This document describes a randomized controlled trial that evaluated the immunopotentiating effect of levamisole on anti-hepatitis antibody synthesis in 36 students receiving hepatitis B vaccination. The students were randomly assigned to a treatment group that received levamisole or a control group that received a placebo. Both groups received hepatitis B vaccine at enrollment and one and three months later. Anti-hepatitis antibody concentrations were measured one month after the third vaccination. The results showed that levamisole did not enhance seroconversion rates or mean anti-hepatitis antibody concentrations compared to the control group, suggesting that the high dose of hepatitis vaccine used may have obscured any immunopotentiating effect of levamisole
This document describes a randomized controlled trial that evaluated the immunopotentiating effect of levamisole on anti-hepatitis antibody synthesis in 36 students receiving hepatitis B vaccination. The students were randomly assigned to a treatment group that received levamisole or a control group that received a placebo. Both groups received hepatitis B vaccine at enrollment and one and three months later. Anti-hepatitis antibody concentrations were measured one month after the third vaccination. The results showed that levamisole did not enhance seroconversion rates or mean anti-hepatitis antibody concentrations compared to the control group, suggesting that the high dose of hepatitis vaccine used may have obscured any immunopotentiating effect of levamisole
This document describes a randomized controlled trial that evaluated the immunopotentiating effect of levamisole on anti-hepatitis antibody synthesis in 36 students receiving hepatitis B vaccination. The students were randomly assigned to a treatment group that received levamisole or a control group that received a placebo. Both groups received hepatitis B vaccine at enrollment and one and three months later. Anti-hepatitis antibody concentrations were measured one month after the third vaccination. The results showed that levamisole did not enhance seroconversion rates or mean anti-hepatitis antibody concentrations compared to the control group, suggesting that the high dose of hepatitis vaccine used may have obscured any immunopotentiating effect of levamisole
EFEK IMUNOPOTENSIAL LEVAMISOL TERHADAP SINTESIS ZAT ANTI PADA MAHASISWA YANG DIIMUNISASI HEPATITIS B S. Widjaja, M. Magdalena, Z. Salim Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Abstract Hepatitis virus B is one of health concerns in the world, especially in Asia. It is endemic in Indonesia with moderate to high prevalence. Persistent hepatitis virus infection is a potential hazard for chronic liver disorders and primary liver cancer. No effective treatments is available and vaccination is an effective method to prevent this disease. A randomized controlled-trial was conducted to evaluate the immunopotentiation effect of levamisole in antihepatitis antibody synthesis involving 36 students with negative hepatitis B exposure. They were randomly assigned into two groups, the treatemnt group received levamisole 2,5 mg/kg bw, single dose orally and the control group were given placebo. Both groups received 10 ug vaccine hepatitis B after enrollment, one month and three months later. Antihepatitis antibody concentration was determined one month after vaccination by Elisa analysis.The results showed that levamisole didnt enhance seroconvertion rate and mean antihepatitis antibody concentration (p > 0,05). High dose of hapatitis vaccine used in this study may be one of the reasons that veil the immunopotentiation effect of levamisole.(J Kedokter Trisakti 1999;18(2):69-75) Key words: Levamisol, immunopotentiation, hepatitis B. Pendahuluan Hepatitis virus B merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat sekitar 300 juta karier virus hepatitis B (HBV) di seluruh dunia, dimana lebih dari 200 juta atau lebih dari 80% karier ini tinggal di Asia 11 . Prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia termasuk sedang dan tinggi, dengan pengidap HBsAg berkisar antara 3 sampai 20% 9 . Penularan horizontal pada bayi dan anak diduga memegang peran yang terpenting dalam penyebaran infeksi HBV di Indonesia, walaupun penularan perinatal (vertikal) juga penting sebagai sumber penyebaran yang sangat infeksius bagi lingkungan sekitarnya. Anak yang mendapat infeksi secara vertikal mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami infeksi HBV yang persisten, sehingga kemungkinan berkembang menjadi penyakit hati kronik dan kanker hati primer juga lebih besar 9 . Hingga saat ini belum ada obat yang efektif untuk pengobatan hepatitis B, interferon dikatakan bermanfaat tetapi harga yang mahal, masa pengobatan yang cukup lama dan efek samping yang ditimbulkannya masih menjadi kendala 3 , dengan demikian upaya pencegahan dengan vaksinasi hepatitis adalah tindakan yang paling baik. Kendala dalam melaksanakan program vaksinasi hepatitis ialah harga vaksin yang masih mahal disamping vaksin perlu diberikan sampai tiga kali. C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 70 Zat-zat imunopotensiator dikatakan mempunyai khasiat meningkatkan respons tubuh terhadap imunogen. Levamisol atau l2,3,5,6-tetrahydro- 6phenylimidazo[2-1-b] thiazole adalah salah satu imunopotensiator nonspesifik yang telah diketahui mampu meningkatkan respons imunitas tubuh, baik selular maupun humoral 5,6,10,12 . Respons imunitas ini dipengaruhi oleh dosis dan saat pemberian obat 1,7,8 . Levamisol dilaporkan lebih berperan dalam imunitas selular yaitu merangsang proliferasi limfosit T 1,5,6,7 , dan memperbaiki ratio CD4/CD8 (10). Akan tetapi Campo M. dkk. melaporkan ditemukan juga stimulasi limfosit B pada pasien dengan kanker lambung 1 . Peningkatan imunitas humoral juga dilaporkan oleh peneliti lain 4,13 . Perbedaan respons limfosit T dan B terhadap levamisol diduga akibat perbedaan struktur ecto-ATP ase membrana sel 7 . Dengan memberikan Levamisol bersamaan dengan vaksinasi hepatitis B, diharapkan kadar zat anti yang terbentuk akan meningkat sehingga dosis dan frekuensi pemberian vaksin dapat dikurangi. Penelitian ini bertujuan menilai efek imunopotensiasi Levamisol dalam meningkatkan sintesis zat anti hepatitis B, hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam menyusun program imunisasi nasional. BAHAN DAN CARA Bahan Sebagai objek penelitian ialah 25 mahasiswa dan 25 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, terdaftar sebagai peserta mata kuliah Patologi Anatomik Satu semester ganjil 1997/1998, usia antara 19 - 25 tahun, yang anamnesis tidak ada riwayat hepatitis dan tidak perna mendapat imunisasi hepatitis B, dan secara sukarela bersedia mengikuti penelitian ini. Informed consent didapat dari semua peserta. Vaksin yang dipakai ialah HB-vax II (MSD recombinant DNA hepatitis B vaccine) yang berisi 10 mcg/ml tiap vial. Levamisol yang dipakai ialah produksi PT Zeneca Farmasi Indonesia dengan nama dagang Ketrax, berbentuk tablet yang mengandung 40 mg Levamisol HCl setiap tablet. Seluruh penelitian diselenggarakan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dan Laboratorium Klinik Wira di J akarta. Cara 1) Persiapan/uji saring kandidat. Dilakukan uji saring calon peserta terhadap darah rutin (Hb, hitung lekosit, hitung jenis lekosit dan LED), tes fungsi hati (Bilirubin total/direk, SGOT, SGPT, gama-GT dan alkali fosfatase) dan petanda infeksi hepatitis B ( HBsAg, antiHBs dan antiHBc). Hanya peserta dengan darah rutin dan tes funsi hepar normal serta secara serologik tidak ada tanda terinfeksi dengan hepatitis B yang diikut-sertakan dalam penelitian ini. 2) Pelaksanaan. Penelitian eksperimen menggunakan kontrol, dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Sampel yang dipilih distratifikasi berdasarkan jenis kelamin, kemudian secara acak dimasukkan dalam kelompok pengobatan dan kelompok kontrol. Kelompok pengobatan mendapat suntikan 1 ml vaksin HB vax-II IM di daerah deltoid dan levamisol sebanyak 2,5mg/kg berat badan per oral pada saat yang bersamaan. Kelompok kontrol mendapat suntikan 1 ml vaksin HB vax-II IM di daerah deltoid dan plasebo. Satu bulan setelah imunisasi pertama seluruh peserta diambil darahnya untuk ditentukan kadar antiHBs (S-1), dilanjutkan dengan imunisasi kedua sesuai dengan protokol diatas. C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 71 Satu bulan setelah imunisasi kedua, seluruh peserta diambil darahnya untuk ditentukan kadar antiHBs (S-2), dilanjutkan dengan imunisasi ketiga sesuai dengan protokol diatas. Satu bulan setelah imunisasi ketiga kembali seluruh peserta diambil darahnya untuk ditentukan kadar antiHBs setelah imunisasi tiga kali (S- 3) 3) Tes laboratorium. Semua petanda infeksi hepatitis B ditentukan dengan metode analisis Elisa memakai reagen Enzymun-Test ES System buatan Boeringer Mannheim-Rajawali Nursindo. 4) Analisis. Analisis statistik untuk menguji perdedaan serokonversi memakaiuji chi-square, untuk kemaknaan perbedaan kadar zat anti- HBs memakai student-t tes. Hasil. Dari 50 mahasiswa/i yang mengikuti uji saring yaitu 25 pria dan 25 wanita, ternyata 36 orang memenuhi syarat untuk dipilih sebagai sampel : 19 orang masuk kelompok pengobatan, meliputi 10 pria dan 9 wanita, umur rata rata 20,11 tahun (+/- 0,39) ; berat badan rata rata 54,42 kg (+/- 7,37). 17 orang masuk kelompok kontrol, meliputi 8 pria dan 9 wanita, umur rata rata 20,59 tahun (+/- 1,07) ; berat badan rata rata 52,76 kg (+/- 6,19). Perbandingan karakteristik anthropo- metrik kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data anthropometrik peserta penelitian berdasarkan kelompok perlakuan. Karakteristik Kelompok P Levamisol Kontrol J enis Kelamin: Pria 10 8 >0,05 Wanita 9 9 Usia (Tahun) 20,11 0,39 20,591,07 >0,05 Berat Badan (kg) 54,42 7,37 52,75 6,19 >0,05 Hasil uji statistik menunjukkan jenis kelamin, umur dan berat badan kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Hasil perlakuan pertama J umlah serokonversi setelah perlakuan pertama dapat dilihat di tabel 2, sedangkan nilai rata-rata kadar zat anti- HBs, baik yang perhitungannya didasarkan data seluruh peserta maupun peserta yang seropositif saja, dapat dilihat di tabel 2 dan tabel 4 C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 72 Tabel 2. Serokonversi setelah perlakuan pertama Kelompok positif negatif J umlah P Levamisol 4 15 19 Kontrol 0 17 17 0,106 J umlah 4 32 36 Tabel 3. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan pertama (berdasarkan data seluruh peserta) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 14,89 23,51 Kontrol 0,00 0,00 0,08 Tabel 4. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan pertama (berdasarkan peserta seropositif) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 70,74 27,59 Kontrol 0,00 0,00 0,219 Tabel 2 menunjukkan 4 peserta dari kelompok pengobatan telah mengalami serokonversi, sedangkan kelompok kontrol belum ada yang mengalami perubahan, akan tetapi perbedaan ini ternyata tidak bermakna secara statistik (p =0,106). Perbedaan nilai rata-rata kadar zat anti-HBs antara kelompok pengobatan dengan kontrol setelah perlakuan pertama juga tidak berbeda bermakna (p >0,05). Hasil perlakuan kedua. Perubahan serokonversi dan peningkatan nilai rata-rata kadar zat anti-HBs pada kedua kelompok setelah perlakuan kedua, dapat dilihat dalam tabel 5, 6 dan 7. Tabel 5. Serokonversi setelah perlakuan kedua Kelompok positif negatif J umlah P Levamisol 13 6 19 Kontrol 12 5 17 0,824 J umlah 25 11 36 Tabel 6. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan kedua (berdasarkan data seluruh peserta) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 340,44 215,02 Kontrol 338,79 220,98 0,986 C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 73 Tabel 7. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan kedua (berdasarkan peserta seropositif) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 497,57 89,30 Kontrol 479,96 141,59 0,825 Setelah perlakuan kedua, terlihat peningkatan yang berarti baik dalam hal serokonversi maupun nilai rata-rata kadar zat anti-HBs. Hasil uji statistik menunjuk-kan perbedaan antara kelompok pengobatan dengan kelompok kontrol tidak bermakna (p >0,05). Hasil perlakuan ketiga. Serokonversi setelah perlakuan ketiga dapat dilihat di tabel 8, nilai rata-rata kadar zat anti-HBs untuk kelompok pengobatan dan kelompok kontrol terlihat di tabel 9 dan 10. Tabel 8. Serokonversi setelah perlakuan ketiga. Kelompok positif negatif J umlah P Levamisol 15 4 19 Kontrol 16 1 17 0,342 J umlah 31 5 36 Tabel 9. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan ketiga (berdasarkan data seluruh peserta) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 425,78 188,30 Kontrol 525,35 201,11 0,361 Tabel 10. Kadar zat anti-HBs setelah perlakuan ketiga (berdasarkan peserta seropositif) Kelompok Rata-rata (mIU/ml) SD P Levamisol 539,78 117,53 Kontrol 558,18 201,13 0,854 Secara statistik perbedaan jumlah serokonversi dan nilai rata-rata kadar zat anti-HBs pada kedua kelompok setelah perlakuan ketiga, juga tidak berbeda bermakna. PEMBAHASAN Sebagai imunomodulator, levamisol dikatakan berkhasiat me- ningkatkan respons imunitas tubuh terhadap imunogen 5,6,10,12 . Respons imunitas ini selain dipengaruhi oleh dosis juga ditentukan oleh waktu antara pemberian obat dan imunogen 1,7,8 . Renoux dkk 8 dengan memakai mencit CD1 betina yang diimunisasi dengan sel darah merah biri-biri, dapat membuktikan bahwa jumlah plaque forming cells (PFC) yang terjadi sangat bervariasi dan C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 74 tergantung pada dosis dan saat levamisol diberikan. Dosis levamisol yang paling efisien ialah 2,5 mg/kg berat badan, yang diberikan bersamaan dengan imunogen. Dosis lebih kecil tidak efektif, sedangkan dengan dosis tinggi justru terjadi imunosupresi. Widjaja 13 melaporkan bahwa mencit GR/HeA jantan yang diberi levamisol bersamaan dengan vaksinasi toksoid tetanus mensintesis zat anti lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi toksoid tetanus saja. Penelitian pada manusia dilakukan oleh Lods dkk. 4 , pemberian levamisol per oral bersamaan dengan vaksin tifus, paratifus A dan B, ternyata akan disertai peningkatan sintesis zat anti yang nyata, walaupun efek ini hanya terlihat kalau levamisol diberikan sejak vaksinaasi pertama. Dosis levamisol yang diberikan dalam penelitian ini ialah 2,5 mg/kg berat badan, yaitu dosis yang diketahui paling efisien 8 . Levamisol diberikan dosis tunggal per oral pada saat yang bersamaan dengan vaksinasi. Sebagai imunogen ialah vaksin HB-Vax II (MSD) dengan dosis 10 mcg tiap kali yaitu dosis baku untuk imunisasi hepatitis B pada orang dewasa. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diberi levamisol dengan kelompok kontrol, baik dalam hal serokonversi maupun peningkatan kadar zat anti-HBs. Dua kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini ialah : 1) levamisol tidak terbukti berkhasiat sebagai suatu imunopotensiator atau 2) levamisol sesungguhnya adalah suatu imunopotensiator, tidak terbuktinya efek imunopotensiasi dalam hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh dosis baku imunogen yang masih cukup tinggi (10 ug), sehingga keunggulan levamisol dalam meningkatkan sifat imunogenik suatu imunogen tertutup oleh dosis imunogen yang tinggi pada kelompok kontrol. KESIMPULAN DAN SARAN Dibandingkan dengan kelompok kontrol, dalam penelitian ini levamisol ternyata tidak terbukti berkhasiat imunopotensiasi, bila diberikan pada mahasiswa/i yang berusia sekitar 20 tahun dan berat badan sekitar 53 kg, dengan dosis tunggal 2,5/kg berat badan dosis tunggal secara oral bersamaan dengan vaksinasi 10 mcg HB Vax-II (MSD). Ketidak bermaknaan ini tetap terlihat, walaupun perlakuan dilaksanakan sampai tiga kali. Disarankan penelitian lanjutan dengan memakai dosis vaksin yang lebih kecil untuk mengevaluasi khasiat imunopo- tensiasi levamisol. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdalla, E.E, Adam, I.J ., Blair, G.E., Boylston, A, Sue-Ling, H.M., Finan, P, J ohnston D. 1995. The immunomodulatory effect of levamisole is influenced by postoperative changes and type of lymphocyte stimulant. Cancer Immunol Immunother, 41 :193-8 (abst.). 2. Campo, M., Chiavaro, I., Canfarotta, C., Stivala, F., Berrardini, A. 1982. Effect of levamisole and methisoprinol on in vitro lymphocyte reactivity in chronically irradiated subjects and patients affected by neoplasias. J Immunopharmacol ,4 :127- 37 (abst.). 3. Hassan, A. 1992. Pengobatan hepatitis kronik dengan Interferon. Dalam : Simposium nasional hepatitis. Yogyakarta : Unit Penyakit Dalam FK-UGM/RSUP DR. SARDJ J ITO, 49 - 67. 4. Lods, J .C., Dujardin, P., Halpern, G. 1975.Action of levamisole on antibody protection after vaccination with anti- typhoid and paratyphoid A and B. Ann allergy, 34 : 210 - 212. 5. Parsad, D., Saini, R., Negi, K.S. 1999. Comparison of combination of cimetidine and levamisole with cimetidine alone in the treatment of recalcitrant warts. Australas J Dermatol, 40 : 93-5 (abst.). C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m Efek imunopotensial levamisol J Kedokter Trisakti, Mei-Agustus 1999-Vol.18, No.2 75 6. Prakash, M.S., Rao, V.M., Reddy, V. 1998. Effect of levamisole on the immune status of malnourished children. J Trop Pediatr, 44 :165-6 (abst.). 7. Purzyc, L., Calkosinski, I. 1998. Ecto- ATPase from rat lymphocytes--in vivo studies on the influence of levamisole. Pol J Pharmacol, 50 :239-51 (abst.). 8. Renoux, G., Renoux, M. 1974 Modulation of immune reactivity by phenylimido- hiazole salts in mice immunized by sheep red blood cells. J Immunol, 113 : 779 - 90. 9. Soemohardjo, S.1992. Masalah hepatitis virus di Indonesia. Dalam : Simposium nasional hepatitis. Yogyakarta : Unit Penyakit Dalam FK-UGM/RSUP DR. SARDJ J ITO,1 - 23. 10. Sun, A., Chiang, C.P., Chiou, P.S., Wang, J .T., Liu, B.Y., Wu, Y.C. 1994. Immunomodulation by levamisole in patients with recurrent aphthous ulcers or oral lichen planus. J Oral Pathol Med.,23 :172-7 (abst.). 11. Umenai, T. 1993. Hepatitis B - global trend and problem. Dalam : Kandun N. et. al. (Eds) Simposium program pengembangan imunisasi hepatitis B di Indonesia. J akarta : Direktorat J enderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penye-hatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan Indonesia, 1 - 2. 12. Waksal, S. 1978. Imunomodulation: Imunopotentiation, tolerance, and imuno- suppresion. In : Bellanti J A (eds.) Imunology II. Tokyo : W.B. Saunders company, Asian edition, Igaku Shoin LTD., 243 - 65. 13. Widjaja, S. 1990 Imunopotensiasi levamisol terhadap sintesis zat anti- tetanus pada mencit jantan yang diimunisasi dengan toksoid tetanus. Tesis Magister Sains Patobiologi; Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, J akarta. C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m C lic k t o b u y N O W ! P D F-XChan g e w w w .d o c u-t r ac k .c o m