Professional Documents
Culture Documents
2
LBM 4
MODUL SARAF - SGD 2
STEP 1
STEP 2
1. Explain the anatomy of vertebra and the nervous?
2. Why is the pain worsening by lifting, coughing, bending, walking, and
slightly relieved by rest?
3. Why does the patient feel numb on his left leg?
4. Why does the patient have sensory deficits on his left inferior
extremity without motoric disturbances?
5. What is the relation about his job and his complain?
6. What are the risk factors from this scenario?
7. Why the tendon reflexes are normal and symmetric?
8. Why the pain radiating to left buttock and posterior thigh?
9. Describe about the interpretation about MRI scanning?
10.
Explain about the pathophysiology about the patient?
11.
What treatment (definitive treatment) that doctor can give to this
patient?
12.
DD?
STEP 3
1. Explain the anatomy of vertebra and the nervous?
- Vertebra ventral dr corpus vertebra dibatasi oleh diskus
intervertebralis ditahan 1 sama lain oleh ligament longitundinal ventral
dan dorsal
- Vertebra dorsal tdk terlalu kokoh terdiri dr arkus vertebra dengan
lamina. Diikat oleh lig. (interspinal, intertransversal, dan flavum)
Ada 24 ruas 139 sendi dan 24 diskus.
N.ischiadicus
Serabut saraf sciatica yg dimulai dr L4-L5 dan beberapa sgmen sacrum
Saraf keluar dr foramen sciatica dibawah otot piriformis
Saraf ini secara vertical turun ke belakang paha, belakang lutut.
4. Why does the patient have sensory deficits on his left inferior
extremity without motoric disturbances?
Nervusnya kena
10.
12.
13.
DD (etiologi How to diagnose LBP, clinical
exam)
LBP
Nyeri didaerah punggung sampai ke sacral.
Penyebab :
1. Dari lahir (spondilistesis : kelanian pembentukan corpus vertebra)
Kissing spine (proses spinosus bersentuhan)
Sakralisasi vertebra L5 (proc,transverses menyentuh os. Sacrum
dengan posisi lateral)
2. Trauma (perubahan pd sendi : sacroiliacaa nyeri di os.sacrum
Lumbosacral VL 5 dan os. Sacrum
HNP
1. HNP diskus L2-L3
Manfest : nyeri dan hipestesia, reflek tendon patella menurun,
kelemahan m.quadriceps femoris
2. HNP diskus L3-L4
Manfest : nyeri dan hipestesia, reflek tendon patella menurun,
kelemahan m.quadriceps femoris, laseque +
3. HNP diskus L4 dan L5
Manfest : nyeri dan hipestesia, reflek tendon patella menurun,
kelemahan m.quadriceps femoris, laseque +, reflek tendon Achilles
menurun
4. HNP diskus L5 S1
Manfest : nyeri dan hipestesia, reflek tendon menghilang, kelemahan
m.quadriceps femoris, laseque +.
Pemeriksaan Penunjang : MRI berguna bila level neurologi belum jelas, CTscan efektif bila efek neurologi jelas, rontgen kurang terlihat tampak Lateral.
Disuruh batuk kontraksi otot nyeri
Pemeriksaan Valsava
Pemeriksaan dengan kontas (sudah ditinggalkan karena nyeri)
14.
Menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat nyeri lebih
keras dan terasa pd permukaan tuubuh. Timbul karena perangsangan radix
(tekan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan)
Proses patologis ada di sekitar foramen intervertebralis
Duduk (meregangkan L5 dan S1, soalnya lewat posterior pinggung)
Kalo n.femoralis (L2,L3,L4) lewat anterior , jd ga pengaruh kalo duduk.
15.
Pembeda kelumpuhan tipe LMN dan UMN dan bagaimana
patologinya?
Faktor
Resiko
STEP 7
1. Explain the anatomy of vertebra and the nervous?
The semifluid nature of the nucleus pulposus allows it to change shape and permits one vertebra to
rock anteriorly or posteriorly on another, as in flexion and extension of the vertebral column.
. ANATOMI
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai
lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris mengelilingi
nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring)
Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada
ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah
terjadinya kelainan didaerah ini.
2. Nucleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic long
chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus
pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Kemampuan menahan
air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun
terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai
berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.
Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berta,
sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada
punggung bawah.
Batuk lama dan berulang
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah terjadinya HNP adalah:
1) degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan discus menjadi lemah.
2)
Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan dengan adanya penonjolan ke
spinal canal. Hal ini sering pula disebut dengan bulge atau protrusion.
a. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan degener
dengan penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
GAMBARAN RADIOLOGIS
10.
11.
What treatment (definitive treatment) that doctor can give to this
patient?
12.
PATOGENESIS
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah terjadinya HNP adalah:
1)
degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan discus
menjadi lemah.
2)
Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan dengan
adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut dengan bulge atau protrusion.
3)
4)
Sequestration atau Sequestered Disc: nucleus pulposus keluar dari annulus fibrosus
dan menempati sisi luar dari discus yaitu pad
Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda tergantung dari arah ekstrusi
dari nucleus pulposus:
1.
Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya munculnya gejala
yang berat kecuali nyeri.
2.
Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan penekanan
medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas,
begitu pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN.
3.
Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan
tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
Sumber :
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat.
87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
Sumber
:Richard S. Snell, Clinical Anatomy by Regions, 9t
PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun.
Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Patofisiologi HNP
13.
DD (etiologi How to diagnose LBP, clinical
exam)
DEFINISI
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu
keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis
(protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang diakibatakan oleh menonjolnya nukleus
pulposus yang menekan anulus fibrosus yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama
banyak terjadi di daerah lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan
neurologi (nyeri punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.
KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi
perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin,
gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis
servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku
kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang
belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari
nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota
tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan
paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5
% dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau
tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor
penyebab yang paling utama.
Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah lutut.
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.
2.
3.
Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini
timbul nyeri.
2.
3.
Tes Lasegue
4.
Tes Valsava
5.
Tes Patrick
6.
b. Hernia servicalis
- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
-
c. Hernia thorakalis
-
Nyeri radikal
Spondilolisis adalah suatu defek berupa jaringan fibrosa yang terjadi pada lamina atau arkus neuralis
vertebra. Penyebabnya tidak diketahui. Diketahui terdapat faktor herediter. Tetapi, diduga diakibatkan oleh
fraktur stres atau merupakan suatu fraktur akibat cedera. Spondilolisis sering terjadi pada vertebra lumbal
bawah 85% pada vertebra Lumbal 5 dan 15% pada vertebra Lumbal 4. Spondilolisis terjadi pada bagian
terlemah dari arkus neuralis yaitu pada ismus yang sempit (pars interartikularis) antara prosesus artikularis
superior dan inferior. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia. Banyak ditemukan pada masa
pertumbuhan dan ditemukan pada 10% orang dewasa. Nyeri timbul bila terjadi regangan pada jaringan fibrosa
akibat trauma atau strain kronik, biasanya asimptomatik. Pada pemeriksaan ditemukan Spasme otot ringan,
gangguan pergerakan tulang belakang, dan tidak ditemukan kelainan motorik atau sensorik. Pengobatan yang
dapat dilakukan, yaitu istirahat, mengurangi aktivitas, pada nyeri kronik dapat digunakan brace lumbosakral,
bila sudut > 40 pada anak, dipasang brace, bila sudut > 60 pada orang dewasa, dilakukan koreksi dengan
operasi dan dilakukan fusi.
Spondilolistesis adalah spondilolisis bilateral. Terapi pada spondilolistesis, yaitu terapi konservatif
seperti bedrest, fisioterapi, obat-obatan (NSAID dan pelemas otot), dan latihan tulang belakang serta terapi
operatif yakni fusi tulang belakang bila pergeseran lebih dari 50%.
39
Gejala
DD
thn
Setelah
Nyeri
mengang
bokong
kat
menjalar
barang
posterolater
berat
al extr.
Nyeri
duduk,
berdiri/
Sensoris
Reflex
Achilles
bawah, kaki,3
jari lateral
jalan
Herniasi Nukleus
Pulposus
Spondilolisis
Spondilolistesis
Meralgia
Paresthetica
+
+
+
+
+
+
Osteoarthritis
Spinal Stenosis
Pulposus
30 50 tahun
>50 tahun
>60 tahun
Pinggang
Akut
Meningkat
Menurun
Menurun
+
Artritis sendi
Tungkai
Buruk
Meningkat
Menurun
Menurun
+ dengan tekanan
+
Penyempitan kanal
Penyempitan kanal
Umur
Pola nyeri
Lokasi
Onset
Berdiri
Duduk
Membungkuk
Straight leg raising
X- ray
CT
MR scan
Pinggang
Akut
Menurun
Meningkat
Meningkat
+
Hernia diskus
Hernia diskus
DIAGNOSIS BANDING
1
Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein tinggi. Hal ini
dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
2. Arthiritis
3. Anomali colum spinal.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan
neurologik dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan
berulang, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada
kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan
ketika tanda-tanda menghilang. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu
lokalisasi yang akurat.
1.
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya, lokasi nyeri, sifat
nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau
memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang
sama. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berulangkali, timbulnya low back pain.
Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
2.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan
ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada
ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil
melihat respons pasien. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan
neurologis.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3.
Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat
membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersarafinya.
3.
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb,
jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan
ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan
ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan
melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan
kemungkinan karena kelainan tulang.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para
vertebral? deformitas? kiphosis? gibus?
2. Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu procesus spinosus, atau
gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral)
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah adalah benar
karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat
ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang
terganggu dapat diketahui.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka
dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk
saraf ini.
c.
Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 900 dicoba untuk
meluruskan sendi lutut.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat meliputi pemeriksaan darah dan juga pemeriksaan cairan
otak.
Pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
membantu
menegakkan
diagnosa
sekaligus
Foto Lumbosacral. Foto ini dapat digunakan untuk menemukan kelainan pada daerah
lumbal, antara lain hilangnya dics space.
Spine MRI maupun spine CT dapat memperlihatkan adanya kompresi pada spinal canal
oleh herniasi dari diskus.
Myelogram digunakan untuk mengetahui ukuran maupun lokasi dari herniasi diskus.
TERAPI
a. Terapi Konservatif
2. Medikamentosa
Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan tersendiri atau
kombinasi).
NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan penghambat COX-2 (nabumeton,
5. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut
biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat
digunakan kompres panas maupun dingin.
6. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban
pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
7. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan kaki, naik
sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk
memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan
dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
8. Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya
lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan kencang. Latihan untuk kelenturan
9. Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring.
Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan tumit
dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian berjinjit
(mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki yang lain
dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara
perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.
Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
b. Terapi Operatif
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit
neurologik.
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis,
memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
4. Disektomi dengan peleburan : Graf tulang (Dari krista illaka atau bank tulang) yang digunakan
untuk menyatukan dengan prosessus spinosus vertebrata. Tujuan peleburan spinal adalah untuk
menstabilkan tulang belakang dan mengurangi kekambuhan.
b.Hernia Servicalis
Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban
mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala harus
ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren.
Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
M. KOMPLIKASI
1) Kelemahan dan atrofi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan kontrol otot sphinter
4) Paralis / ketidakmampuan pergerakan
5) Perdarahan
6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
N. PROGNOSIS
14.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312026/bab2.pdf
15.
Pembeda kelumpuhan tipe LMN dan UMN dan bagaimana
patologinya?