Professional Documents
Culture Documents
touch a hot stove, failing to realize that pain is associated with touching a
heated burner. Similarly, a patient given a knife, spoon, fork, and baseball may
not be able to discriminate which of the objects "does not belong." [Click Here
To Return To List]
Referral Data - Data about the client obtained from other specialists, persons,
and agencies that are obtained verbally or through such documents as
psychometrics, terminal reports, medical reports, intake, and social service
reports. [Click Here To Return To List]
Referral Source - That person or facility sending a client for services. This
includes, but is not limited to, service agencies such as vocational
rehabilitation, physicians, industry, insurance companies, employment
agencies, community action groups, and potential clients themselves. [Click
Here To Return To List]
Referring Agency - The agency which sends or directs the client for services.
[Click Here To Return To List]
Refrig Bag - Device used to help keep males dry when they are incontinent. It
is a small plastic bag filled with absorbent tissue that is secured around the
penis. [Click Here To Return To List]
care practitioner draws and analyzes arterial blood gases and provides
breathing treatments to improve ventilation. In some hospitals, the RCP also
performs more advanced duties such as monitoring of the swan ganz catheters
and insertion of intravenous lines, nasogastric tubes, chest tubes, etc. [Click
Here To Return To List]
kemudian dialnjutkan diskusi dan dialog. Audiensi dilakukan dalam rangka mengikuti
dan menyalurkan aspirasi terkait perkembangan pengesahan RUU Keperawatan yang
sudah masuk di Prolegnas (Program Legislasi Nasional) dengan urutan ke-26 pada
prioritas tahun 2009. Menurut Zuber sekarang ini komisi IX sedang menggodok 4 RUU
terkait kesehatan yg tak kalah pentingnya dengan RUU Keperawatan. Diantaranya
adalah RUU tentang Kesehatan, RUU tentang Rumah Sakit, RUU tentang
Kependudukan, dan RUU tentang Psikotropika. RUU itu telah lebih lama digodok dan
menjadi prioritas oleh Komisi IX, sementara RUU Keperawatan baru intensif di godok
di Komisi ini pada pertengahan tahun 2008. Isu Kesra kadang sering menjadi isu
belakangan setelah ekonomi dan politik yang menjadi prioritas pembahasan di anggota
DPR.
Oleh karena itu RUU Keperawatan walaupun sudah masuk Prolegnas menurut Zuber
akan kalah prioritas dengan RUU lain yang ada di Komisi IX, hal ini dikarenakan
berbagai faktor diantaranya adalah adanya masa transisi pergantian anggota dewan pada
bulan Oktober, ditambah perubahan komposisi Komisi IX yang tinggal 8 orang yang
kembali menjadi anggota Dewan untuk periode mendatang. Namun Zuber akan terus
memperjuangankan tersahkannya RUU Keperawatan itu pada tahun ini melalui Komisi
dia di Komisi IX maupun melalui FPKS. Kalaupun tidak sampai tersahkan beliau
sendiri mentargetkan minimal terbentuk Panitia Khusus (Pansus) atau Kelompok Kerja
(Pokja) untuk mengawal pengesahan RUU Keperawatan ini di DPR RI. Disampaikan
juga bahwa jika sampai tahun 2009 belum disahkan, maka akan diusahakan ada pasalpasal pokok yang menjadi landasan untuk penyusunan UU Keperawatan yang
disisipkan pada UU tentang Kesehatan.
Menurut Zuber dengan berlakunya AFTA (Asia Free Trade Area) dan ditandatanganinya
Mutual Recognition Agreements (MRA) oleh presiden maka keberadaan UU
Keperawatan sangat urgent untuk menjadi payung hukum pengelolaan tenaga
keperawatan di Indonesia dan dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Kesepakatan
yang akan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010 itu memaksa Indonesia harus memiliki
Konsil Keperawatan yang akan mengatur registrasi, lisensi, dan sertifikasi seluruh
tenaga keperawatan yang bekerja di Indonesia baik dari dalam negeri sendiri maupun
perawat dari luar negeri yang akan bekerja di Indonesia. Namun karena RUU
Keperawatan ini belum disahkan maka keberadaaan Konsil Keperawatan Indonesia
belum dapat diwujudkan. Selain itu Zuber juga menyatakan bahwa keberadaan UU
Keperawatan ini sangat penting untuk melindungi tenaga keperawatan Indonesia dan
keselamatan pasien yang menjadi mitra langsung para perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Termasuk juga terkait pengaturan peluang kerja dan
kesejahteraab perawat Indonesia. Karena dengan adanya UU Keperawatan dan
kelengkapan pelaksanaannya, maka seluruh kompetensi tenaga keperawatan akan dapat
distandarisasi, diregistrasi, diberi lisensi dan serfitikasi.
Selanjutnya Zuber juga memaparkan bahwa pengguliran isu tentang RUU Keperawatan
ini tergolong terlambat. Masyarakat Umum, Pemerintah dan Anggota DPR pun
khususnya Komisi IX merasa terkejut. Kenapa isu itu baru sekarang dimunculkan saat
terjadi aksi simpatik perawat Indonesia di Gedung DPR/MPR RI saat Hari Perawat
Sedunia pada tanggal 12 Mei 2008. Dimana masa jabatan anggota dewan yang tinggal 1
tahun lagi. Zuber juga menyampaikan telah dan sedang melakukan lobi-lobi dengan
berbagai stakeholder termasuk PPNI yang menjadi motor pada pengawalan pengesahan
RUU ini. FPKS menyatakan telah melakukan serangkaian kegiatan agar RUU
Keperawatan menjadi prioritas, oleh karena itu agar tidak berbelit jika melalui jalur
formal dari pemerintah, maka diusahakan RUU ini harus menjadi inisiatif DPR. FPKS
menyatakan telah melakukan advokasi mengingat pentingnya RUU ini agar digodok
tidak melalui fraksi atau komisi melainkan melalui Badan Legislasi (Baleg) DPR, dan
akhirnya ditindaklanjuti oleh pimpinan DPR untuk langsung diteruskan ke Baleg DPR.
Zuber juga mengapresiasi tentang beberapa kasus yang menimpa perawat setelah
terbitnya UU Praktek Kedokteran, beliau menyampaikan tentang salah satu pentingnya
UU Keperawatan ini adalah pada kasus perlindungan pada tindakan medis yang
dilakukan oleh perawat di daerah pelosok dan terpencil yang tidak ada tenaga dokter
dengan alasan darurat.
Di akhir audiensi Zuber memberikan dorongan dan harapan pada seluruh komunitas
perawat Indonesia, baik dari PPNI, Rumah sakit da berbagai stake holder keperawatan
termasuk juga Instansi pendidikan keperawatan harus bekerja ekstra keras untuk
mengawal RUU Keperawatan ini. Mengingat begitu rumit dan panjangnya proses
penggodokan dan pengesahan sebuah RUU di DPR RI. Menurut beliau sebuah RUU
dapat diajukan melalui beberapa jalur. Diantarnya dari masyarakat melalui beberapa
anggota dewan langsung, ke komisi, fraksi, atau alat kelengkapan dewan yang lain. Atau
RUU diusulkan langsung oleh pemerintah. Perkembangan RUU Keperawatan selama
ini tidak mendapat support penuh dari pemerintah dalam hal ini adalah Departemen
Kesehatan, sehingga progresivitasnya mengalami stagnan. Sehingga perlu dilakukan
terobosan baru yaitu melalui inisiatif DPR langsung atau melalui Badan Legislasi DPR.
Terkait masalah tersebut Zuber memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah
pada proses pengawalan RUU itu:
1. Aksi Simpatik
2. Pengawalan Isu dan Tren RUU Keperawatan di Media Massa dan Elektronik dengan
melakukan penerbitan dan kegiatan ilmiah (press release, artikel, seminar, workshop,
dll)
3. Lobi-lobi Politik ke berbagai Stakeholder khususnya Departemen Kesehatan
4. Penokohan Tokoh Keperawatan secara kontinu dan berkesinambungan
Kegiatan-kegiatan dimaksudkan untuk menghangatkan isu tentang UU keperawatan di
kalangan publik. Selanjutnya Zuber juga menyarankan agar ada tokoh-tokoh perawat
yang terjun pada tataran politik praktis sebagai politisi untuk melakukan proses
pengawalan pada profesi perawat itu sendiri, karena beliau menyampaikan bahwa tidak
ada kehidupan bernegara dan bermasyarakat itu yang terlepas dari urusan politik sekecil
apapun itu.
Staf ahli Zuber Safawi yang hadir pada audiensi tersebut juga menyampaikan bahwa
salah satu stakeholder terkait selain Departemen Kesehatan adalah Departemen Tenaga
Kerja, hal ini karena kebutuhan tenaga profesional perawat juga menjadi area dari
Depnaker, sehingga perlu ada pengawalan juga. Sebagai kasus kebutuhan tenaga
perawat di Jepang yang masih belum memadai termasuk masalah kompetensi dan
sertifikasi, karena selama ini tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri kebanyakan
adalah tenaga non profesional yaitu tenaga kerja perusahaan atau bahkan TKI dan TKW
yang menjadi pembantu rumah tangga.