You are on page 1of 8

EFEKTlVlTAS SUPLEMENTASI VITAMIN A DOSlS TlNGGl TERHADAP

TINGKAT PENYEMBUHAN DAN STATUS IMUN ANAK BALITA


PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
Susi S. Suwardi, Ance Murdiana, Muhilal, Endi Ridwan, Effendi Rustan,
Susilowati Herman, Sn Maftuti dan Tia Miawati
ABSTRACT
Effectiveness of High Dose Vitamin A Supplementation o n The Recovery Rate
and Immune Status of Underfive Children Suffering From Tuberculosis
.
Tuberculosism). -,. the infectiws disease. is stiN one ofthe health n r o b k ~in~Indonesia. TI3
- does

" i t just make the people sick physically; but also interfere the in;munity.~awe h8ve known that
- ~ ~ -

vitamin A can improve the immunity. The aimed of this randomized double blind study was to
know ihe effect of hioh dose vitamin A on the immvement, immune status and the rektionshio
between vitamin A a i d immune status in TB. ~ix&tive underfive children were selected from the
Pediatrics Wards for out patient in Salak and Cisarua HospitalThey were grouped into V
truatment group who tuceivd standard regimen therapy for plus high dose v7tamin A in each
month for 8 months and 21 control group who received the same TB regimen plus placebo also in
each month for 6 months. Data on physical examination, weight, height, hemoglobin (Hb),
hematocrit (Hi), blood sedimen rate (BSR), serum vitamin A, Immunoglobulin G (IgG) to TB, chest
X ray (CXR) and food consumption were collected before and after (8 months) intervention.
lnfonnation on morbidity and socioeconomic also were reeonfed. To evaluate the degree of
improvement, score on nutritional status, BSR and CXR were made. The results showed that after
6 month there were improvement in anthropometry status, morbidity rate ,Hb, Ht, BSR.1gG and
CXR for both groups. The treatment group was improved in 72% sui?iects meanwhile the control
g r w p was improved in 58% subjects. Analysis for scoring improvement showed that the
treatment group had better improvement 2,4 times than the control group. The conclusions are
that the high dose vitamin A has a positive effect on the recovery and immune status of underfive
children suffering TB. This study suggests to give high dose vitamin A to the regimen therapy for
TB in children to get better results. [Penel Gizi Makan 1999,22: 82491

Key word: tuberculosis, vitamin A supplementation, IgG, recovery rate.

PENDAHULUAN

uberkulosis paw (TB paru) telah terdapat beberapa kendala, antara lain

T dikenal hampir di seluruh dunia


sebagai penyakii kmnis yang dapat
tnenu~nkan daya tahan tubuh
masalah waktu pengobatan yang relatif
cukup lama. Saat ini, waklu pengobatan
untuk TB paru menjadi lebih singkat, yaitu
penderitanya, bahkan menyebabkan 6 bulan (4) dibandingkan dengan waktu
kematian. lnsidens TB paru di dunia pengobatan tahun-tahun sebelumnya.
diperkirakan sebanyak 8 juta kasus per Suwarti dkk (5) dalam peneliiian
tahunnya dan sekitar 3 juta orang pendahuluan menemukan bahwa pada
meninggal karena penyakii ini (I). Di anak-anak penderita TB paw dengan
Indonesia. TB paru masih m e ~ p a k a n kadar vitamin A >25 ugldl, derajat
masalah kesehatan. Menurut Survei penyembuhan penyakitnya lebih baik
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (2), secara bermakna dalam aspek klinis, laju
penyakit TB menjadi penyebab kematian endap darah dan radiologis dibandingkan
kedua dad seluruh kematian di Indonesia. dengan anak-anak berkadar vitamin A
Pada anak balia, selain dapat ~ 2 5ugldl. Selain itu, pada anak yang
menghambat tumbuh kembangnya, anak diberi vitamin A dosis tinggi, kadar
penderita penyakit TB akan menjadi vitamin A-nya cenderung meningkat, tetapi
reservoir TB dalam populasinya bila tidak tidak berbeda bermakna dari anak yang
diobati dengan baik (3). Oleh karena itu tidak mendapat suplementasi vitamin A.
TB pada anak haws diobati sedini mungkin Hal ini mungkin disebabkan karena dosis
dan tuntas. Dalam pengobatan TB paru yang diberikan belum mencukupi utilitas
PGM 1999.22: 82-89 EfeMivias Suplsmentasi Viamin A Dosis Tinggi Susi S.Suwardi, dkk

dan ekskresi yang cepat yang biasa tejadi kelompok periakuan yang mendapat OAT
pada penderita penyakit infeksi, Sepefti (Obat Anti-TB) + vitamin A 200.000 IU
yang dikemukakan oleh IVACG setiap bulan selama 6 bulan dan
(International Viamin A Consuitative kelompok kontrol yang rnendapat plasebo
Group) (6). Agaknya diperiukan vitamin A setiap bulan selarna 6 bulan.
yang lebih tinggi untuk mengimbangi Adapun data yang dikumpulkan
kecepatan utilitas dan ekskresi bagi meliputi: data identiias dan status sosial
penderita penyakit infeksi. Selama ini ekonomi, morbiditas, antropometri, klinis;
dalam regimen pengobatan TB paru pada data biokimia darah yang meliputi vitamin
anak balita tidak diberikan vitamin A dosis A. Hb, lit. Laju Endap Darah (LED),
tinggi. Dengan menambahkan vitamin A tanggap kebal humoral terhadap TB atau
dosis tinggi setiap bulan selama 6 bulan IgG anti-TB; data foto rontgen paw, recall
kepada penderita TB paw, diharapkan konsumsi 24 jam dan tanda-tanda
penyembuhan TB paru mencapai derajat hipervitaminosis A setiap bulan, kecuali
yang lebih baik. Sementara itu Sommer, pemeriksaan biokimia darah dan foto
dkk. (7) menyatakan bahwa suplementasi rontgen paru yang dilakukan sebelum dan
vitamin A dapat meningkatkan imunitas. sesudah intervensi. Pemeriksaan biokimia
Berdasarkan hal-ha1 tersebut di atas, darah dilakukan di laboratorium Puslitbang
dilakukan penelitian mengenai efektifitas Gizi Bogor. Pemeriksaan Hb dengan
pemberian vitamin A dosis tinggi setiap metoda cyanmethemoglobin, pemeriksaan
bulan selama 6 bulan terhadap derajat LED dengan cara Westergren, vitamin A
penyembuhan dan status imunologis. dengan metoda High Performance Liquid
Dalam ha1 status imunologis khususnya, Chromatopphy (HPLC), sedangkan
diteliti tanggap kebal humoral terhadap TB. pemeriksaan IgG anti-TB dilakukan oleh
laboratorium Pmdia dengan metoda
Enzyme lmmunoassay (EIA) dan foto
BAHANDANCARA mntgen paw dilakukan di masing-masing
rumah sakit. Sebelum data dikumpulkan,
Desain peneliiian ini adalah randomized orangtua responden menandatangani
double blind triaYexpenmentaI. Penelitian inform consent.
dilakukan dari bulan April 1998 sampai Analisis data untuk rnengetahui
dengan bulan Februari 1999. Subjek perbedaan-perbedaan antara kelompok
penelitian adalah pasien rumah saki perlakuan dan kelompok kontrol setelah 6
dengan kriteria inklusi sebagai berikut: bulan intervensi menggunakan uji t atau
Berumur 1-5 tahun, menderita TB paru khi-kuadrat dan risiko relatif.
derajat ringan sampai dengan sedang Penentuan status gizi menggunakan
tanpa kornplikasi, belum pemah rnendapat baku WHO-NCHS. Klasifikasi yang
pengobatan TB sebelumnya, tidak digunakan, seperli yang dianjurkan dalam
mendapat obat-obat yang berpengaruh Lokakarya antropometri 1975 (12), yaitu
terhadap status imun (misalnya steroid) untuk berat badan menurut umur (BBIU):
dan tidak mendapat vitamin A dari Gizi baik z 80% nilai median; gizi sedang
Posyandu selama peneliiian. = 60.0-79,9% nilai median dan gizi buruk
Penelitian dilakukan di dua rumah sakii, c 60% nilai median. Untuk tinggi badan
yaitu RS Salak Kotamadya Bogor dan RS menurut umur (TBIU): Gizi baik r 90% nilai
Tuberkulosa Pam Cisarua Kabupaten median; gizi sedang 70-89,9% nilai median
Bogor. RS Salak adalah ~ m a saki h milik dan gizi buruk c 80% nilai median. Untuk
Angkatan Darat yang angka Mantoux test berat badan menurut tinggi badan (BETTE):
positifnya cukup tinggi (9) sehingga Gizi baik r 90% nilai median, gizi sedang
jumlah sampel dari kedua ~ m a hsakii 70-89,936 nilai median dan gizi buruk
tenebut wkup banyak. Berdasarkan c 70% nilai median. Untuk menyatakan
NmUS (8) dengan a = 10% dan P = 20%. bahwa responden berada pada derajat
diperoleh sampel sebanyak 65 anak penyembuhan tertentu, dilakukan terhadap
sebagai responden yang dibagi secara tiga variabel, yaitu variabel penskoran
acak ke dalam dua kelompok, yaitu status gizi (BBIU). LED dan foto toraks
PGM 1999,22:82-89 Efekfivitas Suplementasi warnin A Dosis Tinggi Susi S.Suwardi, dkk

atau gambaran radiologis. Untuk status HASlL DAN BAHASAN


gizi, bila skor simpang baku (2-skor)
BBN berdasar baku WHO-NCHS berada Penapisan sampel
pada:
Dengan menggunakan Purried Protein
< + 3 SD s.d. + 2 SD : skor 1 Derivate (PPD) 5 Tuberkulin Unit (TU)
c + 2 SD s.d. + 1 SD : skor 2 sebanyak 0,l ml yang disuntikkan secara
< + 1 SD s.d. median : skor 3 intrakutan, dilakukan uji tapis (screening
-
< median s.d. 1 SD : skor 4 test) terhadap pasien anak berumur 1-5
< - 1 S D s.d.-2SD :skor5 tahun yang berkunjung ke poliklinik anak
-
< 2 SD s.d. - 3 SD : skor 6 kedua RS tenebut. Dari 240 anak yang
5
-
< 3 SD : skor 7 mengikuti tahap persiapan ini, 81 anak
menunjukkan hasil positif. Dari 81 anak
!: Untuk LED skomya adalah skor 1, bila tersebut yang didiagnosis TB paru oleh

I
I .,
;
I:
LED<=15 mmljam untuk laki-laki atau
<=20 mmljam untuk perempuan; skor 2,
bila LED>15 mmljam untuk laki-laki atau
220 mmljam untuk perempuan.
Sedangkan skor untuk gambaran radiologis
dokter spesialis anak setempat dan
menjadi responden penelitian ini
berjumlah 65 anak. Responden dibagi
kedalam 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok
perlakuan sebanyak 35 orang dan 2)
I adalah nilai 0, bila disebutkan gambaran kelompok kontrol sebanyak 30 orang.
j, normal; nilai masing-masing 1, untuk
L kelainan corakan bertambah, hilus
membesar atau menebal dan infiltrat; nilai Umw dan jenis keiamin rasponden
2 untuk noda keras, pembesaran kelenjar
paratrakeal, atelektasis, efusi pleura atau Umur responden dalam penelitian ini
pleuritis. Nilai dari ketiga variabel ini yang termuda berumur 12 bulan dan yang
kemudian dijumlah untuk mendapatkan teflua berumur 59 bulan. Umur rata-rata
skor total derajat penyembuhan. Bila skor
total tersebut <=8, derajat penyembuhan
*
adalah 26.6 bulan 13,3 dan yang paling
banyak berumur 23 bulan. Sebanyak
penyakit TB dianggap baik dan bila >8 56,9% dari seluruh responden adalah anak
dianggap belum baik. perempuan. Tabel 1 menunjukkan sebaran
umur menurut kelompok.

Tabel 1
Sebaran Umur Responden Menurut Kelompok

~ebaranumurantara kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda


bermakna

K m d a m sosial ekonoml keluarga pegawai swasta (24,6%). Sedangkan ibu


responden pada umumnya adalah ibu
Pekejaan ayah responden pada rumah tangga (92.3%) Tabel 2
penelitian ini paling banyak adalah menunjukkan jenis pekejaan orangtua
pegawai negeri dan ABRl (27,7%) dan responden
PGM 1999,22:82-89 EfeMivitas Suplementasi Viamin A Dosis Tinggi Susi S.Suwardi, dkk

Tabel 2
Sebaran Pekerjaan Ayah Responden Manurut Kelompok

Jenis Pekerjaan

egawai Negeril ABRI

Hasil wawancara selama peneliian peneliiian (Tabel 3). Dengan uji khiikuadrat
menunjukkan bahwa keluhan yang dialami tiiak didapatkan perbedaan yang
berkurang sesuai dengan lamanya bermakna di antara kedua kelompok.

Tabel 3
Keluhan Penderita Kelornpok Perlakuan-Kontrol Selama PenelMan

Keluhan-keluhan yang bemubungan diketahui 30 anak (48.2%) mempunyai


dengan penyakit TB, seperti batuk keluarga yang saki TB (Kontak Kp+), dan
menetap, panas, berkeringat malam, tidak yang mempunyai BCG skar sebanyak 45
nafsu makan dan menjadi kurus tampak anak (69,2%) (Tabel 4). Seperti diketahui
berkurang seiring dengan banyaknya bahwa anak mempunyai risiko tertular
kunjungan atau lamanya pengobatan. penyakit TB dari orang dewasa yang
Penyakit penyerta yang diderita umumnya mendeAa TB paru aktif. Kusnindar (9)
adalah infeksi saluran pemapasan bagian melaporkan bahwa prevalensi TB paw di
atas. Uji khi-kuadrat di antara kedua lingkungan penderita dan keluarganya
kelompok tiiak berbeda bermakna. yang tinggal serumah jauh lebih tinggi
Dalam hubungannya dengan penyakit (47,896) dari prevalensi TB paw penduduk
TB, dari wawancara dan pemeriksaan fisik Indonesia (0,42%).
PGM 1999,22: 82-89 Efehtvifas Suplementasi Viamin A Dosis Tinggi Susi SSuwardi, dKk

Tabel 4
Sebaran Kontak TB dan BCG Skar Kelompok Perlakuan-Kontrol

Bila kita lihat selanjutnya pada Tabel 4, antara kelompok kontml dan perlakuan
tampaknya cukup banyak juga responden dengan menggunakan indikator BBlU
yang, walaupun sudah disuntik BCG, tetap (p=0,06) dan BBITB (p=0,06). Meskipun
terjangkit penyakit TB paru. Menurut pada awalnya terdapat perbedaan yang
Holmgren (lo), di negara-negara yang nyata antara kedua kelompok tersebut
majupun, BCG memberi perlindungan dengan menggunakan indikator BBrrB
terhadap segala bentuk TB hanya 80%. (p=0,03).
Sedangkan di negara yang sedang Pada kelompok kontrol dijumpai
berkembang, hasil BCG masih kontroversi. kenaikan status gizi baik pada akhir
Disebutkan bahwa di Afrika vaksin BCG penelitian, yaitu dari 54% rnenjadi 71%
hanya dapat memberi perlindungan (BBIU) dan dari 4356 menjadi 75%
terhadap bentuk penyakit yang paling berat (BBKB). Dengan uji t terdapat perbedaan
pada masa anak-anak, yaitu radang yang nyata pada indikator BBlU (p=0.015)
selaput otak dan TB milier. dan sangat nyata pada BBmB (p=0,000) di
awal dan akhir penelitian.
Pada kelompok periakuan, dengan
I
SWus gizi menggunakan uji t terungkap bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara
! Penentuan status gizi anak pada awal dan akhir penelitian dengan indikator
! penelitian ini mengggunakan baku WHO- BBlU (p=0,02) dan BBITB (p=0,016).
NCHS. Jika dianalisis menurut kelompok Kenyataan tersebut dapat diamati pada
t e ~ n g k a p bahwa pada akhir penelitian Tabel 5.
tidak terdapat perbedaan yang nyata

Tabel 5
Sebaran Status Gizi Pada Kelompok Perlakuan
dan Kontrol Selama Penelitian
PGM 1999,Z:82-89 EfeMvitas Suplementad Vdamin A Dods nnggi Susi S.Suwardi, dkk

Biokimia &rah
IgG anti-TB pada sernua responden pada
Dilakukan pemeriksaan kadar awal dan akhir penelitian. Tabel 6 di bawah
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), laju ini menggambarkan hasil perneriksaan
endap darah (LED),vitamin A serum dan pada awal penelitian.

Tabel 6
Kadar Hemoglobin, Hematokrit, Vitamin A Serum, LED dan 1gG
Terhadap TB Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pada Awal Pemliian

Rata-rats kadar haernoglobin den (p=0,722). Sedangkan LED dan IgG anti
hematokrit responden kelompok perlakuan TB pada kedua kelompok juga cenderung
dan kontml pada awal penelftian secara hampir sarna.
statistik tidak berbeda bermakna (p=0.740 Pada akhir peneliiian, dilakukan
dan P.0304). Rata-rata kadar vitamin A pemeriksaan kadar Hb, Ht, LED, vitamin A
serum kelompok perlakuan dan juga dan juga IgG terhadap TB. Tabel 7 di
kelompok kontrol didapatkan dalam batas bawah ini memperlihatkan hasil
normal (sektar 20 ugldl) dan secara pemeriksaan Hb. Ht. LED, vitamin A dan
statistik tidak berbeda bermakna bila kadar IgG pada awal dan akhir penelitian.
vitamin A kedua kelornpok dibandingkan

Tabel 7
Rata-rata Kadar Hemoglobin, Hematokrit, Vitamin A, LED dan 1gG
Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pada Awal dan Akhir Penelitian
PGM 7999.22: 82-89 Efektivitas Suplementasi Viamin A Dosis Tinggi Susi S.Suwardi, dkk

Pada kelompok perlakuan terlihat 0.037). Sedangkan responden yang


kenaikan nilai biokimia darah. Rata-rata memiliki nilai IgG < 300 berkurang menjadi
kadar Hb naik dari 11.6 gldl pada awal 30.4% (F sign = 0,0383).
penelitian menjadi 12.1 gldl pada akhir Pada kelompok kontrol di awal
penelitian. Namun, kenaikan rata-rata penelitian didapatkan sejumlah 29,696
kadar Hb ini tidak berbeda bermakna responden menderita anemia. 59,3%
secara statistik (p=0,056). Kadar responden memiliki nilai LED di atas
hematokrit pada awal penelitian adalah 20 mmljarn, 44,4% responden mempunyai
34.9% naik menjadi 36.6% pada akhir kadar vitamin A di bawah normal dan
penelitian. Tetapi, kenaikan ini tidak 54.5% responden mempunyai rasio
berbeda bermakna. Kadar vitamin A serum IgG < 300. Pada akhir penelitian jumlah
kelompok perlakuan naik dari 20,3 ugldl responden yang menderita anemia
menjadi 33,l ugldl dan kenaikannya didapatkan 12,0% (F sign= 0,011), jumlah
berbeda bermakna secara statistik responden yang masih mempunyai nilai
(p=0,000). Hal ini dapat dimengetti karena LED tinggi hanya 8% (F sign=0,000),
kelompok perlakuan diberi vitamin A responden yang memiliki kadar vitamin A
200.000 IU setiap bulan. rendah tinggal 18,5% (F sign = 0.041) dan
Pada kelompok kontrol rata-rata kadar responden yang menunjukkan ratio IgG
Hb terlihat naik dari 11,5 gldl pada awal c 300 adalah 27,3% (F sign = 0,065). Dari
penelitian menjadi 12.1 gldl pada akhir data di atas, dapat dikatakan bahwa pada
penelitian. Tetapi, kenaikannya tidak kelompok perlakuan lebih banyak terjadi
berbeda bermakna secara statistik perubahan biokimia yang lebih daripada
(p=0,0666). Kadar hematokrit pada awal perubahan yang terjadi pada kelompok
penelitian adalah 33,3% dan pada akhir kontrol.
penelitian naik menjadi 36,4%. Namun, Diketahui bahwa penderita TB paru
kenaikan ini tidak berbeda bermakna yang belum pemah mendapatkan
(p=0.056). Kadar vitamin A serum naik pengobatan, kadar antibodi terhadap
20,2 ugldl menjadi 30,2 ugldl dan kenaikan Mycobacterium tuberkulosis ini seringkali
ini bermakna secara statistik (p=0.000). tidak begitu tinggi bila dibandingkan
Dengan melihat nilailkadar vitamin A dengan 1-2 bulan setelah pengobatan atau
serum yang naik pada akhir penelitian. bila dibandingkan dengan penderita yang
baik pada kelornpok perlakuan maupun kambuh. Puncak pembentukan antibodi
pada kelompok kontrol, dapat dikatakan terjadi pada bulan kedua setelah
bahwa status vitamin A semua responden pengobatan yang berhasil, kemudian turun
meningkat pada penderita TB paru yang sampai mencapai batas normal bila
mendapatkan pengobatan yang adekuat. penderita telah sembuh (1 1).
Bila semua hasil pemeriksaan biokimia Bila dilihat nilai rasio IgG anti-Tb pada
dibedakan berdasarkan nilai normalnya, penelitian ini, pada kelompok perlakuan
maka pada awal penelitian dalam terjadi perubahan yang bermakna
kelompok perlakuan didapatkan sebanyak (p = 0,03), sedangkan pada kelompok
28,6% responden menderita anemia. kontrol perubahan yang terjadi tidak
Responden yang memiliki nilai LED di atas berbeda bermakna (p = 0,065). Dengan
20 mmljam adalah 60.7% dan yang demikian dapat dikatakan bahwa
mernpunyai kadar vitamin A di bawah pemberian vitamin A dapat meningkatkan
normal adalah 39.3%. Sedangkan nilai status imun.
ratio IgG terhadap TB di bawah nilai 300
diternukan pada 60.9% responden.
Pada akhir penelitian terjadi perubahan Derajat penyembuhan
pada semua variabel yang diperiksa.
Jumlah responden yang anemia Sepetti telah diuraikan sebelumnya
didapatkan berkurang menjadi 8,3% untuk menentukan derajat penyembuhan,
(F sign 0,0849), jumlah responden yang dilakukan pemberian "skor" terhadap
masih memiliki kadar LED tinggi hanya variabel status gizi, nilai LED dan
8.3% (F sign = 0,000) dan responden yang gambaran radiologis. Setelah 6 bulan
masih memiliki kadar vitamin A di bawah pengobatan temyata terjadi perubahan
normal sudah tinggal 14.3% (F sign = skor pada kedua kelompok tersebut. Dan
PGM 1999.22: 82-89 Efektivitas Suplementasi Viemin A Dosis Tinggi Susi S.Suwardi, dkk

perubahan tersebut sangat berbeda 2. Indonesia, Badan Liibang Kesehatan


bemakna (p c0,05). Bila perubahan Depkes dan Biro Pusat Statistik. S m i
tersebut dibandingkan antara kelompok Kesehatan Rumahtangga. Jakarta:
perlakuan dan kontrol, pada kelompok Badan Liibang Kesehatan Depkes dan
perlakuan perbaikan skor terjadi pada 72% Biro Pusat Statistik, 1992.
responden, sedangkan pada kelompok 3. Gaind. B.N. Prevention of tubemulosis
kontrol perbaikan tejadi pada 56%
responden. Dengan analisis risiko relatif in children and tuberculin testing.
(RR) temyata bahwa kelompok kontrol Paediatrica lndonesiana 1983;23:
mempunyai risiko tidak sembuh 145152.
penyakiinya sebanyak 2.4 kali 4. Rahayoe. N.N. Tuberkulosis pada
(CI = 1,3-4,32) dibandingkan dengan anak. Naskah Lengkap Respbologi
kelompok pertakuan. Dengan demikian, Anak Masa Kini. Bandung. 11-12
dapat dikatakan bahwa pada kelompok Desember 1998.
perlakuan perbaikan atau tingkat
5. Suwarti. S.S. dan Muchemliyan-
penyembuhan penyakii cenderung lebih
tiningsih. Pr,ngamh pemberian vitamin
tinggi daripada kelompok kontrol.
A terhadap penyembuhan TBC paw
pada anak balite. Laporan penelitian.
Bogor: Pusat Penelitian dan
SIMPULAN DAN SARAN Pengembangan Gizi. 1997.
6. International Viamin A Consulative
Penyembuhan pendeAa TB p r u lebih Group (IVACG). The safe use of
baik (2,4 kali ) jika pengobatannya disertai vitamin A. s.1.: IVACG. 1989.
dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 7. Sommer, A. el al. Impact of vllemm A
200.000 IU setiap bulan selama 6 bulan. supplernentefion on childhood
Kadar IgG meningkat secara nyata pada mortality. Lancet 1986.24: 1189-1173.
kelomkk perlakuan (diberi vitamin A dosis 8) Lemeshow, S. Adequacy of sample
tinggi). Berdasarkan hasil temuan di atas size in heallh studies. s.1.: John Wiley
disarankan agar pemberian vitamin A dosis and Son, 1990.
tinggi diberikan sebagai regimen
pengobatan TB paru pada anak balla. 9. Kusnindar. Atmosukarto. Brwrkitis,
bronko~neumonidan hnkhiektasis di
lingku&n k e l q penderita
tuberkulosis paru. Cermin Dunia
UCAPAN TERIMA KASlH
Kedokteran 1995; 99: 32-34.
Terima kasih disampaikan kepada 10. Holmgren, G. BCG for both diagnosis
Direktur RS Salak Bogor beserta staf, and prophilaxis. News on Health care
khususnya dr. Novelia. Sp.A.; Direktur in Developing Countries 1995,9:
RSTP Cisarua Kabupaten Bogor beserta 24- 27.
staf, khususnya dr. Hadi S.,Sp.A.; Direktur 11. Mulyati. D. Die@wsis Tu-s.
PT Kimia Fama di Jakarta; Direktur Forum Diagnostiwm 511995. Jakarta:
Laboratorium Klinik Pmdia. Bogor, dan Laboratorium Pmdia, 1995.
semua pihak yang terkait. 12. Indonesia. Direktorat Gizi. Depkes.
Hasil Loka Karya Antmpornetri Gizi.
Jakarta: Direktorat Gizi Depkes RI,
RUJUKAN 1975.
1. Enarson, D.A. The globaJ situation end
trends of tuberculosis and HIV. News
on Health care in Developing Countries
1995. 9: 4-6.

You might also like