You are on page 1of 7

Pengaruh penambahan urea pada bak aerasi

PENGARUH PENAMBAHAN UREA PADA BAK AERASI SEED SLUDGE


SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MIE INSTAN
TERHADAP KADAR BOD 3, DO, MLSS DAN SV 30
EFFECT OF AN UREA ADDING IN AERATION CHAMBER OF SEED SLUDGE OF INSTANT NOODLE
WASTEWATER TREATMEN SYSTEM DUE TO BOD3, DO, MLSS, AND SV 30
1

Udiantoro , Taufiqur Rohman , Handayani

Program Studi Teknologi Industri Pertanian,


Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNLAM
2
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNLAM
Jl. Jend. A. Yani Km.36 Kampus Banjarbaru 70714

ABSTRACT
A process to produce instant noodles was resulted of wastewater that consist of carbohydrate, protein, fatty
and a mineral salt. Its causes smell and pollution if its direct bring to waters. Therefore, its needed
wastewater treatment with active sludge method, by use of seed sludge. Aims of this research are to study
an effect of urea adding to made of seed sludge due to BOD 3, DO, MLSS and SV 30 in aeration chamber and
to determine an optimum concentration of urea to make seed sludge. The variation concentration of urea
were 0; 0.07; 0.14 and 0.21 M. A methodology, that conduct by make of seed sludge with sedimentation and
aeration processes during six days. Effect of urea concentration was determined by a statistical test. The
result is showed that urea adding is given a significant effect to the decrease of BOD 3 value, whereas DO
value have fluctuation that caused by influence of t emperature and aeration in seed sludge made. MLSS and
SV30 values are increasing with concentration rise of urea in seed sludge made. Based on a statistical test
with F test is find out that urea adding have most significant influence due to BOD 3, DO, MLSS SV30. The
result of advanced test (BNJ, BNT, and Duncan) gets an optimum concentration of urea in made seed
sludge at third days is 0.14 M.
Key words : seed sludge, active sludge, BOD 3, DO, MLSS, SV 30.
ABSTRAK
Proses pembuatan mie instant menghasilkan limbah cair yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan
garam-garam mineral. Limbah tersebut dapat menimbulkan bau yang tak sedap apabila langsung di buang
ke badan air. Oleh sebab itu, maka diperlukan pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif melal ui
pembuatan seed sludge. Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui pengaruh penambahan urea dalam
pembuatan seed sludge terhadap BOD3, DO, MLSS dan SV 30 pada bak aerasi dan untuk mendapatkan
konsentrasi urea optimum pada pembuatan seed sludge. Variasi konsentrasi urea yang digunakan adalah 0;
0,07 M; 0,14 M; 0,21 M. Metodologi dilakukan dengan pembuatan seed sludge melalui sedimentasi dan
proses aerasi selama enam hari. Kualitas seed sludge diketahui dengan melakukan uji BOD 3, DO, MLSS,
dan SV 30 terhadap air limbah. Pengaruh konsentrasi urea didapatkan dengan cara pengujian statistik . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan urea berpengaruh terhadap penurunan nilai BOD3, sedangkan
untuk nilai DO mengalami fluktuasi akibat pengaruh temperatu r dan aerasi dalam pembuatan seed sludge.
Nilai MLSS dan SV 30 meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi urea dalam pembuatan seed
sludge. Berdasarkan uji statistik dengan uji F didapatkan penambahan urea berpengaruh sangat nyata
terhadap BOD 3, DO, MlSS dan SV 30. Hasil uji lanjutan (BNJ, BNT, dan Duncan) didapatkan konsentrasi
urea optimum pada pembuatan seed sludge yaitu sebesar 0,14 M pada hari ketiga.
Kata kunci : seed sludge, lumpur aktif, BOD, DO, MLSS, SV 30.
PENDAHULUAN
Permasalahan ekologis yang menjadi perhatian
utama sekarang adalah menurunnya kualitas
lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruh,
salah satunya limbah industri mie instan. Proses
pembuatan mie instan menghasilkan limbah cair

Agroscientiae

mengandung karbohidrat, protein, lemak dan garamgaram mineral. Kandungan tersebut mengakibatkan
peningkatan nilai BOD 5 (Biochemical Oxygent
Demand), COD (Chemical Oxygent Demand ), TSS
(Total Suspendid Solid), serta penurunan nilai DO
(Dissolved Oxygen), suhu, pH (Kanematsu, 2006).

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2011

101

Udiantoro, T. Rohman, dan Handayani


Oleh sebab itu diperlukan teknologi pengolahan
air limbah. Salah satu teknik pengolahan limbah
yang berkembang saat ini adalah metode lumpur
aktif. Lumpur aktif merupakan metode yang
memanfaatkan mikroba sebagai katalis untuk
menguraikan material yang t erkandung di dalam air
limbah (Sugiarto, 2003).
Sudaryati dkk., (2007), telah melakukan
pemanfaatan sedimen perairan tercemar sebagai
bahan lumpur aktif pengolahan limbah cair industri
tahu nutrien hara berupa pupuk urea, pupuk KCL
dan pupuk TSP, hasil yan g didapatkan terjadi
penurunan BOD 5 mencapai 92,8%, bahwa urea
terbukti mampu memacu pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan karakteristiknya limbah cair industri
mie memiliki potensi sebagai seed sludge yang
dapat memenuhi baku mutu kualitas lumpur aktif
yang dipersyaratkan melalui penambahan nutrien
yang sesuai. Parameter kualitas seed sludge adalah
nilai BOD3, DO, MLSS (Mixed Liquor Suspendid
Solid ) dan SV 30 (Sludge Volume). Oleh sebab itu,
maka diperlukan penelitian mengenai pengaruh
penambahan urea sebagai nutrien pada pembuatan
seed sludge terhadap nilai BOD3, DO, MLSS dan
SV30 pada bak aerasi sistem pengolahan limbah cair
lumpur aktif. Selanjutnya penelitian ini diharapkan
memperoleh seed sludge dengan kualitas yang baik
sehingga dapat digunakan untuk pengolahan
berbagai limbah cair industri pangan.
Bagaimana pengaruh penambahan urea dalam
pembuatan seed sludge terhadap BOD3, DO, MLSS
dan SV30 pada sistem pengolahan limbah cair mie
instan serta berapakah konsentrasi urea optimum
pada pembuatan seed sludge.
Tujuan penelitian ini adalah m engetahui
pengaruh penambahan urea dalam pembuatan seed
sludge terhadap BOD3, DO, MLSS dan SV 30 pada
sistem pengolahan limbah cair mie instan. Serta
mendapatkan konsentrasi urea optimum pada
pembuatan seed sludge.
Penelitian ini diharapkan juga mampu memberi
masukan kepada para pelaku industri mie sebagai
bahan pertimbangan dalam pengolahan limbah cair
sehingga pencemaran limbah cair organik yang
dihasilkan dapat dikurangi.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November
2009 sampai bulan Januari 2010 bertempat di
Laboratorium Kimia Fakultas Metematika dan Ilmu
Pengetauan Alam (MIPA) Un lam Banjarbaru.
Contoh limbah diambil dari perusahaan mie instan.
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan antara lain bak
penampungan, reaktor aerob, grab eickmann,
seperangkat alat gelas pyrex, corong Buchner yang
dilengkapi dengan pompa vakum, botol winkler,
carbolite, neraca Ohaus model E12140, buret,
kertas pH Fix 0-14 Micherey Nagel, termometer
(Philip Harris Limited) dan aerator (Aquila P 1200).
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Bahanbahan yang digunakan adalah limbah cair industri
mie, urea (Ajax chemical), H 2SO4 pekat (Merck),
MnSO 4.H2O (Merck), KOH (Merck), KI (Merck),
NaN3 (Merck), amilum (Merck), Na2S2O3 (Merck),
kertas saring Whatman No.42, dan akuades.
Metode
1. Pretreatment dengan sedimentasi
Sedimentasi dilakukan dengan menggunakan
bak sedimentasi yang berisi limbah cair industri mie.
Selanjutnya limbah disedimentasi selama 24 jam
dalam keadaan aerob. Sehingga didapatkan cairan
lumpur.
2. Pembuatan seed sludge
Tahap dilakukan dengan membuat reaktor aerob
dengan kapasita 31,25 liter. Sebanyak
10 liter
cairan lumpur hasil sedimentasi terlebih dahulu
disaring. Sebanyak 10 liter limbah cair segar
ditambahkan urea, selanjutnya dicampurkan lumpur
dan air limbah dengan perbandingan 1:1 (larutan
campuran). Suplai oksigen dengan menggunakan
aerator selama enam. Dianalisis BOD 3, DO, MLSS,
dan SV30 setiap hari selama masa pembuatan seed
sludge lumpur aktif.

Udara

Tabel 1. Standar Sistem Lumpur Aktif


Table 1. System Standard Active Sludge
No.

Parameter

Satuan

Baku Mutu

(mg/l)

75

DO

(mg/l)

1,0-3,0

3.

MLSS

(mg/l)

2500 - 5000

4.

SV30

(%)

1.

BOD

2.

5.
SVI
(ml/g)
Sumber : Kawashima, 2006
Ket. : * = Peraturan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 4 tahun 2007

102

100-180

2
1

Gambar 1 Reaktor Lumpur aktif


Figure 1. Active Sludge Reactor
Ket. 1 = Lumpur hasil sedimentasi ,
2 = Limbah cair baru, 3 = Aerator

Agroscientiae ISSN 0854-2333

Pengaruh penambahan urea pada bak aerasi


3. Rancangan Percobaan
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan
lingkungan, menggunakan faktor tunggal dengan
dua kali ulangan. Faktor yang digunakan yaitu
konsentrasi urea dengan variasi 0; 0,07 M; 0,14 M;
dan 0,21 M.
4. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan mentabulasikan
data hasil penelitian, selanjutnya di buat grafik
hubungan antara konsentrasi urea terhadap
perubahan BOD 3, DO, MLSS, dan SV 30, dilakukan
uji F dan uji BNJ, BNT, Duncan.

Analisis BOD 3 dilakukan untuk mengetahui


kualitas air limbah yang digunakan sebagai sumber
makanan untuk mikroba. Nilai BOD 3 awal
didapatkan sebesar 1336,9 mg/l. Kondisi limbah
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai substrat bagi
pertumbuhan mikroba.
Penurunan BOD 3 pada kontrol dan konsentrasi
urea sebesar 0,07 M belum mampu memenuhi baku
mutu limbah cair. Nilai BOD 3 pada kontrol dan
konsentrasi urea 0,07 M hingga hari keenam hanya
mencapai 580,30 mg/l dan 335,80 mg/l.
Hal
tersebut menunjukkan proses degradasi senyawa
organik
berlangsung
lambat,
disebabkan
kekurangan nutrien. Sedangkan pada konsentrasi
urea sebesar 0,14 M dan 0,21 belum mampu
memenuhi baku mutu limbah cair pada yaitu
masing-masing mencapai 141,48 mg/l dan 103,89
mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa nutrien yang
ditambahkan telah memenuhi kebutuhan mikroba
terhadap makanannya, sehingga pertumbuhan
mikroba menjadi meningkat.

1500

1500

1300

1300

1100

1100

900

900

BOD(mg/l)

BOD (mg/l)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode
lumpur
aktif
dilakukan
melalui
pembuatan seed sludge. Kualitas seed sludge
diketahui dengan melakukan uji BOD 3, DO, MLSS
dan SV 30 terhadap air limbah. Data hasil
pengamatan kemudian dibandingkan dengan
standar sistem lumpur aktif. Kualitas seed sludge
sangat dipengaruhi oleh tingginya aktivitas mikroba
dalam reaktor.

1. Analisis BOD 3 Selama Masa Pembuatan seed


sludge

700

700

500

500

300

300
100

100
0

Waktu (Hari)

Waktu (Hari)

(b)

(a)
1500

1500
1300

1200

900

BOD (mg/l)

BOD(mg/l)

1100

700

900

600

500
300

300
100
0

0
0

Waktu(Hari)

3
4
Waktu (Hari)

(d)

(c)

Gambar 2 Hubungan antara Hari dan BOD (a) Control, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M
Figure 2. Correlation of BOD and Days (a) Kontrol, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M

Agroscientiae

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2011

103

Udiantoro, T. Rohman, dan Handayani


Gambar 2 menunjukkan adanya proses
perkembangbiakan mikroba dengan penambahan
nutrien urea selama enam hari. Semakin tinggi
konsentrasi urea yang diberikan, aktivitas mikroba
dalam mendegradasi polutan organik semakin
meningkat, sehingga nilai BOD 3 yang terukur
mengalami penurunan. Selama waktu pembuatan
seed sludge BOD3 mengalami penurunan pada
kontrol namun tidak begitu tajam. Penurunan
tersebut akibat biodegradasi yang berlangsung
secara alamiah. Sedangkan pada konsentrasi urea
0,07 M. Nilai BOD 3 cukup stasioner karena
konsentrasi urea yang digunakan kurang optimum
dan mengakibatkan penurunan BOD 3 tidak stabil.
Hasil ini ditunjang dengan data statistik
menggunakan
uji
F
menunjukkan
bahwa
penambahan urea berpengaruh sangat nyata dari
hari pertama hingga hari keenam. Selanjutnya
dilakukan uji lanjutan menggunakan uji BNJ untuk
hari pertama dan konsentrasi urea yang
berpengaruh adalah 0,14 M,
uji BNT dilakukan
pada hari kedua sampai hari kelima didapatkan
konsentrasi urea optimum adalah 0,14 M dan 0,21
M, sedangkan hari ke enam dilakukan uji Duncan
didapatkan
konsentra si
urea
optimum
sebesar 0,14 M dan 0,21 M. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa konsentrasi urea optimum
sebesar 0,14 M pada hari ketiga.
2. Analisis DO Pada Seed Sludge
Analisis DO bertujuan untuk mengetahui
kecukupan oksigen dalam pembuatan seed sludge,
sehingga mikroba mampu memanfaatkan oksigen
sebagai energi. Selama pengamatan didapatkan
0
kisaran suhu sebesar 28 -32 C, suhu tersebut
sangat diperlukan dalam perkembangbiakan
mikroba. Menurut Sudaryati dkk., (2007), suhu
optimum pada pengolahan limbah dengan metode
0
lumpur aktif berkisar 30-50 C. Hal ini berpengaruh
pada aktivitas mikroba untuk melakukan proses
penguraian bahan organik di dalam limbah cair.
Aktivitas tersebut menghasilkan energi yang
menyebabkan suhu dalam air limbah meningkat.
Nilai DO pada kontrol menurun pada hari kedua
mencapai 5,7770 mg/l. Hal ini diakibatkan adanya
mikroba
yang
berkembang
biak
dengan
menggunakan
oksigen
terlarut
dalam
air.
Sedangkan pada konsentrasi urea 0,07 mg/l
mengalami penurunan DO pada hari kedua dan
keempat masing-masing sebesar 5,8784 mg/l dan
5,8108 mg/l. Nilai DO pada konsentrasi urea 0,14
M mengalami penurunan pada hari pertama, kedua
dan keempat dengan nilai masing -masing sebesar
5,0000 mg/l, 5,9797 mg/l, 5,5068 mg/l. Sedangkan
pada konsentrasi urea 0,21 M penurunan DO terjadi
pada hari pertama dan kedua masing -masing
5,8446 mg/l dan 5,4730 mg/l. Hal tersebut

104

menunjukkan pada konsentrasi urea 0,14 M dan


0,21 M aktivitas mikroba berlangsung cepat,
ditunjukkan dengan penurunan nilai DO. Menurut
Jana, dkk., (2006), bahwa oksigen sangat
dibutuhkan mikroba untuk kehidupannya dan untuk
menguraikan senyawaan organik sehingga pada
pembuatan seed sludge kadar oksigen akan
menurun. Penurunan kadar oksigen di dalam air
menyebabkan air menjadi tampak keruh d an
menimbulkan adanya bau.
Kenaikan nilai DO kembali terjadi pada kontrol
dan semua konsentrasi urea akibat menurunnya
kandungan senyawa organik dalam air limbah dan
sistem aerasi yang berlangsung terus menerus
selama 24 jam. Kenaikan nilai DO juga dipengaruhi
0
oleh temperatur dimana pada temperatur 30 -32 C
nilai DO cenderung turun akibat aktivitas mikroba.
0
Sedangkan pada temperatur 28 C nilai DO
mengalami kenaikan. Sesuai dengan Sudaryati
dkk., (2007) menyatakan bahwa temperatur
menurun seiring dengan terjadinya penyerapan
oksigen dalam air sehingga DO dalam air limbah
meningkat.
Gambar 3. terlihat pada kontrol dan konsentrasi
urea 0,07 M menunjukkan pola kenaikan DO tidak
begitu tajam. Sedangkan pada konsentrasi urea
sebesar 0,14 M dan 0,21 M menunju kkan nilai DO
yang rendah pada hari pertama dan keempat, hal
tersebut menandakan bahwa mikroba terus
beraktivitas. Berdasarkan efisiensi penggunaan
bahan maka dipilih konsentrasi urea yang rendah
yaitu 0,14 M. Hasil ini ditunjang dengan data
statistik menggunakan uji F menunjukkan bahwa
penambahan urea berpengaruh sangat nyata pada
hari pertama sedangkan hari kedua hingga hari
ketiga tidak berpengaruh. Selanjutnya dilakukan uji
lanjutan menggunakan uji BNJ didapatkan
konsentrasi urea optimum dalam pembuatan seed
sludge sebesar 0,14 M.
3. Analisis MLSS Pada Seed Sludge
Analisis MLSS bertujuan untuk menentukan
kuantitas padatan tersuspensi yang terkandung
pada larutan dalam bak aerasi. Analisis MLSS juga
digunakan sebagai indikator yang menunjukkan
kuantitas mikroba pada sistem lumpur aktif. Analisis
ini dilakukan dengan menyaring campuran air
limbah dan lumpur dan dikeringkan hingga
didapatkan berat kering lumpur.
Nilai MLSS awal sebelum pembuatan seed
sludge sebesar
1172,9 mg/l, dengan nilai MLSS
yang rendah menunjukkan hanya sedikit senyawa
organik Hal ini sesuai pendapat Kawashima (2006),
yang menyatakan bahwa MLSS yang rendah
menunjukkan BOD 3 tidak terdegradasi.

Agroscientiae ISSN 0854-2333

Pengaruh penambahan urea pada bak aerasi


9

9
8.5

7.5

7.5

DO (mg/l)

DO (mg/l)

8.5

7
6.5

7
6.5

5.5

5.5
5

5
0

(a)
9

9
8.5
8

8
DO(mg/l)

DO (mg/l)

7.5
7
6.5
6
5.5
5
2

(b)

8.5

Waktu (hari)

Waktu (hari)

7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
0

Waktu (hari)

Waktu (hari)

(d)

(c)

Gambar 3 Hubungan antara Hari dan DO (a) Kontrol, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M
Figure 3. Correlation between Days and Do (a) Control, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M

4000

4000

3500

3500

3000

3000

MLSS(mg/l)

MLSS(mg/l)

2500
2000
1500
1000

2500
2000
1500
1000

500

500
0

Hari

Hari

(b)

4000

4000

3500

3500

3000

3000
MLSS (mg/l)

MLSS (mg/l)

(a)

2500
2000
1500
1000

2500
2000
1500
1000

500

500
0

Hari

(c)

3 Hari 4

(d)

Gambar 4. Hubungan antara Hari dan MLSS (a) Kontrol, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M
Figure 4. . Hubungan antara Hari dan MLSS (a) Control, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M

Agroscientiae

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2011

105

Udiantoro, T. Rohman, dan Handayani


Kawashima (2006), menyatakan standar sistem
lumpur aktif untuk MLSS sebesar
2500-5000
mg/l. Nilai MLSS pada kontrol dan konsentrasi urea
0,07 M belum memenuhi standar sistem lumpur
aktif, dimana hingga hari keenam nilai MLSS
masing-masing sebesar 2031,5 mg/l dan 2455,9
mg/l. Sedangkan nilai MLSS yang memenuhi
standar sistem lumpur aktif pada konsentrasi 0,14 M
dapat dicapai pada hari ketiga, keempat, kelima dan
keenam dengan nilai MLSS sebesar 2528,8 mg/l,
3658,8 mg/l, 3839,9 mg/l dan 3794,6 mg/l.
Sedangkan nilai MLSS yang memenuhi standar
sistem lumpur aktif dengan konsentrasi ure a 0,21 M
didapatkan pada hari kedua, ketiga, kelima dan
keenam sebesar 2526,1 mg/l, 3285,8 mg/l, 3106,1
mg/l dan 3183,7 mg/l. Kenaikan nilai MLSS
menunjukkan proses perkembangbiakan mikroba
berlangsung cepat, memiliki aktivitas yang tinggi
dalam mendegradasi senyawa organik ditandai
dengan munculnya lumpur baru yang berwarna abu abu, serta adanya lapisan seed sludge.
Gambar 4. mununjukkan pada kontrol dan
konsentrasi urea 0,07 M, terjadi sedikit peningkatan
MLSS, namun tidak begitu signifikan hingga hari k e
lima sedangkan hari ke enam nilai MLSS cenderung
stasioner.
Ini disebabkan kurang
tingginya
konsentrasi urea sebagai nutrien sehingga aktivitas
mikroba rendah. Sedangkan konsentrasi urea 0,14
M mengalami pola kenaikan MLSS, namun terjadi
penurunan pada hari ke empat pada penambahan
urea dengan konsentrasi 0,14 M. Hal tersebut akibat
dari kecepatan lumpur mengendap, sehingga
sampel yang sempat mengendap tidak ikut terukur
Peningkatan MLSS yang cukup tajam terjadi
pada hari kedua hingga hari keempat dengan
konsentrasi urea sebesar 0,21 M. Nilai MLSS
cenderung stabil pada hari ke enam. Hal ini
menunjukkan bahwa pada hari ketiga mikroba telah
mengalami aktivitas optimum dan da pat digunakan
sebagai seed sludge. Hasil ini ditunjang dengan
data statistik menggunakan uji F menunjukkan
bahwa penambahan urea berpengaruh sangat nyata
pada hari pertama, ketiga, keempat, kelima dan
keenam. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan
menggunakan uji BNJ pada hari pertama dan hari
ketiga konsentrasi urea optimum sebesar 0,21 M
dan BNT pada hari keempat hingga hari keenam
didapatkan konsentrasi urea optimum sebesar 0,14
M dan 0,21 M. Berdasarkan penurunan BOD 3 dan
nilai SV30 yang telah sesuai dengan sistem lumpur
aktif, maka dapat ditentukan konsentrasi urea
optimum sebesar 0,14 M pada hari ketiga.
4. Analisis SV 30 Pada Seed Sludge
Analisis SV 30 bertujuan untuk mengetahui
kecepatan lumpur dalam air limbah untuk
mengendap (Kawashima, 2006).
SV30 juga
merupakan rasio volume lumpur pada saat larutan

106

dalam bak aerasi didiamkan selama 30 menit (%).


Nilai SV 30 yang didapatkan pada awal pembuatan
seed sludge sebesar 23,7%. Nilai SV 30 yang rendah
dapat mengakibatkan kekeruhan pada air limbah.
Menurut Kawashima (2006), standar sistem
lumpur aktif untuk nilai SV 30 tidak ada, namun
perubahannya perlu diamati, dengan mengetahui
volume lumpur yang mengendap, maka akan mudah
mengetahui aktivitas mikroba. Nilai SV 30 sangat
berpengaruh pada kondisi air limbah, se makin cepat
lumpur yang terlarut di dalam air mengendap, maka
semakin baik kualitas air limbah, sehingga aman
langsung dibuang ke badan air. Volume lumpur
meningkat akibat peningkatan aktivitas mikroba.
Nilai SV 30 berhubungan erat dengan SVI dimana SVI
merupakan indikator keadaan pada saat lumpur
terkoagulasi. Standar SVI pada sistem lumpur aktif
sebesar 100-180 ml/g. Nilai SV 30 yang memenuhi
SVI yaitu pada kontrol pada hari pertama sebesar
27,5%. Sedangkan konsentrasi urea 0,07 M yang
memenuhi SVI didapatkan pada hari pertama,
kedua, ketiga dan keempat masing -masing sebesar
33,1%, 39,1%, 41,0% dan 42,9%. Nilai SV 30 pada
konsentrasi urea 0,14 M yang memenuhi SVI pada
hari pertama, kedua, ketiga, kelima dan keenam
yaitu 37,5%, 46,6%, 60,5%, 97,3% dan 97,7%. Nilai
SV30 pada konsentrasi urea 0,21 M yang memenuhi
SVI, yaitu pada hari pertama, kedua, keempat,
kelima dan keenam dengan nilai masing -masing
sebesar 42,5%, 55,4%, 58,5%, 74,1% dan 78,4%.
Gambar 5. menunjukkan pada kontrol dan
penambahan urea dengan ko nsentrasi 0,07 M
memiliki pola yang sama, dengan peningkatan SV 30
yang tidak terlalu signifikan dan cenderung
stasioner, sedangkan untuk penambahan urea
sebesar 0,14 M dan 0,21 M terjadi peningkatan yang
cukup tajam terutama untuk konsentrasi urea 0,14
M. Semua konsentrasi diawal pembuatan seed
sludge nilai SV30 yang terukur sedikit dikarenakan
lumpur yang terlarut dalam air limbah sulit
mengendap, sedangkan hari pertama hingga hari
kelima nilai SV30 mengalami peningkatan. Hal
tersebut menunjukkan pada hari kelima lumpur yang
terlarut dalam air limbah mengalami pengendapa n
akibat tingginya aktivitas mikroba. Peningkatan SV 30
yang sangat tajam terjadi pada hari pertama hingga
hari kelima dengan konsentrasi urea sebesar 0,14
M. Nilai SV 30 cenderung stabil pada hari keenam.
Hasil
ini
ditunjang dengan data
statistik
menggunakan uji F menunjukkan penambahan urea
berpengaruh sangat nyata pada hari pertama hingga
hari keenam. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan
menggunakan uji BNJ didapatkan konsentrasi urea
optimum sebesar 0,14 M dan 0,21 M. Berdasarkan
penurunan BOD 3 dan nilai MLSS yang telah
memenuhi standar sistem lumpur aktif, maka dapat
ditentukan konsentrasi urea optimum sebesar 0,14
M pada hari ketiga.

Agroscientiae ISSN 0854-2333

50

50

40

40

30

30

SV30 (%)

SV30 (%)

Pengaruh penambahan urea pada bak aerasi

20

20
10

10

0
0

Waktu (hari)

(b)

(a)
120

100

100

80
SV30 (%)

80
SV30 (%)

3
4
Waktu (Hari)

60
40

60
40
20

20
0

Waktu (Hari)

Waktu (Hari)

(c)

(d)

Gambar 5. Hubungan antara Hari dan SV 30 (a) Kontrol, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M
Figure 5. Hubungan antara Hari dan SV 30 (a) Control, (b) Urea 0,07 M, (c) Urea 0,14 M (d) Urea 0,21 M

SIMPULAN
1. Nilai BOD menurun seiring dengan peningkatan
konsentrasi
urea
hingga
hari
keenam.
Konsentrasi urea berpengaruh sangat nyata
terhadap BOD 3 pada hari pertama hingga hari
keenam. Pengaruh urea terhadap nilai DO
mengalami
fluktuasi.
Konsentrasi
urea
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai DO
pada hari pertama.
2. Nilai
MLSS
meningkat
seiring
dengan
peningkatan konsentrasi urea hingga hari
keenam. Konsentrasi urea berpengaruh sangat
nyata terhadap MLSS pada hari pertama, ketiga,
keempat, kelima dan keenam. Sedangkan SV30
meningkat
seiring
dengan
peningkatan
konsentrasi
urea
hingga
hari
keenam.
Konsentrasi urea berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai SV 30 pada hari pertama hingga ke
enam.
3. Konsentrasi urea optimum pada pembuatan seed
sludge yaitu sebesar 0,14 M pada hari ketiga
berdasarkan nilai MLSS sebesar 2528,8 mg/l
dan SV30 sebesar 60,5 % sedangkan nilai BOD3
sebesar 241,92 mg/l, DO sebesar 7,7027 mg/l.

Jana. I. W., N.K. Mardani., I W. B. Suyasa. 2006.


Analisis Karakteristik Sampah Dan Limbah Cair
Pasar Badung Dalam Upaya Pemilihan Sistem
Pengelolaannya. Kimia FMIPA Univ. Udayana.
Denpasar: 1 (2); 5 - 8.
Sudaryati. N.L.H., I. W. Kasa, I.W.B. Suyasa. 2007.
Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar
Sebagai
Bahan
Lumpur
Aktif
Dalam
Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. FMIPA
Univ. Udayana. Denpasar: 3 (1) : 21 29.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air
Limbah. UI Press. Jakarta: 23, 31, dan 128.
Kanematsu Coorporation. 2006. Feasibility Study on
Utilization of Biogas from Wastewater at
Noodle-Making Factory in the Kingdom of
Thailand. Thailand: 5-6.
Kawashima, T. 2006. Perancangan Dasar
Pengolahan Limbah Cair Dengan Sistem
Lumpur Aktif. Workshop upaya penerapan
sistem manager Lingkungan Di Industri Karet
Tahap
I.
Departement
Perindustrian.
Banjarmasin: 3-5.
Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistik. Edisi ke-3.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 382 -39

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G, dan S.S.Santika. 1987. Metoda
Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya .

Agroscientiae

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2011

107

You might also like