rata
bk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm
2
)
S = Standar deviasi
k1 = Konstanta statistik/Faktor pengali standar deviasi
k2 = Konstanta statistik 5% Cacat : 1,64 (PBI hal 40)
Tabel 6 : Nilai K1 (PBI 1971)
Jml.Benda Uji K1
8 1,37
9 1,29
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
22
10 1,23
11 1,19
12 1,15
13 1,12
14 1,1
15 1,07
16 1,06
17 1,04
18 1,03
19 1,01
20 1
2.6 Contoh Kasus
Proyek konstruksi pada gedung Jurusan teknik Sipil 2 Polban tahap 2
tepatnya paska pengecoran kolom lantai 2 sempat dihentikan dikarenakan uji kuat
tekan di lab. tidak memenuhi syarat yang ditentukan (dibawah mutu rencana).
Atas kesepakatan semua pihak dilakukanlah pengujian dengan palu beton, dari
hasil pengujian didapatkan mutu beton dibawah 80% dari mutu yang ditetapkan
sehingga hasil pengecoran di bongkar ulang dan dilakukan tahap pengecoran
ulang terhadap titik-titik yang tidak memenuhi syarat tersebut.
Untuk mengendalikan hasil pelaksanaan dari pihak kontraktor
dilakukanlah pengujian palu beton terhadap hasil pengecoran ulang tersebut.
Sebagai contoh berikut merupakan hasil pengujian atas 1 kolom tersebut dalam
satuan MPa (sesuai data spesifikasi alat), dikarenakan mutu beton rencana
menggunakan PBI 1971 yaitu mutu beton K-300 sehingga MPa diubah ke Kg/cm
2
dengan dikalikan faktor konversi satuan sebesar 10,19716 :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
23
Setelah dilakukan pengujian hingga didapatkan jumlah pengujian yang dapat
mewakili struktur langkah selanjutnya adalah menghitung nilai standar deviasi (S) dengan
menggunakan data seluruh hasil pengujian lalu dilanjutkan dengan menghitung mutu
beton karakteristik (bk) sebagai batas bawah bahwa seluruh hasil pengujian atau seluruh
nilai b harus berada diatas nilai dari bk. Berikut merupakan hasil pengujian tersebut:
Nomor : B-1 Done by : Shona S
Concrete element : Kolom Checked by : -
Location : Politeknik Negeri Bandung Date :
Project : Sipil 2 Polban
Date of Testing : 28-29 Nov 2013
Age of Concrete : > 28 days
Manufactur : Matest
Calibration Average : 77,9
78 78 78 Calibration Standard : 80
Calibration Date: 78 78 78 Calibration Value (CV) : 1,027
28-Nov-13 78 78 78
09.00 WIB 77
Average After
Calibration
1 6 = 4 x CV 8
38 36 36
36 38 37
36 39 40
36
41 36 36
36 36 37
38 37 38
36
36 37 38
36 36 37
37 37 37
36
Kg/cm
Conclusion :
Average compression strength: 352,64 Kg/cm
2 3 7
Bawah 0 38,20 34,94
Location
Code
Strike Rebound Compression
Angle Number (b)
(R)
4
Average bm 352,64
Atas 0 37,69 34,10
Tengah 0 38,10 34,77
37,2
37,1
36,7
01-Des-2013
Type N - 34
Equipment series number 1 P 0077
Equipment calibration
(N/mm)
Remark
HAMMER TEST
(ASTM C.805-97)
Average
Prior to
Calibration
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
24
Hasil pengujian yang baik dapat juga ditambahkan lampiran berupa grafik
hasil pengujian (grafik berupa arsiran) atau ditambahkan tabel seperti tabel
dibawah ini :
Tabel diatas merupakan contoh hasil pengujian NDT pada sebuah
bangunan gedung yang sedang dalam tahap konstruksi menggunakan mutu beton
rencana K-300 (menggunakan PBI 1971). Objek yang diuji adalah beton paska
cor ulang dan mutu beton grouting yang terpasang dilapangan.
Done by : Shona S
Concrete element : Kolom Checked by : -
Location : Politeknik Negeri Bandung Date :
Project : Sipil 2 Polban
Date of Testing : 28-29 Nov 2013
Kode Nomor
1 5
K- D-4,C-4,A-4,F-5 289 300 285 287 24 253 2 11
K- D-5,C-5,A-5,F-6 246 267 273 271 1437 281 117 153
K- D-6,C-6,A-6,F-7 268 255 255 273 234 835 835 112
K- D-7,C-7,A-7,F-8 264 267 275 351 378 272 81 4571 Kg/cm
K- D-8-C-8,A-8 341 303 321 3283 365 1360 Memuaskan
kg/cm Total
K- 237 (Characteristic) b' cor ulang
(Average) bm cor ulang 283,69 14604,55
2 3 4
C
O
R
U
L
A
N
G
28,48445209
HAMMER TEST
(ASTMC.805-97)
01-Des-2013
Number Struktur (b)
(bm-b)2 SD
(N/mm)
Kode
Benda PUNDIT
Uji Kg/cm
COR ULANG GROUTING LOLOS KUAT TEKAN LAB. Hammer PUNDIT Hammer PUNDIT
D-4 318 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-4 330 337 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
A-4 314 289 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
F-5 316 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-5 270 289 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
C-5 294 277 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
A-5 300 LOLOS - LOLOS -
F-6 299 LOLOS - LOLOS -
D-6 295 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-6 280 LOLOS - TIDAK -
A-6 280 265 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
F-7 300 LOLOS - LOLOS -
D-7 290 LOLOS - LOLOS -
C-7 294 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
A-7 302 LOLOS - LOLOS -
F-8 351 LOLOS - LOLOS -
D-8 341 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-8 333 240 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
A-8 353 LOLOS - LOLOS -
Hasil Pengujian
Hammer Test
Kg/cm
KETERANGAN
PBI 1971 K-300
80%*Mutu Rencana Mutu Rencana
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
25
BAB III
ULTRASONIC PULSE VELOCITY
3.1 Pengertian Ultrasonic Pulse Velocity
Prinsip kerja pengujian ultrasonic adalah mengubah energi gelombang
listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit pulsa transducer pengirim (T) menjadi
energi gelombang mekanik yang selanjutnya merambat pada beton. Setelah
sampai pada probe receiver (R) energi gelombang tadi diubah kembali menjadi
energi gelombang listrik yang selanjutnya melewati penguat dan akhirnya
dihitung/ditampilkan waktu tempuh pencacat digital.
Kecepatan pulsa ultrasonik tergantung pada kepadatan dan sifat elastis
bahan. Kualitas beberapa bahan kadang-kadang terkait dengan kekakuan elastis
mereka sehingga pengukuran kecepatan pulsa ultrasonik dalam bahan seperti itu
sering dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas mereka serta untuk
menentukan sifat elastis bahan tersebut. Bahan yang dapat dinilai dengan cara ini
adalah beton dan kayu.
Peralatan dasar UPV terdiri dari sebuah generator pulsa listrik, sepasang
transduser, amplifier dan waktu perangkat elektronik untuk mengukur interval
waktu antara inisiasi pulsa yang dihasilkan pada transduser pemancar dan tiba
pada penerima (reciever).
Umumnya transduser yang digunakan harus dalam kisaran 20-150 kHz
dan dalam penggunaannya menggunakan transduser frekuensi tinggi untuk jarak
pendek dan transduser frekuensi rendah untuk waktu yang lama pada jarak yang
panjang. Transduser dengan frekuensi 50 kHz sampai 60 kHz cocok digunakan
pada pemakaian umum.
1. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pengujian UPV
Suhu Beton
Variasi suhu beton antara 10
0
C dan 30
0
C tidak memberikan
perubahan yang signifikan tanpa terjadinya perubahan yang sesuai dalam
kekuatan atau sifat elastis. Koreksi pengukuran kecepatan pulse harus dibuat
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
26
hanya untuk suhu di luar kisaran ini seperti yang diberikan dalam Gambar
berikut :
Gambar 11 Pengaruh Suhu Beton pada UPV
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
Panjang Lintasan
Panjang lintasan dimana kecepatan pulsa diukur dipengaruhi oleh sifat
homogenitas dari beton, sehingga makin panjang lintasan sifat homogenitas
beton makin berpengaruh akan tetapi pengaruh tersebut tidak terlalu
signifikan.
Bentuk dan Ukuran Spesimen
Gambar dibawah memberikan hubungan antara kecepatan pulsa di
beton, frekuensi tranducer dan dimensi lateral minimum yang diijinkan dari
spesimen.
Gambar 12 Efek Bentuk dan Ukuran pada UPV
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
Pengaruh Tulangan
Kecepatan pulsa yang diukur dalam beton bertulang di sekitar
tulangan biasanya lebih tinggi dari pada beton biasa dari komposisi yang
sama. Hal ini karena kepadatan baja lebih padat dibanding beton sehingga
kecepatan dalam baja mungkin sampai dua kali kecepatan dalam beton polos.
Keseragaman Beton
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
27
Heterogenitas dalam beton menyebabkan variasi hasil dalam
kecepatan pulsa akan tetapi tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenakan beton
memiliki microcrack. Keseragaman beton berkaitan dengan standar deviasi
atau mutu pekerjaan.
3.2 Fungsi
Alat NDT UPV yang akan dibahas disini adalah tipe V-Meter Mark IV dari
produsen James Instruments Inc. Ada beberapa fungsi dari alat V-Meter ini yaitu
:
Estimasi Homogenitas beton dan kayu.
Mendeteksi void,crack,honeycombs, splits dan rooting.
Estimasi kuat tekan beton, hingga kuat tekan beton paska kebakaran atau
serangan kimia tertentu.
Estimasi nilai kepadatan atau kualitas dari kayu dan beton.
Estimasi kedalaman dan tipe retakan.
Estimasi modulus elastisitas atau poissons ratio.
3.3 Standar Pengujian
Standar luar negeri yang memuat mengenai UPV diantaranya :
British standar 1881-203
ASTM C597
Alat tersebut di produksi di negara Amerika Serikat sehingga merujuk
pada petunjuk buku merekomendasikan menggunakan standar ASTM C597 edisi
tahun 2009.
3.4 Tata Cara Pengujian
3.4.1 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K-3)
Sebelum melakukan pengujian seorang ahli forensik terlebih dahulu harus
memperhatikan aspek K-3. Kegiatan dari aspek K-3 meliputi :
1. Identifikasi kemungkinan bahaya.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
28
Pada berbagai lokasi pengujian terdapat beberapa kondisi yang
memungkinkan akan bahaya yang bisa timbul di lapangan, seorang ahli forensik
tentunya harus bisa menganalisa dan melakukan identifikasi terhadap
kemungkinan-kemungkinan bahaya yang terjadi sehingga kemungkinan terjadi
cedera bisa di kurangi atau mungkin dapat menjadi zero accident.
2. Identifikasi kondisi lingkungan.
Kegiatan ini melingkupi identifikasi akan kondisi lingkungan sekitar
sehingga bisa di analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul, selain itu juga
dengan identifikasi kondisi lingkungan dapat menentukan peralatan NDT yang
tepat.
3. Identifikasi perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Setelah di analisa kemungkinan bahaya dan kondisi lingkungan yang
kemungkinan timbul dilapangan, langkah selanjutnya adalah identifikasi akan
kebutuhan perlengkapan K-3. Perlengkapan K-3 diantaranya :
Kotak P3K (bila diperlukan).
Alat pelindung diri.
Rambu-rambu keselamatan kerja.
Jas Lab (bila perlu).
4. Memakai alat pelindung diri.
Alat pelindung diri umumnya terdiri dari :
Pakaian kerja.
Safety shoes.
Safety helmet
Safety harness atau ikat pinggang.
Apabila dalam analisa kemungkinan bahaya yang akan timbul semua alat
pelindung diri diperlukan maka pelaksana wajib menggunakan APD tersebut
sebagai langkah mereduksi kemungkinan bahaya yang akan timbul.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
29
3.4.2 Mempersiapkan Alat
Gambar 13 Isi Box V-meter
Sumber : Guidebook V-Meter Mark IV
Alat utama yang harus disiapkan dalam melaksanakan pengujian dengan
V-meter adalah :
1 set peralatan V-Meter terdiri dari :
o V-meter instrument
Gambar 14 Alat monitor mekanis V-meter
Sumber : Data Pribadi
o Kabel konektor antara V-meter instrument dengan kepala tranducer dan
reciever.
Gambar 15 Kabel konektor
Sumber : Data Pribadi
o Transducer dan reciever
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
30
Gambar 16 Kepala tranducer dan reciever
Sumber : Data Pribadi
o Kabel USB untuk memindahkan hasil pengujian kedalam komputer.
Alat pendukung lainnya :
o Meteran, berfungsi untuk mengukur jarak aktual dalam pengujian.
o Perata permukaan beton bisa menggunakan gurinda atau yang sejenis.
o Oli atau Salep atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk menempelkan
tranducer dan reciever sehingga kedap terhadap udara.
Gambar 17 Salep
Sumber : Data Pribadi
3.4.3 Pengecekan Objek Struktur
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menguji struktur beton
menggunakan UPV diantaranya adalah :
1. Air
Apabila melakukan pengujian terhadap crack, kedalaman retakan atau
sejenisnya usahakan objek struktur tidak dalam keadaan basah atau retakan
struktur tersebut tidak dalam kondisi jenuh air atau terisi air, hal ini dapat
menyebabkan kesalahan dalam pembacaan alat, mengingat cara kerja ultrasonic
merambat melalui benda padat sehingga apabila retakan terisi air dapat
menyulitkan pembacaan dengan asumsi alat ultrasonic merambat pada daerah air
tersebut.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
31
2. Kondisi permukaan struktur
Usahakan kondisi permukaan struktur yang akan di uji dalam kondisi rata,
hal ini untuk mempermudah pengujian atau dalam hal ini untuk memastikan
bahwa kepala tranducer dan reciever dapat menempel dengan kondisi kedap
udara.
Dalam pengujian dengan ultrasonic pulse velocity kondisi struktur yang
ideal untuk pengujian adalah yang tidak lembab atau berair dan kondisi
permukaan struktur yang rata sehingga dapat mempermudah pengujian dengan
kondisi kepala tranducer dan reciever yang kedap udara (menggunakan alat bantu
salep atau oli).
3.4.4 Tahap Pengujian
Dalam pengujian menggunakan UPV ada 3 macam metode yaitu :
Direct transmission
Gambar 18 Direct Transmission
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
Semi-direct transmision
Gambar 19 Semi-direct Transmission
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
Indirect or surface transmission
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
32
Gambar 20 Indirect Transmission
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
Indirect transmission biasanya digunakan dalam pengujian untuk
mengukur kedalaman retakan,sedangkan direct transmission biasa digunakan
dalam mengukur tingkat kepadatan beton, estimasi kuat tekan hingga modulus
elastisitas beton.
Sebelum melakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu kalibrasi alat dan
setting alat, berdasarkan data pabrik, kalibrasi V-Meter dan setting alat untuk
beton dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Setting V-Meter sesuai penggunaan yaitu untuk beton dengan ketentuan sebagai
berikut :
Density : 2400 Kg/cm
3
: 0,17
Ubah display dari P-Velocity ke P-Distance (yang kita cari nilai velocity)
dengan syarat kita mengetahui jarak pengujian (menggunakan meteran).
Gambar 21 Setting P-Distance
Sumber : V-Meter Handbook
2. Kalibrasi dilakukan dengan cara menempelkan kepala tranducer dan reciever
ditambah salep atau oli sebagai mediasi kedap udara, seperti pada gambar berikut
:
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
33
Gambar 22 proses kalibrasi
Sumber : Data Pribadi
Lalu masuk ke display bagian kalibrasi, pastikan bahwa tranducer dan
reciever menempel, setelah itu klik calibration apabila proses telah selesai akan
muncul gambar seperti dibawah ini :
Gambar 23 proses kalibrasi
Sumber : Data Pribadi
Sekedar informasi bahwa kalibrasi terhadap alat UPV lainnya biasanya
menggunakan media silinder dari produsen terkait, hal ini berkaitan dengan grafik
nilai velocity vs kuat tekan.
3.5 Tata Cara Analisis
Ada banyak peralatan UPV yang dibuat oleh produsen tertentu,
diantaranya adalah alat PUNDIT, V-Meter, dan lain sebagainya. Masing-masing
alat memiliki fitur-fitur yang berbeda dengan spesifikasi alat yang berbeda pula.
Tata cara analisis yang akan dijelaskan adalah menyangkut alat V-Meter dengan
ruang lingkup yang dibatasi, sub bab berikut menjelaskan mengenai tata cara
analisis tersebut.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
34
3.5.1 Estimasi Kuat Tekan
Mutu beton umumnya dinilai dengan mengukur kuat tekan dari benda uji
silinder (atau kubus). Telah ditemukan bahwa tidak ada korelasi sederhana antara
kekuatan silinder dan kecepatan denyut nadi (UPV) tetapi korelasi-nya
dipengaruhi oleh:
jenis agregat.
agregat atau rasio semen.
umur beton.
ukuran dan gradasi agregat.
kondisi curing.
Grafik nilai kuat tekan beton berdasarkan nilai kecepatan rambat
gelombang ultrasonik merupakan grafik setara dengan benda uji silinder di lab.,
itu menjadi salahsatu alasan kenapa alat kalibrasi berbentuk silinder, sehingga
hasil pengujian harus direduksi sesuai dengan bentuk benda uji yang digunakan
(kubus 15x15x15cm atau silinder 15x30cm) (bila diperlukan).
Tabel 7 : Perbandingan kekuatan beton
Benda Uji Perbandingan Kuat Tekan
Silinder 15x30cm 1
Kubus 20x20x20cm 0,95
Kubus 15x15x15 0,83
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
35
Gambar 24 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa)
Sumber : V-Meter Manual Book
Grafik diatas menunjukan hubungan antara nilai estimasi kuat tekan beton
dengan nilai kecepatan gelombang ultrasonik dengan alat V-meter James
Instruments V, sedangkan Gambar 25 menunjukan nilai estimasi kuat tekan beton
vs nilai kecepatan gelombang ultrasonik (V) dengan alat PUNDIT.
Gambar 25 Nilai V (km/sec) vs Kuat Tekan (MPa)
Sumber : Google.com
Nilai V didapat dengan menggunakan persamaan berikut :
=
(/)..................................................................... Persamaan 6
Dimana :
L : jarak lintasan (mm)
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
36
T : Waktu tempuh gelombang ultrasonik (sec) / didapatkan dari
pengujian.
3.5.2 Estimasi Kepadatan Beton
Nilai V didapat dengan menggunakan persamaan berikut :
=
(/)..................................................................... Persamaan 7
Dimana :
L : jarak lintasan (mm)
T : Waktu tempuh gelombang ultrasonik (sec) / didapatkan dari
pengujian.
Tabel 8 : Kepadatan Beton
Longitudinal pulse velocity Quality of concrete
Km/s.10
3
Ft/s
>4,5 >15 Excellent
3,4-4,5 12-15 Good
3,0-3,5 10-12 Doubtfull
2,0-3,0 7-10 Poor
<2,0 <7 Very poor
Sumber : Guidebook on non-destructive testing of concrete structures (Vienna, 2002)
3.5.3 Estimasi Kedalaman Retakan
Transduser ditempatkan di permukaan, salah satu pengaturan yang sesuai
ditunjukkan pada Gambar 26 dimana transmisi dan transduser penerima atau
reciever ditempatkan di sisi berlawanan dari retak dan berjarak sama dari itu. Dua
nilai x yang dipilih, salah satunya dua kali lipat dari nilai x sebelumnya, lalu waktu
transit yang dihasilkan dibandingkan.
Menghitung kedalaman retakan :
C=
4
1
2
2
2
2
2
1
2
.......................................................................... Persamaan 8
dimana :
C = Kedalaman retak
T1 = Transmit time untuk combinasi 1
T2 = Transmit time untuk combinasi 2
Xi = Jarak antara tranducer dengan retakan
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
37
Gambar 26 Estimasi Kedalaman Retak
Sumber : V-Meter Manual Book
Tempatkan kedua transduser dekat retak dan di sisi berlawanan dari retak.
Pindahkan salah satu tranducer menjauh dari retak. Jika waktu transit menurun ini
menunjukkan bahwa retak lereng menuju arah di mana transduser dipindahkan
seperti pada Gambar 27.
Gambar 27 Estimasi Kedalaman Retak
Sumber : V-Meter Manual Book
Menghitung kedalaman retakan :
h=
2
(
2
) = . .......................................................... Persamaan 9
dimana :
h = Kedalaman retak
T1 = Transmit time untuk combinasi 1
T2 = Transmit time untuk combinasi 2
L = jarak transmitter ke arah retakan
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
38
Gambar 28 Estimasi Kedalaman Retak
Sumber : V-Meter Manual Book
Gambar 29 Estimasi Kedalaman Retak
Sumber : V-Meter Manual Book
Gambar 30 Nilai F
Sumber : V-Meter Manual Book
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
39
Pada pengukuran kedalaman retak sangat penting untuk memperhatikan
beberapa hal seperti :
mengukur jarak x secara akurat.
kopling atau pelumas yang sangat baik sehingga tidak ada udara pada
kepala tranduser.
retak tidak terisi air.
3.5.4 Estimasi Modulus Elastisitas Beton
Memperkirakan modulus elastisitas tidak serumit dari pada
memperkirakan kekuatan beton. Kurva tunggal dapat digunakan untuk
menghubungkan kecepatan pulsa dengan nilai modulus elastis untuk berbagai
berbeda agregat, termasuk beton yang dibuat dengan agregat ringan seperti pada
Gambar 31.
Gambar 31 Nilai Modulus Elastisitas
Sumber : V-Meter Manual Book
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
40
Gambar 32 Nilai Modulus Elastisitas
Sumber : V-Meter Manual Book
3.5.5 Estimasi Mutu Beton Karakteristik
Mutu beton karakteristik dihitung berdasarkan nilai dari deviasi standar
dan hasil nilai rata-rata estimasi kuat tekan beton sebagai berikut :
Menghitung kuat tekan beton rata-rata :
bm
=
(b)
......................................................................... Persamaan 10
Menghitung standard deviasi :
S =
(bmb)2
1
1
............................................................. Persamaan 11
Rumus kuat tekan beton karakteristik :
bk = bm (k1xSxk2).............................................................. Persamaan 12
dimana :
bm= Kuat tekan beton rata-rata
bk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm
2
)
S = Standar deviasi
k1 = Konstanta statistik (Tabel 2.2)
k2 = Konstanta statistik 5% Cacat : 1,64
Jumlah Benda Uji Faktor Pengali
10 1,36
11 1,31
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
41
12 1,27
13 1,24
14 1,21
15 1,18
16 1,16
17 1,14
18 1,12
19 1,11
20 1,09
21 1,08
22 1,07
23 1,06
24 1,05
25 1,04
26 1,03
27 1,02
28 1,02
29 1,01
30 1
Sumber : Tabel 4.1 SNI 03-6815-2002
3.6 Contoh Kasus
Format yang baik seperti ditujukan oleh contoh dari lab. bahan jurusan
teknik sipil Polban seperti berikut :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
42
Berikut merupakan contoh format hasil pengujian terhadap proyek yang
sedang dalam tahap konstruksi dengan mutu rencana K-300 :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
43
Dikerjakan : Shona S
Elemen Beton : Kolom Di Cek : -
Lokasi : Politeknik Negeri Bandung Data :
Project : Sipil 2 Polban
Data Pengujian : 28-29 Nov 2013
Umur Beton : > 28 hari
Kode Lokasi Metode Jarak Kualitas
Benda Uji Uji Lintasan Beton
Uji (mm) T (sec) Km/sec MPa Kg/cm2
Tengah Direct Baik
Kolom Trans.
Tengah Direct Cukup
Kolom Trans. Baik
Tengah Direct Baik
Kolom Trans.
Tengah Direct Cukup
Kolom Trans. Baik
Tengah Direct Cukup
Kolom Trans. Baik
Tengah Direct Cukup
Kolom Trans. Baik
ULTRASONIC PULSE VELOCITY
ASTM C.597-1991
09-Jan-14
Permukaan Beton Tidak Retak
Rata-Rata V
Waktu Tempuh Gelombang UPV
Kuat Tekan
23 109
108
T (sec)
C-5 400
104
107 3,73832
142
A-6 500
135
136 3,6855 22 130
109
D-6 400
111
111 3,61446 21 112
21 108
109
D-8 500
140
137 3,64078 22 133
C-7 400
115
111 3,61446
20 131
139
139
C-8 500
143
138 3,63196
277,108
253,012
265,06
253,012
265,06
240,964
Done by : Shona S
Concrete element : Kolom Pasca Cor Ulang Checked by : -
Location : Politeknik Negeri Bandung Date :
Project : Sipil 2 Polban
Date of Testing : 28-29 Nov 2013
Kode Nomor
1 5
K- E-1,D-1,C-1,B-1 301 277 301 398 0 603 0 9201
K- F-2,E-2,D-2,C-2 301 398 373 265 0 9201 5159 1340
K- B-2,A-2,F-3,D-3 398 301 301 301 9201 0 0 0
K- C-3,A-3,F-4,D-4 277 277 325 277 603 603 559 603
K- C-4,A-4,F-5,D-5 337 289 301 289 1273 157 0 157
K- C-5,D-6,A-6,C-7 277 253 265 253 603 2367 1340 2367
D-8,C-8 265 241 1340 3685
Kg/cm
Cukup
Fair
Total
K- 226
ULTRASONIC PULSE VELOCITY
ASTM C.597-1991
01-Des-2013
Number Struktur (b)
(bm-b)2 SD
(N/mm)
(Average) bm 301,67 50364,57
(Characteristic) bk
44,88410511
2 3 4
S
t
a
n
d
a
r
D
e
v
i
a
s
i
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
44
Kode
Benda PUNDIT
Uji Kg/cm
COR ULANG GROUTING LOLOS KUAT TEKAN LAB. Hammer PUNDIT Hammer PUNDIT
E-1 315 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-1 437 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-1 441 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
B-1 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
F-2 323 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
E-2 466 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-2 423 373 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
C-2 387 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
B-2 353 397 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
A-2 408 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
F-3 424 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-3 334 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
C-3 340 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
A-3 408 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
F-4 429 325 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-4 318 277 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-4 330 337 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
A-4 314 289 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
F-5 316 301 LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
D-5 270 289 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
C-5 294 277 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
A-5 300 LOLOS - LOLOS -
F-6 299 LOLOS - LOLOS -
D-6 295 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-6 280 LOLOS - TIDAK -
A-6 280 265 LOLOS LOLOS TIDAK TIDAK
F-7 300 LOLOS - LOLOS -
D-7 290 LOLOS - LOLOS -
C-7 294 253 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
A-7 302 LOLOS - LOLOS -
F-8 351 LOLOS - LOLOS -
D-8 341 265 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
C-8 333 240 LOLOS LOLOS LOLOS TIDAK
A-8 353 LOLOS - LOLOS -
Hasil Pengujian
Hammer Test
Kg/cm
KETERANGAN
PBI 1971 K-300
80%*Mutu Rencana Mutu Rencana
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
45
BAB IV
TAMBAHAN
4.1 PCACOL
Gambar 33 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
PCACOL merupakan salahsatu aplikasi untuk membuat diagram interaksi
kolom yang praktis. Dalam mendesain melalui PCACOL terdapat 2 standar yang
dapat digunakan yaitu ACI 318-02 dan CSA A23.3-94.
Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan aplikasi ini yaitu dapat
menganalisa penampang kolom dengan cepat, apabila kita mempunyai data gaya-
gaya dalam penampang kolom seperti Pu,Mu kita dapat menggunakan PCACOL
untuk menganalisa dengan metode diagram interaksi terhadap gaya-gaya dalam
tersebut. PCACOL tidak dapat digunakan dalam analisa gaya geser, akan tetapi
aplikasi ini cukup membantu dalam menganalisa ataupun preliminary desain
sehingga dapat di estimasi dimensi penampang.
4.1.1 Tata Cara Analisis
Berikut merupakan tahapan dalam membuat diagram interaksi kolom
menggunakan PCACOL.
1. Input General Information :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
46
Gambar 34 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
Isikan nama Project, Code Colum dan Engineer atau nama user.
Isikan Unit satuan yang digunakan (rekomendasi : Metric)
Isikan Design code (rekomendasi ACI yang mempunyai kemiripan dengan
SNI)
Isikan Axis (tergantung kolom yang akan di analisa apakah 1 axis atau
biaxial/ 2 arah).
Setelah selesai klik OK.
2. Input Material Properties :
Gambar 35 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
47
Masukan mutu beton dalam kolom fc dan mutu baja tulangan dalam satuan
MPa. Sebagai contoh K-300 = 24.9 MPa.
3. Input Section :
Terdapat 3 pilihan dalam membentuk dimensi penampang seperti pada
gambar berikut :
Gambar 36 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
Sebagai contoh pilihlah rectanguler / persegi dengan dimensi 400x600mm.
4. Input Reinforcement :
Ada beberapa pilihan dalam menentukan jumlah dan diameter tulangan yang
digunakan dalam kolom diantaranya :
o All sides equal : mendefinisikan jumlah dan dimensi tulangan yang di
input akan disebar keseluruh sisi kolom secara merata.
o Equal Spacing : hampir sama dengan all sides equal hanya saja jarak antar
spasi tulangan dapat diatur.
o Equal Different : mendefinisikan jumlah dan dimensi tulangan yang di
input antar sisi sesuai dengan keinginan kita.
o Irregular Pattern : yang di input adalah luasan tulangan yang akan
digunakan.
Sebagai contoh kolom di desain dengan beda tulangan diantara kedua sisi
sehingga menggunakan pilihan equal different dengan jumlah tulangan
10D19:
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
48
Gambar 37 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
Gambar 38 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
Transverse bars dimaksudkan bahwa tulangan diselimuti oleh selimut beton
(clear cover), sedangkan #6 didapatkan dari data database rebars bahwa
tulangan diameter 19 memiliki kode #6 seperti berikut :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
49
Gambar 39 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
5. Input Load
Dalam menu Load kita dapat memasukan beban yang bekerja pada kolom
tersebut, gaya-gaya dalam yang dapat dimasukan adalah Pu dan Mu, bila
biaxial terdapat 2 Mu yaitu arah X dan Y. Gambar dibawah hanya sebagai
contoh dari input beban (jangan ditiru, beban dimasukan sesuai dengan beban
yang bekerja pada kolom tersebut)
Gambar 40 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
6. Solve Execute
Merupakan satu menu untuk execute hasil analisa kita.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
50
Jika gaya dalam yang kita masukan berada dalam diagram interaksi kolom
dan bertanda (+) maka kolom dalam kondisi aman.
Untuk analisa lebih lanjut bisa dilakukan analisis manual dengan
menggunakan SNI yang berlaku.
Gambar 41 PCACOL versi 3.63
Sumber : Data Pribadi
4.2 RESPONSE 2000
Gambar 42 Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Ada beberapa keunggulan dari RESPONSE-2000 yaitu software untuk
analisa secara cepat dan sederhana untuk beberapa fitur seperti penampang balok
dan pelat satu arah.
4.2.1 Tata Cara Analisis
1. Penampang Balok
Quick Define 4 step :
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
51
Step 1 : Isi judul, mutu beton (MPa), mutu baja tulangan (MPa).
Gambar 43 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 2 : Isi jenis penampang (mm).
Gambar 44 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 3 : Isi jumlah tulangan, top (bagian atas), bottom (bagian bawah).
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
52
Gambar 45 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 4 : Isi selimut beton (clossed stirup/selimut beton tertutup)
o Stirup type : tipe selimut beton.
o Bar designation : jenis dan diameter tulangan.
o Spacing : jarak antar tulangan transversal/geser.
o Clear cover : tebal bersih selimut beton.
Gambar 46 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Dibawah merupakan contoh output dari hasil analisa yang telah dilakukan,
apabila terdapat gaya-gaya dalam dapat dimasukan dalam bagian loads.
Apabila ingin running hasil dapat menekan tombol solve.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
53
Gambar 47 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Gambar 48 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
2. Pelat 1 Arah
Step 1 : Isi judul, mutu beton (MPa), mutu baja tulangan (MPa).
Gambar 49 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 2 : Isi bentuk dimensi (mm)
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
54
Gambar 50 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 3 : Isi jumlah dan diameter tulangan bagian atas dan bawah.
Gambar 51 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Step 4 : Step 4 isi none lalu klik finish
Pengeditan jumlah dan letak tulangan utama dapat pula dilakukan di bagian
define longitudinal reinforcement.
o Asumsi tebal selimut beton adalah 25mm sehingga untuk bagian bot
(bawah) nilai Dist.from bottom adalah 25mm, sedangkan bagian atas
(top) nilai Dist from bottom adalah 95 (120-25). 120 adalah asumsi tebal
pelat lantai.
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
55
Gambar 52 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
Berikut merupakan hasil dari analisa yang telah dilakukan :
Gambar 53 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
56
Gambar 54 Tutorial Response 2000
Sumber : Data Pribadi
MODUL PELATIHAN NON-DESTRUCTIVE TEST
57
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
International Atomic Energy Agency, Guidebook on Non-Destructive
Testing of Concrete Structures,Industrial Applications and Chemistry Section,
Viena, 2002
PUSDIKLAT POLBAN, LAPORAN PENGUJIAN INSPEKSI
STRUKTUR BETON LANTAI GAME MASTER ISTANA PLAZA, Bandung, April
2013
Sulistya, Shona. Studi Kasus Uji Non-Destructive Test (NDT) Terhadap
Mutu Beton Kolom Pasca Repairing. Bandung, 2014