You are on page 1of 64

DETEKSI GEJALA CHILLING INJURY BUAH BELIMBING

(Averrhoa carambola L.) YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH


DENGAN NIR SPECTROSCOPY

SKRIPSI

ITA HERUWATI
F14070035

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

DETECTION OF CHILLING INJURY SYMPTOMS OF STAR FRUITS (Averrhoa


Carambola L.) STORED AT LOW TEMPERATURE BY NIR SPECTROSCOPY

Ita Heruwati and Y Aris Purwanto


Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor
Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia.
e-mail: itaheruwati@yahoo.com

ABSTRACT

Cold storage or low temperature storage is an effective method to extend the self life and assuring
quality product of horticulture such as star fruit. However, stored in low temperature may cause
chilling injury which decreases the quality of star fruit. Chilling injury of star fruit has correlation with
the change of pH content during storage. The change of pH content during storage my be determined
nondestructively using near infrared (NIR) Spectroscopy. The objectives of this study were to determine
quality of star fruit during storage, to build calibration model of NIR reflectance spectra to predict the
pH content during storage at 5 oC temperature, and to determine chilling injury symptoms based on
change of ion leakage slope during storage using NIR reflectance. Calibration were built using partial
least squares (PLS). Result of analysis showed that the change of pH content could be predicted well by
NIR reflectance using the calibration model of PLS for star fruit stored at 5 oC. The change of ion
leakage slope based on change of pH content also could be determined using NIR reflectance for star
fruits stored at 5 oC.

Keywords : star fruit, chilling injury, ion leakage, pH, NIR spectroscopy, PLS

Ita Heruwati. F14070035. Deteksi Gejala Chilling Injury Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.)
Yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan NIR Spectroscopy. Di bawah bimbingan Y. Aris
Purwanto. 2011.

RINGKASAN
Penyimpanan pada suhu rendah atau penyimpanan dingin adalah salah satu cara yang efektif
untuk mempertahankan mutu pascapanen produk hortikultura seperti buah belimbing. Namun
penyimpanan pada suhu rendah yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan dingin (Chilling
Injury) terutama pada produk yang sensitif terhadap suhu dingin.
Kerusakan dingin atau chilling injury (CI) merupakan kerusakan fisiologis pada membran sel
produk. Gejala terjadinya kerusakan dingin dapat diamati dari kenaikan kecepatan respirasi dan
produksi etilen, terjadinya proses pematangan yang tidak normal dan lambat serta kenaikan jumlah ion
yang dikeluarkan dari membran sel (ion leakage). Selain itu, perubahan pH juga dapat dijadikan
petunjuk terjadinya kerusakan dingin.
Penelitian bertujuan (1) menentukan perubahan parameter mutu buah belimbing (susut bobot,
kekerasan, TPT, pH, dan kadar air) selama penyimpanan, (2) mengembangkan model kalibrasi NIR
untuk memprediksi pH buah belimbing selama penyimpanan pada suhu 5 oC. (3) memprediksi gejala
CI buah belimbing berdasarkan perubahan slope ion leakage selama penyimpanan menggunakan
reflektan NIR. Penelitian dilakukan di Lab. Teknik Pengolahan Pangan Dan Hasil Pertanian, Departemen
TMB IPB pada bulan Februari sampai Juni 2011.
Penyimpanan buah pada penelitian ini dilakukan pada suhu 5 oC dan 10 oC selama 30 hari dan
suhu ruang selama 14 hari. Pengukuran reflektan NIR dan parameter mutu dilakukan pada hari ke-0, 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, dan 30 pada masing-masing suhu
penyimpanan. Namun pada suhu ruang pengukuran dilakukan hingga hari ke-14 karena buah sudah
rusak. Setiap pengukuran menggunakan 3 ulangan. Untuk sampel monitoring, digunakan 5 buah
belimbing yang disimpan pada suhu 5 oC dan reflektan diukur sesuai dengan hari pengukuran.
Hasil penelitian menunjukkan penyimpanan pada suhu 5 oC dan 10 oC dapat mempertahankan
mutu buah belimbing lebih baik dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang. Mutu buah belimbing
mengalami penurunan seiring dengan lamanya penyimpanan. Berdasarkan slope ion leakage, chilling
injury buah belimbing yang disimpan pada suhu 5 oC terjadi pada hari ke-6 penyimpanan. Namun,
secara visual gejala chilling injury terlihat pada hari ke-9 penyimpanan. Gejala yang terlihat seperti
bintik-bintik coklat, cekungan di permukaan kulit buah, dan sirip menjadi coklat. Gejala ini semakin
bertambah seiring dengan lamanya penyimpanan. Model kalibrasi untuk memprediksi pH buah
belimbing dengan NIR dikembangkan berdasarkan korelasi data reflektan NIR dengan data pH hasil
pengukuran secara destruktif. Data yang dianalisis adalah data pada suhu 5 oC selama 30 hari
penyimpanan. Dari total data yang digunakan, 2/3 bagian untuk kalibrasi dan 1/3 bagian untuk
validasi. Hasil kalibrasi dan validasi PLS menunjukkan nilai r model kalibrasi sebesar 0,6656 artinya
pH memiliki korelasi dengan reflektan NIR. Selisih nilai RMSEC sebesar 0,0297, serta nilai CV<5%
yaitu 4,43% yang artinya akurasi dan kestabilan model cukup baik. Rendahnya nilai r pada model
kalibrasi karena rentang data pH yang sangat kecil yaitu 3,37 4,15.
pH berkorelasi dengan slope ion leakage meskipun hubungan tersebut sangat lemah.
Hubungan antara pH dengan slope ion leakage berupa pola liniear dan dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut : y = 0,040557x 0,037067. Perubahan slope ion leakage selama
penyimpanan dapat ditentukan dengan menggunakan reflektan NIR berdasarkan nilai pH prediksi NIR
dengan menggunakan persamaan tersebut. Nilai tertinggi slope ion leakage prediksi NIR terjadi pada
hari ke-7 penyimpanan yang artinya kebocoran membran telah mencapai puncaknya dan chilling injury
diprediksi telah terjadi pada hari ke-7 penyimpanan.

DETEKSI GEJALA CHILLING INJURY BUAH BELIMBING


(Averrhoa carambola L.) YANG DISIMPAN PADA SUHU
RENDAH DENGAN NIR SPECTROSCOPY

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
ITA HERUWATI
F14070035

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul Skripsi : Deteksi Gejala Chilling Injury Buah Belimbing (Averrhoa


carambola L.) Yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan NIR
Spectroscopy
Nama
: Ita Heruwati
NIM
: F14070035

Menyetujui,
Pembimbing,

(Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc.)


NIP 19640307 198903 1 001

Mengetahui: Ketua
Departemen,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng.)


NIP 19661201 199103 1 004

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI


Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Deteksi Gejala
Chilling Injury Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) Yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan
NIR Spectroscopy adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan
belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011


Yang membuat pernyataan

Ita Heruwati
F14070035

Hak cipta milik Ita Heruwati, tahun 2011


Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

BIODATA PENULIS
Ita Heruwati. Lahir di Cahaya Murni, 08 Agustus 1989 dari ayah Heru Setiawan dan ibu
Sus Setyowati, sebagai putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan SMA
pada tahun 2007 dari SMAN I Sijunjung, Sumatera Barat dan pada tahun yang sama
diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program
Studi Teknik Mesin dan Biosistem, Departemen Teknik Mesin Dan Biosistem, Fakultas
Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai
kegiatan kemahasiswaan baik akademik maupun non-akademik termasuk menjadi
asisten dosen untuk mata kuliah Statika Dan Dinamika dan menjadi asisten praktikum
untuk mata kuliah Mekanika Fluida pada tahun 2009-2010. Penulis melaksanakan
Praktik Lapangan pada tahun 2010 di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Rancabali
Ciwidey, Jawa Barat dengan judul Mempelajari Teknik Pengolahan dan Penggunaan Energi Dalam Proses
Pengolahan Teh Hitam Orthodox Di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Rancabali, Jawa Barat. Sebagai
tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Deteksi Gejala
Chilling Injury Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) Yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan NIR
Spectroscopy.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Deteksi Gejala Chilling Injury Buah
Belimbing (Averrhoa carambola L.) Yang Disimpan Pada Suhu Rendah Dengan NIR Spectroscopy
dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak Februari sampai Juni 2011.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesaikannya tanpa
bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1.

Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan yang telah
diberikan kepada penulis.

2.

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. dan Dr. Lenny Saulia, S.TP., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis demi perbaikan skripsi ini.

3.

Ayah, Ibu, dan Adik yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis.

4.

Program beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) Institut Pertanian Bogor yang telah
membantu membiayai penulis selama melakukan studi.

5.

Bapak Sulyaden atas bantuan teknis dan diskusinya selama penulis melaksanakan penelitian.

6.

Adian Rindang, teman satu tim penelitian dan bimbingan atas bantuan dan diskusi-diskusinya.

7.

Anggy Fajar Maghfiroh, Ratna Aprilynda, Huda Fatmawati, dan Syahidin Nurul Ikhwan yang
selalu menyempatkan diri untuk membantu penulis melakukan penelitiannya serta motivasinya
kepada penulis.

8.

Teman-teman Teknik Mesin Dan Biosistem angkatan 44 atas bantuan dan dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini memberikan manfaat dan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian. Penulis juga berharap
masukan dan kritikan yang menyempurnakan tulisan ini dari berbagai pihak yang membaca skripsi
ini.

Bogor, September 2011


Ita Heruwati

iii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................

iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ v


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................... vii
I.

PENDAHULUAN ....................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................
1.2 TUJUAN .......................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................................
2.1 BOTANI BELIMBING ................................................................................................
2.2 PANEN DAN PASCA PANEN BELIMBING..............................................................
2.3 KERUSAKAN DINGIN (CHILLING INJURY) BUAH BELIMBING.............................
2.4 ION LEAKAGE...............................................................................................................
2.5 TEKNOLOGI NEAR INFRARED (NIR) SPECTROSCOPY .........................................
2.6 PLS (PARTIAL LEAST SQUARES)...............................................................................
III. METODE PENELITIAN..........................................................................................................
3.1 WAKTU DAN TEMPAT ............................................................................................
3.2 BAHAN DAN ALAT ....................................................................................................
3.3 PROSEDUR PENELITIAN ..........................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................
4.1 POLA SPEKTRA BUAH BELIMBING .......................................................................
4.2 PERUBAHAN PARAMETER MUTU BUAH BELIMBING..........................................
4.3 PERUBAHAN PARAMETER CHILLING INJURY ......................................................
4.4 KALIBRASI DAN VALIDASI NIR DENGAN METODE PLS......................................
4.5 PERSAMAAN REGRESI pH TERHADAP SLOPE ION LEAKAGE...............................
4.6 pH PREDIKSI BERDASARKAN REFLEKTAN NIR ......................................................
4.7 PREDIKSI SLOPE ION LEAKAGE BERDASARKAN PERUBAHAN pH.................
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................
5.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................
5.2 SARAN ........................................................................................................................

1
1
2
3
3
4
6
7
8
11
12
12
12
12
18
20
23
26
29
31
31
32
33
33
33

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................

34

LAMPIRAN .................................................................................................................................

37

iv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indeks warna kematangan buah belimbing ......................................................................

Tabel 2. Kandungan nutrisi dalam 100 gram buah belimbing .......................................................

Tabel 3. Laju respirasi buah belimbing .......................................................................................

Tabel 4. Laju perubahan ion leakage pada suhu penyimpanan 5 C ............................................

26

Tabel 5. Deskripsi data kalibrasi dan validasi .............................................................................

29

Tabel 6. Komponen evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap pH buah belimbing
dengan metode PLS .......................................................................................................

30

Tabel 7. Prediksi slope ion leakage buah belimbing berdasarkan pH rata-rata hasil prediksi NIR
Pada penyimpanan 5 oC..................................................................................................

32

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Buah belimbing (Averrhoa carambola L.) ....................................................................

Gambar 2. Prinsip dasar transfer elektron ...........................................................................................

Gambar 3. Membran sel ......................................................................................................................

Gambar 4. Proses difusi pada membrasn plasma ...............................................................................

Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian .................................................................................

13

Gambar 6. (a) NIRFlex N-500 dan (b) spectra suite NIRware 1.2 .............................................

14

Gambar 7. Arah pengambilan spektra ..........................................................................................

14

Gambar 8. Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS ...........................................................

17

Gambar 9. Tahapan analisis slope ion leakage prediksi ................................................................

19

Gambar 10. Reflektan buah belimbing pada suhu penyimpanan 5 C .............................................

20

Gambar 11. Reflektan (a) sebelum normalisasi dan (b) setelah normalisasi .................................

21

22

Gambar 13. Absorban buah belimbing setelah normalisasi 0-1 pada suhu penyimpanan 5 C .....

22

Gambar 14. Grafik perubahan susut bobot pada berbagai tingkat suhu selama penyimpanan .......

23

Gambar 15. Grafik perubahan kekerasan pada berbagai tingkat suhu selama penyimpanan ........

24

Gambar 16. Grafik perubahan TPT rata-rata pada berbagai tingkat suhu selama penyimpanan .....

25

Gambar 17. Grafik perubahan kadar air rata-rata pada suhu berbagai tingkat suhu penyimpanan ..

26

Gambar 18. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 5 oC pada hari ke-1.........................

27

Gambar 12. Reflektan buah belimbing setelah normalisasi 0-1 pada suhu penyimpanan 5 C ......

27

Gambar 20. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 5 C pada hari ke-12 ......................

27

Gambar 21. Buah belimbing yang sudah terkena CI pada hari ke-9 penyimpanan .......................

28

Gambar 22. Perubahan pH buah belimbing selama penyimpanan.................................................

29

Gambar 19. Perubahan Ion leakage pada penyimpanan suhu 5 C pada hari ke-6 ........................

Gambar 23. Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada suhu penyimpanan 5 C.........

30

Gambar 24. Hubungan antara pH buah belimbing dengan slope ion leakage................................

31

Gambar 25. pH prediksi rata-rata NIR buah belimbing sampel monitoring ..................................

32

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
o

Lampiran 1. Kondisi buah belimbing selama penyimpanan pada suhu 5 C .................................

38

Lampiran 2. Sari buah belimbing untuk pengukuran pH .............................................................

40

Lampiran 3. Sampel pengukuran ion leakage ..............................................................................

40

Lampiran 4. Data perubahan bobot (gram) rata-rata pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan ......

41

Lampiran 5. Data kekerasan (kgf) buah rata-rata pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan...........

42

Lampiran 6. Data TPT ( Brix) rata-rata buah pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan ................

42

Lampiran 7. Data kadar air (%) rata-rata buah pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan ..............

43

Lampiran 8. Data pH rata-rata buah belimbing pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan..............

43

Lampiran 9. Hasil pengukuran pH buah belimbing pada penyimpanan 5 C .................................


o

Lampiran 10. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 C pada hari penyimpanan ke-1 ...............
o

Lampiran 11. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 C pada hari penyimpanan ke-3 ...............
o

Lampiran 12. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 C pada hari penyimpanan ke-6 ...............
o

Lampiran 13. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 C pada hari penyimpanan ke-9 ...............
o

44
44
45
45
46

Lampiran 14. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 C pada hari penyimpanan ke-12 .............

46

Lampiran 15. Nilai slope ion leakage (a) selama penyimpanan 5 oC ..............................................

47

Lampiran 16. Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada penyimpanan 5 oC ...............

48

Lampiran 17. Hasil analisis regresi pH dan slope ion leakage pada penyimpanan 5 oC ...............

51

Lampiran 18. pH buah belimbing hasil prediksi sampel monitoring berdasarkan reflektan NIR
pada penyimpanan 5 oC .........................................................................................

51

vii

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan buah tropis yang berasal dari
kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di
dunia termasuk Indonesia. Umumnya tanaman ini ditanam di pekarangan atau di halaman rumah
sebagai tanaman peneduh. Buah belimbing memiliki prospek pemasaran yang baik dan
merupakan buah lokal yang harganya mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Disamping
itu, sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai penurun tekanan darah tinggi atau penormal tekanan
darah, buah ini sudah memiliki konsumen tersendiri yakni masyarakat kalangan menengah ke
atas. Kelebihan yang lain yaitu produktivitasnya yang tinggi dan dapat berbuah sepanjang tahun.
Masalah utama yang menjadi kendala bagi produk buah-buahan di Indonesia adalah
karakteristik alaminya yang mudah rusak dan busuk. Umur pascapanen yang relatif singkat dan
penurunan mutu buah selama penyimpanan membatasi potensi ekspor. Dalam hal ini sangat
dibutuhkan teknologi penanganan pascapanen buah yang baik sejak di tingkat petani. Salah satu
penanganan pascapanen produk hortikultura seperti buah belimbing yang paling sederhana adalah
dengan penyimpanan pada suhu rendah atau penyimpanan dingin. Penyimpanan dingin
merupakan suatu proses pengawetan suatu bahan pangan yang dilakukan pada suhu di atas suhu
pembekuannya. Secara umum penyimpanan dingin dilakukan pada suhu 2,2 oC-15 oC. Proses
pendinginan akan mengurangi kelayuan karena kehilangan air. Tujuan dari penyimpanan dingin
adalah menghambat turunnya mutu suatu bahan pangan dengan cara pengaturan kelembaban dan
kondisi udara. Namun, untuk beberapa komoditas, penyimpanan pada suhu rendah dapat
menyebabkan kerusakan dingin (chilling injury) terutama pada produk yang sensitif terhadap
suhu dingin.
Kerusakan dingin atau chilling injury (CI) merupakan kerusakan fisiologis pada membran
sel produk. Pada tingkat kerusakan yang lebih tinggi akan mempengaruhi kekerasan buah, dimana
CI akan menyebabkan buah memiliki tekstur lebih lunak. Oleh karena itu perubahan kekerasan
buah dapat dijadikan indikator kemungkinan terjadinya CI. Kerusakan membran biasanya sering
kali diikuti oleh beberapa efek fisiologis seperti produksi etilen, peningkatan laju respirasi,
penurunan laju fotosintesis dan perubahan pada struktur sel yang dapat menyebabkan produk
mudah terserang penyakit. Chilling stress dan kerusakannya tidak hanya terjadi selama
penyimpanan. Kasus chilling injury dapat dijumpai di lapangan, selama penanganan atau transit,
atau selama distribusi wholesale, di tempat retail dan di rumah tangga. Penempatan produk dalam
lemari pendingin di rumah juga merupakan hal umum yang dapat menyebabkan kerusakan
dingin.
Menurut Thompson (1967), gejala CI pada buah belimbing yaitu seperti bercak-bercak
coklat pada permukaan kulit, pencoklatan pada kelima pinggiran sisinya, dan cekungan
dipermukaan kulit buah sehingga menimbulkan kegagalan dalam proses pematangan. Gejala ini
terlihat pada suhu penyimpanan 5-10 oC tetapi suhu penyimpanan tersebut dapat mempertahankan
kondisi buah selama 3-4 minggu.
Penilaian kualitas internal buah pada umumnya dilakukan secara destruktif yaitu dengan
merusak bahan seperti penilaian secara visual dengan membelah buah. Namun penggunaan
teknologi nondestruktif untuk menentukan faktor mutu produk pertanian semakin berkembang.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah teknologi Near Infrared. Metode near infrared

(NIR) spectroscopy merupakan metode pengukuran nondestruktif yang memanfaatkan energi


gelombang inframerah dekat untuk mengukur sifat-sifat fisik dan kimia suatu produk.
Parameter CI buah belimbing yang akan diamati pada penelitian ini adalah perubahan ion
leakage dan perubahan pH. Identifikasi CI pada umumnya dilakukan secara visual setelah buah
diletakkan beberapa jam pada suhu ruang. Buah belimbing yang rusak cenderung terjadi
penurunan kekerasan, kandungan total padatan terlarut (TPT) dan pH. CI pada buah belimbing
akan diamati selama penyimpanan pada suhu 5oC.

1.2. Tujuan
1.
2.
3.

Menentukan perubahan parameter mutu buah belimbing (susut bobot, kekerasan, TPT,
pH, dan kadar air) selama penyimpanan.
Mengembangkan model kalibrasi NIR untuk memprediksi pH buah belimbing selama
penyimpanan pada suhu 5 oC.
Memprediksi gejala CI buah belimbing berdasarkan perubahan slope ion leakage selama
penyimpanan menggunakan reflektan NIR.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Belimbing


Belimbing (Averrhoa carambola L.) merupakan tanaman hortikultura yang tumbuh di
daerah tropis. Sumber genetik dari keanekaragaman belimbing terdapat di Malaysia. Tanaman ini
terbagi menjadi dua jenis yaitu belimbing manis (carambola) dan belimbing wuluh (bilimbi).
Jenis belimbing yang banyak dibudidayakan adalah belimbing manis. Pohon belimbing berkayu
keras dan tinggi pohon dapat mencapai 12 m. Pohon belimbing tidak terlalu besar dengan
diameter batang sekitar 30 cm. Daun belimbing termasuk daun majemuk menyirip ganjil dengan
anak daun tersusun berhadapan atau berseling pada tangkai bersama dan umumnya berjumlah 7
17 helai. Daun muda berwarna kemerahan, setelah tua berwarna hijau muda (Sunarjono 2004).
Bentuk morfologi buah belimbing dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Oxalidales
Famili
: Oxalidaceae
Genus
: Averrhoa
Spesies
: Averrhoa carambola L. (belimbing manis)
Belimbing bukan termasuk tanaman musiman. Panen buah belimbing dilakukan 3-4 kali
dalam setahun. Panen besar biasanya bulan Juli Agustus. Umur petik dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang iklimnya basah seperti Jakarta, umur petiknya
sekitar 35-60 hari setelah pembungkusan atau 65-90 hari setelah bunga mekar (Rukmana 1996).

Gambar 1. Buah belimbing (Averrhoa carambola L)


Varietas belimbing unggul adalah varietas yang memiliki produktivitas yang tinggi, resisten
terhadap hama dan penyakit, ukuran buah besar dan warna menarik, serta dapat ditanam
diberbagai kondisi lingkungan baru. Jenis varietas unggulan yang ada di Indonesia diantaranya
varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak Kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu,
Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua
varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.

2.2. Panen dan Pascapanen Belimbing


Umur panen (petik) buah belimbing dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan iklim. Salah
satu faktor yang menentukan mutu dan kualitas buah belimbing adalah waktu dan cara pemetikan.
Karena buah belimbing merupakan buah non-klimakterik, maka buah harus dipetik setelah
matang pohon. Buah belimbing yang masih hijau atau muda pada saat dipetik lebih rentan terkena
chilling injury ketika disimpan pada suhu rendah dibandingkan buah belimbing yang dipetik
setelah matang. Waktu pemetikan yang tepat adalah pagi hari saat buah masih segar dan sinar
matahari belum terlalu panas. Pemanenan biasanya dilakukan dengan melihat perubahan warna
kulit buahnya dari hijau atau hijau-kekuningan menjadi warna kuning atau kuning-orange. Indeks
warna kematangan belimbing seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Indeks warna kematangan buah belimbing
Indeks
Penampilan Buah
Kematangan

Karakteristik
Indeks 1- Warna hijau tua, buah belum
matang tidak sesuai untuk dipasarkan

1
Indeks 2- Warna hijau sedikit kuning,
buah matang dan sesuai untuk diekspor
2

Indeks 3- Warna hijau melebihi kuning,


buah matang dan sesuai diekspor melalui
udara

Indeks 4- Warna kuning dominan


dibanding hijau, buah matang, sesuai
untuk diekspor melalui udara

Indeks 5- warna kuning dengan sedikit


warna hijau, buah matang sesuai untuk
pasaran lokal

Indeks 6- Warna kuning, buah matang,


sesuai untuk pasaran lokal
6

Indeks 7- oranye, buah terlalu matang,


tidak sesuai untuk dipasarkan
7

Sumber : FAMA (2005)

Cita rasa buah ditentukan oleh tingkat kemasakannya. Buah yang masak di pohon akan
memiliki rasa yang lebih enak, berwarna kuning dengan permukaan yang halus dan mengkilat
(Satyawibawa 1992). Buah yang berwarna kuning sempurna memiliki kadar gula maksimum
namun buah sangat rapuh, mudah pecah dan gampang terluka. Oleh karena itu, buah belimbing
biasanya dipanen saat perubahan warnanya berhenti. Buah dengan warna kuning 50-70% lebih
keras dibandingkan dengan buah yang berwarna kuning sempurna atau kuning-orange, buah
dengan warrna ini dianggap sebagai kematangan komersil.
Buah belimbing memiliki kandungan nutrisi dan vitamin yang sangat bermanfaat.
Kandungan vitamin C yang tinggi dalam belimbing bermanfaat sebagai antioksidan yang
berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah radikal bebas. Nutrisi yang terkandung
dalam 100 gram buah belimbing dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi dalam 100 gram buah belimbing
Nutrisi
Satuan
Kadar
Air
g
91,38
Energi
kkal
31
Protein
g
1,04
Lemak
g
0,33
Karbohidrat
g
6,73
Diet serat
g
2,8
Gula
g
3,98
Kadar abu
g
0,52
Kalsium
mg
3,00
Besi
mg
0,08
Fosfor
mg
12
Seng
mg
10
Vitamin C
mg
34,4
Folat
g
12
Asam pantotenat
mg
0,39
Vitamin B1
mg
0,03
Vitamin B2
mg
0,02
Kalium
mg
133
Sumber : USDA Nutrient Database (2010)

Setelah pemetikan, buah belimbing akan mengalami proses pematangan enzimatik. Proses
inilah yang menyebabkan buah belimbing menjadi lebih manis, segar, enak, dan renyah
(Satyawibawa 1992). Proses ini juga menyebabkan perubahan warna pada buah belimbing,
walaupun demikian hanya sedikit perubahan yang terjadi pada kualitasnya. Laju produksi etilen
buah belimbing termasuk rendah bergantung pada tingkat kematangan. Produksi etilen tertinggi
terjadi setelah 20 hari penyimpanan pada suhu 20 oC dan akan berhubungan dengan kerusakan
buah. Untuk laju respirasi buah belimbing akan berbeda bergantung pada jenis atau varietas
buahnya dan tingkat kematangannya (Shiesh et al. 1987).

Tabel 3. Laju respirasi buah belimbing


No.
Temperatur
Mg CO2/kg.h
1.
5oC
10 sampai 19
2.
10 oC
15 sampai 29
3.
15 oC
19 sampai 34
4.
20 oC
37 sampai 92
Sumber: Shiesh et al., 1987

2.3. Kerusakan dingin (Chilling Injury) Buah Belimbing


Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara yang efektif untuk menjaga kualitas
produk hortikultura setelah panen. Penyimpanan pada suhu rendah atau penyimpanan dingin
adalah suatu proses pengawetan suatu bahan pangan yang dilakukan pada suhu di atas suhu
pembekuannya. Secara umum penyimpanan dingin dilakukan di bawah suhu 15 oC tergantung
kepada bahan yang akan disimpan. Namun, untuk beberapa komoditas, penyimpanan pada suhu
rendah dapat menyebabkan kerusakan dingin (chilling injury).
Champbell et al. (1987) melaporkan bahwa suhu 5oC merupakan suhu penyimpanan paling
efektif untuk buah belimbing. Sedangkan menurut Thompson (1967), buah belimbing dapat
bertahan selama 3-4 minggu bila disimpan pada suhu 5-10 oC dan tahan selama 4-5 hari bila
disimpan pada suhu 20 oC.
Menurut Wan dan Lam (1984), chilling injury (CI) dapat terjadi pada buah belimbing
manis muda yang disimpan pada suhu 5oC setelah 5 minggu penyimpanan dan gejala CI yang
ditampakkan adalah layu pada permukaan buah, sirip buah menjadi coklat dan gagal matang
setelah dikeluarkan dari ruang pendingin. Buah belimbing muda yang memiliki warna kuning
kurang dari 25% akan mengalami kerusakan ringan setelah 5 minggu disimpan pada suhu 5 C.
Kerusakan akan bertambah seiring lamanya waktu penyimpanan. Kerusakan fisiologi yang
terlihat seperti bercak-bercak berwarna hijau tua, bagian sirip menjadi kecut dan berwarna hitam,
serta warna kuning buah tidak dapat berkembang setelah dipindahkan pada suhu 20 C.
Paull dan Chen (1986) melaporkan bahwa buah belimbing merupakan buah yang tidak
terlalu sensitif terhadap CI. Namun, selama penyimpanan dingin yang berlangsung pada suhu 0 oC
atau 5 oC selama 2 dan 6 minggu terdapat gejala-gejala kerusakan dingin seperti bintik-bintik
kecil pada permukaan kulitnya dan warna coklat pada seluruh sisi pinggirnya. Gejala kerusakan
dingin ini semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu penyimpanan.
Ali et al. (2004) menyebutkan buah belimbing yang disimpan pada suhu 5 oC dan 10 oC
mengalami perubahan warna dan kehilangan air. Pada suhu penyimpanan tersebut, gejala CI
terlihat pada 10 dan 20 hari penyimpanan. Respon fisiologis buah belimbing pada suhu 10 oC
selama 7 hari, 14 atau 21 hari pada suhu ruang sebelum buah matang menunjukkan kejadian dan
keparahan gejala CI. Gejala ini terus meningkat sejalan dengan waktu penyimpanan terhadap
suhu rendah. Gejala CI tersebut selain pencoklatan pada kulit buah adalah terjadinya peningkatan
laju kehilangan air dan perubahan warna kulit, begitu juga dengan kehilangan tekstur buah yang
terjadi sangat cepat karena aktivitas enzim memodifikasi dinding sel buah.
Rohaeti (2010) juga mengamati gejala chilling injury (CI) pada buah belimbing yang
disimpan pada suhu 5 oC secara visual. Gejala CI timbul pada hari ke-15 penyimpanan dan
semakin lama semakin banyak timbul bintik-bintik hitam atau coklat pada permukaan kulitnya
dan menurut Kader (1996) buah belimbing yang terkena CI ditandai dengan adanya gejala seperti
bintik-bintik coklat, cekungan di permukaan kulit buah, sirip menjadi coklat sehingga
menimbulkan kegagalan dalam proses pematangan.

2.4. Ion Leakage


Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul, dan dengan reaksi
transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion. Konsentrasi ion
menentukan banyaknya ion yang ada pada larutan tetapi bukan berarti selalu berbanding lurus
dengan besar konduktivitas membran karena membran mempunyai karakter yang khas,
diantaranya dapat mempertahankan beda potensial antara lingkungan dikedua sisinya.

Gambar 2. Prinsip dasar transfer elektron (Rajeshwar and Ibanez 1997)


Saltveit (1989) menyatakan penyebab fisiologis untuk pengkondisian chilling injury pada
buah-buahan dapat dipelajari dengan memeriksa kinetika kebocoran ion (ion leakage). Ada dua
sumber ion, yaitu yang cepat berupa kompartemen kecil yang bisa menjadi dinding sel dan yang
lambat dapat berupa sebuah kompartemen jauh lebih besar yang bisa menjadi sitoplasma dan
vakuola. Persamaan eksponensial diturunkan untuk menjelaskan difusi ion dari jaringan dingin.
Saltveit (1989) juga menyatakan bahwa gejala terjadinya kerusakan dingin dapat diamati dari
kenaikan kecepatan respirasi dan produksi etilen, terjadinya proses pematangan yang tidak
normal dan lambat serta kenaikan jumlah ion yang dikeluarkan dari membran sel (ion leakage).

Gambar 3. Membran sel (Johnson 2003)

Tekstur buah-buahan dan sayuran bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk, dan
keterikatan sel-sel. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung
pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif vakuola, permeabilitas protoplasma, dan elastisitas dinding
sel. Dalam osmosis zat-zat bergerak dari daerah dengan energi kinetik tinggi ke daerah dengan
energi yang lebih rendah. Cairan sel mempunyai jenjang sel lebih rendah karena zat-zat yang
terlarut di dalamnya, sebagai akibat air berdifusi ke dalam sel. Difusi terus menerus
meningkatkan jenjang energi sel, dan berakibat naiknya tekanan yang mendorong sitoplasma ke
dinding sel dan menyebabkan sel menjadi tegang. Bila jenjang energi di luar sel lebih rendah,
akan terjadi difusi zat-zat ke luar sel yang mengakibatkan plasmolisis atau kematian sel.

Gambar 4. Proses difusi pada membran plasma (Johnson 2003)


Perubahan bentuk fisik membran pada suhu rendah diduga merupakan penyebab terjadinya
ion leakage dari jaringan tanaman yang sensitif terhadap suhu dingin. Kenaikan persentasi ion
leakage menunjukkan besarnya membran sel yang pecah (Nobel 1991 dalam Herdiana 2010).
Budi (2007) menyebutkan bahwa penyimpanan dingin pada suhu 5 oC juga berpengaruh terhadap
perubahan pH, walaupun jumlahnya sedikit. Peningkatan ini diakibatkan oleh perubahan
kandungan asam yang menunjukan terjadinya gejala kerusakan dingin. Menurut Judoamidjojo
(1992), derajat keasaman (pH) merupakan parameter yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pembentukan produk karena protein mempunyai gugusan yang dapat terionisasi, sehingga
perubahan pH akan berpengaruh terhadap katalik dan konformasi enzim. Saeni (1989)
menyatakan bahwa perubahan pH dapat disebabkan oleh lama penyimpanan dan adanya
mikroorganisme.

2.5. Teknologi Near Infrared (NIR) Spectroscopy


1. Spektroskopi Infra merah dekat
Spektrum infra merah dekat (NIR) merupakan gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya sedikit di atas daerah cahaya tampak yaitu pada 700 nm 2500
nm. Menurut Osborne et al. (1993), keunggulan dari gelombang infra merah dekat dalam
analisis khususnya analisis bahan makanan yaitu gabungan antara kecepatan, tingkat
ketepatan dan kemudahan dari percobaan yang dilakukan. Teknologi pantulan infra
merah dekat merupakan salah satu metode analitik yang dapat digunakan untuk analisis

kecepatan tinggi, teliti, tidak menimbulkan polusi, tidak menggunakan bahan kimia, dan
non destruktif (tidak merusak bahan).
Semua bahan organik terdiri dari atom-atom utama seperti karbon, oksigen,
hidrogen, nitrogen, phospor, dan sulfur. Atom-atom ini berkombinasi melalui ikatan
kovalen dan elektrovalen membentuk molekul. Molekul bervibrasi pada frekuensi yang
berkaitan dengan panjang gelombang dalam daerah infrared dari spektrum
elektromagnetik. Ketika molekul diradiasi dengan sumber energi, molekul memerlukan
energi potensial untuk perubahan energi. Radiasi elektromagnetik ditentukan oleh
frekuensi (f), panjang gelombang (), atau bilangan gelombang ( ).
Energi radiasi (Ep) biasanya disebut dengan photon dan bergantung pada panjang
gelombang dimana radiasi diemisikan dan dapat ditentukan dengan persamaan :
( )

dimana c (3x108 m/s) adalah kecepatan cahaya dan h (6,6 x 10-34 Js) adalah tetapan
plancks. Molekul-molekul hanya dapat menyerap energi photon pada panjang
gelombang yang cocok dengan vibrasi molekul tersebut. Intensitas penyerapan dapat
dinyatakan sebagai transmitan dengan persamaan :
( )

Nilai I adalah intensitas energi yang keluar dari sampel, dan Io adalah energi yang
mengenai sapel. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa penyerapan dapat dinyatakan
dengan persamaan :
( )

( )

( )

Nilai A adalah absorban, k adalah konstanta proporsi, c adalah konsentrasi penyerapan


molekul, dan l adalah jarak antara sumber energi ke sampel.
Saat radiasi mengenai partikel-partikel sapel maka radiasi dapat dipantulkan,
diserap, atau diteruskan. Nilai yang terukur berupa nilai pantulan (diffuse reflectance)
yang secara empirik berkaitan dengan konsentrasi penyerapan molekul (c). Dalam NIR
spectroscopy, reflektan (R) dianalogikan dengan transmitan, sehingga:
( )

( )

Mohsenin (1984) menyatakan ketika bahan organik dikenai radiasi infra merah
dekat, sekitar 4% akan dipantulkan (specular reflectance) melalui permukaan luar,
sedangkan 96% radiasi ini akan masuk ke sampel dan diserap yang selanjutnya akan
mengalami penyerapan (absorption), pemantulan (body reflection), penyebaran
(scattering), dan radiasi yang tidak diserap yang diteruskan melalui sampel atau
dipantulkan dalam sampel (diffuse reflectane). Radiasi infra merah dekat yang
dipantulkan dari sampel dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik sampel.

2. Penelitian aplikasi teknologi Near Infrared (NIR)


Radiasi NIR pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William
Herschell (1738-1822), ketika sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring
optik yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata
surya. Hingga sekarang, aplikasi teknologi Near Infrared semakin berkembang
terutama untuk keperluan bahan pangan, pertanian, kedokteran, farmasi, dan industri
kimia. Metode NIR dapat digunakan untuk menentukan komposisi bahan kimia seperti
kadar air, lemak, asam, gula, protein, dan berbagai senyawa lain dalam bahan pangan
dan hasil pertanian. Di dalam industri produk pangan dan pertanian, aplikasi teknologi
NIR pertama kali dilakukan oleh Norris dan Hart (1962) yang mengukur kadar air pada
biji-bijian dan bibit tanaman. Sejak saat itu penggunaannya terus berkembang dan
pengaplikasian secara komersil dilakukan oleh Williams (1973) yang menganalisis
gandum dan biji-biji berkadar minyak.
Penyebaran radiasi NIR spectroscopy dalam jaringan buah dan sayuran
dipengaruhi oleh struktur mikro bahannya, oleh karena itu NIR spectroscopy dapat
digunakan untuk mengukur struktur-struktur mikro yang berhubungan dengan bahan,
seperti kekerasan dan kerusakan dalam bahan. Pada tahun 1995, Budiastra et al.
menggunakan teknologi NIR untuk mengklasifikasikan 200 contoh mangga kedalam tiga
jenis rasa manis, manis asam, dan asam dengan kisaran panjang gelombang 1400-1975
nm. Metode stepwise dari regresi berganda (SMLR) digunakan untuk memilih panjang
gelombang optimal untuk menduga konsentrasi sukrosa dan asam malat.
Chang et al. (1998) menggunakan teknologi NIR dalam penelitiannya menduga
total padatan terlarut sari buah jeruk, apel, pear, pepaya, dan pisang. Dari berbagai sari
buah tersebut maka dikembangkan algoritma umum untuk menentukan total padatan
terlarut sari buah.
Rosita (2001) menerapkan teknologi NIR dalam memprediksi mutu buah duku.
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa NIR dapat memprediksi kadar gula dan
kekerasan buah duku dengan baik. Disimpulkan pula bahwa data absorbansi NIR
memberikan nilai korelasi yang lebih tinggi (0.91), standar error lebih rendah (0.87), dan
koefisien keragaman yang akurat (5.39).
Munawar (2002) menggunakan teknologi NIR untuk menduga kadar gula dan
kekerasan buah belimbing. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa NIR dapat menduga
kadar gula dan kekerasan buah belimbing dengan baik.
Marthaningtyas (2005) melakukan pendugaan total padatan terlarut dan kadar
asam belimbing (Averrhoa carambola L.) dengan menggunakan NIR dan JST.
Penggunaan analisis komponen utama dalam mereduksi hasil data absorbansi dari
spektrum infra merah dekat sangat efektif.
Susilowati (2007) menduga parameter mutu buah pepaya (Carica papaya L.)
dengan menggunakan metode NIR selama penyimpanan dan pemeraman. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa pada panjang gelombang 900-1400 nm dapat menduga
total padatan terlarut buah pepaya tetapi tidak dapat digunakan untuk mengukur
kekerasan buah. Hubungan antara data absorban NIR dengan total padatan terlarut
dipelajari dengan kalibrasi menggunakan metode SMLR, PCR, dan PLS.
Purba (2010) melakukan pendugaan komposisi kimia Modified Cassava Flour
(MOCAF) dengan menggunakan metode NIR. Dari penelitian disimpulkan bahwa
komposisi kimia MOCAF meyerap gelombang infra merah dekat pada panjang

10

gelombang antara lain : 1940 nm dan 1200 nm untuk penyerapan kadar air, 100 nm dan
1180 nm untuk penyerapan kadar abu, 1440-1590 nm untuk penyerapan pH, dan 22802320 nm untuk penyerapan kadar amilosa. Semakin besar komposisi kimia MOCAF,
maka penyerapan (absorban) NIR akan semakin besar dan puncak gelombang semakin
tinggi.

2.6. PLS ( Partial Least Squares)


Analisis data NIR dapat dimanfaatkan dengan mempelajari hubungannya dengan sifat
bahan yang diukur. Beberapa metode kalibrasi yang dapat digunakan untuk memepelajari
hubungan tersebut diantaranya yaitu Stepwise multiple linear regression (SMLR), principal
component regression (PCR), dan partial least squares (PLS).
Metode regresi kuadrat terkecil parsial atau partial least squares (PLS) merupakan metode
yang digunakan untuk memperkirakan serangkaian variabel tidak bebas (respons) dari variabel
bebas (prediktor) yang jumlahnya sangat banyak, memilki struktur sistematik linear atau
nonlinear, dengan atau tanpa data yang hilang, dan memiliki kolinearitas yang tinggi. Metode
PLS hampir sama dengan metode PCR. Perbedaan kedua metode ini adalah pada proses
penentuan komponen utama atau principal component (PC). Pada PCR penentuan PC hanya
berdasarkan variasi maksimum data spektra sedangkan dalam PLS, PC ditentukan berdasarkan
variasi maksimum data spektra dan data destruktif secara bersamaan.
Metode PLS telah banyak digunakan sebagai metode olah data spektra NIR. Uddin et al.
(2006) memprediksi protein dan kadar air dalam surimi menggunakan spektra NIR pada panjang
gelombang 400-1100 nm dan metode PLS. Protein dan total padatan terlarut (TPT) dapat
diprediksi dengan sangat baik. Model kalibrasi untuk protein memiliki nilai r = 0,98; residual
prediction deviations (RPD) =10,38 dan untuk kadar air memiliki r = 0,98; residual prediction
deviations (RPD) = 7,63.
Penchaiya et al. (2009) memprediksi total padatan terlarut ( TPT) dan kekerasan buah lada
menggunakan reflektan NIR pada panjang gelombang 780-1690 nm dan metode PLS. Model
kalibrasi yang diperoleh untuk total padatan terlarut (TPT) memiliki nilai r = 0,92; standard error
of prediction (SEP) = 0,70 oBrix. Sedangkan kekerasan tidak dapat diprediksi dengan baik oleh
NIR, model kalibrasi yang diperoleh memiliki nilai r = 0,60; standard error of prediction (SEP) =
4,49 N; dan bias = 5,59N.
Novita DD (2011) memprediksi kadar air buah manggis yang disimpan pada suhu 8 oC, 13
o
C, dan suhu ruang menggunakan reflektan NIR dan metode PLS. Model kalibrasi yang diperoleh
pada suhu 8 oC memiliki nilai r = 0,758; root mean square error of calibration (RMSEC) = 1,25
%, suhu 13 oC memiliki nilai r = 0,861; root ean square error of calibration (RMSEC) = 1,98 %,
dan pada suhu ruang memiliki nilai r = 0,882; root mean square error of calibration (RMSEC) =
1,73.

11

III.

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan selama 5 bulan terhitung mulai Februari 2011 hingga Juni 2011.
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil
Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) segar
kualitas ekspor. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Spektrometer NIRFlex N-500 (fiber optic solids) dengan panjang gelombang 1000-2500 nm,
digunakan untuk mengambil data spektra buah belimbing
2. Rheometer model CR-300, digunakan untuk mengukur kekerasan buah
3. Refraktometer, digunakan untuk mengukur TPT yang terkandung dalam buah
4. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi citra buah belimbing
5. Penggaris, digunakan untuk mengukur ukuran buah
6. Timbangan elektronik, digunakan untuk mengukur berat buah
7. Electrical Conductivity (EC) meter, untuk mengukur ion leakage
8. pH meter, untuk mengukur pH sari buah belimbing
9. Oven untuk mengukur kadar air
10. Refrigerator digunakan untuk menyimpan buah belimbing selama penelitian berlangsung

3.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

3.3.1. Persiapan Sampel


Sampel belimbing yang digunakan pada penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria
sebagai berikut: berat yang seragam yaitu berkisar antara 200-250 gram, tingkat kematangan
indeks tiga yaitu buah berumur 30-35 hari setelah pembungkusan, memiliki warna hijau lebih
banyak daripada warna kuning, bentuk normal, permukaan kulit buah bersih, bebas cacat dan
bercak jamur serta penyakit. Belimbing yang digunakan adalah belimbing varietas Dewi yang
diambil dan dikumpulkan langsung dari kebun petani di daerah Sawangan Depok, serta
dilakukan sortasi terhadap kriteria penyeragaman sampel seperti yang telah diuraikan diatas.
Buah belimbing diletakkan ke dalam keranjang bambu dan menggunakan irisan kertas
koran sebagai pengisi untuk menghindari kerusakan mekanis akibat benturan selama
perjalanan menuju laboratorium. Setelah di laboratorium, buah belimbing dibersihkan dan
direndam dalam larutan thiobendazole (TBZ) 10 ppm selama tiga menit, selanjutnya
belimbing dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Perendaman bertujuan membunuh
kuman dan penyakit patogen. Setelah kering belimbing diletakkan ke dalam chamber dan
disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 5oC, 10oC dan suhu ruang (28-30oC) selama 30
hari. Sampel yang digunakan berjumlah 66 buah untuk masing-masing suhu 5 oC dan 10 oC,

12

45 buah untuk suhu ruang, serta 5 buah sampel monitoring yang disimpan pada suhu 5 oC.
Pengukuran parameter dilakukan setiap hari hingga hari kesepuluh kemudian pengukuran
dilakukan setiap dua hari sekali hingga hari ketiga puluh. Pengukuran pada suhu ruang
berhenti hingga hari keempat belas karena buah sudah mengalami pembusukan. Pengukuran
yang dilakukan adalah pengambilan spektra masing-masing sampel, susut bobot, kekerasan,
total padatan terlarut, kadar air, ion leakage dan pH.

Mulai

Buah belimbing

Sortasi
Perendaman dengan thiobendazole (TBZ)

Penyimpanan pada suhu 5 oC, 10 oC,


dan suhu ruang

Pengukuran parameter mutu danCI

Reflektan NIR

pH

Slope ion leakage

Susut bobot,
kekerasan, total
padatan terlarut
(TPT), dan kadar air

Membangun persamaan kalibrasi


Analisis regresi

Metode PLS

Model kalibrasi terbaik


(A)

Persamaan regresi pH terhadap


kemiringan (slope) ion leakage (B)

Selesai

Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian

13

3.3.2. Pengukuran Reflektan NIR


Pengukuran reflektan NIR buah belimbing dilakukan pada 3 titik yang berbeda yaitu
pada bagian pangkal, tengah, dan ujung menggunakan NIRFlex N-500 (fiber optic solids)
pada panjang gelombang 1000-2500 nm dengan interval 0,4 nm. Setiap buah memiliki 3 set
data reflektan. Daerah yang disinari akan memberikan hasil berupa spektra yang direkam
oleh detektor. Informasi yang diperoleh merupakan hasil interaksi gelombang elektronika
dengan komponen penyusun bahan biologi. Pembacaan spektra akan dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak spectra suite NIRware 1.2 yang terhubung dengan NIRFlex
N-500-fiber optic solid (Gambar 6).

Gambar 6. (a) NIRFlex N-500 dan (b) spectra suite NIRware 1.2

Data reflektan secara otomatis tersimpan di database NIRCal 5.2 yang merupakan
program olah data yang terintegrasi dengan spektrometer NIRFlex N-500. Prinsip
pengukuran spektra adalah menembakkan cahaya dari lampu halogen ke sampel. Sebagian
energi akan diserap dan sebagian lainnya dipantulkan. Energi yang dipantulkan akan diterima
oleh detektor sebagai data frekuensi getaran dan ditransformasi dengan metode Fourier
menjadi grafik data reflektan (Anonim 2008).

Pangkal
Tengah
Ujung

Gambar 7. Arah pengambilan spektra

14

3.3.3. Pengukuran Parameter CI


1.

Ion Leakage

Pengukuran ion leakage dilakukan setiap hari sebanyak tiga kali ulangan pada suhu
penyimpanan 5 oC. Ion leakage diukur berdasarkan perubahan nilai konduktivitas listrik
larutan dengan menggunakan Electricity Conductivity meter. Daging buah diambil dengan
ukuran panjang 1 cm x 1 cm x 1 cm dan direndam di dalam larutan aquabides (40 ml) yang
nilai konduktivitas listrik awalnya diketahui. Pengukuran dilakukan pada suhu ruangan
selama 240 menit dengan selang waktu pengukuran setiap 20 menit. Setelah 240 menit,
sampel diambil dan dihaluskan kemudian direndam selama 2 menit supaya semua ion terlarut
ke dalam aquabides dan nilai konduktivitas listrik totalnya terukur. Data dari ion leakage
dinyatakan dalam persen dari total konduktivitas listrik dalam larutan. Sesuai penelitian
Purwanto (2005) persamaan yang digunakan untuk mengukur perubahan ion leakage adalah :
(

( )

dimana :
x
= nilai konduktivitas listrik menit ke-n; n = 20,40,60,...,240
y
= nilai konduktivitas listrik akhir (total) setelah dihaluskan.
2.

pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan sampel tepat pada sampel yang


diambil spektranya. Sampel selanjutnya diparut dan diperas, larutan hasil perasan kemudian
diukur nilai pH nya dengan menggunakan pH meter.

3.3.4. Pengukuran Parameter Mutu


1.

Susut bobot

Pengukuran susut bobot dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.


Pengukuran dilakukan sebelum buah belimbing disimpan (b o) dan setiap kali akhir
pengamatan (bt). Selanjutnya susut bobot didapatkan dengan membandingkan pengurangan
bobot awal pengamatan dan dinyatakan dalam persen (%). Rumus perhitungan susut bobot
yaitu:
........................ (6)
dimana:
bo
bt
2.

= bobot awal pengamatan (g)


= bobot akhir pengamatan (g)

Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap alat penekan dari
alat rheometer. Alat ini diset dengan mode 20 dengan beban maksimum 10 kg dan kedalaman
penekanan 10 mm. Kecepatan penurunan beban 60 mm/m dan diameter probe 5 mm.
Pengukuran dilakukan di tiga titik, tepat pada bagian yang diambil spektranya sehingga
diperoleh data tiga kali ulangan.

15

3.

Total padatan terlarut (TPT)

Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer. Bahan dihaluskan


sebelumnya hingga manjadi pasta, kemudian setetes contoh diletakkan pada prisma
refraktometer. Skala refraktometer menunjukan kadar total padatan terlarut (%Brix).
4.

Kadar air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Buah belimbing
dipotong dengan ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm tepat pada bagian yang diambil spektranya
sehingga dihasilkan data tiga kali ulangan setiap satu sampel. Cawan alumunium yang akan
digunakan sebagai wadah pengeringan dipanaskan di dalam oven bersuhu 105oC selama 15
menit (atau sampai beratnya konstan) kemudian didinginkan dalam disikator selama 10 menit
lalu ditimbang beratnya (A). Kedua, potongan buah belimbing diletakkan pada cawan yang
telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang (B). Ketiga, cawan yang telah berisi cawan
diletakkan dalam oven bersuhu 105oC selama 20 jam. Cawan yang sudah didinginkan di
dalam desikator ditimbang beratnya (C). Kadar air belimbing dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
(
dimana:
KAbb
A
B
C

(7)

= kadar air basis basah (%)


= berat cawan (gr)
= berat cawan + bahan sebelum dikeringkan (gr)
= berat cawan + bahan setelah dikeringkan (gr)

3.3.5. Pengembangan Model Kalibrasi NIR dengan Metode PLS


PLS (Partial Least Squares) merupakan metode pengolahan data yang mereduksi
jumlah variabel yang sangat banyak menjadi beberapa variabel yang paling berpengaruh.
Olah data dilakukan menggunakan program NIRCal 5.2 yang terintregasi dengan
spektrometer. Data spektra dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kalibrasi dan
kelompok validasi dengan sampel yang berbeda. Jumlah data kalibrasi adalah 2/3 dan
validasi 1/3 dari total data pada masing-masing suhu penyimpanan (Gambar 8).
Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi pH dengan
reflektan NIR, sedangkan validasi merupakan uji terhadap model kalibrasi. Validasi
bertujuan untuk menguji ketepatan prediksi persamaan kalibrasi yang telah dibangun.
Validasi dilakukan dengan memasukkan sampel data yang berbeda kedalam persamaan
kalibrasi sehingga diperoleh data pH dugaan NIR. Pengolahan awal (pretreatment) yang
dilakukan berupa normalisasi 0-1. Pada prinsipnya normalisasi 0-1 adalah memperlebar nilai
spektra serta memproporsionalkan nilai spektra dari dua nilai spektra dengan kandungan
yang sama. Metode ini bertujuan mengurangi error yang terjadi akibat data spektra yang
tidak seragam karena perbedaan ukuran partikel dan perbedaan panjang gelombang radiasi.

16

Mulai

Reflektan NIR

pH

Reflektan NIR

Pretreatment data

pH

Pretreatment data

Model
kalibrasi PLS

Proses kalibrasi

pH
Model kalibrasi PLS

Validasi

Evaluasi model :
(nilai r, RMSE, dan CV)

Selesai

Gambar 8. Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS

3.3.6. Evaluasi hasil kalibrasi dan validasi PLS


Hasil kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS dievaluasi berdasarkan nilai
koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2), root mean square error (RMSE), dan
coefficient of variation (CV). Nilai r menyatakan hubungan antara variabel x (peubah bebas)
dan y (peubah tak bebas) dengan kisaran nilai 0-1. Semakin besar r artinyan hubungan
variabel x dan y semakin erat. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kemampuan model
menerangkan keragaman nilai peubah tak bebas. Semakin besar nilai R 2 maka model
semakin mampu menerangkan perilaku peubah tak bebas. Kisaran nilai R2 antara 0% sampai
100% (Mattjik et al. 2006). Nilai RMSE merupakan selisih antara nilai hasil prediksi dengan
nilai hasil pengukuran. RMSE kalibrasi disebut RMSEC dan validasi disebut RMSEP. Untuk
mengetahui besar error, maka RMSEP dibandingkan dengan nilai tengah data yang
dinyatakan oleh CV. Model yang baik memiliki nilai r dan R2 yang tinggi, nilai CV yang
rendah, serta nilai RMSEC dan RMSEP yang hampir sama (Wiliam & Norris 1990 dalam
Novita DD 2011). Nilai RMSE dan CV dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

( )

17

( )
Nilai x adalah nilai hasil pengukuran, y adalah nilai hasil prediksi NIR, dan n adalah
jumlah data . model dinyatakan baik jika nilai r dan R2 mendekati 1 dan nilai CV<5%. Model
kalibrasi terbaik digunakan untuk memprediksi pH buah berdasarkan reflektan NIR pada
tahap kedua.

3.3.7. Penentuan persamaan regresi pH terhadap kemiringan (slope)


Ion leakage
Hubungan pH dan ion leakage berdasarkan data destruktif ditentukan dengan analisis
regresi menggunakan program microsoft excel. Untuk menguji keberartian model dapat
dilihat dengan menggunakan analisis varians (ANOVA). Persamaan yang diperoleh
digunakan untuk menentukan gejala chilling injury berdasarkan perubahan pH buah
belimbing.

3.3.8. Prediksi pH buah belimbing berdasarkan Reflektan NIR


Model kalibrasi NIR terbaik yang diperoleh digunakan untuk memprediksi pH buah
belimbing berdasarkan reflektan NIR. Data reflektan lima sampel monitoring dinormalisasi
0-1, kemudian digunakan untuk memprediksi pH buah selama penyimpanan dengan model
kalibrasi NIR terbaik.

3.3.9. Prediksi gejala chilling injury berdasarkan perubahan slope ion


leakage
Data pH buah hasil prediksi NIR digunakan untuk memprediksi slope ion leakage
dengan persamaan regresi pH terhadap slope ion leakage yang diperoleh pada tahap pertama.
Chilling injury buah belimbing selama penyimpanan diprediksi berdasarkan hubungan lama
penyimpanan dan kemiringan (slope) ion leakage hasil prediksi.

18

Mulai

Buah belimbing
(sampel monitoring)

Sortasi
Perendaman dengan thiobendazole (TBZ)
Penyimpanan selama 30 hari pada suhu 5 oC

Pengukuran reflektan NIR

Data NIR

Pretreatment data
Model kalibrasi terbaik untuk
memprediksi pH pada
penyimpanan suhu 5 oC (A)

pH prediksi NIR
Persamaan regresi pH terhadap
kemiringan (slope) ion leakage
(B)
Kemiringan (slope) Ion leakage
buah prediksi

Nilai kemiringan (slope) ion leakage tertinggi


selama penyimpanan

Selesai

Gambar 9. Tahapan analisis slope ion leakage prediksi

19

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pola Spektra Buah Belimbing

Reflektan

Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm
menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan buah belimbing yang
disimpan pada tingkat suhu yang berbeda memiliki pola yang hampir sama. Reflektan memiliki
tiga lembah utama yaitu 1190 nm, 1440 nm, dan 1940 nm. Gambar 10 merupakan spektra buah
belimbing pada yang disimpan pada suhu 5 oC.
Radiasi NIR yang dipancarkan ke bahan organik, sekitar 4% akan dipantulkan kembali oleh
permukaan luar (regular reflection) dan sisanya sekitar 96% akan masuk ke dalam bahan
kemudian mengalami penyerapan, pemantulan, penyebaran dan penerusan cahaya (Mohsenin
1984). Menurut Winarno et al. dalam Susilowati (2007) setiap substansi bahan atau material
biologi memiliki spektrum NIR yang spesifik. Apabila diuji dua sampel bahan yang mempunyai
komposisi kimia dan komposisi fisik berbeda, maka akan terlihat perbedaan spektrum NIR yang
dilihat pada puncak-puncak gelombang pada spektrum reflektan.
Pengolahan awal (pretreatment) perlu dilakukan terhadap reflektan. Pretreatment yang
dilakukan berupa normalisasi 0-1 yang bertujuan mengurangi error akibat pengaruh perbedaan
ukuran partikel dan memperbesar rentang nilai reflektan. Spektra yang diperoleh dari ketiga
bagian buah belimbing pada umumnya tidak berhimpit atau tidak memiliki nilai yang sama.
Dengan perlakuan awal berupa normalisasi 0-1, ketiga spektra akan terlihat berhimpit dan
nilainya hampir sama (Gambar 11 dan Gambar 12). Hal ini dilakukan karena pada saat analisis
spektra dengan menggunakan program NIRcal 5.2, ketiga spektra dikalibrasi dengan satu nilai
yang sama yaitu pH rata-rata.

Panjang gelombang (nm)


Gambar 10. Reflektan buah belimbing pada suhu penyimpanan 5 oC

20

Reflektan

Data reflektan secara tidak langsung digunakan untuk mengukur jumlah energi yang
diabsorbsi oleh sampel. Data reflektan diubah menjadi data serapan (absorban) dengan
mentransformasi data dalam log (1/Reflektan). Pada kurva absorbansi terlihat puncak-puncak
penyerapan pada panjang gelombang 1190 nm, 1440 nm, dan 1940 nm yang mencerminkan
kandungan air, dan diatas panjang gelombang 2400 nm mencerminkan kandungan pati (Osborne
et al. 1993).

Reflektan

Panjang gelombang (nm)


(a)

Panjang Gelombang (nm)


(b)
Gambar 11. Reflektan (a) sebelum normalisasi dan (b) setelah normalisasi

21

Reflektan

Panjang gelombang (nm)

Absorban

Gambar 12. Reflektan buah belimbing setelah normalisasi 0-1 pada suhu penyimpanan 5 oC

Panjang gelombang (nm)


Gambar 13. Absorban buah belimbing setelah normalisasi 0-1 pada suhu penyimpanan 5 oC

22

4.2. Perubahan Parameter Mutu Buah Belimbing


4.2.1

Susut Bobot

Susut bobot buah belimbing cenderung meningkat dengan semakin lamanya


penyimpanan. Susut bobot terjadi karena hilangnya air dalam buah oleh respirasi yang
mengubah gula (C6H12O6) menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) (Kader 2002). Susut
bobot merupakan salah satu parameter mutu buah yang mencerminkan tingkat kesegaran
buah karena peningkatan susut bobot mengindikasikan terjadinya kehilangan air selama
penyimpanan. Maka, semakin tinggi susut bobot tingkat kesegaran buah akan semakin
berkurang. Grafik perubahan susut bobot buah belimbing selama penyimpanan pada masingmasing suhu dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Grafik perubahan susut bobot rata-rata pada berbagai tingkat suhu selama
penyimpanan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perubahan susut bobot tertinggi terjadi pada
penyimpanan suhu ruang, kemudian suhu 10 oC dan paling rendah adalah suhu 5 oC. Menurut
Javanmardi dan Kubota (2006), tingginya proses respirasi buah yang disimpan pada suhu
ruang dibandingkan buah yang disimpan pada suhu rendah menyebabkan susut bobot pada
suhu ruang lebih tinggi. Kehilangan air merupakan penyebab langsung kehilangan secara
kuantitatif (susut bobot), kerusakan tekstur (kelunakan dan kelembutan), dan kerusakan
lainnya (kelayuan dan pengerutan).

4.2.2

Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap alat penekan dari
alat rheometer. Alat ini diset dengan mode 20 dengan beban maksimum 10 kg dan kedalaman
penekanan 10 mm. Kecepatan penurunan beban 60 mm/m dan diameter probe 5 mm.
Pengukuran dilakukan di tiga titik, tepat pada bagian yang diambil spektranya.

23

Nilai kekerasan buah akan semakin menurun dengan semakin lamanya penyimpanan,
artinya buah belimbing semakin lunak. Hal ini disebabkan buah belimbing tetap mengalami
perubahan kematangan selama penyimpanan sehingga tingkat kekerasan buah berubah.
Menurut Muchtadi (1992), perubahan turgor sel disebabkan karena komposisi dinding sel
berubah, dan perubahan tersebut mempengaruhi kekerasan (firmness) buah, yang biasanya
buah menjadi lunak apabila telah matang. Penurunan nilai kekerasan ini terjadi akibat
degradasi pektin yang tidak larut air (protoektin) dan berubah menjadi pektin yang larut
dalam air. Buah belimbing merupakan buah non-klimakterik dimana laju respirasi buah terus
mengalami penurunan selama penyimpanan. Penurunan laju respirasi ini diikuti dengan
penurunan mutu buah belimbing.
Suhu penyimpanan yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kekerasan buah
belimbing selama penyimpanan. Buah belimbing yang disimpan pada suhu dingin memiliki
nilai kekerasan yang lebih baik. Hal ini disebabkan penyimpanan dingin dapat menghambat
proses metabolisme, pemasakan, pelunakan, dan penuaan. Dari Gambar 15 terlihat bahwa
buah yang disimpan pada suhu ruang mengalami penurunan nilai kekerasan paling besar
kemudian suhu 10 oC dan 5 oC.

Gambar 15. Grafik perubahan kekerasan rata-rata pada berbagai tingkat suhu selama
penyimpanan

4.2.3 Total Padatan Terlarut (TPT)


Kandungan total padatan terlarut suatu bahan menunjukkan kandungan gula yang
terdapat pada bahan tersebut. Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan
refraktometer yang dinyatakan dalam persen brix sukrosa. Pengukuran dilakukan pada
bagian yang berbeda yaitu bagian pangkal, bagian tengah, dan bagian ujung belimbing dan
kemudian nilai hasil pengukurun dirata-ratakan.
Perubahan kandungan gula meliputi tiga macam yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
Sukrosa memberikan rasa manis sehingga semakin tinggi nilai TPT maka buah akan semakin
manis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan TPT buah belimbing mengalami
perubahan yang bervariasi dan cenderung mengalami penurunan pada akhir penyimpanan.

24

Perubahan yang bervariasi dapat disebabkan karena pengukuran dilakukan pada buah yang
berbeda pada setiap pengamatan. Pada Gambar 16 ditampilkan perubahan nilai TPT selama
penyimpanan pada suhu 5 oC, 10 oC, dan suhu ruang.
Perubahan kandungan TPT buah belimbing selama penyimpanan tidak besar. Hal ini
dikarenakan kandungan gula buah belimbing yang sedikit yaitu 3,98 gram. Namun,
kandungan TPT buah belimbing mengalami peningkatan pada awal-awal penyimpanan
karena adanya proses hidrolisis pati menjadi sukrosa, glukosa, dan fruktosa, kemudian
kandungan TPT cenderung mengalami penurunan. Menurut Winarno (2002), peningkatan
total gula terjadi karena akumulasi gula sebagai hasil degradasi pati, karena selama proses
pematangan terjadi hidrolisis polisakarida menjadi gula-gula sederhana, sedangkan
penurunan total padatan terlarut terjadi karena sebagian gula digunakan untuk proses
respirasi. Pantastico (1986) menyatakan bahwa besarnya laju degradasi pati menjadi gula
sederhana dipengaruhi oleh suhu dan enzim sehingga semakin tinggi suhu, maka degradasi
pati akan semakin cepat sampai batas tertentu dimana katifitas enzim hidrolase akan
terhambat. Dapat dilihat dari Gambar 16 bahwa peningkatan kandungan TPT pada suhu
ruang cenderung lebih tinggi dibandingkan pada suhu 10 oC dan 5oC.

Gambar 16. Grafik perubahan TPT rata-rata buah belimbing pada berbagai tingkat suhu
selama penyimpanan

4.2.4

Kadar air

Hasil pengukuran kadar air belimbing selama penyimpanana bervariatif. Hasil yang
bervariatif dimungkinkan karena sampel buah yang berbeda sehingga terjadi variasi kadar air.
Buah belimbing memiliki kadar air yang tinggi yaitu 92-94%. Hasil pengukuran kadar air
selama penyimpanan adalah 90-94% dan trendline menunjukkan buah belimbing cenderung
mengalami penurunan kadar air. Menurut Pantastico (1986), setelah pemetikan buah masih
mempunyai kadar air yang tinggi kemudian akan menurun sampai proses pemasakan. Buah
belimbing merupakan buah non-klimakterik dimana setelah pemetikan laju respirasi terus
menurun. Penurunan laju respirasi diikuti oleh penurunan mutu buah belimbing termasuk
penurunan kadar air.

25

Hasil pengamatan pada Gambar 17 menunjukkan bahwa kadar air pada suhu 5 oC lebih
tinggi, ini dikarenakan tingginya RH diruang penyimpanan sehingga terjadi penyerapan uap
air dari udara sehingga penurunan kadar air tidak tinggi, sebaliknya pada suhu ruang yang
memiliki RH rendah terjadi penguapan sehingga kadar air buah belimbing mengalami
penurunan lebih tinggi dibandingkan pada suhu dingin.

Gambar 17. Grafik perubahan kadar air rata-rata pada berbagai tingkat suhu penyimpanan

4.3. Perubahan Parameter CI


4.3.1. Ion leakage
Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul, dan dengan reaksi
transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion. Saltveit (1989)
menyatakan penyebab fisiologis untuk pengkondisian chilling injury pada buah-buahan dapat
dipelajari dengan memeriksa kinetika kebocoran ion (ion leakage). Sedangkan Lewis dan
Workman (1964) dalam Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa pada suhu lebih rendah
dari 10 oC akan menimbulkan kerusakan fisiologis dan terjadi kebocoran-kebocoran elektrolit
dengan cepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi perubahan
ion leakage. Perubahan ion leakage terbesar adalah pada hari ke-6 penyimpanan yaitu sekitar
38,31% atau dengan nilai slope (laju perubahan ion leakage) sebesar 0,1289. Kebocoran ion
disebabkan karena kerusakan membran sel yang terjadi akibat lipid protein sebagai penyusun
dinding sel mengalami ketegangan plastis karena pendinginan. Nobel (1991) menyebutkan
bahwa ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel dan bergantung pada
kosentrasi zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan elastisitas
dinding sel.
Gambar 18, 19, dan 20 menunjukkan kenaikan persentasi ion leakage. Kenaikan ion
leakage disebabkan oleh meningkatnya kerusakan membran permeable sehingga pada saat
dikeluarkan dari ruang penyimpanan dingin, dinding sel pecah dan cairan sel keluar yang
menyebabkan kenaikan ion leakage tinggi.

26

total persentase (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 0,1257x + 8,5591
0

20

40

60

80 100 120 140 160 180 200 220 240


Waktu (menit)

total persentase (%)

Gambar 18. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 5 oC pada hari ke-1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 0,1289x + 11,057

20

40

60

80 100 120 140 160 180 200 220 240


Waktu (menit)

total persentase (%)

Gambar 19. Perubahan Ion leakage pada penyimpanan suhu 5 oC pada hari ke-6
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 0,1323x + 11,184
0

20

40

60

80 100 120 140 160 180 200 220 240


Waktu (menit)

Gambar 20. Perubahan ion leakage pada penyimpanan suhu 5 oC pada hari ke-12

27

Slope ion leakage merupakan laju perubahan ion leakage selama penyimpanan.
Semakin tinggi nilai slope ion leakage menandakan bahwa kebocoran membran semakin
tinggi yang artinya buah semakin rusak. Dari hasil pengamatan selama penyimpanan, slope
ion leakage mengalami penurunan hingga hari kelima dan mengalami peningkatan kembali
pada hari ke-6 sebesar 0,1289 yang artinya chilling injury terjadi pada hari tersebut dan
kemudian ion leakage buah mengalami perubahan yang fluktuatif (Tabel 4).
Tabel 4. Laju perubahan ion leakage pada suhu penyimpanan 5 oC
Hari Penyimpanan
1
2
3
4
5
6
7

Slope
0,1257
0,1090
0,1140
0,0932
0,0917
0,1289
0,1217

Secara visual, gejala chilling injury buah belimbing terlihat pada hari ke-9
penyimpanan. Gejala yang terlihat seperti cekungan di permukaan kulit buah. Purwanto
(2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa gejala chilling injury pada buah mentimun
salah satunya adalah timbulnya cekungan pada permukaan kulitnya. Gejala chilling injury
lain yang terlihat seperti bintik-bintik coklat semakin banyak terlihat pada permukaan buah
belimbing, dan sirip buah belimbing mengalami pencoklatan (Gambar 21).

(a)
(b)
Gambar 21. Buah belimbing yang sudah terkena CI pada hari ke-9 penyimpanan

4.3.2. pH
Perubahan pH dapat disebabkan oleh lama penyimpanan dan adanya mikroorganisme.
Kandungan asam dan gula merupakan faktor yang cukup penting dan menentukan kualitas
atau mutu buah (Setyati et al. 1985 dalam Budi S 2007). Perubahan pH buah belimbing
selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 22.

28

Perubahan pH menunjukkan berkurang atau meningkatnya konsentrasi H +. Dari hasil


pengamatan terlihat bahwa nilai pH mengalami perubahan yang bervariasi. Meskipun begitu,
pH selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan. Buah belimbing yang disimpan
pada suhu 5 oC memiliki nilai pH tertinggi yaitu 3,92 pada hari ke-3 penyimpanan dan pH
terendah 3,48 pada hari ke-18 penyimpanan. Naruke et al. (2003) menyatakan bahwa
perubahan pH dapat dijadikan petunjuk terjadinya kerusakan dingin. Dengan ini dapat diduga
bahwa perubahan pH pada suhu rendah mengindikasikan gejala kerusakan dingin. Hasil
penelitian Schirra (1992) dalam Purwanto (2005) menyebutkan bahwa gejala kerusakan
dingin pada buah anggur dapat diketahui dari akumulasi etanol yang berkaitan erat salah
satunya dengan pH.

Gambar 22. Perubahan pH buah belimbing selama penyimpanan

4.4. Kalibrasi dan Validasi NIR dengan Metode PLS


Kalibrasi dan validasi untuk memprediksi pH buah belimbing dikembangkan berdasarkan
korelasi data reflektan NIR dengan data pH hasil pengukuran secara destruktif. Data yang
dianalisis adalah data pada suhu 5 oC selama 30 hari penyimpanan. Dari total data yang
digunakan, 2/3 bagian untuk kalibrasi dan 1/3 bagian untuk validasi. Karakteristik sampel untuk
kalibrasi dan validasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik sampel untuk kalibrasi dan validasi
Suhu 5 oC
Deskripsi statistik

Kalibrasi

Validasi

126

63

Nilai minimum

3,370

3,480

Nilai maksimum

4,150

4,050

Nilai rata-rata

3,677

3,738

Standar deviasi

0,190

0,189

Jumlah data

29

pH Prediksi NIR

Hasil kalibrasi NIR dengan pH buah belimbing menunjukkan koefisen korelasi (r) sebesar
0,6656 dan R2 sebesar 0,443 artinya sebesar 44,3 % merupakan kontribusi pH hasil pengukuran
terhadap variasi pH prediksi NIR (Gambar 23)

pH pengukuran
Gambar 23. Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada suhu penyimpanan 5 oC
Hasil kalibrasi dan validasi yang diperoleh dievaluasi berdasarkan nilai r, RMSE, dan CV.
Model kalibrasi yang baik memiliki nilai r yang tinggi, selisih antara RMSEC dengan RMSEP
rendah, dan nilai CV yang rendah. RMSE merupakan parameter akurasi model yang
menunjukkan perbedaan nilai hasil pendugaan terhadap nilai hasil pengukuran (error). Selisih
kedua RMSE yang rendah menunjukkan kestabilan model. Model kalibrasi yang baik memiliki
error yang sama atau hampir sama pada kelompok kalibrasi dan validasinya (William & Norris
1990 dalam Novita DD 2011).
Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa pada suhu penyimpanan 5 oC, pH memiliki
korelasi dengan reflektan NIR dengan nilai r model kalibrasi sebesar 0,6656, selisih nilai RMSE
sebesar 0,0297, serta nilai CV<5% yaitu 4,59 % yang artinya akurasi dan kestabilan model
cukup baik. Rendahnya nilai r pada model kalibrasi karena rentang data pH yang sangat kecil
yaitu 3,37 4,15. Model pada kalibrasi yaitu :
( )

sedangkan untuk model validasi yaitu:


( )

Tabel 6. Komponen evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap pH buah belimbing
dengan metode PLS
Kalibrasi

Suhu
o

5 C

Validasi

RMSEC

RMSEP

CV

0,6656

0,1420

0,1717

4,59

30

4.5. Persamaan Regresi pH Terhadap Slope Ion Leakage


Slope ion leakage merupakan laju perubahan ion leakage atau kebocoran ion yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor sedangkan NIR spectroscopy menghasilkan informasi yang
bersifat kualitatif dan kuantitaif yang berasal dari interaksi antara gelombang NIR dengan
senyawa kimia organik penyusun komoditas seperti air, protein, lemak, atau asam. Dalam
penelitian ini pH dijadikan sebagai parameter perubahan slope ion leakage namun ion leakage
tidak dapat diukur langsung dengan menggunakan reflektan atau absorban NIR. Oleh karena itu,
hubungan pH dengan slope ion leakage ditentukan dengan analisis regresi berdasarkan data
destruktif yaitu data pH rata-rata dan slope ion leakage hasil pengukuran. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa pH berkorelasi dengan slope ion leakage meskipun hubungan tersebut
sangat lemah. Hubungan antara pH dengan slope ion lekagae berupa pola liniear dan dapat
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
(

Slope Ion lekage

Nilai y adalah slope ion leakage dan x adalah pH. Hasil dari analisis regresi pH dan slope
ion leakage dapat dilihat pada Lampiran 17. Persamaan tersebut digunakan untuk memprediksi
slope ion leakage berdasarkan perubahan pH buah belimbing sampel monitoring.
0,1400
0,1300
0,1200
0,1100
0,1000
0,0900
0,0800
0,0700
0,0600
0,0500
0,0400

y = 0,040557x - 0,037067

3,40

3,50

3,60

3,70

3,80

3,90

4,00

pH

Gambar 24. Hubungan antara pH buah belimbing dengan slope ion leakage

4.6. pH Prediksi Berdasarkan Reflektan NIR


pH buah belimbing sampel monitoring diprediksi secara nondestruktif dengan model
kalibrasi PLS yang didapatkan dengan menggunakan program olah data NIRcal 5.2 yang
terintegrasi dengan spektrometer NIRFlek N-500. Sampel monitoring yang digunakan berjumlah
5 buah. Hasil prediksi NIR terhadap 5 buah sampel monitoring menunjukkan perubahan pH yang
fluktuatif selama penyimpanan dan memiliki pola yang cenderung sama. pH buah belimbing
sampel monitoring cenderung mengalami penurunan sesuai dengan hasil pengukuran pH buah
belimbing secara destruktif (Lampiran 18) .

31

4,2000

pH prediksi NIR

4,0000
3,8000
3,6000
3,4000
3,2000
3,0000
0

10

14

18

22

26

30

Lama penyimpanan (hari)

Gambar 25. pH prediksi rata-rata NIR buah belimbing sampel monitoring

4.7. Prediksi Slope Ion Leakage Berdasarkan Perubahan pH


Data pH buah belimbing hasil prediksi NIR digunakan untuk memprediksi slope ion
leakage buah dengan menggunakan persamaan 12. Data yang digunakan adalah nilai rata-rata
yang berasal dari 5 buah sampel monitoring. Hasil prediksi menunjukkan perubahan slope ion
leakage yang fluktuatif dan hampir sama dengan perubahan slope ion leakage hasil pengukuran
secara destruktif. Nilai slope ion leakage prediksi tertinggi terjadi pada hari ke-7 penyimpanan
yang artinya kebocoran membran telah mencapai puncaknya dan chilling injury diprediksi telah
terjadi pada hari ke-7 penyimpanan (Tabel 7). Sementara pengamatan secara visual gejala bintikbintik coklat, cekungan di permukaan kulit buah, dan sirip menjadi coklat terlihat pada hari ke-9
penyimpanan.
Tabel 7. Prediksi slope ion leakage buah belimbing berdasarkan pH rata-rata hasil prediksi NIR
pada penyimpanan 5 oC
Lama penyimpanan (hari)

pH prediksi NIR

Prediksi slope IL

3,6053

0,1092

3,5781

0,1081

3,6305

0,1102

3,5926

0,1086

3,6045

0,1091

3,6384

0,1105

7
8

3,6448
3,6363

0,1108
0,1104

32

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1.

2.

3.
4.
5.
6.

Mutu buah belimbing mengalami penurunan seiring dengan lamanya penyimpanan.


Penyimpanan pada suhu rendah dapat mempertahankan mutu buah belimbing lebih baik
dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang.
Berdasarkan slope ion leakage, chilling injury buah belimbing yang disimpan pada suhu 5 oC
terjadi pada hari ke-6 penyimpanan. Namun secara visual gejala chilling injury terlihat pada
hari ke-9 penyimpanan. Gejala yang terlihat seperti bintik-bintik coklat, cekungan di
permukaan kulit buah, dan sirip menjadi coklat. Gejala ini semakin bertambah seiring dengan
lamanya penyimpanan.
pH buah belimbing yang disimpan pada suhu 5 oC dapat diduga dengan menggunakan data
reflektan NIR.
Slope ion leakage buah belimbing dapat diprediksi berdasarkan nilai pH buah belimbing
dengan persamaan
pada penyimpanan suhu 5 oC.
Perubahan slope ion leakage selama penyimpanan dapat ditentukan dengan menggunakan
reflektan NIR berdasarkan nilai pH prediksi NIR.
Nilai tertinggi slope ion lekage prediksi NIR terjadi pada hari ke-7 penyimpanan yang artinya
kebocoran membran telah mencapai puncaknya dan chilling injury diprediksi telah terjadi
pada hari ke-7 penyimpanan.

5.2 SARAN
1.

2.

Perlu pengembangan kalibrasi NIR dengan menggunakan buah belimbing pada indeks
kematangan yang berbeda-beda agar rentang data yang digunakan lebih lebar. Hal ini untuk
meningkatkan kemampuan model kalibrasi NIR dalam memprediksi kandungan dalam buah
belimbing.
Perbaikan dalam teknik sampling reflektan NIR. Pengukuran 3 set data reflektan NIR pada
buah belimbing sebaiknya dilakukan pada luasan tertentu untuk mengurangi perbedaan nilai
spektra mengingat kondisi setiap bagian buah yang tidak sama. Hal ini perlu dilakukan
karena pada saat kalibrasi dan validasi dengan menggunakan program NIRcal 5.2 nilai 3 set
data reflektan dibandingkan dengan satu nilai rata-rata destruktif.

33

DAFTAR PUSTAKA
Ali ZM, Chin LH, Marimuthu M, and Lazan H. 2004. Low temperature storage and modified
atmosphere packaging of carambola fruit and their effects on ripening related texture changes,
wall modification and chilling injury symptoms. Postharvest Biology and Technology 33:181192.
Anonim. 2008. Operation manual NIRFlex N-500. Switzerland: Buchi Labortechnik AG.
Budiastra IW, HK Purwadaria, dan D Saputra. 1995. Penerapan Teknologi Near Infrared untuk
Rekayasa Alat Sortasi Buah Mangga. Makalah Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional , Serpong
13-16 September 1995.
Budi S. 2007. Penentuan Indeks Kerusakan Dingin (Chilling Injury) Berdasarkan Perubahan Ion
Leakage dan pH Buah Rambutan [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Campbell CA, Huber DJ, dan Koch KE. 1987. Post harvest response of carambola to storage at low
temperatures. Proc. Fla. St. Hort. Soc. 100:275-278.
Chang WH, Chen S, Tsai CC. 1998. Development of universal algorithm for use of NIR in estimation
of soluble solid in fruit juices. Trans ASAE 41 (6) p: 1739-1745.
[FAMA] Federation Agricultural Malaysia Association. 2005. Menuju ke Arah Kualiti Malaysias
Best. http://www.fama.gov.my/html/themes/fama/images/fama/content/Belimbing.pdf
[diakses: 6 Februari 2011].
Herdiana N. 2010. Pengaruh Chilling Injury Melalui Heat Shock Treatment dan Aloe Vera Coating
Buah Tomat (Lycopersicon Esculantum Mill) Selama Penyimpanan Dingin [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Javanmardi J and Kubota C. 2006. Variation of lycopene, antioxidant activity, total soluble solids and
weight loss of tomato during postharvest storage. Postharvest Biology and Technology 41:
151-155.
Johnson R. 2003. Biology Sixth Edition. http://biologigonz.blogspot.com/2010/05/sirkulasi-materisel.html [diakses: 2 Oktober 2011].
Judoatmodjojo M, A Aziz Darwis dan E Gumbira Said. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kader AA, 2002. Postharvest Technology of Horticultural Crop. Third Edition. Publication 3311.
University of California. USA.
Marthaningtiyas S. 2005. Pendugaan Total Padatan Terlarut dan Kadar Asam Belimbing (Averrhoa
carambola L.) Dengan Teknik Near Infrared dan Jaringan Saraf Tiruan [Skripsi]. Bogor:
Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Mohsenin NM. 1984. Electromagnetic Radiation Properties of Food and Agriculuture Products.
Gordon and Breach Science Publisher. New York.
Muchtadi D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran Dan Buah-Buahan. Petunjuk Laboratorium. PAU,
IPB, Bogor.

34

Munawar AA. 2002. Pendugaan Kadar Gula dan Kekerasan Buah Belimbing Manis (Averrhoa
carambola L.) dengan Teknologi Near Infrared [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Novita DD. 2011. Pola Peningkatan Kekerasan Kulit Buah Manggis Selama Penyimpanan Dingin
Dengan Metode Near Infrared (NIR) Spectroscopy [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Osborne BG, TF Earn, dan PH Hindle. 1993. Practical NIR Spectroscopy,with application in food and
beverage analysis. 2nd Ed. Longman Scientific and Technical, United Kingdom.
Pantastico Er.B., Matto A.K., Muratta T, Ogatta K. 1986. Kerusakan-kerusakan karena pendinginan.
Di dalam Pantastico Er.B, editor. Fisiologi pasca panen penanganan dan pemanfaatan buahbuahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Paull RE dan Chen CC. 1986. Carambola. www.agrichill.com/handbook/carambola.pdf [diakses: 7
Februari 2011].
Penchaiya P, Bobelyn E, Verlinden BE, Nicolai BM, and Saeys W. 2009. Non-destructive
measurement of firmness and soluble solids content in bell pepper using NIR spectroscopy.
Journal of Food Engineering 94:267-273.
Purba SF. 2010. Pendugaan Komposisi Kimia Modified Cassava Flour (MOCAF) dengan metode
Near Infrared (NIR) [skripsi]. Bogor : Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
Purwanto YA, Tsuchiya H, Oshita S, Kawagoe Y, and Makino Y. 2005. Determination of chilling
injury in cucumber fruits through proton NMR analysis. Proceedings of the International
Conference on Research Highlights and Vanguard Technology on Environmental Engineering
in Agricultural Systems. Kanazawa, Japan : 123-126.
Rajeshwar K and Ibanez J.G. 1997. Environmental Electrochemistry. San Diego: Academic Press.
http://electrochem.cwru.edu./encycl/ [diakses: 2 Oktober 2011].
Rohaeti E. 2010. Disinfestasi Hama Lalat Buah Dengan Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment)
dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) [Tesis].
Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rosita. 2001. Prediksi Mutu Buah Duku (Lansium domesticum Corr) dengan metode NIR [Skripsi].
Bogor: Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Rukmana R. 1996. Belimbing Seri Tabulampot. Yogyakarta: Kanisius.
Saeni M.S. 1989. Kimia Fisik I. Bahan Pengajaran. PAU. IPB, Bogor.
Saltveit ME. 1989. A Kinetic examination of Ion Leakage from Chilled Tomato pericarp disk. Acta
Horticultural 258: 617-622.
Satyawibawa I, Widyastuti YE. 1992. 13 Jenis Belimbing Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Shiesh CC, TS Lin and PL Tsai. 1987. Respiration and ethylene production of harvested carambola
fruits (Averrhoa carambola L.). J. Chinese Soc. Hort. Sci. 33:139-150.
Sunarjono. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.

35

Susilowati R. 2007. Pendugaan Parameter Mutu Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Dengan Metode
Near Infrared Selama Penyimpanan dan Pemeraman [skripsi]. Bogor : Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Thompson AK. 1967. Post Harvest of Fruit and Vegetables. Academi Press. New York. USA
Uddin M, Okazaki E, Fukushima H, Turza S, Yumiko Y, and Fukada Y. 2006. Nondestructive
determination of water and protein in surimi by near infrared spectroscopy. Food Chemistry
96: 491-495.
USDA, 2010. Nutrient Database of Star Fruit. http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/search/
[diakses: 02 Oktober 2011].
Wan CK dan PF Lam. 1984. Biochemical changes, use of polyethylen bags, and chilling injury of
carambola (Averrhoa carambola L.) stored at various temperatures. Pertanika 7 (3): 39-46.
Winarno F.G. 2002. Fisiologi Pasca Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press. Jakarta.

36

LAMPIRAN

37

Lampiran 1. Kondisi buah belimbing selama penyimpanan pada suhu 5 oC

Hari ke-1

hari ke-2

Hari ke-3

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

Hari ke-7

Hari ke-8

38

kondisi buah pada hari ke-9 penyimpanan, gejala CI sudah terlihat.

39

Lampiran 2. Sari buah belimbing untuk pengukuran

Lampiran 3. Sampel pengukuran ion leakage

40

Lampiran 4. Data perubahan bobot (gram) rata-rata pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan
Hari Pengamatan

Suhu
o

T5 C

T10oC

TR

02-Mei-11

146,62

138,86

139,36

03-Mei-11

146,38

138,54

139,30

04-Mei-11

146,41

138,50

139,18

05-Mei-11

146,36

138,45

138,93

06-Mei-11

146,32

138,40

138,78

07-Mei-11

146,23

138,46

138,63

08-Mei-11

146,21

138,35

138,47

09-Mei-11

146,21

138,34

138,32

10-Mei-11

146,20

138,32

138,07

11-Mei-11

146,17

138,30

137,93

12-Mei-11

146,20

138,29

137,79

13-Mei-11

146,18

138,28

137,65

14-Mei-11

146,12

138,34

137,43

15-Mei-11

146,07

138,17

137,28

16-Mei-11

146,06

138,12

137,12

17-Mei-11

146,05

138,06

136,82

18-Mei-11

146,04

138,01

136,62

19-Mei-11

146,03

137,97

136,33

20-Mei-11

146,02

137,95

136,13

21-Mei-11

146,02

137,90

135,93

22-Mei-11

146,03

137,85

23-Mei-11

146,03

137,84

24-Mei-11

146,02

137,78

25-Mei-11

146,00

137,75

26-Mei-11

145,99

137,72

27-Mei-11

145,97

137,69

28-Mei-11

145,94

137,61

29-Mei-11

145,91

137,57

30-Mei-11

145,88

137,54

31-Mei-11

145,86

137,46

41

Lampiran 5. Data kekerasan (kgf) buah rata-rata pada ket-3 perlakuan suhu penyimpanan
Hari Penyimpanan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5oC
1,279
0,788
0,985
0,814
0,926
0,986
1,005
0,885
1,004
0,886
0,774
0,740
0,741
0,946
0,954
0,966
0,750
0,988
0,908
0,877
0,801

Rataan
T10oC
1,279
0,881
1,081
0,829
0,969
0,923
0,944
0,976
0,738
0,750
0,726
1,007
0,745
0,670
0,682
0,618
0,515
0,745
0,637
0,546
0,421

TR
1,279
0,847
0,935
0,843
0,648
0,968
0,802
0,752
0,337
0,605
0,781
0,324
0,338

Lampiran 6. Data total padatan terlarut (TPT) (oBrix) rata-rata buah belimbing pada ke-3
perlakuan suhu penyimpanan
Hari Penyimpanan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5oC
5,9
6,0
5,9
6,2
5,7
5,9
6,0
6,3
5,6
5,6
6,2
6,2
6,0
6,6
5,7
5,4
6,0
5,5
5,7
6,1
5,6

Rataan
T10oC
5,9
5,8
5,7
6,3
6,2
5,5
5,9
6,6
6,7
6,3
5,1
5,4
5,8
5,6
6,1
5,7
5,5
5,9
5,8
5,9
5,7

TR
5,9
6,2
5,1
5,8
6,8
6,1
6,3
6,4
6,4
6,0
5,9
5,7
6,2

42

Lampiran 7. Data kadar air (%) rata-rata buah belimbing pada ke-3 perlakuan suhu
penyimpanan
Hari Penyimpanan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5oC
93,08
94,26
93,22
92,77
92,94
92,16
92,42
91,76
92,43
93,21
90,69
92,06
92,73
92,43
92,30
93,07
93,24
92,30
93,24
92,69
93,22

Rataan
T10oC
93,08
92,33
93,39
92,54
93,10
92,88
92,74
92,06
92,46
92,34
91,67
92,36
93,30
93,55
92,51
93,26
92,78
93,39
93,07
89,34
93,10

TR
93,08
91,46
93,71
92,62
92,52
92,63
92,11
93,07
93,10
93,04
90,31
92,55
93,05

Lampiran 8. Data pH rata-rata buah belimbing pada ke-3 perlakuan suhu penyimpanan
Hari Penyimpanan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5 C
3,90
3,91
3,66
3,92
3,74
3,69
3,91
3,87
3,50
3,52
3,80
3,73
3,68
3,60
3,48
3,50
3,66
3,63
3,64
3,62
3,69

Rataan
T10oC
3,90
3,82
3,82
3,86
3,76
3,78
3,92
3,68
3,76
3,66
3,59
3,38
3,58
3,80
3,63
3,71
3,59
3,49
3,63
3,60
3,87

TR
3,90
3,98
3,84
3,74
4,06
3,89
3,95
3,72
4,01
3,63
3,63
3,63
3,89

43

Lampiran 9. Hasil pengukuran pH buah belimbing pada penyimpanan 5 oC


Hari Penyimpanan

Ulangan I
4,01
3,70
3,76
3,77
3,74
3,76
3,97
3,88
3,58
3,53
3,91
3,80
3,71
3,43
3,50
3,57
3,57
3,66
3,91
3,52
3,65

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5oC
Ulangan II
3,72
4,04
3,61
4,05
3,48
3,47
3,92
4,15
3,45
3,51
3,66
3,84
3,58
3,59
3,37
3,44
3,52
3,57
3,46
3,48
3,82

Ulangan III
3,98
4,00
3,60
3,95
3,99
3,83
3,83
3,58
3,48
3,51
3,82
3,54
3,75
3,79
3,57
3,48
3,89
3,65
3,56
3,87
3,61

Rataan
3,90
3,91
3,66
3,92
3,74
3,69
3,91
3,87
3,50
3,52
3,80
3,73
3,68
3,60
3,48
3,50
3,66
3,63
3,64
3,62
3,69

Lampiran 10. Data perubahan ion leakage suhu 5 oC pada hari penyimpanan ke-1
T5oC

Menit ke-

Rataan

IL

0,005

0,051

5,802

3,702

4,815

11,342

7,891

4,691

6,001

14,165

6,582

9,181

5,191

6,985

16,506

80

8,271

11,632

8,809

9,571

22,662

100

9,071

12,960

9,741

10,591

25,090

120

9,732

13,891

10,461

11,361

26,925

140

10,211

14,741

11,131

12,028

28,511

160

10,550

15,410

11,600

12,520

29,683

180

10,970

16,141

12,241

13,117

31,105

200

11,320

16,851

12,662

13,611

32,280

220

12,161

17,671

13,332

14,388

34,129

240

12,201

18,189

13,863

14,751

34,994

Total

41,493

48,593

36,092

42,059

100

U1

U2

U3

0,076

0,071

20

4,942

40

5,421

60

44

Lampiran 11. Data perubahan ion leakage suhu 5 oC pada hari penyimpanan ke-3
T5oC

Menit ke-

Rataan

U1

U2

U3

IL

0,717

0,240

0,211

0,389

20

4,784

4,333

4,384

4,500

15,095

40

5,553

5,503

5,673

5,576

19,046

60

5,998

6,312

5,982

6,097

20,959

80

6,460

7,311

6,531

6,767

23,419

100

6,901

8,091

6,870

7,287

25,328

120

7,328

8,768

7,370

7,822

27,291

140

7,588

9,509

7,568

8,222

28,759

160

7,922

10,221

7,991

8,711

30,557

180

8,270

10,798

8,242

9,103

31,996

200

8,560

11,212

8,339

9,370

32,976

220

8,760

11,578

8,671

9,670

34,075

240

9,206

12,086

8,958

10,083

35,594

Total

29,591

26,890

26,391

27,624

100

Lampiran 12. Data perubahan ion leakage suhu 5 oC pada hari penyimpanan ke-6
T5oC

Menit ke-

Rataan

U1

U2

U3

IL

0,237

0,196

0,223

0,219

20

4,174

4,544

3,912

4,210

13,439

40

6,792

5,493

5,271

5,852

18,967

60

8,350

6,219

6,349

6,973

22,740

80

9,062

6,790

6,977

7,610

24,885

100

9,725

7,335

7,585

8,215

26,923

120

10,764

7,701

8,252

8,906

29,249

140

11,210

7,960

8,689

9,286

30,531

160

11,767

8,481

9,307

9,852

32,434

180

12,596

8,923

9,901

10,473

34,527

200

13,232

9,161

10,063

10,819

35,690

220

13,575

9,424

10,714

11,238

37,101

240

14,232

9,621

10,938

11,597

38,310

Total

33,687

27,485

28,585

29,919

100

45

Lampiran 13. Data perubahan ion leakage suhu 5 oC pada hari penyimpanan ke-9
T5oC

Menit ke-

Rataan

U1

U2

U3

IL

0,467

0,318

0,293

0,359

20

4,758

3,59

6,079

4,809

15,025

40

5,489

4,488

7,417

5,798

18,365

60

6,289

4,815

8,048

6,384

20,344

80

6,604

5,588

8,726

6,973

22,332

100

7,277

6,047

9,488

7,604

24,463

120

7,896

6,556

10,186

8,213

26,519

140

8,286

6,876

10,617

8,593

27,803

160

8,632

7,281

11,372

9,095

29,498

180

9,152

7,712

11,826

9,563

31,080

200

9,549

8,039

12,073

9,887

32,172

220

9,773

8,429

12,879

10,360

33,771

240

10,449

8,576

13,153

10,726

35,006

Total

33,077

27,277

29,567

29,974

100

Lampiran 14. Data hasil perubahan ion leakage suhu 5 oC pada hari penyimpanan ke-12
T5oC

Menit ke-

Rataan

IL

0,387

0,591

5,424

4,838

5,118

14,734

5,711

7,583

6,102

6,465

19,117

60

6,500

8,666

7,036

7,401

22,161

80

6,928

9,568

7,858

8,118

24,495

100

8,165

10,667

8,573

9,135

27,805

120

8,458

11,32

9,059

9,612

29,358

140

8,929

12,201

10,078

10,403

31,930

160

9,502

12,572

10,419

10,831

33,324

180

9,967

13,292

10,984

11,414

35,222

200

10,377

13,649

11,386

11,804

36,490

220

10,638

14,201

11,908

12,249

37,938

240

11,063

14,574

12,246

12,628

39,171

Total

27,158

34,948

31,855

31,320

100

U1

U2

U3

0,828

0,557

20

5,093

40

46

Lampiran 15. Nilai slope ion leakage (a) selama penyimpanan 5 oC


Hari Penyimpanan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30

T5oC
0,1257
0,1090
0,1140
0,0932
0,0917
0,1289
0,1217
0,1157
0,1123
0,1241
0,1323
0,1130
0,1280
0,0962
0,1021
0,0962
0,1031
0,1101
0,1081
0,1241

47

Lampiran 16. Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada penyimpanan 5 oC
C- Set Spectra

V-Set Spectra

Spectrum Name

No.

Orig.

Spectrum Name

No.

Orig.

BL_UT5ph2H00

3,72

Pred.
3,9246

BL_UT5ph1H00

4,01

pred.
4,1068

BL_UT5ph2H00

3,72

3,9001

BL_UT5ph1H00

4,01

4,0433

BL_UT5ph2H00

3,72

3,9453

BL_UT5ph1H00

4,01

3,9856

BL_UT5ph3H00

3,98

3,9660

BL_UT5ph3H01

16

4,00

3,6907

BL_UT5ph3H00

3,98

3,7883

BL_UT5ph3H01

17

4,00

3,7527

BL_UT5ph3H00

3,98

3,8097

BL_UT5ph3H01

18

4,00

3,8805

BL_UT5ph1H01

10

3,70

3,7391

BL_UT5ph3H02

25

3,60

3,7011

BL_UT5ph1H01

11

3,70

3,5066

BL_UT5ph3H02

26

3,60

3,6471

BL_UT5ph1H01

12

3,70

3,4805

BL_UT5ph3H02

27

3,60

3,6185

BL_UT5ph2H01

13

4,04

3,8962

BL_UT5ph2H03

31

4,05

4,0396

BL_UT5ph2H01

14

4,04

3,9615

BL_UT5ph2H03

32

4,05

4,0713

BL_UT5ph2H01

15

4,04

3,7390

BL_UT5ph2H03

33

4,05

3,7940

BL_UT5ph1H02

19

3,76

3,7685

BL_UT5ph3H04

43

3,99

3,7709

BL_UT5ph1H02

20

3,76

3,6987

BL_UT5ph3H04

44

3,99

3,6836

BL_UT5ph1H02

21

3,76

3,6434

BL_UT5ph3H04

45

3,99

3,7509

BL_UT5ph2H02

22

3,61

3,6341

BL_UT5ph3H05

52

3,83

3,6541

BL_UT5ph2H02

23

3,61

3,6232

BL_UT5ph3H05

53

3,83

3,6282

BL_UT5ph2H02

24

3,61

3,6803

BL_UT5ph3H05

54

3,83

3,6151

BL_UT5ph1H03

28

3,77

3,7735

BL_UT5ph3H06

61

3,83

3,7019

BL_UT5ph1H03

29

3,77

3,7208

BL_UT5ph3H06

62

3,83

3,7605

BL_UT5ph1H03

30

3,77

3,7705

BL_UT5ph3H06

63

3,83

3,8155

BL_UT5ph3H03

34

3,95

3,8636

BL_UT5ph1H07

64

3,88

3,7594

BL_UT5ph3H03

35

3,95

3,7197

BL_UT5ph1H07

65

3,88

3,5983

BL_UT5ph3H03

36

3,95

3,8467

BL_UT5ph1H07

66

3,88

3,7886

BL_UT5ph1H04

37

3,74

3,7311

BL_UT5ph3H07

70

3,58

3,7944

BL_UT5ph1H04

38

3,74

3,6374

BL_UT5ph3H07

71

3,58

3,7796

BL_UT5ph1H04

39

3,74

3,7192

BL_UT5ph3H07

72

3,58

3,6905

BL_UT5ph2H04

40

3,48

3,6010

BL_UT5ph3H08

79

3,48

3,6995

BL_UT5ph2H04

41

3,48

3,4234

BL_UT5ph3H08

80

3,48

3,7529

BL_UT5ph2H04

42

3,48

3,6559

BL_UT5ph3H08

81

3,48

3,5448

BL_UT5ph1H05

46

3,76

3,6478

BL_UT5ph3H09

88

3,51

3,4719

BL_UT5ph1H05

47

3,76

3,6825

BL_UT5ph3H09

89

3,51

3,5301

BL_UT5ph1H05

48

3,76

3,6667

BL_UT5ph3H09

90

3,51

3,1570

BL_UT5ph2H05

49

3,47

3,4203

BL_UT5ph3H10

97

3,82

3,6667

BL_UT5ph2H05

50

3,47

3,5178

BL_UT5ph3H10

98

3,82

3,6265

BL_UT5ph2H05

51

3,47

3,6240

BL_UT5ph3H10

99

3,82

3,7520

BL_UT5ph1H06

55

3,97

3,8741

BL_UT5ph3H12

106

3,54

3,7938

BL_UT5ph1H06

56

3,97

3,7570

BL_UT5ph3H12

107

3,54

3,7750

BL_UT5ph1H06

57

3,97

3,8191

BL_UT5ph3H12

108

3,54

3,8050

BL_UT5ph2H06

58

3,92

3,8562

BL_UT5ph3H14

115

3,75

3,5373

BL_UT5ph2H06

59

3,92

3,7822

BL_UT5ph3H14

116

3,75

3,6647

48

C-Set spectra

V-Set spectra

Spectrum Name

No.

Orig.

Pred

Spectrum Name

No.

Orig.

Pred.

BL_UT5ph2H06

60

3,92

BL_UT5ph2H07

67

4,15

3,9576

BL_UT5ph3H14

117

3,75

3,6170

3,8191

BL_UT5ph3H18

133

3,57

3,6659

BL_UT5ph2H07

68

4,15

4,0629

BL_UT5ph3H18

134

3,57

3,6255

BL_UT5ph2H07

69

4,15

3,7574

BL_UT5ph3H18

135

3,57

3,8557

BL_UT5ph1H08

73

3,58

3,8837

BL_UT5ph3H20

142

3,48

3,5604

BL_UT5ph1H08

74

3,58

3,6179

BL_UT5ph3H20

143

3,48

3,5119

BL_UT5ph1H08

75

3,58

3,6239

BL_UT5ph3H20

144

3,48

3,5711

BL_UT5ph2H08

76

3,45

3,6382

BL_UT5ph3H22

151

3,89

3,7117

BL_UT5ph2H08

77

3,45

3,5883

BL_UT5ph3H22

152

3,89

3,7680

BL_UT5ph2H08

78

3,45

3,6558

BL_UT5ph3H22

153

3,89

3,5769

BL_UT5ph1H09

82

3,53

3,7900

BL_UT5ph3H24

160

3,65

3,5010

BL_UT5ph1H09

83

3,53

3,5181

BL_UT5ph3H24

161

3,65

3,6571

BL_UT5ph1H09

84

3,53

3,6418

BL_UT5ph3H24

162

3,65

3,7328

BL_UT5ph2H09

85

3,51

3,5408

BL_UT5ph3H26

169

3,56

3,7266

BL_UT5ph2H09

86

3,51

3,6810

BL_UT5ph3H26

170

3,56

3,4787

BL_UT5ph2H09

87

3,51

3,6301

BL_UT5ph3H26

171

3,56

3,5636

BL_UT5ph1H10

91

3,91

3,6526

BL_UT5ph3H28

178

3,87

3,7158

BL_UT5ph1H10

92

3,91

3,7160

BL_UT5ph3H28

179

3,87

3,7196

BL_UT5ph1H10

93

3,91

3,7405

BL_UT5ph3H28

180

3,87

3,6217

BL_UT5ph2H10

94

3,66

3,5934

BL_UT5ph3H30

187

3,61

3,8654

BL_UT5ph2H10

95

3,66

3,6185

BL_UT5ph3H30

188

3,61

3,6560

BL_UT5ph2H10

96

3,66

3,6280

BL_UT5ph3H30

189

3,61

3,7776

BL_UT5ph1H12

100

3,80

3,7652

BL_UT5ph1H12

101

3,80

3,7882

BL_UT5ph1H12

102

3,80

3,8150

BL_UT5ph2H12

103

3,84

3,6984

BL_UT5ph2H12

104

3,84

3,6540

BL_UT5ph2H12

105

3,84

3,7625

BL_UT5ph1H14

109

3,71

3,5125

BL_UT5ph1H14

110

3,71

3,5920

BL_UT5ph1H14

111

3,71

3,6723

BL_UT5ph2H14

112

3,58

3,6670

BL_UT5ph2H14

113

3,58

3,6560

BL_UT5ph2H14

114

3,58

3,6617

BL_UT5ph1H16

118

3,43

3,7224

BL_UT5ph1H16

119

3,43

3,6288

BL_UT5ph1H16

120

3,43

3,6362

BL_UT5ph2H16

121

3,59

3,6083

BL_UT5ph2H16

122

3,59

3,4723

BL_UT5ph2H16

123

3,59

3,6637

BL_UT5ph3H16

124

3,79

3,6679

BL_UT5ph3H16

125

3,79

3,8187

49

Spectrum Name

No.

Orig.

Pred.

BL_UT5ph3H16

126

3,79

3,6029

BL_UT5ph1H18

127

3,50

3,6756

BL_UT5ph1H18

128

3,50

3,5525

BL_UT5ph1H18

129

3,50

3,5627

BL_UT5ph2H18

130

3,37

3,5881

BL_UT5ph2H18

131

3,37

3,3980

BL_UT5ph2H18

132

3,37

3,6283

BL_UT5ph1H20

136

3,57

3,6732

BL_UT5ph1H20

137

3,57

3,6828

BL_UT5ph1H20

138

3,57

3,5949

BL_UT5ph2H20

139

3,44

3,6608

BL_UT5ph2H20

140

3,44

3,4969

BL_UT5ph2H20

141

3,44

3,5652

BL_UT5ph1H22

145

3,57

3,7115

BL_UT5ph1H22

146

3,57

3,7277

BL_UT5ph1H22

147

3,57

3,6183

BL_UT5ph2H22

148

3,52

3,6011

BL_UT5ph2H22

149

3,52

3,5239

BL_UT5ph2H22

150

3,52

3,4640

BL_UT5ph1H24

154

3,66

3,7209

BL_UT5ph1H24

155

3,66

3,7138

BL_UT5ph1H24

156

3,66

3,6564

BL_UT5ph2H24

157

3,57

3,5304

BL_UT5ph2H24

158

3,57

3,5897

BL_UT5ph2H24

159

3,57

3,5891

BL_UT5ph1H26

163

3,91

3,8411

BL_UT5ph1H26

164

3,91

3,7783

BL_UT5ph1H26

165

3,91

3,6699

BL_UT5ph2H26

166

3,46

3,5234

BL_UT5ph2H26

167

3,46

3,6598

BL_UT5ph2H26

168

3,46

3,6133

BL_UT5ph1H28

172

3,52

3,6156

BL_UT5ph1H28

173

3,52

3,6105

BL_UT5ph1H28

174

3,52

3,6293

BL_UT5ph2H28

175

3,48

3,5938

BL_UT5ph2H28

176

3,48

3,3355

BL_UT5ph2H28

177

3,48

3,6317

BL_UT5ph1H30

181

3,65

3,7047

BL_UT5ph1H30

182

3,65

3,6221

BL_UT5ph1H30

183

3,65

3,7664

BL_UT5ph2H30

184

3,82

3,6395

BL_UT5ph2H30

185

3,82

3,8379

BL_UT5ph2H30

186

3,82

3,4845

50

Lampiran 17. Hasil analisis regresi pH dan slope ion leakage buah belimbing pada
penyimpanan 5 oC

Regression Statistics
Multiple R

0,446469129

R Square

0,199334683

Adjusted R Square

0,154853277

Standard Error

0,011575689

Observations

20

ANOVA
Df

SS

Regression

MS

0,000600479

0,000600479

Residual

18

0,002411938

0,000133997

Total

19

0,003012418

Significance F

4,4813035

0,048455895

Lampiran 18. pH buah belimbing hasil prediksi sampel monitoring berdasarkan reflektan NIR
pada penyimpanan 5 oC
Lama penyimpanan
(hari)

Sampel ke1

3,9656

3,9319

3,8707

3,9011

3,8374

3,4784

3,5800

3,6441

3,6590

3,6649

3,4805

3,6166

3,5979

3,5485

3,6470

3,5324

3,7346

3,6254

3,6148

3,6452

3,5098

3,7195

3,5792

3,5249

3,6295

3,5289

3,7092

3,6839

3,5283

3,5725

3,5380

3,6793

3,6840

3,5981

3,6925

3,5426

3,6803

3,7139

3,6575

3,6295

3,5586

3,6635

3,6639

3,5730

3,7226

3,3940

3,5661

3,5612

3,5477

3,5483

10

3,4112

3,6507

3,6135

3,5678

3,5905

12

3,4955

3,6432

3,5784

3,5863

3,5907

14

3,5505

3,7094

3,6825

3,5394

3,6215

16

3,5354

3,6227

3,6169

3,5004

3,5947

18

3,5382

3,5629

3,6372

3,5528

3,5864

20

3,5124

3,6902

3,6465

3,5736

3,6868

22

3,5167

3,6301

3,6453

3,5601

3,5592

24

3,5334

3,5048

3,5936

3,5957

3,5484

26

3,4998

3,5412

3,6282

3,5291

3,5531

28

3,5429

3,5521

3,5502

3,5265

3,5868

30

3,5761

3,6052

3,6649

3,5541

3,5957

51

You might also like